• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENDER DAN KESEHATAN MENTAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GENDER DAN KESEHATAN MENTAL"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

GENDER

(2)

Kesehatan mental:

tidak hanya bicara penyakit, tapi masalah2

penyesuaian diri (dalam arti luas) dan upaya2 menjadi sehat mental

 Stres, konflik, frustasi  Dukungan sosial

 Penyesuaian diri, pengembangan potensi  Masalah2 kesmen yang “lebih patologis”  penanganan/ intervensi

 Bagaimana dapat mengembangkan kehidupan

(3)

Perempuan lebih banyak datang ke

pelayanan psikologis: Mengapa?

 Perempuan kurang sehat mental?

 Perempuan lebih banyak menghadapi masalah?

 Perempuan lebih peka pada situasi diri sendiri?  Perempuan lebih bersedia share, tidak merasa

terancam, mengakui menghadapi masalah?

 Laki-laki kurang peka pada situasi diri sendiri?  Laki-laki tidak merasa nyaman untuk ‘share’,

datang pada saat masalah terlanjur berdampak serius?

(4)

… Gangguan/ Masalah Psikologis

Lebih banyak tampil pada Perempuan:  Depresi  Gangguan cemas  Somatisasi  Kepribadian histrionik  Kepribadian dependen  Dependen  Disfungsi seksual  Fobia  Gangguan makan

Lebih banyak tampil pada Laki-laki:

 Alkoholisme dan obat  Tingkah laku antisosial  Transeksualisme  Judi patologis  Kepribadian paranoid  Kepribadian antisosial  Kepribadian kompulsif  Gangguan eksplosif-agresif

(5)

Diagnosis yang diberikan pada perempuan

dan laki-laki cukup sering berbeda.

Mengapa?

Penjelasan biologis?

Penjelasan belajar sosial?

Penjelasan interaksi?

(6)

Penjelasan biologis:

 Perbedaan hormonal menyebabkan laki-laki

cenderung lebih agresif?

 Tidak adanya kelekatan biologis dengan anak

(dibanding dengan perempuan yang

mengandung menyebabkan laki-laki cenderung kurang peduli pada orang lain secara umum)

 Karakter reproduksi perempuan cenderung

menyebabkan perempuan lebih mudah depresi? (baby blue; depresi post-partum)

(7)

Penjelasan belajar sosial:

 Kebiasaan, peran, posisi, tuntutan yang diberikan pada

laki dan perempuan berbeda, menyebabkan munculnya penghayatan dan masalah2 yang berbeda

  laki-laki dituntut tampil “kuat”; menolak hal2 yang

terkait dengan perasaan karena dinilai “feminin”, harus berkompetisi, sibuk “menomorsatukan diri sendiri.”

  perempuan dituntut mengutamakan hubungan,

perasaan/ afeksi, menjadi pendukung, menomorsatukan kepentingan orang lain (keluarga: suami, anak)

(8)

Penjelasan interaksi:

Mungkin ada alasan2 biologis yang

mendasari kecenderungan perempuan

lebih peduli dan mengutamakan

kepentingan sendiri, tetapi yang lebih

(9)

Gender dan Kesehatan Mental; Penjelasan Belajar Sosial Internalisasi Konsepsi Sosial Jenis kelamin = fakta biologis Gender = Fakta Sosial

- Fisiologis (interpretasi & konstruksi) - Kromosom - “Traits”/ karakter pribadi - Hormonal - Peran & posisi

- Reproduktif - Nilai

- Absolut alat reproduksi Maskulinitas Feminitas

(ciri primer & sekunder) Mitos : Mitos:

- Relatif otot2 ada yg > kuat - ‘hero’ - suci vs kotor

kandungan lemak

-

dorongan seks - ‘necessary

tinggi badan

- subjek

evil’

- standar

-

dekat dng alam

-

pendukung

- objek

seks

(10)

Internalisasi Konsepsi Sosial

 Implikasi terhadap kemunculan / karakteristik

masalah psikologis lelaki-perempuan

 Implikasi terhadap isu kesehatan mental lebih

lanjut?

 Implikasi dalam penanganan psikologis

Bias gender

Menawarkan solusi peran tradisionalStandar ganda

Konsepsi yang meyakini mitos2 dan stereotip

(11)

Depresi

Aspek emosional – mood rendah, apati

Aspek kognitif – evaluasi diri rendah,

gambaran negatif tentang diri, hidup,

masa depan

Aspek motivasional – motivasi rendah

Aspek tingkah laku – hilang minat,

(12)

Depresi (lanjutan)

Belajar sosial: situasi sosial dan

peran-peran berbeda; “learned helplessness”

(Martin Seligman)

Ketidakmampuan mengemukakan

kekecewaan, kemarahan ke luar

(13)

Penggunaan obat/ alkohol

 Jauh lebih banyak laki2 menggunakan obat/

alkohol (5 laki: 1 perempuan), sering dalam setting sosial

  data menunjukkan mulai lebih banyak

perempuan pengguna obat

  sering terkait dengan perilaku seks bebas/

tidak bertanggung jawab

 Pada perempuan ada hubungan antara depresi

dengan penggunaan obat penenang/ tidur; sering dalam setting pribadi

(14)

Gangguan makan

Anoreksia, bulimia – hampir selalu

perempuan (90 – 95%) – lebih sering pada

kalangan menengah atas

Obesitas – banyak pada perempuan,

(15)

Anoreksia nervosa: over-control of

eating for weight reduction

Ada distorsi persepsi tubuh. Dampak:

tubuh terus mengurus tetapi subyek tidak

mempersepsi demikian; amenorrhea,

hilangnya menstruasi, menipisnya rambut,

kulit mengering, bersisik, kesulitan buang

air, lanugi (tumbuhnya bulu2 di badan,

mungkin reaksi tubuh untuk tetap hangat

ketika tidak ada lagi kalori masuk) –

(16)

Bulimia

 Bentuk lain anoreksia. Subyek makan banyak,

lalu sebelum kalori dicerna tubuh, makanan dimuntahkan.

 Penjelasan teoritis belum konklusif/ memuaskan

Gangguan fungsi biologis?

Psikoanalisis: kemuakan pada seks (oral) atau regresi

(untuk menolak seks)

(17)

Kecenderungan gangguan/

masalah psikologis

PerempuanDepresiGangguan cemas  Somatisasi kepribadian histrionik  Kepribadian dependen  Disfungsi seksualFobia  Gangguan makan Femininitas eksesif

Internalisasi masalah (intra-punitive)

Menyalahkan diri

 Menilai diri tidak kompeten  Tidak mampu mengambil

keputusan

Tergantung, tak mandiri Internalisasi kemarahan

Pusat kesadaran diri: sebagai

obyek

 Obsesi pada tubuh – bodily

self rendah, pengobyekan diri

 Terjerat sebagai korban dalam

hubungan personal: idealisasi dan ‘denial’

(18)

Kecenderungan gangguan/ masalah psikologis (lanjutan)

Laki-laki

Alkoholisme dan obat  Tingkah laku antisosial  Transeksualisme judi patologisKepribadian paranoid  Kepribadian antisosial  Kepribadian kompulsifGangguan eksplosif-agresif Maskulinitas eksesif

Eksternalisasi masalah (extra-punitive)

 Mekanisme defens

proyeksi

 Bentul2 pelarian

 Penggunaan agresi fisik  Eksternalisasi emosi

negatif – pelemparan

kesalahan pada pihak lain

Pusat kesadaran diri:

sebagai subyek

Obsesi pada harga diri,

‘ego’, posisi ‘pemenang’

Kekerasan antar lelakiKekerasan terhadap

perempuan

Penolakan/ perendahan

(19)

Konsepsi Kesehatan Mental

Sepanjang sejarah psikologi, kita melihat

ada 3 konsepsi kesehatan mental:

Tradisional (skala F – M), yang dinilai positif dan sehat mental adalah bila laki-laki lebih menampilkan maskulinitas dan perempuan menampilkan femininitas.

Keyakinan ini mendasari pengembangan skala F – M

(20)

Konsepsi Kesehatan Mental (lanjutan)

 Meski demikian keyakinan ini problematis,

karena penelitian Broverman menunjukkan bahwa tuntutan femininitas pada perempuan menyebabkan banyak masalah pada

perempuan

 Di satu sisi yang dianggap sehat mental bagi

manusia ternyata sama dengan yang dianggap sehat mental/ dituntut bagi laki-laki, misalnya kemandirian, kemampuan mengambil

(21)

Konsepsi Kesehatan Mental

(lanjutan)

Di sisi lain, perempuan dituntut untuk

tampil feminin, yang menyebabkannya

mengalami

double bind

’, kebingungan

perempuan:

Menjadi perempuan yang ‘bukan manusia

utuh’, atau memenuhi standar ‘manusia’

tapi bukan sepenuhnya perempuan??

(22)

Konsepsi Kesehatan Mental

(lanjutan)

 Maskulin – yang maskulin dilihat lebih positif,

lebih memungkinkan individu sehat mental karena perempuan lebih berciri feminin (mis. tergantung, pasif) menjadi lebih sulit bagi

perempuan untuk sehat mental.

 Androgin – manusia yang tampil dengan ciri-ciri

maskulin dan feminin positif adalah manusia yang lebih utuh dan lebih sehat mental

 Konsep androgin ini dikembangkan oleh Sandra

(23)

Bias Gender dalam Intervensi

Psikologis

Penelitian menunjukkan adanya

seksisme atau bias yang

merugikan dalam intervensi

psikologis yang diberikan oleh

psikiater, psikolog, konselor.

(24)

Bias gender tampil dalam solusi peran

gender tradisional yang diberikan konselor:

 Bias dalam ekspektansi dan ‘devaluasi’ perempuan

(misalnya fenomena yang sama dilabel berbeda. Minat besar untuk menghabiskan waktu bekerja mungkin

dinilai positif pada pria – ‘bertanggung jawab,

berwawasan ke depan, mengaktualisasi diri’. Sementara hal yang sama mungkin dinilai negatif pada perempuan – ‘ambisius, bentuk pelarian (belum dpt pacar/ anak, dsb).

 Penggunaan konsep2 ‘bias’ (mis dalam perkawinan

perempuan harusnya lebih banyak melayani, wajar bila suami ingin tetap dilayani istri walau istri bekerja, wajar bila suami yang selingkuh)

 Sikap pada klien yang ‘mengobyekkan’ – mis terapis

(25)

Intervensi Psikologis Tidak Bias

Gender

 Membuka kemungkinan peran gender yang

luwes pada perempuan dan laki-laki

 Menyadarkan (pria) tentang kerugian2 konsepsi

eksesif maskulinitas bagi keutuhan pribadi (mis sulitnya menjalin kedekatan dengan anak, sulit mengakui perasaan diri sendiri)

 Klien menemukan yang terbaik bagi dirinya

tanpa dipaksa mengikuti konstruksi sosial

tentang peran-peran, posisi laki2/perempuan (yang stereotipik, dianggap alamiah)

 Ada upaya2 memfasilitasi pemahaman akan

(26)

Ciri psikolog/ konselor yang tidak

bias gender:

 Menyadari nilai2nya sendiri sekaligus

memahami nilainya bisa berbeda dengan klien

 Tidak ada rumusan tingkah laku yang ‘wajib’

bagi perempuan atau bagi laki2

 Peran gender yang berbeda (perempuan lebih

banyak menghasilkan uang, laki-laki atentif pada anak) tidak dilabel patologis

 Perempuan dan laki2 diharapkan mandiri dan

asertif, juga mampu mengekspresikan emosi dan peduli pada orang lain.

(27)

Intervensi Psikologi Feministik

 Menyadari ketidakseimbangan kekuasaan

(alasan2 sosial-struktural) antara laki2 dan perempuan, yang menyebabkan perempuan menghadapi masalah2 khusus

 Jadi, alasan seringkali sosial, bukan hanya

personal; eksternal bukan hanya internal

 Tetapi, alasan sosial tersebut tidak

menyebabkan perempuan kehilangan tanggung jawab pribadi atau keputusan yang telah

(28)

Intervensi Psikologi Feministik (lanjutan)

 Mengupayakan relasi setara konselor-klien  ‘kemarahan’ dicoba dibuka, diakui, dikelola

secara baik untuk memungkinkan penyelesaian masalah2 terkait

 Pengembangan konsep diri positif – lepas dari

stereotif tradisional (mitos, tuntutan) tentang

perempuan (mis bila ‘kehilangan keperawanan’, telah kehilangan nilai sebagai perempuan)

(29)

Intervensi Psikologi Feministik

(lanjutan)

 Kemandirian ekonomi dan psikologis dinilai

penting untuk penguatan psikologis perempuan

 Hubungan persahabatan, cinta dan keluarga

seyogyanya diwarnai kesetaraan posisi

 Membantu perempuan berhubungan sosial

secara efektif, menerima diri, mampu

Referensi

Dokumen terkait

Magister Ilmu Hukum Universitas Bhayangkara Raya dan Pembimbing Dua yang penuh perhatian dan ketulusan memberikan koreksi teknis dalam penulisan tesis

Pengukuran slot breket merek m3 dilakukan pada 2 tipe breket m3 berdasarkan teknik perawatan dan berukuran standar 0,018 inci.Pada Tipe 1 didapatkan bahwa seluruh rata-rata

Pada pertemuan ketiga aktivitas siswa kembali meningkat karena siswa sudah mengerti dengan strategi yang digunakan yaitu setelah siswa memperhatikan guru menjelaskan materi,

Informasi merupakan data yang telah dip roses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat.. Jadi ada suatu proses

dan stiker menggunakan slogan “ yuk rame-reme coblos nomor 4 ” .Dengan strategi tersebut Dedi Humadi berhasil menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Upaya yang dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kejahatan perjudian sabung ayam yang terjadi di Wilayah Hukum Polres Pangkep yaitu: a.upaya preventif yaitu

Elastisitas produksi industri minyak kelapa menunjukkan bahwa fungsi produksi minyak kelapa masih berada pada tingkat skala hasil yang Industri kopra Elastisitas

Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna,