• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN

 Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2012 – 2016 cenderung mengalami penurunan, meskipun di akhir-akhir periode mengalami fluktuasi. Tahun 2012 pada bulan Maret jumlah penduduk miskin sebanyak 420,05 ribu jiwa (15,40 persen), bulan September 2012 sebanyak 410,98 ribu jiwa (14,94 persen), bulan Maret 2013 sebanyak 406,97 ribu jiwa (14,67 persen), bulan September 2013 sebanyak 400,41 ribu jiwa (14,32 persen), bulan Maret 2014 sebanyak 392,65 ribu jiwa (13,93 persen), bulan September 2014 sebanyak 387,06 ribu jiwa (13,61 persen), bulan Maret 2015 sebanyak 421,63 ribu jiwa (14,66 persen), bulan September 2015 sebanyak 406,34 ribu jiwa (14,07 persen), dan bulan Maret 2016 sebanyak 420,52 ribu jiwa (14,45 persen).

 Penduduk miskin di Sulawesi Tengah keadaan September 2015 sebanyak 406,34 ribu jiwa (14,07 persen) sedangkan keadaan Maret 2016 sebanyak 420,52 ribu jiwa (14,45 persen). Hal tersebut berarti tingkat kemiskinan naik sebanyak 14,18 ribu jiwa atau naik 0,38 persen point. Selama periode September 2015 – Maret 2016, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 3,80 ribu jiwa, sedangkan di daerah perdesaan bertambah sekitar 17,98 ribu jiwa.

 Periode September 2015 – Maret 2016, Garis Kemiskinan naik sebesar 4,67 persen, yaitu dari Rp. 358.892,- per kapita per bulan pada September 2015 menjadi Rp. 375.659,- per kapita per bulan pada Maret 2016.

 Periode September 2015 – Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

menunjukkan peningkatan dari 2,37 menjadi 2,72. Hal tersebut mengindikasikan rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan mengarah semakin membesar artinya rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauh di bawah garis kemiskinan atau ke arah yang kurang baik.

 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan naik dari 0,60 pada

periode September 2015 menjadi 0,73 pada periode Maret 2016. Hal tersebut menunjukkan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin melebar.

No. 40/07/72/Th. XIX, 18 Juli 2016

(2)

1. Perkembangan Penduduk Miskin di Sulawesi Tengah, 2012 - 2016

Selama 5 (lima) tahun terakhir, yaitu periode 2012-2016, perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah cenderung mengalami penurunan, walaupun di penghujung periode mengalami fluktuasi, sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Pada bulan Maret 2012 jumlah penduduk miskin sebanyak 420,05 ribu jiwa (15,40 persen), bulan September 2012 sebanyak 410,98 ribu jiwa (14,94 persen), bulan Maret 2013 sebanyak 406,97 ribu jiwa (14,67 persen), bulan September 2013 sebanyak 400,41 ribu jiwa (14,32 persen), bulan Maret 2014 sebanyak 392,65 ribu jiwa (13,93 persen), bulan September 2014 sebanyak 387,06 ribu jiwa (13,61 persen), bulan Maret 2015 sebanyak 421,63 ribu jiwa (14,66 persen), bulan September 2015 sebanyak 406,34 ribu jiwa (14,07 persen), dan bulan Maret 2016 sebanyak 420,52 ribu jiwa (14,45 persen). Pada periode September 2015 – Maret 2016 terjadi peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin sebesar 14,18 ribu jiwa dengan perubahan 0,38 persen point.

Tabel 1.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sulawesi Tengah 2012 - 2016

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin

(Ribu) Akselerasi

(persen)

Persentase Penduduk Miskin

Perubah-an (persen

point)

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 2012 (Maret) 61,38 358,67 420,05 -3,14 9,24 17,38 15,40 -0,64 2012 (Sept) 60,40 350,58 410,98 -2,16 9,02 16,85 14,94 -0,46 2013 (Maret) 60,02 346,95 406,97 -0,98 8,90 16,53 14,67 -0,27 2013 (Sept) 64,37 336,04 400,41 -1,61 9,45 15,89 14,32 -0,35 2014 (Maret) 67,08 325,57 392,65 -1,94 9,77 15,27 13,93 -0,39 2014 71,65 315,41 387,06 -1,42 10,35 14,66 13,61 -0,32

(3)

2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin September 2015 –

Maret 2016

Jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada Maret 2016 sebesar 420,52 ribu jiwa (14,45 persen). Jika dibandingkan penduduk miskin pada September 2015 sebesar 406,34 ribu jiwa (14,07 persen), secara absolut jumlah penduduk miskin naik sebesar 14,18 ribu jiwa, sedangkan secara relatif juga mengalami kenaikan 0,38 persen point. Selama periode tersebut, penduduk miskin di daerah perkotaan secara absolut berkurang sebesar 3,80 ribu jiwa, sedangkan di daerah perdesaan bertambah sebesar 17,98 ribu jiwa. Jika dilihat tingkat akselerasinya, peningkatan penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada periode September 2015 - Maret 2016 meningkat sebesar 3,49 persen. (Tabel 1).

3. Perubahan Garis Kemiskinan September 2015 - Maret 2016

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

Periode September 2015 - Maret 2016, akselerasi Garis Kemiskinan naik sebesar 4,67 persen, yaitu dari Rp.358.892,- pada bulan September 2015 menjadi Rp.375.659,- pada bulan Maret 2016. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2015, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 76,35 persen, naik menjadi 77,17 persen pada Maret 2016 (tabel 2).

(4)

Tabel 2.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Daerah, September 2015 - Maret 2016

Daerah/ Tahun

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah

penduduk miskin (ribu) Persentase penduduk miskin Makanan Bukan Makanan Total Perkotaan September 2015 264.458 112.038 376.496 79,25 11,06 Maret 2016 275.962 115.108 391.070 75,45 10,18 Perdesaan September 2015 277.186 75.894 353.080 327,09 15,07 Maret 2016 291.258 79.134 370.392 345,07 15,91 Kota+Desa September 2015 274.027 84.865 358.892 406,34 14,07 Maret 2016 289.910 85.749 375.659 420,52 14,45

Sumber: Diolah dari data Susenas

4. Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Dimensi lain yang perlu diperhatikan selain jumlah dan persentase penduduk miskin adalah tingkat kedalaman dan tingkat keparahan kemiskinan.

Pada periode September 2015 - Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

menunjukkan kenaikan dari 2,37 pada September 2015 menjadi 2,72 pada Maret 2016. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi

(5)

miskin semakin melebar. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan pada

bulan September 2015 sebesar 0,32 naik menjadi 0,53 pada bulan Maret 2016. Sementara di daerah perdesaan pada periode yang sama angka indeks tersebut juga mengalami kenaikan dari 0,70 menjadi 0,79.

Tabel 3.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

di Sulawesi Tengah menurut Daerah, Maret 2015 - Maret 2016

Tahun Kota Desa Kota + Desa

(1) (2) (3) (4)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2015 September 2015 1,78 1,41 2,76 2,69 2,52 2,37 Maret 2016 1,89 3,01 2,72

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2015 September 2015 0,43 0,32 0,74 0,70 0,66 0,60 Maret 2016 0,53 0,79 0,73

Referensi

Dokumen terkait

jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan berakhir, atau Grup mentransfer aset keuangan dan secara substansial mentransfer seluruh risiko

Skripsi yang berjudul: Analisis Kesulitan Siswa Meenyeelesaikan Sooal Turuan Fungsi Aljabar Pada Kelas XI IPS Madrassah Aliyah Negeri 1 Banjarmasin Tahun Ajaran

Secara keseluruhan untuk jumlah siswa dalam kategori baik telah mencapai indikator keberhasilan yaitu  15 siswa, dengan demikian kemampuan berpikir kritis matematis

Yang bukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki supervisor dalam menjalankan tugasnya adalah.... Gabungan beberapa orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan

Dinamika penerimaan diri pada subjek dengan umur yang paling tua dapat narpidana wanita bergantung pada faktor yang menerima keadaan subjek dengan cepat, bahkan menjadi

Keluarga dapat menjadi penyebab dari rendahnya minat belajar anak-anak mereka dalam menuntut ilmu, masa anak-anak adalah masa dimana dia masih sangat membutuhkan

Untuk mendapatkan minimum attractive rate of return (MARR), yang digunakan sebagai acuan untuk menetapkan apakah suatu investasi jalan tol layak atau tidak layak

Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jawa Barat September 2016 5 Jika dilihat dari persentase, penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan turun sebesar 0,08 persen (11,80