KOMISI PEMILIHAN UMUM
KABUPATEN SIDOARJO
Jl. Raya Cemengkalang No. 1 Sidoarjo Telp.031-8956691, 8956692 Fax. 031-8054345
The Republic Institute Surabaya 1
A. Pendahuluan
Pemilihan umum (the election) merupakan sebuah keniscayaan bagi
negara penganut demokrasi modern. Pemilihan umum (Pemilu) dijadikan titik
tolak proses suksesi nasional untuk memilih para pemimpin bangsa, baik
dalam domain eksekutif maupun legislatif. Pergantian pemimpin bangsa
melalui pemilu dianggap paling efektif dan sesuai dengan ciri negara
penganut demokrasi. Maksud dan tujuan pemilu dari berbagai negara relatif
sama, yang membedakan adalah sistem dan proses yang berlangsung dalam
pelaksanaannya di masing-masing negara.
Pemilu yang bebas dan adil (free and fair) adalah prasyarat dalam
suatu sistem politik demokrasi. Pemilu adalah tolak ukur pelaksanaan
demokrasi di suatu negara. Di dunia ketiga acapkali pemilu tidak dijalankan
sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Pemilu hanya sekedar menunjukkan
bahwa secara formal persyaratan minimal sebagai negara demokrasi telah
dilakukan, sedangkan secara substansial masih jauh dari esensi demokrasi itu
sendiri. Bangsa Indonesia telah melaksanakan Pemilu sebanyak sebelas (11)
kali, sejak orde lama sampai orde baru dan era reformasi ini. Masing-masing
orde menganut sistem yang berbeda-beda, sesuai dengan arah perpolitikan
nasional. Pada masa orde lama Pemilu hanya dilaksanakan satu kali pada
The Republic Institute Surabaya 2
dilaksanakan sebanyak enam (6) kali. Dan sejak era reformasi pemilu telah
dilaksanakan empat (4) kali.
Pasca reformasi UU pemilu mengalami perubahan secara terus
menerus hingga beberapa kali. Perubahan yang paling mendasar adalah
bergantinya pemilihan presiden dan wakil presiden, pemilihan kepala daerah
dipilih secara langsung (one man one vote), demikian juga dengan calon
anggota legislative terpilih bukan berdasarkan nomor urut, melainkan
berdasarkan suara terbanyak dimasing-masing partai politik sebagai peserta
pemilu. Perubahan regulasi ini seharusnya juga diimbangi oleh proses
pendidikan pemilih yang berkelanjutan dengan melibatkan berbagai unsur
pemerintah dan masyarakat.
Untuk membngun kesadaran politik masyarakat melalui saluran
pemilu yang demokratis tentu butuh waktu dan proses pendidikan yang
terus-menerus. Menggali cara yang solutif untuk mengatasi problem tersebut tentu
dengan penelitian adalah langkah yang tepat, sehingga dapat diketahui secara
langsung bagaimana harapan dan keinginan masyarakat sebagai rakyat yang
berdulat. Karena pada prinsip dasarnya pemilu adalah dari rakyat oleh rakyat
dan untuk rakyat, namun sayangnya acapkali rakyat hanya sebagai penonton
dan obyek belaka tanpa dilibatkan secara aktif.
B. Distribusi Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 430 sampel yang
The Republic Institute Surabaya 3
Distribusi sampel menyebar di enam (VI) Daerah Pemilihan sesuai dengan
jumlah Dapil yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Dari enam Dapil tersebut
menyebar ke sepuluh kecamatan dengan prosentasi yang tergambar dalam
tabel sebagai berikut :
Distribusi Sampel Berdasarkan Daerah Pemilihan
No DAPIL Jumlah dalam %
1 Dapil I 21, 4 2 Dapil II 14,9 3 Dapil III 13,0 4 Dapil IV 14,4 5 Dapil V 20,9 6 Dapil VI 15,3 Total 100
Distribusi Sampel Berdasarkan Wilayah Kecamatan
No Kecamatan Jumlah dalam %
1 Sidoarjo 14 2 Tanggulangin 8,8 3 Porong 6,5 4 Prambon 7,0 5 Krian 13,0 6 Sukodono 7,9 7 Tulangan 6,0 8 Waru 20,9 9 Sedati 7,4 10 Gedangan 7,9 TOTAL 100
The Republic Institute Surabaya 4
Karakteristik Responden berdasarkan tempat tinggalnya terlihat bahwa
sejumlah besar responden berada di wilayah pedesaan atau pinggiran, yaitu
berjumlah 54,4%. Dan yang tinggal di daerah perkotaan atau perumahan
berjumlah 45,6%. Namun dari jumlah prosentase tersebut relative berimbang
mengingat wilayah Sidoarjo berkembang sebagai wilayah penyangga Kota
Surabaya sehingga Sidoarjo dapat dikatakan sebagai daerah satelit bagi Surabaya.
Oleh karena itu diseluruh kecamatan di Kabupaten Sidoarjo menjadi wilayah
pengembangan perumahan.
Distribusi Sampel Berdasarkan Tempat Tinggal
No Tempt Tinggal Jum dlm %
1 Kota / Perumahan 45,6
2 Desa / Pinggiran 54,4
Total 100
Umur responden adalah masyarakat yang sudah memiliki hak pilih dalam
pemilu, yaitu minimal umur 17 tahun. Dalam penelitian ini umur responden
dibagi dalam lima kluster, sebagaimna tergambar dalam tabel berikut ini :
C. Latar Belakang Responden
Kelompok Usia Responden
No Usia Jumlah dlm %
1 < 20 Tahun 1,9
2 20 - 29 Tahun 12,6
3 30 – 39 Tahun 25,1
The Republic Institute Surabaya 5
5 > 50 Tahun 21,9
100
Tabel diatas menunjukkan bahwa distribusi sampel merata ke semu
kelompok umur, dan mayoritas responden adalah masyarakat Sidoarjo yang
berumur 30 sampai 50 tahun.
Adapun jenis kelamin responden terdiri dari 69,8% laki-laki dan 30,2%
perempuan. Ada beberapa alasan kenapa pemilih perempuan hanya berjumlah 30
persen dari sampel, hal ini karena dalam kultur bangsa Indonesia khususnya Jawa,
yang dianggap bertanggung jawab dalam sebuah rumah tangga adalah laki-laki,
maka ketika dilakukan survey maka laki-lakilah yang tampil dahulu dan
perempuan agak sulit jika di rumah tersebut ada laki-laki. Alasan lainnya adalah
menyangkut aspek pemilu, dimana akseptabilitas politik laki-laki lebih luas
daripada perempuan.
Tingkat Pendidikan Responden
No Tingkat Pendidikan Prosentase (%)
1 Tidak Sekolah 2,8 2 SD / Sederajat 21,4 3 SLTP / Sederajat 24,2 4 SLTA / Sederajat 42,8 5 PT. / Sederajat 8,8 Total 100 Pekerjaan Responden No Pekerjaan Prosentase (%) 1 PNS 1,4 2 Pengusaha 1,4
The Republic Institute Surabaya 6 3 Pedagang 16,7 4 Karyawan Swasta 31,2 5 Petani 13,0 6 Sektor Informal 15,8 7 Lain-lain 20,5 Total 100 Tingkat Penghasilan
No Tingkat Penghasilan Prosentase (%)
1 < 1000.000 13,7
2 1000.000 - < 3,500.000 42,6
3 3,500.000 - < 5000.000 43,2
4 > 5000.000 5
Total 100
Latar Belakang Responden Berdasarkan Organisasi Masyarakat
Organisasi kemasyarakatan diidentifikasi sebagai dasar pemetaan kultur,
bukan sebagai pengikut formal yang dibuktikan melalui kepemilikan kartu
anggota atau bukti lainnya, namun berdasarkan kecenderungan kultural
responden.
No Ormas Prosentase (%)
1 NU / dibawah naungan NU 79,5
2 Muhammadiyah / dibawah Naungan MD 9,8
3 Gereja 7,4
4 Lain-lain 3,3
The Republic Institute Surabaya 7 C. Kesukarelaan Masyarakat dalam Pemilihan Umum
1. Kesukarelaan dalam memilih Bupati dan Wakil Bupati
Pengukuran kesukarealaan dalam Pemilukada ini diukur berdasarkan
pemilukada tahun 2010. Pada pemilukada tahun tersebut diikuti oleh lima pasang
calon, yaitu 1. Yuni – Sarto (YS), 2. Emy – Khulaim (Mikul), 3. Agung –
Syamsul (Sahid), 4. Saiful – Cipto (Suci), dan 5. BPW. – Huda. Perolehan suara
masing-masing pasangan calon berdasarkan rekapitulasi dari KPU Kabupaten
Sidoarjo adalah sebagaimana tabel berikut :
Perolehan Suara Pemilukada Kabupten Sidoarjo Tahun 2010
Dari jumlah tersebut angka Golputnya tergolong masih tinggi yaitu
mencapai 38,45%. Hal ini selaras dengan hasil survey yang kami lakukan
berdasarkan tingkat kesukarelaan masyarakat dalam mengikuti pemilukada di 7,32% 11,13% 3,25% 60,46% 17,84% 1 2 3 4 5
The Republic Institute Surabaya 8
Sidoarjo adalah 65,6 % menyatakan sukarela dan 34,4% menyatakan tidak
sukarela.
Kesukarelaan dalam Pemilukada tahun 2010
No Tingkat Kesukarelaan Prosentase (%)
1 Sukarela 65,6
2 Tidak Sukarela 34,4
Total 100
Ada beberapa alasan yang kami tanyakan kepada responden, mengenai
penyebab mengapa mereka sukarela dalam memberikan suaranya saat
pemilukada, yaitu untuk memenuhi hak politik, untuk mendukung kemenangan
calon tertentu, demi untuk perbaikan pemerinthan kedepan, menyukai sosok dari
calon bupati dan wakil bupati, pemilunya yang jujur dan adil, dan sukarela karena
cabupnya didukung oleh partai yang dia pilih. Dari alasan-alasan tersebut dapat
dilihat dalam tabel berikut :
No Kesukarelaan Ya (%) Tidak (%)
1 Untuk memenuhi hak politik 85,2 14,8
2 Untuk mendukung kemenangan calon tertentu 80,5 19,5 3 Demi untuk perbaikan pemerinthan kedepan 86,7 13,3 4 Menyukai sosok dari calon bupati dan wakil
bupati
62,5 37,5
5 Pemilunya yang jujur dan adil 78,9 21,1
The Republic Institute Surabaya 9
Tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat yang sukarela dalam
menggunakan hak politiknya memiliki kesadaran politik yang baik dan memiliki
harapan yang tinggi terhadap kebaikan pemerintahan kedepan. Dimana mereka
sukarela memilih karena berharap pemerintahan kedepan akan lebih baik, terdapat
86,7% yang menyatakan demikian, dan 85,2% menyatakan untuk memenuhi hak
politiknya sebagai warga negara. Hal yang patut dijadikan perhatian dan harapan
bagi penyelenggara pemilu dan pemerintah adalah pernyataan responden yang
masih memiliki kepercayan tinggi terhadap proses penyelenggaraan pemilu yang
jujur dan adil (sebanyak 78,9%), meskipun yang menyatakan demikian adalah
dari responden yang terkelompokkan dalam kluster sukarela.
Dari hasil riset ini juga menunjukkan bahwa tidak ada fanatisme terhadap partai
tertentu yang didukungnya. Hal ini terbukti dari responden yang dengan sukarela
menggunakan hak pilihnya hanya 42,2% yang mendukung Cabup dengan alasan
didukung oleh partai tertentu yang dia pilih, tetapi sejumlah besar mereka tidak
mendukung itu, yaitu sebanyak 61,2%. Pemilih partai A belum tentu dia akan
memilih cabup yang diusung oleh partai A tersebut. Berdasarkan hasil survey ini
ternyata mereka lebih tertarik memilih cabup berdasarkan kriteria-kriteria lainnya,
bukan cabup yang diusung oleh parpol yang dia dukung. Figure calon jauh lebih
penting daripada keberadaan partai pengusung.
Selanjutnya jika dari masing-masing pertanyaan tersebut responden hanya
diperbolehkan memilih salah satu alasan saja, maka hasilnya adalah masyarakat
yang dengan sukarela menggunakan hak pilihnya karena untuk memenuhi hak
The Republic Institute Surabaya 10
bupati dan wakil bupati itu sendiri, menyangkut integritas, kapabilitas, performans
dan lainnya (22,2%), demi untuk perbaikan pemerintahan kedepan dipilih oleh
responden sebanyak (17,1%), untuk mendukung kemenangan calon tertentu
dengan berbagai alasan yang menyertainya (14,5%), calon kepala daerahnya
didukung oleh partai yang dia pilih (6,8%) dan yang menyatakan pemilunya dapat
berjalan jujur dan adil hanya 5,1%.
Alasan Utama Kesukarelaan
No Kesukarelaan Prosentase %
1 Untuk memenuhi hak politik 34,2
2 Untuk mendukung kemenangan calon tertentu 14,5 3 Demi untuk perbaikan pemerintahan kedepan 17,1 4 Menyukai sosok dari calon bupati dan wakil bupati 22,2
5 Pemilunya yang jujur dan adil 5,1
6 Cabupnya didukung oleh partai yang dipilih 6,8
Total 100
2. Aspek ketidaksukarelan dalam Memilih Bupati dan Wakil Bupati
Mengapa partisipasi masyarakat dalam pemilu rendah, angka golput
tinggi, pemilu kurang dipercaya karena penyelenggaranya kurang jujur dan adil,
serta sederet pertanyaan lain yang menyebabkan pemilu kualitasnya rendah
karena kerelaan masyarakat untuk berpartisipasi juga masih rendah.
Hasil riset yang kami lakukan terhadap 430 responden menunjukkan
bahwa daya ikat pemilu yang paling kuat adalah faktor money politic (politik
uang). Diantara beberapa alasan yang diberikan oleh responden dalam hal
The Republic Institute Surabaya 11
adanya pemberian uang, yang berjumlah cukup tinggi yaitu 86,3%. Meskipun
tidak rela namun mereka tetap menggunakan hak pilihnya karena telah menerima
uang, hal ini menunjukkan bahwa kesadaran politik dalam pemilu belum terjadi
dengan baik di masyarakat.
Dalam proses pemilukada, - hampir mirip dengan aspek pemberian uang-
yang menjadi penyebab lainnya adalah adanya pemberian materi (rupa-rupa
bentuk materinya), dalam pemilu daya pikat lain yang tidak kalah kuatnya dengan
pemberian uang adalah pemberian materi yang berjumlah 71,2 %. Ini adalah
masalah yang serius dan mengancam proses demoktratisasi di Indonesia.
Demokrasi tidak akan berjalan tanpa ada kesadaran dari semua pihak warga
Negara, terutama dari pemerintah, partai politik dan penyelenggara sebagai pihak
yang mengawal proses tersebut.
Penyebab lainnya yang menjadi alasan masyarakat adalah adanya
anggapan bahwa pemilu tidak akan merubah keadaan (42,2%), proses pemilu
yang tidak jujur dan adil (46,6%), karena faktor pekerjaan (46,6%).
Faktor Penyebab Ketidaksukarelaan
No Alasan Ketidaksukarelaan Ya (%) Tidak (%)
1 Diberi uang 86,3 13,7
2 Diberi materi 71,2 28,8
3 Dipaksa tim sukses 28,8 71,2
4 Bekerja 46,6 53,4
5 Pemilunya tidak jujur dan adil 46,6 53,4
The Republic Institute Surabaya 12
Data diatas dapat dikatakan pada taraf cukup mencemaskan bila
masyarakat sudah apatis terhadap pemilu, kareana dengan pemilu tidak akan
merubah keadaan, hanya menganggap pemilu sebagai program rutinitas saja tanpa
memiliki efek yang signifikan bagi masyarakat. Harapan bahwa dengan adanya
suksesi kepemimpinan melalui proses pemilu akan merubah keadaan (kearah yang
semakin baik), semakin kecil harapan tersebut.
Pemilu Legislatif
Aspek kesukarelaan dan ketidaksukarelaan dalam pemilu legisltif relative
memiliki aspek-aspek kesamaan dengan pemilihan kepala daerah, tentu ada
sedikit perbedaan, namun tidak signifikan, karena pada dasarnya proses pemilu,
baik legislative maupun eksekutif dimasyarakat tidak terdapat perbedaan kecuali
hanya peserta pemilunya atau kontestannya saja yang membedakan. Oleh krena
itu tingkat pemhaman masyarakat juga tidak berbeda.
Parpol Peserta Pemilu 2014
Dibwah ini adalah parpol peserta pemilu tahun 2014 di Kabupaten
The Republic Institute Surabaya 13
Diantara duabelas parpol tersebut hanya dua partai yang tidak memperoleh
kursi di DPRD Kabupaten Sidoarjo, yaitu Hanura dan PKPI.
Responden yang kami survey mengidentifiksikan pilihan parpolnya pada pemilu
2014 adalah sebagai berikut :
No Nama Parpol Prosentase %
1 Nasdem 1,9 2 PKB 35,7 3 PKS 3,8 4 PDIP 20,2 5 Golkar 5,2 6 Gerindera 16,9 7 Demokrat 6,1 8 PAN 7,5 9 PPP 1,5 10 Hanura 0 11 PBB 1,3 12 PKPI 0 TOTAL 100
The Republic Institute Surabaya 14 Tingkat kesukarelaan dalam pemilu
Terdapat beberapa faktor penting yang dijadikan alat ukur terhadap
responden tingkat kesukarelaan masyarakat sebagai pemilih dlm pemilu, yaitu
yang tergambarkan dalam tabel berikut :
mendukung kemenangan calon
268 62.3 75.3 75.3 88 20.5 24.7 100.0 356 82.8 100.0 74 17.2 430 100.0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
memenuhi hak politik
288 67.0 80.9 80.9 68 15.8 19.1 100.0 356 82.8 100.0 74 17.2 430 100.0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
kesukarelaan pilihan partai
354 82.3 83.1 83.1 72 16.7 16.9 100.0 426 99.1 100.0 4 .9 430 100.0 ya, sukarela tidak sukarela Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
The Republic Institute Surabaya 15
mendukung calon pilihan partai
156 36.3 43.8 43.8 200 46.5 56.2 100.0 356 82.8 100.0 74 17.2 430 100.0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent pemilu jurdil 260 60.5 73.0 73.0 96 22.3 27.0 100.0 356 82.8 100.0 74 17.2 430 100.0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent menyukai calon 236 54.9 66.3 66.3 120 27.9 33.7 100.0 356 82.8 100.0 74 17.2 430 100.0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
untuk kebaikan pemerintah kedepan
286 66.5 80.3 80.3 70 16.3 19.7 100.0 356 82.8 100.0 74 17.2 430 100.0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
The Republic Institute Surabaya 16 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Ketidaksukarelaan
dipaksa tim sukses
12 2.8 17.1 17.1 58 13.5 82.9 100.0 70 16.3 100.0 360 83.7 430 100.0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
alasan sukarela utama
52 12.1 14.9 14.9 66 15.3 19.0 33.9 56 13.0 16.1 50.0 86 20.0 24.7 74.7 16 3.7 4.6 79.3 64 14.9 18.4 97.7 8 1.9 2.3 100.0 348 80.9 100.0 82 19.1 430 100.0
memenuhi hak politik mendukung kemenangan calon kebaikan pemerintah kedepan menyukai cabup pemilu jurdil mendukung cabup pilihan lain lain2. Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
alasan sukarela lain
8 1.9 2.2 2.2 348 80.9 97.8 100.0 356 82.8 100.0 74 17.2 430 100.0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
The Republic Institute Surabaya 17
pemilu tdk merubah keadaan
18 4.2 25.7 25.7 52 12.1 74.3 100.0 70 16.3 100.0 360 83.7 430 100.0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent bekerja 20 4.7 28.6 28.6 50 11.6 71.4 100.0 70 16.3 100.0 360 83.7 430 100.0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
diberi materi calon
60 14.0 85.7 85.7 10 2.3 14.3 100.0 70 16.3 100.0 360 83.7 430 100.0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
diberi uang calon
64 14.9 91.4 91.4 6 1.4 8.6 100.0 70 16.3 100.0 360 83.7 430 100.0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
The Republic Institute Surabaya 18 Tingkat kesukarelaan Masyarakat dalam PILPRES 2014
Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih oleh responden pada pilpres
2014.
No Calon Presiden dan Wakil Presiden Prosentase (%)
1 Prbowo – Hatta 46,1
alasan tidak sukarela utama
8 1.9 12.1 12.1 22 5.1 33.3 45.5 20 4.7 30.3 75.8 14 3.3 21.2 97.0 2 .5 3.0 100.0 66 15.3 100.0 364 84.7 430 100.0
dipaksa tim sukses sudah diberi uang oleh calon
sudah diberi materi calon pemilu tdk merubah keadaan lain2 Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
alasan tidak sukarela lain
70 16.3 100.0 100.0 360 83.7 430 100.0 Tidak Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
kebijakan pemilu tdk fair & adil
6 1.4 8.6 8.6 64 14.9 91.4 100.0 70 16.3 100.0 360 83.7 430 100.0 Ya Tidak Total Valid System Missing Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
The Republic Institute Surabaya 19
2 Jokowi – JK 53,9
Total 100
Kesadaran masyarakat dalam memilih presiden dan wakil presiden cukup
tinggi dan menggantungkan harapan yang kuat, bahwa pergantian pucuk pimpinan
Negara ini akan mampu merubah keadaan dan efeknya dapat langsung dirasakan
oleh masyarakat, hal ini berbeda dengan pileg dan pilbup.
Hasil riset kami terhadap 430 responden menunjukkan, bahwa kesukarelaan
masyarakat dalam pemilu sangat tinggi, mencapai 90,1% dan yang menyatakan
tidak sukarela hanya 9,9%.
Kesukarelaan dalam PILPRES 2014
No Jenis Partisipasi Prosentase (%)
1 Ya, Sukarela 90,1
2 Tidak Sukarela 9,9
Total 100
Beberapa faktor yang kami jadikan bahan pertanyaan kepada responden,
yang menjadi dasar atau alasan mereka dalam mengikuti Pilpres, yaitu untuk
memenuhi hak politik, untuk mendukung kemenangan calon, untuk kebaikan
pemerintahan kedepan, menyukai capres dan cawapresnya, pemilu yang dpat
dilaksanakan secara jujur dan adil, serta mendukung capres yang diusung oleh
partai yang dia dukung. Adapun gambaran hasil risetnya sebagaimana tabel
The Republic Institute Surabaya 20
a. Untuk memenuhi hak politik
No Motif Kesukarelaan Prosentase (%)
1 Ya 83,9
2 Tidak 16,1
Total 100
b. Untuk mendukung kemenangan Capres
No Motif Kesukarelaan Prosentase (%)
1 Ya 86,5
2 Tidak 13,5
Total 100
c. Untuk Kebaikan Pemerintahan kedepan
No Motif Kesukarelaan Prosentase (%)
1 Ya 92,7
2 Tidak 7,3
Total 100
d. Menyukai Capres - Cawapres
No Motif Kesukarelaan Prosentase (%)
1 Ya 80,2
2 Tidak 19,8
Total 100
e. Pemilu yang jujur dan adil
The Republic Institute Surabaya 21
1 Ya 77,1
2 Tidak 22,9
Total 100
f. Capres pilihan partai politik yang didukung
No Motif Kesukarelaan Prosentase (%)
1 Ya 52,1
2 Tidak 47,9
Total 100
Faktor utama Sukarela dalam Pilpres
No Alasan Kesukarelaan Prosentase (%)
1 Untuk memenuhi hak politik 16,6
2 Untuk mendukung kemenangan Capres 13,3 3 Untuk Kebaikan Pemerintahan kedepan 20,4
4 Menyukai Capres - Cawapres 39,8
5 Pemilu yang jujur dan adil 2,2
6 Capres pilihan partai politik yang didukung 6,6
7 Lain – lain 1,1
Total 100
Faktor-Faktor Penyebab Ketidaksukarelaan dalam Pemilu Dipaksa oleh Tim Sukses
No Jawaban Responden Prosentase (%)
1 Ya 100
2 Tidak 0
The Republic Institute Surabaya 22 Menerima Uang dari Colon/Timses
No Jawaban Responden Prosentase (%)
1 Ya 100
2 Tidak 0
Total 100
Dapat Bingkisan dari Calon
No Jawaban Responden Prosentase (%)
1 Ya 100
2 Tidak 0
Total 100
Bekerja
No Jawaban Responden Prosentase (%)
1 Ya 47,8
2 Tidak 52,2
Total 100
Pemilu tidak merubah keadaan
No Jawaban Responden Prosentase (%)
1 Ya 43,5
2 Tidak 56,5
The Republic Institute Surabaya 23 Pemilu tidak Jujur dan Adil
No Jawaban Responden Prosentase (%)
1 Ya 4,3
2 Tidak 95,7
Total 100
Dari beberapa tabel yang terpapar diatas terdapat perbedaan yang cukup
signifikan antara pileg dan pilpres. Dimana dalam pilpres, masyarakat relatif
masih menaruh harapan besar dan tidak terlihat unsur politik uang yang
menyebabkan mereka tidak sukarela dalam mengikuti pemilu.
Arah Kebijakan dalam Meningkatkan Kesukarelaan Pemilu
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat dijadikan ukuran untuk
mengambil kebijakan terhadap proses pemilu. Bagaimana sikap, pandangan, dan
pendapat masyarakat sebagai pemilih. Berikut ini adalah hasil penelitian tersebut,
yaitu :
1. Proses penentuan calon yang jujur dan adil
No Jawaban Responden Prosentase (%)
1 Ya 67,4
2 Tidak 32,6
Total 100
2. Sanksi Tegas terhadap Pelaku Money Politic
No Jawaban Responden Prosentase (%)
The Republic Institute Surabaya 24
2 Tidak 35,3
Total 100
3. Sanksi Tegas terhdap Pelaku Black Compign
No Jawaban Responden Prosentase (%)
1 Ya 58,6
2 Tidak 41,4
Total 100
4. Prosedur Demokrasi dijalankan secara Benar
No Jawaban Responden Prosentase (%)
1 Ya 72,1
2 Tidak 27,9
Total 100
5. Penegakan Peraturan dalam Penyelenggaraan Pemilu
No Jawaban Responden Prosentase (%)
1 Ya 69,8
2 Tidak 30,2
Total 100
6. Fungsi Pengawasan diperketat (berjalan dengan Baik)
No Jawaban Responden Prosentase (%)
1 Ya 75,3
2 Tidak 24,7
The Republic Institute Surabaya 25
7. Libur Nasional
No Jawaban Responden Prosentase (%)
1 Ya 58,6
2 Tidak 41,4
Total 100
8. Peningkatan Sosialisasi Pemilu
No Jawaban Responden Prosentase (%)
1 Ya 76,3
2 Tidak 23,7
Total 100
9. Pendidikan Pemilu secara baik
No Jawaban Responden Prosentase (%)
1 Ya 84,2
2 Tidak 15,8
Total 100
Selanjutnya responden peneliti minta untuk meranking sesuai dengan
pilahannya dari setiap aspek yang penting untuk dijadikan dasar dalam mengambil
The Republic Institute Surabaya 26 Kebijakan yang sesuai untuk meningkatkan kesukarelaan dalam pemilu
Jenis Aspirasi Prosentase %
1. Proses penentuan calon presiden fair & adil 7,9 2. Adanya sanksi tegas bagi politik uang 7,4 3. Adanya sanksi tegas bagi politik hitam 3,7 4. Prosedur demokrasi yang dijalankan secara benar 12.6 5. Penegakan peraturan dalam penyelenggaraan Pemilu 12,1 6. Pengawas pemilu dapat menjalankan fungsinya dengan baik 9,3
7. Libur nasional 6,5
8. Peningkatan Sosialisasi Pemilu 23,3
9. Pendidikan Pemilu yang Baik 15,8
10. lain-lain 1,4
TOTAL 100
Sikap Masyarakat terhadap Money Politik
Hal penting yang perlu diketahui dan dipahami oleh semua pihak adalah
pandangan dan sikap masyarakat yang berkaitan dengan politik uang. Oleh karena
itu dalam penelitian ini kami jadikan bahan pertanyaan kepada responden, agar
diperoleh data yang valid mengenai sikap masyarakat tersebut agar dapat
dicarikan solusinya.
Sikap terhadap Politik Uang
No Sikap yang diambil Prosentase (%)
1 Menerima uang tersebut dan memilih yang memberi
26,0
The Republic Institute Surabaya 27
berdasarkan hati nurani
3 Menerima uang tersebut dan memilih calon yang memberi uang paling banyak
25,6
4 Menolak menerima uang tersebut 7,0
Total 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa politik uang menjadi “sesuatu yang
paling menentukan” dalam pemilu. Betapa tidak, hanya 7% responden yang
menyatakan menolak menerima uang, berarti ada 97% pemilih yang mau
menerima uang, dengan variasi sikapnya masing-masing. Terdapat 26% pemilih
yang siap memilih kepada siapa yang memberi uang, dan 25,6% akan memilih
calon yang mampu memberi uang paling banyak, dan sejumlah 41,4% pemilih
yang menyatakan akan memilih sesuai dengan hati nuraninya, tetapi mau masih
menerima uangnya. Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa persen peluang calon
yang tidak memberikan sesuatu akan terpilih kalau fenomenanya seperti
gambaran survey ini. Karena nyatanya masyarakat pemilih akan memilih yang
memberi uang berjumlah mayoritas, yaitu 51,6% gabungan kelompok pertama
dan ketiga yang sama-sama akan memilih calon yang memberi uang.
Fenomena ini menjadi tantangan yang sangat berat bagi semua pihak yang
peduli terhadap nasib demokrasi di Indonesia, khususnya bagi penyelenggara,
pemerintah, parpol dan peserta pemilu.
Selain terdapat pemberian kepada pemilih berupa uang ada bentuk lain
yang seringkali digunakan dalam mendekati para pemilih, yaitu dengan
The Republic Institute Surabaya 28
souvenir dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian ini masyarakat pemilih
mayoritas menyukai bingkisan berupa sembako (59,6%). Lebih terperincinya
seperti terlihat dlam tabel dibawah ini :
Bingkisan yang diinginkan
No Jenis Bingkisan/barang Prosentase (%)
1 Kaos 15,9 2 Jilbab/kerudung 3,4 3 Sarung 4,8 4 Tas 1,4 5 Topi 0,5 6 Sembako 59,6 7 Lainnya 14,4 Total 100
Pemilu dan politik uang nampaknya sudah menyatu seperti dua sisi mata
uang. Dimana pemilu dijalankan aroma politik uang langsung merebak. Kalau
godaan politik uang terus dibiarkan dan leluasa menjalankan aksinya tanpa ada
tindakan hukum yang tegas tentu kan mengancam dan menurunkn kualitas pesta
demokrasi yang menjunjung tinggi fairplay, kontestasi yang jujur dan adil.
Kesimpulan
Dari uraian singkat diatas, berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku
memilih masyarakat yang berhubungan dengan tingkat kesadaran dalam
memahami pemilu dan tingkat kerelaannya untuk ikut ambil bagian dalam proses
demokrasi di Indonesia, dalam hal ini proses pemilu (Legislatif maupun
The Republic Institute Surabaya 29
1. Sikap atau perilaku masyarakat dalam pemilu, partisipasi dan
kesukarelaannya masih dibayangi oleh berbagai aspek yang
mengiringinya. Tingkat kepercayaan kepada penyelenggara pemilu yang
kurang, anggapan bahwa proses pemilu tidak jujur dan adil. Tujuan mulia
pemilu yang demokratis, untuk mengantarkan para pemimpin bangsa
dinodai oleh beragam tindakan calon yang tidak terpuji, misalnya dengan
merebaknya daya pikat politik uang yang terus menggoda para pemilih
dari peserta pemilu beserta tim suksesnya (pemilukada, pileg, dan pilpres).
2. Sosialisasi dan pendidikan politik sangat penting untuk memberikan
pemahaman dan kesadaran politik masyarakat. Terlihat dengan jelas dari
hasil penelitian ini bahwa masyarakat menginginkan adanya pendidikan
pemilu yang baik, terdapat 84,2% yang menginginkan program pendidikan
pemilu ini dilaksanakan secara kontinyu. Dan masyarakat juga
menginginkan adanya sosialisasi pemilu yang intens, tercatat 76,3% masih
menginginkan peningkatan sosialisasi pemilu.
3. Partisipasi dan kesukarelaan masyarakat dalam pemilu akan kan
meningkat jika keinginan dan harapan seperti yang tertuang dalam survey
ini dapat dipenuhi oleh Negara, atau para pihak yang memiliki
tanggungjawab terhadap pelaksanaan pemilu baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Pemilu akan berjalan dengan baik dan sukses bilamana semua pihak
The Republic Institute Surabaya 30
Penyelenggara yang amanah, transparan, taat asas dan menjalankan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, pemerintah beserta jajarannya
hingga paling bawah memberikan fasilitas yang memadai dan bersikap netral,
para pihak yang berkompetisi dari parpol, caleg, calon bupati, walikota, gubernur
dan presiden bersaing secara sehat dalam mendekati pemilih. Tidak melanggar
aturan dan mengikuti semua aturan yang diberlakukan. Masyarakat sebagai
pemilih harus cerdas dan menyadari posisinya untuk ikut aktif dalam proses
pemilu, tidak mudah pindah pilihan hanya karena hal-hal yang berkitan dengan
iming-iming materi, tanpa melihat visi misi dan program serta integritas dan