• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEBARAN DAN KEPADATAN NYAMUK Aedes Aegypti DI LAUWA, JULUKANAYA DAN TONRORITA KECAMATAN BIRING BULU KABUPATEN GOWA SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SEBARAN DAN KEPADATAN NYAMUK Aedes Aegypti DI LAUWA, JULUKANAYA DAN TONRORITA KECAMATAN BIRING BULU KABUPATEN GOWA SULAWESI SELATAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS SEBARAN DAN KEPADATAN NYAMUK Aedes Aegypti DI LAUWA, JULUKANAYA DAN TONRORITA KECAMATAN BIRING BULU KABUPATEN GOWA SULAWESI SELATAN

Syahribulan1) , Fajriani Gaffar 2), Muh. Ruslan Umar1)

1) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Tamalanrea 90245, Makassar. Email : bulansyah@gmail.com; 2) Alumni Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Hasanuddin, Tamalanrea 90245.

ABSTRACT

This study aimed to determine the distribution and density of Ae. aegypti mosquito at Julukanaya, Lauwa, and Tonrorita Villages, district of Biringbulu Regency of Gowa. Larva survey conducted in 50 houses in each study site with a single larvae method. Analysis of the distribution and density using House Index (HI), Container Index (CI) and Breteau Index (BI). The results showed that the larvae of Ae. aegypti more found indoor in bucket at Lauwa (71.43%) and Julukanaya (66.67%), otherwise at Tonrorita found in jar (30%). Larvae of Ae. aegypti outdoor more foundly in jars at Lauwa and Julukanaya (60.87%), while at Tonrorita found in drum (42.86%). Distribution of Ae. aegypti L. is wider in Julukanaya (HI 55.33%) and narrowed in Tonrorita and Lauwa (HI 36% and 25.33%). Density of Ae. aegypti L. is found higher in Julukanaya and Tonrorita villages (BI> 50) than in Lauwa is moderate (BI <50).

Kata kunci : distribution, density, index, Aedes, container.

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui sebaran dan kepadatan jentik nyamuk Ae. aegypti di desa Julukanaya, Lauwa, dan Tonrorita Kec. Biringbulu Kab. Gowa. Survei jentik dilakukan terhadap 50 rumah di ketiga desa dengan metode single larva. Analisis sebaran dan kepadatan dengan menggunakan rumus House Index (HI), Container Index (CI) dan Breteau Index (BI). Hasil penelitianmenunjukkan bahwa jentik Ae. aegypti L. lebih banyak di temukan pada kontainer buatan berupa ember dalam rumah di Lauwa (71,43%) dan Julukanaya (66,67%) sedangkan di Tonrorita dalam tempayan (30%). Ae. aegypti L. di luar rumah lebih banyak ditemukan dalam tempayan di Lauwa dan Julukanaya (60,87%) sedangkan di Tonrorita dalam drum (42,86%). Sebaran jentik nyamuk Ae. aegyptiL. lebih luas di desa Julukanaya (HI 55.33%) di banding di Tonrorita dan Lauwa (HI 36% dan 25.33%). Kepadatan jentik Ae. aegypti L. di desa Julukanaya dan Tonrorita lebih tinggi (BI >50) dibandingkan di Lauwa termasuk sedang (BI <50).

Kata kunci : sebaran, kepadatan, indeks, Aedes, kontainer.

PENDAHULUAN

Aedes aegypti adalah salah satu jenis nyamuk vektor yang berperan penting dalam bidang kesehatan masyarakat di negara tropik dan subtropik karena menyebabkan penyakit demam berdarah dengue (DBD) (Clements, 1999: Hunt,2001: WHO, 2002: Soedarmo, 2004). Angka penularan DBD di Indonesia pada tahun 2002 cukup tinggi, bahkan incident rate (IR) nya tertinggi di Provinsi Bali, yaitu 130.87, serta Provinsi

(2)

2

Kalimantan Timur dan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta masing-masing 80.08 dan 66.86 (Departemen Kesehatan RI, 2005). Kepadatan vektor di Indonesia (indeks premis/HI) diperkirakan 20% atau 5% di atas nilai ambang resiko penularan. Tetapi hasil penelitian di berbagai daerah menunjukkan angka yang lebih tinggi. HI di Kota Palembang mencapai 44,7%, Simongan dan Manyaran (Semarang Barat) 47,3% dan 53,49% (Soeroso, 2002).

Survei yang telah dilakukan di berbagai wilayah Kabupaten Gowa menemukan banyak jentik nyamuk Ae. aegypti pada berbagai tempat penampungan air (TPA), misalnya TPA alami berupa lubang bambu dan tempurung kelapa, TPA buatan misalnya : drum, bak mandi, ember dan tempayan, dan non TPA misalnya : tempat minum hewan piaraan (ayam, burung) barang bekas (kaleng, ban, botol, pecahan gelas dll), dan pot bunga (Syahribulan, 2011). Kecamatan Biringbulu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Gowa yang terletak di dataran tinggi ( 500 m dpl) dan berjarak 140 km dari kota Sungguminasa. Pada bagian barat berbatasan dengan Kab. Takalar, di sebelah selatan dengan Kab. Jeneponto, di sebelah utara dengan Kec. Bungaya, dan di sebelah timur berbatasan dengan Kec. Tompobulu (BPS, 2008).

Survei awal yang telah dilakukan di Kecamatan Biringbulu khususnya di Desa Lauwa, Julukanaya dan Tonrorita ditemukan banyak jenis nyamuk diantaranya adalah Ae. aegypti. akan tetapi sebaran nyamuk tersebut di wilayah ini belum diketahui secara detail sehingga peneliti melakukan kajian lebih lanjut.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Bahan penelitian berupa sampel jentik nyamuk, alkohol, label dan tissue. Survei jentik dilakukan terhadap 50 rumah di masing-masing lokasi penelitian (jumlah keseluruhan rumah = 150 unit). Penentuan rumah yang disurvei dengan menggunakan metode kuadran geografik (jumlah rumah setiap kuadran adalah 12-13-12-13). Sampling jentik dilakukan dengan metode Single Larva pada berbagai kontainer/tempat penampungan air baik buatan (drum, bak mandi, ember dan tempayan, dll) maupun alami (lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pangkal pohon pisang, potongan bambu dll.) (Depkes RI, 2002). Analisis sebaran menggunakan rumus House Index (HI), Container Index (CI) dan kepadatan nyamuk digunakan Breteau Index (BI) (Depkes RI, 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecamatan Biringbulu merupakan salah satu daerah di Kabupaten Gowa yang terletak di daerah pedalaman yang meskipun terletak jauh dari kota kabupaten tetapi nyamuk Ae. aegypti banyak ditemukan berkembangbiak pada berbagai tempat penampungan air masyarakat. Julukanaya (Kel. Bulosibatang) terletak pada ketinggian 604 m dpl. dengan jumlah penduduknya 165,33 jiwa. Tonrorita terletak pada ketinggian 507 m dpl. dengan jumlah penduduknya 197,91 jiwa, sedangkan Lauwa (Kel. Ciniayo) terletak pada ketinggian 689 m dpl yang merupakan pusat kota Kec. Biringbulu, dengan jumlah penduduk 210,08 jiwa. Pekerjaan penduduk mayoritas adalah petani.

(3)

3

Gambar 1. Peta Kec. Biringbulu (BPS, 2009 : skala 1 : 50.000)

A. Persentase Tempat Penampungan Air (TPA) Buatan

Persentase TPA buatan menurut jenis di desa Julukanaya, Lauwa dan Tonrorita Kec. Biringbulu Kab. Gowa selama bulan Maret-Mei 2010 disajikan pada gambar 2 sebagai berikut :

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0

Julukanaya Lauwa Tonrorita

5.7 5.6 3.6 1.14 7.69 1.35 6.29 5.49 9.87 42.86 57.14 24.22 14.29 9.34 17.04 14.29 9.34 12.56 15.43 5.49 31.39 P e rse ntase TP A bua tan menur ut j e nis (%) Nama Desa Bak mandi Bak tampung Drum Ember Baskom Tempayan Jerigen

Histogram 1. Persentase jumlah TPA menurut jenis di Julukanaya, Lauwa dan Tonrorita.

Histogram 1 menunjukkan jenis tempat penampungan air (TPA) buatan terbanyak berupa ember ditemukan di Julukanaya (42.86%) dan Lauwa (57,14%) sedangkan di Tonrorita terbanyak berupa jerigen (31.39%). Tingginya persentase ember yang digunakan di daerah ini disebabkan karena ember merupakan TPA yang umum digunakan oleh masyarakat Indonesia tak terkecuali di ketiga daerah ini, selain itu ember juga mudah diperoleh, mudah dibawa dan harganya relatif terjangkau. Tonrorita merupakan salah satu desa di pegunungan di Kab. Gowa yang mengalami kesulitan memperoleh air bersih sehingga penduduk harus menempuh jarak jauh untuk memperoleh air. Oleh karena itu penduduk daerah ini lebih banyak menggunakan jerigen sebagai TPA.

Lokasi Penelitian :

Lauwa Tonrorita

(4)

4 B. Persentase TPA buatan positif jentik Ae. aegypti

Persentase TPA buatan dalam rumah positif jentik Ae. aegypti di desa Julukanaya, Lauwa, dan Tonrorita, Kec. Bringbulu Kab. Gowa selama bulan Maret-Mei 2010 disajikan pada Histogram 2 sebagai berikut : 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Julukanaya Lauwa Tonrorita

0 0 10 0 28.57 0 66.67 71.43 23.33 4.44 0 26.67 24.44 0 30 4.44 0 10 P e se ntase TP A bua tan menur ut j e nis posi ti f jentik (% ) Nama Desa Bak mandi Drum Ember Baskom Tempayan Jerigen

Histogram 2. Persentase TPA buatan di dalam rumah positif jentik Ae. aegypti di Julukanaya, Lauwa dan Tonrorita.

Histogram 2 menunjukkan bahwa TPA buatan dalam rumah yang paling banyak diinfestasi jentik Ae. aegypti adalah ember di desa Julukanaya sebesar 66.67% dan dan Lauwa sebesar 71.43%, berbeda dengan Tonrorita lebih banyak di tempayan (30%). Hal ini dipengaruhi oleh keadaan TPA yang tidak memiliki penutup dan jarang dibersihkan sehingga nyamuk leluasa meletakkan telur dalam penampungan air tersebut. Persentase TPA buatan luar rumah positif jentik Ae. aegypti

Persentase TPA buatan luar rumah positif jentik Ae. aegypti di desa Julukanaya, Lauwa, dan Tonrorita, Kec. Bringbulu Kab. Gowa selama bulan Maret-Mei 2010 disajikan pada Histogram 3 sebagai berikut: 0 10 20 30 40 50 60 70

Julukanaya Lauwa Tonrorita

0 13.04 0 0 0 7.14 26.09 13.04 42.86 0 13.04 0 0 0 14.29 60.87 60.87 28.57 13.04 0 7.14 P e se ntase TP A bua tan menur ut jenis posi ti f jentik (% ) Nama Desa Bak mandi Bak tampung Drum Ember Baskom Tempayan Jerigen

Histogram 3. Persentase TPA buatan luar rumah positif jentik Ae. aegypti di desa Julukanaya, Lauwa dan Tonrorita.

(5)

5

Histogram 3 menunjukkan bahwa TPA buatan luar rumah yang paling banyak diinfestasi jentik Ae. aegypti di desa Julukanaya dan Lauwa adalah tempayan (60.87%), berbeda dengan Tonrorita lebih banyak di drum (42,86%). Hal ini dipengaruhi oleh keadaan TPA yang tidak memiliki penutup dan jarang dibersihkan sehingga nyamuk leluasa meletakkan telur dalam penampungan air tersebut.

Banyaknya jentik Ae. aegypti ditemukan yang ditemukan hidup pada tempayan dan drum di luar rumah dipengaruhi oleh kondisi tempat penampungan air yang terbuka, kotor dan jarang dibersihkan. Di samping itu pula dipengaruhi oleh turunnya hujan yang menyebabkan terbentuknya breeding site/ tempat perkembanganbiakan bagi nyamuk Ae. Aegypti. Menurut Supartha (2008), nyamuk Ae. aegypti seringkali ditemukan berkembangbiak pada tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, tempat minum burung dan barang-barang bekas yang terisi air hujan di luar rumah.

C. Nilai House Index, Container Index , dan Breteau Index

Hasil analisis sebaran dan kepadatan jentik Ae. Aegypti di Julukanaya, Lauwa dan Tonrorita selama bulan Maret-Mei 2010 disajikan dalam House Index, Container Index dan Breteau Index pada Histogram 4 – 6 sebagai berikut :

1. House Index (HI)

Sebaran nyamuk Ae. Aegypti dapat diketahui dengan menghitung nilai House Index (HI), hasil yang diperoleh disajikan pada Histogram 4 sebagai berikut :

Histogram 4. House Index (HI) yang diperoleh di Julukanaya, Lauwa dan Tonrorita Kec. Biringbulu, Kab. Gowa selama bulan Maret-Mei 2010.

Histogram 4 menunjukkan bahwa sebaran nyamuk Ae. Aegypti di Julukanaya dan Tonrorita luas (HI >50%) di banding di Lauwa masih terbatas (HI<50). Secara umum tampak bahwa jumlah rumah yang terinfeksi jentik Ae. aegypti selama bulan Maret - April 2010 di ketiga daerah tidak mengalami fluktuasi yang berarti. Luasnya sebaran nyamuk Ae. aegypti di Julukanaya dan Tonrorita ditandai dengan banyaknya jumlah rumah positif jentik, Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat memiliki banyak tempat penampungan air yang kondisinya kurang bersih, dan terbuka akibat minimnya air bersih dan kurangnya pengetahuan masyarakat akan bahaya vektor demam berdarah dengue. Di samping itu ditemukan pula berbagai macam wadah plastik yang merupakan limbah rumah tangga di lingkungan sekitar rumah. Menurut Nagao et al, (2003), pada daerah miskin dan kumuh yang umumnya memiliki kondisi yang tidak sehat karena pembuangan sampah padat yang tidak teratur biasanya ditemukan breeding site yang menyokong perkembangbiakan nyamuk Aedes. Jarak antar rumah penduduk yang saling berdekatan juga merupakan

(6)

6

salah satu faktor penentu penyebaran nyamuk ini. Nyamuk ini memiliki jarak terbang 100 m hingga lebih (Depkes, 2002: de Frietas, 2006).

a. Container Index (CI)

Nilai Container Index (CI) yang diperoleh Julukanaya, Lauwa dan Tonrorita, Kec. Biringbulu, Kab. Gowa selama bulan Maret-Mei 2010 disajikan pada Histogram 5 sebagai berikut :

Histogram 5. Container Index (CI) di Julukanaya, Lauwa dan Tonrorita, Kec. Biringbulu, Kab. Gowa selama bulan Maret-Mei 2010.

Histogram 5 menunjukkan bahwa jumlah tempat penampungan air/kontainer positif jentik Ae. aegypti baik di Julukanaya, Lauwa dan Tonrorita selama penelitian fluktuatif dengan nilai tertinggi diperoleh pada bulan April. Container Index (CI) tertinggi ditemukan di Julukanaya (14-17%) sedangkan terendah di Lauwa (9 -11%). Container Index menunjukkan banyaknya kontainer yang diinfestasi oleh jentik Ae. aegypti yang merupakan salah satu indikator kehadiran atau sebaran nyamuk ini. Tingginya nilai HI dan CI setiap bulan khususnya di Julukanaya dan juga Tonrorita dipengaruhi oleh berbagai faktor, pertama, adanya berbagai macam tempat penampungan air/kontainer baik yang terletak di dalam maupun di luar rumah penduduk yang berpeluang besar digunakan nyamuk Ae. aegypti sebagai breeding site. Kedua, faktor vegetasi dalam hal ini adalah tanaman yang mendukung kehidupan nyamuk dewasanya. Ketiga adalah kondisi lingkungan saat sampling lembab karena turunnya hujan pada saat sampling.

b. Nilai Breteau Index (BI)

Kepadatan nyamuk diukur dengan formulasi Breteau Index (WHO, 2001), hasil yang diperoleh disajikan pada Histogram 6 sebagai berikut :

Histogram 6. Breteau Index (BI) yang diperoleh di Julukanaya, Lauwa dan Tonrorita Kec. Biringbulu, Kab. Gowa selama bulan Maret-Mei 2010.

(7)

7

Histogram 6 menunjukkan bahwa selama penelitian kepadatan jentik tertinggi terjadi pada bulan April. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik Julukanaya maupun Tonrorita memiliki angka kepadatan jentik tinggi (BI  50) dan yang sedangkan Lauwa menujukkan kepadatan jentik sedang (BI 50). Breteau Index merupakan indikator untuk menunjukkan kepadatan nyamuk, melalui hasil pengukuran kepadatan Ae. aegypti dapat diketahui angka ambang kritis yang merupakan suatu indikator adanya ancaman wabah penyakit demam berdarah (Depkes, 2002). Oleh para ahli menetapkan bahwa Breteau Index di atas 50 pada suatu daerah, besar kemungkinan terjadinya penyakit demam berdarah.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Jentik nyamuk Ae. aegypti lebih banyak di temukan di berbagai jenis kontainer buatan yang terletak dalam rumah.

2. Sebaran nyamuk Ae. aegypti di Julukanaya dan Tonrorita luas (HI >50%) di banding di Lauwa masih terbatas (HI<50).

3. Kepadatan nyamuk Ae. aegypti di desa Julukanaya dan Tonrorita lebih tinggi (BI >50) sedangkan di desa Lauwa termasuk sedang (BI <50).

Saran

Disarankan kepada dinas terkait/petugas teknis di lapangan dalam hal ini Jumantik (Juru pemantau jentik) agar melakukan monitoring secara berkala terhadap populasi nyamuk vektor DBD tersebut di masyarakat sehingga proses penularan penyakit DBD dapat dicegah/ditanggulangi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa. Gowa Dalam Angka. 2008. Hal 5 & 8.

Clements, A.N. 1999. The Biology of Mosquitos, Vol. 2 : Sensory Reception and Behavior. CABI Publishing, New York. Hal 125 & 130.

Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue. Cetakan kedua. Ditjen P2M & PL. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Ditjen P2M & PL, Jakarta. Hal.8

Hunt, M. 2001. Viral zoonoses I Arthropod borne-viruses. (on line) (Http://www.cdc.gov/ncidod/dvbid/arbor/arboinfo.htm, diakses tanggal 12 Februari 2005. 6 hal).

Marcel-de-Freitas R., Neto R.B., Goncalves, J.M., Codeco, C.T., Lourenco-de-Oliveira, R. 2006. Movement of dengue vectors between the human modified environment and urban forest in Rio den Janeiro. J Med Entomol 43: 1112-1120.

Malar, A M. Sivanathan, P. 2006. Ekologi Dan Biologi Aedes aegypti (L.) Dan Aedes Albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae) Dan Status Kerintangan Aedes albopictus (Strain Lapangan) Terhadap Organofosfat Di Pulau Pinang, Malaysia. Hal 8 & 14. Rueda. L. M. 2004. Zootaxa : Key pictorial of, magnolia Press. Hal 17

Soeroso T., Umar IA. 2002. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia Saat Ini. Dikutip dari Demam Berdarah Dengue. Naskah Lengkap Pelatihan bagi Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dalam Tatalaksana Kasus DBD. Balai Penerbit FKUI. Jakarta hal 1 - 32

Soedarmo, S.P. 2004. Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia dalam Naskah Lengkap : Pelatihan bagi Pelatih Di\okter Spesialis Anak & Dokter Spesialis Penyakit

(8)

8

Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD. Hadinegoro, S.R.H. Satari, H.I. (Eds.) Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 1 – 12.

Supharta, I W. 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae). Skripsi sarjana Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar. Hal 3 & 4.

Syahribulan, 2011. Distribusi Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor demam berdarah dengue berdasarkan faktor elevasi, kepadatan penduduk dan jarak dari pantai di Kab. Gowa Sulawesi Selatan. Disertasi. PPs unhas : Makassar.

WHO, 2001. Demam berdarah Dengue, Diagnosis, pengobatan, Pencegahan dan Penghendalian. Jakarta.

WHO, 2005. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Panduan Lengkap Cetakan I. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. hal 58 - 77

Gambar

Gambar 1. Peta Kec. Biringbulu (BPS, 2009 : skala 1 : 50.000)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengumpulan informasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi yaitu: (1) lingkungan fisik kelas belum dikelola dengan maksimal, sehingga

Berdasarkan Berdasarkan hasil pemeriksaan sitologi serviks wanita pekerja seksual tidak langsung (WPS-TL) pada hotspot X Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru, maka

Sedangkan tinjauan hukum Islam tentang jual beli dedeh sebagai pakan ternak lele yang terjadi di Desa Tanjung Sari dianggap sah menurut hukum Islam berdasarkan

Sebagai kelanjutan proses pemilihan kami mengundang Saudara untuk Klarifikasi dan Negoisasi Teknis serta biaya pada :. Hari

Pada tabel 3 menunjukkan, bahwa faktor eksternal usaha Sanggar Seni Sidoum (dilihat dari rata- rata) yang memiliki bobot tertinggi adalah “A = Peran pemerintah yang

kebutuhan konsumen, keyakinan konsumen bahwa brand tersebut sesuai dari pada brand lain yang baru muncul dan keyakinan konsumen bahwa brand tersebut dapat memenuhi

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat melakukan penyusunan Tugas Akhir ini

Hasil penelitian menunjukkan dalam rangka mewujudkan visi misi, maka dalam RPJMD Kabupaten Rokan Hilir, dirumuskan strategi yang merupakan kegiatan, mekanisme, atau sistem