• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN NEMATODA ENTOMOPATOGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN NEMATODA ENTOMOPATOGEN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN NEMATODA ENTOMOPATOGEN

Steinernema sp.

(Rhabditida:Steinernematidae)

ISOLAT LOKAL

SEBAGAI AGENS HAYATI KUMBANG TANDUK Oryctes

rhinoceros L.

(Coleoptera:Scarabaeidae)

DI

LABORATORIUMDAN LAPANGAN

TESIS

Tumpal Panjaitan

117001004/AET

PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PEMANFAATAN NEMATODA ENTOMOPATOGEN

Steinernema sp.

(Rhabditida:Steinernematidae)

ISOLAT LOKAL

SEBAGAI AGENS HAYATI KUMBANG TANDUK Oryctes

rhinoceros L.

(Coleoptera:Scarabaeidae)

DI

LABORATORIUMDAN LAPANGAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister dalam Program Magister Agroekoteknologi

Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

Tumpal Panjaitan

117001004/AET

PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul Tesis : PEMANFAATANNEMATODA ENTOMOPATOGENS

Steinernema sp. (Rhabditida:Steinernematidae) ISOLAT

LOKAL SEBAGAI AGENS HAYATI KUMBANG TANDUK Oryctesrhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaeidae) DI LABORATORIUM DAN LAPANGAN

Nama Mahasiswa : Tumpal Panjaitan Nomor Pokok : 117001004

Program Studi : Magister Agroekoteknologi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Ketua A n g g o t a Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MSDr. Lisnawita, SP, M.Si

Ketua Program Studi Dekan

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MS Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS

(4)

Telah diuji pada :

Tanggal

:27 Januari 2015

Panitia Penguji Tesis

Ketua

: Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS

Anggota : 1. Dr. Lisnawita, SP, M.Si

2. Prof . Dr. Ir. Darma Bakti, MS

3. Dr. Ir. Hasanuddin, MS

(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

PEMANFAATAN NEMATODA ENTOMOPATOGEN Steinernema sp.

(Rhabditida:Steinernematidae) ISOLAT LOKAL SEBAGAI AGENS HAYATI

KUMBANG TANDUK Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera:Scarabaeidae) DI LABORATORIUMDAN LAPANGAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Medan, 31 Januari 2015 Penulis

(6)

i

ABSTRACT

TUMPAL PANJAITAN, 2015. Utilization of Entomopathogenic Nematodes Steinernema sp. ((Rhabditida ; Steinernematidae) Local Isolates as Biological Control of Rhinoceros Beetle Oryctesrhinoceros (Coleoptera ; Scarabaeidae) in Laboratory and Field. Supervised by Maryani Cyccu Tobing and Lisnawita.

Rhinoceros beetle (Oryctes rhinoceros) are a major pest in oil palm plantation and the control has been done in various methodes, as physic, mecanic, biology, chemical, etc. Entomopathogenic nematodes (NEPs) Steinernema sp. is one of alternative for O. rhinoceros controlling because have fast power killing and no effects for environment and human.

NEPs has been taken from eight location, four from mineral soil and four from organic soil on oil palm plantation and then makes screening test to get isolate virulance for larvae of O. rhinoceros and dosage of Steinernema sp. more effective to O. rhinoceros control in laboratory and field.

Result of NEPs screening known NEPs from Bahilang Estate has the highest virulence and included of Steinernema sp. genera. Result of laboratory research known the highest mortality with dose of 8.000 ji/108 cm3, L1 (100%) at 8 DAT, L2 (100%) at 10 DAT and L3 (83.3%) at 11 DAT.

Result of field research using wooden box in the shaded areas shown mortality L1 (100%) at 9 DAT with dose of 60.000 and 120.000 ji/0.1 m3, L2 (100%) at 10 DAT with all dose and L3 (81.7%) at 10 DAT with dose of 120.000 ji/0.1 m3. Result of field reseach using wooden box in the open areas shown maximum mortality L1 (63.3%), L2 (46.7%) with dose of 60.000 ji/0.1 m3 and L3 (25%) with dose of 120.000 ji/0.1 m3.

Result of field research in trunk of oil palm shown the highest mortality (54%) with dose of 500.000 ji/4.1 m3 with once application. Result of mortality based of larvae instar shown mortality L1 (90%) with dose of 1.000.000 ji/4.1 m3 with once application. The higher of mortality L2 (34,1%) with dose of 500.000 ji/4.1 m3 with twice application and L3 (16.7%) with dose of 500.000 ji/4.1 m3 with fourth application.

Steinernema sp. population result in laboratory known the highest population of Steinernema sp (308 ji/larvae) on L2 with dose of 8.000 ji/108 cm3. Steinernema sp population in the field research on shaded areas shown the highest population (264.4 ji/larvae) on L2 with dose of 30.000 ji/0.1 m3. Steinernema sp. population in the field research on open areas shown the highest population (181.5 ji/larvae) on L1 with dose of 120.000 ji/0.1 m3.

(7)

ii

ABSTRAK

TUMPAL PANJAITAN, 2015. Pemanfaatan Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. (Rhabditida ; Steinernematidae) Isolat Lokal sebagai Agens Hayati Kumbang Tanduk Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera ; Scarabaeidae) di Laboratorium dan Lapangan. Dibimbing oleh Maryani Cyccu Tobingdan Lisnawita.

Kumbang tanduk O. rhinoceros merupakan salah satu hama utama pada tanaman kelapa sawit dan berbagai pengendalian telah dilakukan baik fisik, mekanik, biologi, kimiawi dan lain lain. Salah satu pengendalian biologi adalah penggunaan nematoda entomopatogen (NEP) Steinernema sp. yang mempunyai daya bunuh yang cepat dan tidak menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan dan manusia.

NEP diambil dari delapan lokasi masing masing 4 tanah mineral dan 4 tanah organik) dari perkebunan kelapa sawit. Selanjutnya dilakukan penapisan untuk mendapatkan isolat yang paling virulen terhadap larva O. rhinoceros dan

dosis Steinernema sp. yang paling efektif untuk mengendalikan larva O.

rhinoceros berdasarkan instar di laboratorium dan lapangan.

Hasil penapisan diperoleh NEP dari Kebun Bahilang memiliki virulensi tertinggi dan masuk ke dalam genus Steinernema. Hasil penelitian di laboratorium diperoleh mortalitas tertinggi terdapat pada dosis 8.000 ji/108 cm3, dimana L1 mencapai 100% pada 8 hari setelah aplikasi (hsa), L2 mencapai 100% pada 10 hsa dan L3 hanya mencapai 83,3% pada 11 hsa.

Hasil penelitian di lapangan menggunakan kotak kayu di areal ternaungi

diperoleh mortalitas L1 mencapai 100% pada 9 hsa pada dosis 60.000 dan

120.000 ji/0,1 m3, L2 mencapai 100% pada 10 hsa untuk seluruh dosis dan L3

hanya mencapai 81,7% pada 11 hsa dengan dosis 120.000 ji/0,1 m3. Hasil

penelitian di lapangan menggunakan kotak kayu di areal terbuka diperoleh mortalitas L1 mencapai 63,3% dengan dosis 60.000 ji/0,1 m3, L2 mencapai 46,7% dengan dosis 60.000 ji/0,1 m3 dan L3 mencapai 25,0% dengan dosis 120.000 ji/0,1 m3.

Hasil penelitian di lapangan pada rumpukan batang kelapa sawit diperoleh mortalitas tertinggi (54,0%) pada dosis 500.000/4,1 m3 dengan aplikasi satu kali. Pengamatan mortalitas larva berdasarkan instar diperoleh mortalitas L1 tertinggi (90,0%) terdapat pada dosis 1.000.000 ji/4,1 m3 dengan aplikasi sebanyak satu kali, mortalitas L2 tertinggi (34,1%) terdapat pada dosis 500.000 ji/4,1 m3 dengan aplikasi sebanyak dua kali dan mortalitas L3 tertinggi (16,7%) terdapat pada dosis 500.000 ji/4,1 m3 dengan aplikasi sebanyak empat kali.

Pengamatan populasi Steinernema sp. di laboratorium diperoleh populasi tertinggi (308 ji/larva) pada L2 dengan dosis 8.000 ji/108 cm3. Pengamatan populasi Steinernema sp. pada kotak kayu di areal ternaungi diperoleh populasi tertinggi (264,4 ji/larva) pada L2 dengan dosis 30.000 ji/0,1 m3 sedangkan pada kotak kayu di areal terbuka diperoleh populasi Steinernema sp. tertinggi (181,5 ji/larva) pada L1 dengan dosis 120.000 ji/0,1 m3.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Allah Bapa di Surga, atas berkat dan lindunganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Magister Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dan kelemahan yang ditemukan dalam penulisan tesis ini dan semoga hasil penelitian di dalam tesis ini berguna dan bermafaat bagi industri kelapa sawit dalam mengendalikan Oryctes rhinoceros dan khususnya di perkebunan kelapa sawit Asian Agri Group tempat penulis bekerja.

Penulis juga menyadari banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. Untuk itu pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati penulis ijinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS sebagai Ketua dan Dr. Lisnawita, SP, M.Sisebagai Anggota, atas bimbingan dan saran selama penelitian dan penyusunan tesis dilakukan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Tim Penguji Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS, Dr. Ir. Hasanuddin, MS dan Dr. Ir. Marheni, M.Si, atas kritik, koreksi dan saran dalam perbaikan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada management Asian Agri Group, Bapak Kelvin Tio selaku Managing Director AA Group, Bapak Dr. Mukesh Sharma selaku Head R&D RGE Group dan Bapak Manjit Sidhu selaku Head R&D Oil Palm, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memperoleh gelar Magister Pertanian. Penulis juga mengucapkan terima kasih

(9)

iv

kepada Bapak Ir. Ikom Widiasa, selaku Head Regional Office - Asahan, Ibu Rita Tambunan selaku Asisten Kepala Kebun Bahilang, Bapak Andy Prasetyo selaku Manager Kebun Tanah Datar, Bapak Jeni Gunanti selaku Asisten Afdeling Kebun Tanah Datar yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh temanku di Program Magister Agroekoteknologi khususnya Taufik Hidayat, Ida Roma Uli Siahaan, Mulia Hutapea dan Suprianto Siddik yang banyak memberi dukungan dan semangat selama penyusunan tesis.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu Sri Purwanti atas bantuannya dalam mengolah data percobaan serta Bapak Dedek Haryadi, David Sinambela, Albertus Prasetyadi, Teuku Elmondo dan seluruh tim Pest and Diseases (P&D) yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini dari awal sampai selesai.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibundaku Else Nainggolan beserta ayah mertua Bangun Sitompul dan ibu mertua Yosephine Tambunan dan seluruh abang dan kakakku atas dukungan semangat, motivasi dan bimbingannya selama ini. Terima kasih yang tak terhingga juga disampaikan kepada istriku tercinta Febe Trivosa Sitompul, STP dan anakku Jessica Panjaitan atas segala pengertian, pengorbanan, pengharapan dan kesabarannya selama penulis melanjutkan studi ini yang telah banyak menyita waktu dan kesempatan kalian. Kepada seluruh rekan rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang banyak membantu perkuliahan, penelitian dan penyusunan tesis ini penulis mengucapkan terima kasih.

(10)

v

KiraNya Tuhan Yang Maha Kuasa akan memberikan balasan atas segala kebaikan bapak dan ibu yang membantu sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan dan semoga tesis ini bermanfaat kepada semua umat manusia, amin.

Medan, 31 Januari 2015

Penulis

(11)

vi

RIWAYAT HIDUP

TUMPAL PANJAITAN dilahirkan pada tanggal 30 Januari 1972 di Pematang Siantar, Propinsi Sumatera Utara, dari ayah bernama Mangara Panjaitan (alm) dan ibu bernama Else Nainggolan. Anak kelima dari lima bersaudara dan sudah menikah dengan istri bernama Febe Trivosa Sitompul, STP serta dikarunia seorang putri bernama Jessica Panjaitan.

Lulus Sekolah Dasar (SD) Negeri 060912 Medan pada tahun 1983, lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kenangan Medan pada tahun 1986, lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Medan pada tahun 1989 dan lulus dari Jurusan Hama Penyakit Fakultas Pertanian, Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung pada tahun 1994. Pada bulan September 2011 tercatat sebagai Mahasiswa di Program Studi Agroekoteknologi Sekolah Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Sejak tahun 2000 sampai sekarang bekerja di Research and Development (R&D) Asian Agri Group dan saat ini menjabat sebagai Head of Pest and Diseases Section.

(12)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1 1.1.Latar Belakang ... 1 1.2.Perumusan Masalah ... 3 1.3.Tujuan Penelitian ... 4 1.4.Hipotesis ... 4 1.5.Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tanaman Kelapa Sawit ... 6

2.2.Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) ... 6

2.2.1. Biologi O. rhinoceros ... 8

2.2.2. Kerusakan akibat serangan O. rhinoceros ... 9

2.2.3. Pengendalian O. rhinoceros ... 11

2.2.3.1. Pengendalian secara fisik ... 12

2.2.3.2. Pengendalian dengan perangkap ... 12

2.2.3.3. Pengendalian secara kimia ... 13

2.2.3.4. Pengendalian hayati ... 13

2.3.Nematoda Entomopatogen (NEP) ... 14

2.3.1. Biologi nematoda Steinernema sp. ... 17

2.3.2. Morfologi nematoda Steinernema sp. ... 17

2.3.3. Ekologi nematoda Steinernema sp. ... 20

2.3.4. Mekanisme menginfeksi nematoda Steinernema sp. ... 20

III. BAHAN DAN METODE ... 22

3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

3.2.Alat dan Bahan Penelitian ... 22

3.3. Pelaksanaan Penelitian ... 23

3.3.1. Pengambilan sampel tanah ... 23

3.3.1.1. Eksplorasi nematoda Steinernema sp. secara in-vivo ... 24

3.3.1.2. Perbanyakan nematoda Steinernema sp. ... 26

3.3.1.3. Pengumpulan larva O. rhinoceros... 27

3.3.2. Penapisan nematoda entomopatogen ... 27

(13)

viii

3.3.4. Penelitian nematoda Steinernema sp. di laboratorium ... 29

3.3.5. Penelitian nematoda Steinernema sp. di lapangan pada kotak kayu ... 31

3.3.6. Penelitian nematoda Steinernema sp. di lapangan pada rumpukan batangkelapa sawit ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Penapisan Nematoda Entomopatogen ... 38

4.2. Identifikasi Nematoda Entomopatogen ... 41

4.3.Mortalitas Larva O. rhinoceros di Laboratorium ... 43

4.4. Mortalitas Larva O.rhinoceros di Lapangan Kotak Kayu pada Areal Ternaungi ... 47

4.5. Mortalitas Larva O.rhinoceros di Lapangan Kotak Kayu pada Areal Terbuka ... 51

4.6.Mortalitas Larva O.rhinoceros di Lapangan pada Rumpukan BatangKelapa Sawit ... 54

4.7. Hubungan Dosis terhadap Populasi Steinernema sp. pada Tubuh Larva O.rhinoceros di Laboratorium ... 61

4.8. Hubungan Dosis terhadap Populasi Steinernema sp. pada Tubuh Larva O.rhinoceros di Penelitian Lapangan Kotak Kayu di Areal Ternaungi ... 63

4.9. Hubungan Dosis terhadap Populasi Steinernema sp. pada Tubuh Larva O.rhinoceros di Penelitian Lapangan Kotak Kayu di Areal Terbuka ... 64

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1.Kesimpulan ... 66

5.2.Saran ... 67

(14)

ix

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman

1. Hasil eksplorasi NEP dari dalam tanah berdasarkan sumber lokasi ... 38 2. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros pada penelitian penapisan ... 40 3. Perubahan warna kutikula larva O. rhinoceros yang terinfeksi NEP ... 42 4. Persentase mortalitas larva O.rhinoceros pada penelitian

di laboratorium ... 44 5. Ketebalan kutikula O. rhinoceros berdasarkan instar ... 46 6. Persentase mortalitas larva O.rhinoceros pada penelitian lapangan

kotak kayu di areal ternaungi ... 49 7. Persentase mortalitas larva O.rhinoceros pada penelitian lapangan

kotak kayu di areal terbuka ... 52 8. Persentase mortalitas larva O.rhinocerospada penelitian lapangan

di rumpukanbatang kelapa sawit ... 54 9. Persentase mortalitas larva O.rhinoceros berdasarkan instar pada

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Halaman

1. Oryctes rhinocerosberdasarkan stadia ... 10

2. SEM Steinernemasp. betina ... 18

3. SEM Steinernemasp. jantan ... 19

4. Pembersihan sampel tanah yang diambil dari lapangan ... 24

5. Eksplorasi nematoda Steinernema sp. dari tanah ... 25

6. White trap nematoda Steinernema sp. ... 25

7. Biakan nematoda Steinernema sp. ... 26

8. Perbanyakan nematoda Steinernema sp. secara in-vivo ... 26

9. Tata letak kotak plastik pada penelitian penapisan ... 29

10. Tata letak kotak plastik pada penelitian di laboratorium ... 31

11. Tata letak kotak kayu pada penelitian lapangan kotak kayu di areal ternaungi ... 33

12. Tata letak kotak kayu pada penelitian lapangan kotak kayu di areal terbuka ... 34

13. Tata letak plot pada penelitian lapangan dirumpukan batang kelapa sawit ... 36

14. Hasil penghitungan LD50 pada penelitian penapisan ... 41

15. Perubahan warna kutikulaO.rhinoceros yang terinfeksi Steinernema sp. ... 42

16. Hasil penghitungan LD50 penelitian di laboratorium ... 47

17. Hasil penghitungan LD50 penelitian lapangan kotak kayu diareal ternaungi ... 51

18. Hasil penghitungan LD50 penelitian lapangan kotak kayu diareal terbuka ... 53

(16)

xi

19. Hasil penghitungan LD50 pada penelitian lapangan dirumpukan

batang kelapa sawit ... 56 20. Hasil penghitungan LD50 pada L1 di penelitian lapangan di rumpukan

batang kelapa sawit ... 58 21. Hasil penghitungan LD50 pada L2 di penelitian lapangan

dirumpukan batang kelapa sawit ... 60 22. Hasil penghitungan LD50 pada L3 pada penelitian lapangan

dirumpukan batang kelapa sawit ... 61 23. Regresi populasi Steinernemasp. berdasarkan instar pada penelitian

di laboratorium ... 62 24. Regresi populasi Steinernemasp. berdasarkan instar pada penelitian

lapangan kotak kayu diareal ternaungi ... 64 25. Regresi populasi Steinernemasp. berdasarkan instar pada penelitian

(17)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran Halaman

1. Tata letak kotak plastik pada penelitian di laboratorium ... 76

2. Tata letak kotak kayu pada penelitian lapangan di areal ternaungi dan terbuka ... 77

3. Tata letak plot penelitian lapangan dirumpukan batang kelapa sawit .... 78

4. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 1 HSA pada penelitian penapisan ... 79

5. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 2 HSA pada penelitian penapisan ... 80

6. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 3 HSA pada penelitian penapisan ... 81

7. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 4 HSA pada penelitian penapisan ... 82

8. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 5 HSA pada penelitian penapisan ... 83

9. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 1 HSA di laboratorium ... 84

10. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 2 HSA di labortaorium ... 85

11. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 3 HSA di laboratorium ... 86

12. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 4 HSA di laboratorium ... 87

13. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 5 HSA di laboratorium ... 88

14. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 6 HSA di laboratorium ... 89

15. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 7 HSA di laboratorium ... 90

16. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 8 HSA di laboratorium ... 91

17. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 9 HSA di laboratorium ... 92

(18)

xiii

19. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 11 HSA di laboratorium ... 94 20. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 1 HSA pada penelitian

lapangan kotak kayu di areal ternaungi ... 95 21. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 2 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal ternaungi ... 96 22. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 3 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal ternaungi ... 97 23. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 4 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal ternaungi ... 98 24. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 5 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal ternaungi ... 99 25. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 6 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal ternaungi ... 100 26. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 7 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal ternaungi ... 101 27. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 8 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal ternaungi ... 102 28. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 9 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal ternaungi ... 103 29. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 10 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal ternaungi... 104 30. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 11 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal ternaungi ... 105 31. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 1 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal terbuka ... 106 32. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 2 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal terbuka ... 107 33. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 3 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal terbuka ... 108 34. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 4 HSA pada penelitian

(19)

xiv

35. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 5 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal terbuka ... 110 36. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 6 HSA pada penelitian

lapangankotak kayu di areal terbuka ... 111 37. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 1 MSA pada penelitian

lapangandi rumpukan batang kelapa sawit ... 112 38. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 2 MSA pada penelitian

lapangandi rumpukan batang kelapa sawit ... 113 39. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 3 MSA pada penelitian

lapangandi rumpukan batang kelapa sawit ... 114 40. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros 4 MSA pada penelitian

lapangandi rumpukan batang kelapa sawit ... 115 41. Persentase mortalitas L1O. rhinoceros pada 1 MSA pada penelitian

lapangan dirumpukan batang kelapa sawit ... 116 42. Persentase mortalitas L1O. rhinoceros pada 2 MSA pada penelitian

lapangan dirumpukan batang kelapa sawit ... 117 43. Persentase mortalitas L1 O. rhinoceros pada 3 MSA pada penelitian

lapangan dirumpukan batang kelapa sawit ... 118 44. Persentase mortalitas L1O. rhinoceros pada 4 MSA pada penelitian

lapangan dirumpukan batang kelapa sawit ... 119 45. Persentase mortalias L2O. rhinoceros pada 1 MSA pada penelitian

lapangan dirumpukan batang kelapa sawit ... 120 46. Persentase mortalitas L2O. rhinoceros pada 2 MSA pada penelitian

lapangan dirumpukan batang kelapa sawit ... 121 47. Persentase mortalitas L2O. rhinoceros pada 3 MSA pada penelitian

lapangan dirumpukan batang kelapa sawit ... 122 48. Persentase mortalitas L2O. rhinoceros pada 4 MSA pada penelitian

lapangan dirumpukan batang kelapa sawit ... 123 49. Persentase mortalitas L3O. rhinoceros pada 1 MSA pada penelitian

lapangan dirumpukan batang kelapa sawit ... 124 50. Persentase mortalitas L3O. rhinoceros pada 2 MSA pada penelitian

(20)

xv

51. Persentase mortalitas L3O. rhinoceros pada 3 MSA pada penelitian

lapangan dirumpukan batang kelapa sawit ... 126 52. Persentase mortalitas L3 O. rhinoceros pada 4 MSA pada penelitian

lapangan dirumpukan batang kelapa sawit ... 127 53. Populasi NEP pada tubuh larva O. rhinoceros yang mati di penelitian

laboratorium ... 128 54. Populasi NEP pada tubuh larva O. rhinoceros yang mati di penelitian

lapangan kotak kayu diareal ternaungi ... 128 55. Populasi NEP pada tubuh larva O. rhinoceros yang mati di penelitian

lapangan kotak kayu diareal terbuka ... 129 56. Data suhu dan kelembaban pada penelitian di laboratorium ... 130 57. Data curah hujan, suhu dan kelembabanpada penelitian lapangan

kotak kayu diareal ternaungi ... 131 58. Data curah hujan, suhu dan kelembaban pada penelitian lapangan

kotak kayu diareal terbuka ... 132 59. Data curah hujan pada penelitian lapangan dirumpukan batang

Referensi

Dokumen terkait

Memanipulasi atau re-engineering traffic sebuah web adalah salah satu cara untuk menaikkan ranking sebuah web site menjadi paling teratas atau berada di halaman pertama di sebuah

[r]

Terkadang apabila kita ingin membeli sebuah handphone, kita hanya dapat melihat handphone tersebut tanpa mengetahui fitur-fitur apa saja yang terdapat pada handphone yang ingin

Bagian yang brerfungsi melindungi bunga pada saat bunga masih kuncup adalah ….. Ulat daun digolongkan dalam hewan herbivora karena …

Dengan adanya warnet yang murah dan memiliki kualitas yang terjamin mutunya sehingga diharapkan masyarakat dapat lebih mudah dalam mencari informasi yang ingin dicari dan

P3 Item maklumat yang menembusi jaringan dengan memintas mekanisme pengawalan P1’ Item maklumat yang menembusi jaringan dan berjaya melepasi proses gatekeeping R Retriever

Di sini saya sebut beberapa saja: sekurang-kurangnya seekor untuk “ nga’ötö nuwu ” (paman dari ibu mempelai perempuan), sekurang-kurangnya seekor sampai tiga ekor untuk

Berdasarkan diagram interaksi (gambar 6) dapat dilihat bahwa rasio akar tajuk terendah pada semua ukuran serat dan komposisi 1:3 dan 0:1, artinya bahwa biomassa