• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Teknologi Menanam Padi. Tenaga kerja menentukan hasil dan pendapatan sedangkan teknologi menentukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. A. Teknologi Menanam Padi. Tenaga kerja menentukan hasil dan pendapatan sedangkan teknologi menentukan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teknologi Menanam Padi

Indonesia merupakan negara agraris yang tidak lepas dari sektor pertanian sebagai mata pencaharian pokok sebagian besar penduduknya. Pertanian dipengaruhi oleh empat variable utama, yakni ekologi, pengaturan produksi, tenaga kerja dan teknologi. Sistem produksi terkait dengan produsen dan mobilisasi produksi, ekologi dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan alam. Tenaga kerja menentukan hasil dan pendapatan sedangkan teknologi menentukan produksi. Produktivitas pertanian dapat menentukan kesejahteraan petani, sedangkan iklim dan keadaan tanah menentukan jenis tanaman pertanian yang dapat dikembangkan.

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan program untuk

mempertahankan keberlanjutan swasembada beras pada tahun 2014 melalui penyediaan cadangan beras sebanyak 10 juta ton. Pencapaian tujuan program tersebut harus didukung dengan beberapa strategi penentu keberhasilannya, yaitu peningkatan produktivitas lahan, ketepatan waktu tanam agar terhindar dari kekurangan air atau kebanjiran, perluasan areal pertanaman dari yang ada saat ini yang berkompetisi dengan laju alih fungsi lahan, penurunan susut hasil saat panen. Peningkatan produktivitas lahan dan ketepatan waktu tanam selain ditentukan oleh dukungan unsur-unsur sarana produksi juga dipengaruhi ketersediaan tenaga kerja (olah tanah dan tanam) setempat.

Tambunan dan Sembiring (2007) menyatakan bahwa pembangunan pertanian dewasa ini tidak lagi dapat dilepaskan dari perkembangan teknologi alat

(2)

dan mesin pertanian. Berbagai kajian menyimpulkan bahwa alat dan mesin pertanian merupakan kebutuhan utama sektor pertanian sebagai akibat dari kelangkaan tenaga kerja pertanian di pedesaan.

Alat dan mesin pertanian berfungsi antara lain untuk mengisi kekurangan tenaga kerja manusia yang semakin langka dengan tingkat upah semakin mahal, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, meningkatkan efisiensi usahatani melalui penghematan tenaga, waktu dan biaya produksi serta menyelamatkan hasil dan meningkatkan mutu produk pertanian (Unadi dan Suparlan, 2011). Penggunaan alat dan mesin pertanian pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, produktivitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani.

Mekanisasi pertanian pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi lahan dan tenaga kerja, meningkatkan luas lahan yang dapat ditanami, menghemat energi dan sumber daya (benih, pupuk, dan air), meningkatkan efektivitas, produktivitas dan kualitas hasil pertanian, mengurangi beban kerja petani, menjaga kelestarian lingkungan dan produksi pertanian yang berkelanjutan, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Salokhe dan Ramalingam, 1998).

Sedangkan perkembangan teknologi penanaman bibit padi di Indonesia ini terkendala pada petaninya umumnya pekerja sebagai buruh tani, tidak memiliki lahan garapan. Oleh karena itu sejak 1983 dikembangkan alat tanam bibit padi (Manual Tansplanter) model IRRI yang sederhana, mudah, efektif dan murah (Anonim, 2007). Penggunaan alat dan mesin pertanian dapat membantu petani

(3)

dalam memperluas garapan dan intensitas tanam serta pelaksanaan kegiatan yang tepat waktu (Alihamsyah 1997).

B. Peranan Mekanisasi Bagi Pertanian

Dalam rangka pengembangan usahatani padi, alat mesin pertanian sebagai unsur pendukung pengembangan usahatani di berbagai lahan mempunyai peranan penting dalam kaitannya dengan sumber-sumber pertumbuhan dengan peningkatan dan diversifikasi produksi, peningkatan efisiensi dan pendapatan usahatani serta pengembangan agribisnis. Untuk itu pengembangan dan perannya harus diselaraskan dengan kemampuan petani sehingga diperoleh manfaat yang optimal.

Awal perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia ditandai dengan pemanfaatan alat dan mesin pertanian peninggalan Belanda di Sekon. Alat dan mesin pertanian peninggalan Belanda ini kemudian dipindahkan ke Jawa dan digunakan untuk pengenalan serta pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia. Pada tahun 1950-an mulai didirikan pool-pool traktor di berbagai wilayah di Indonesia. Dengan bantuan pool traktor dan alat-alat pertanian ini, dilakukan pembukaan lahan di berbagai daerah.

Kontribusi mekanisasi pertanian untuk tanaman pangan ditandai dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja pada pengolahan lahan, karena makin langkanya tenaga kerja manusia dan ternak pada daerah-daerah beririgasi yang mempunyai intensitas tanam tinggi. Disamping itu, faktor budidaya tanam padi varietas unggul, memerlukan keserempakan tanam untuk dalam satu kawasan luas, untuk menghindari serangan hama dan memutus siklus hama. Oleh karena

(4)

itu, volume pekerjaan menjadi meningkat waktu pengolahan lahan singkat sehingga jumlah curahan tenaga kerja untuk kegiatan tersebut meningkat.

Mekanisasi pertanian merupakan aplikasi mekanis berupa mesin atau alat pada proses produksi pertanian, pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian.

Dari tujuannya, aplikasi mekanisasi pertanian dimaksudkan untuk menangani pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan secara manual, meningkatkan produktifitas sumberdaya manusia, efisien dalam penggunaan input produksi, meningkatkan kualitas dan produktifitas dan memberikan nilai tambah bagi penggunanya. Penerapan mekanisasi pertanian menuntut adanya dukungan berbagai unsur, seperti tenaga profesional di bidang manajemen, teknik, mekanik, operator, ketersediaan perbengkelan, ketersediaan bahan bakar, suku cadang serta infrastruktur lainnya. Oleh karena itu ketepatan teknologi dan manajemen serta ketersediaan unsur-unsur pendukungnya, merupakan persyaratan agar mekanisasi pertanian mampu dikembangkan dan dirasakan manfaatnya sesuai dengan tujuan modernisasi pertanian.

Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah (Kuipers dan Kowenhopn, 1983):

1. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia. 2. Mengurangi kerusakan produksi pertanian.

3. Menurunkan ongkos produksi.

4. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi. 5. Meningkatkan taraf hidup petani.

(5)

6. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem menjadi komersil.

Asumsi modernisasi yang disampaikan oleh Schoorl (1980), melihat modernisasi sebagai suatu proses transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya. Dibidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks industri dengan pertumbuhan ekonomi sebagai akses utama. Berhubung dengan perkembangan ekonomi, sebagian penduduk tempat tinggalnya tergeser ke lingkungan kota-kota. Masyarakat modern telah tumbuh tipe kepribadian tertentu yang dominan. Tipe kepribadian seperti itu menyebabkan orang dapat hidup di dalam dan memelihara masyarakat modern. Perkembangan modernisasi sangat pesat, apabila ditandai dengan perkembangan teknologi yang dari waktu ke waktu semakin bertambah dan turut ambil bagian dalam perkembangan pertanian.

Seleksi atau pemilihan tingkat teknologi adalah merupakan bagian penting dalam adopsi atau penerapan suatu teknologi alsintan. Kekurang tepatan (sepadan) dalam seleksi tingkat teknologi yang akan diterapkan akan berakibat rendahnya efesiensi, efektifitas, dan ketidaksinambungan yang mengarah pada gagalnya tujuan penerapan teknologi alsintan tersebut. Seleksi tingkat teknologi sepadan tersebut bukan hal yang mudah dilakukan. Dalam penerapan teknologi alsintan, seleksi tingkat teknologi harus didasarkan pada tiga aspek dalam satu kesatuan system mekanisasi pertanian, yaitu aspek agro-fisik, sosial ekonomi dan infrastruktur wilayah penerapannya (Agung, 2011).

Makin banyak dan beragamnya peralatan atau mesin pertanian yang ada dan digunakan di suatu wilayah menunjukkan bahwa wilayah tersebut makin mampu memanfaatkan salah satu bentuk teknologi pertanian yaitu dalam hal

(6)

penerapan mekanisasi pertanian. Penggunaan peralatan atau mesin pertanian ini sangat dipengaruhi oleh kondisi dan potensi wilayah, daya beli serta tingkat kesadaran dan penerimaan masyarakat terhadap teknologi baru.

C. Mesin Penanam Padi

Sejak beberapa tahun terakhir ini telah diperkenalkan dan dikembangkan mesin tanam pindah bibit padi (rice transplanter). Mesin penanam padi adalah mesin yang digunakan untuk menanam bibit padi yang telah disemaikan pada areal khusus (menggunakan tray/dapog) dengan umur atau ketinggian tertentu, pada areal tanah sawah kondisi siap tanam, dan mesin dirancang untuk bekerja pada lahan berlumpur (puddle) dengan kedalaman kurang dari 40 cm. Oleh karena itu mesin ini dirancang ringan dan dilengkapi dengan alat pengapung (Taufik, 2010).

Mesin penanam padi adalah mesin modern untuk menanam bibit padi dengan sistem penanaman yang serentak. Cara penggunaan mesin penanam padi bibit gabah dalam petakan sawah seluas 20×80 cm. Setelah tumbuh menjadi bibit dan sudah berumur 15 hari, bibit tersebut ditaruh di atas mesin penanam padi, dalam sekali gerak, mesin ini dapat membuat 4 jalur dengan jarak antar jalur 30 cm.

(7)

Tabel 1: Spesifikasi Mesin Transplanter Jajar Legowo 2 :1

Deskripsi Satuan

Tipe Rice Transplanter walking type

Model Legowo 2:1, 20 dan 40cm

Dimensi Mesin Panjang 2480 mm

Lebar 1700 mm

Tinggi 860 mm

Total Berat 178 kg

Motor Penggerak Jenis Motor bakar 4 langkah

Daya 3,5 (4,6) kW (HP)

Putaran 3600 rpm

BBM Bensin premium

Konsumsi BBM 0,8 liter/jam

Tranmisi 2 maju, 1 mundur

Roda Type Besi berlapis karet

Jumlah 2 buah

Diameter 625 mm

Jarak tanam Antar baris tanaman 200 mm

Legowo 400 mm

Dalam baris tanaman 100/130/150 mm

Jumlah alur tanaman 4 rumpun

Syarat bibit Tebal tanah pada dapog 20 – 30 mm

Umur bibit 15 – 20 hari

Tinggi bibit 150 – 200 mm

Ukuran dapog (panjang x lebar)

180 x 580 mm Kebutuhan dapog/ha (legowo) 300 buah

Kebutuhan benih/ha 40 kg

Syarat lahan Penyiapan lahan Pengolahan sempurna

Kedalaman lapisan keras

(hardpan)/

kedalaman kaki (foot sinkage) max

250 mm

Tinggi genangan air saat tanam

30 – 50 mm

Unjuk kerja Kecepatan 1,5 – 2,5 km/jam

Kapasitas lapang 6 – 7 jam/ha

Jumlah bibiit per rumpun 2 – 5 tanaman

Kedalaman tanam 30 – 60 mm

Sumber : Buku panduan penggunaan transplanter jajar legowo, (Kementerian Pertanian, 2013).

(8)

Kelangkaan ketersediaan tenaga olah tanah dapat disubstitusi dengan mesin pengolahan tanah sejenis traktor roda dua maupun roda empat. Sedangkan tenaga kerja untuk tanam dapat digantikan dengan mesin pindah tanam bibit padi (rice transplanter), rasio kemampuan menggantikan sekitar 1:36 tenaga kerja per hektar.

Melihat adanya peluang peningkatan produktivitas lahan melalui penerapan budidaya tanam padi sistem jajar legowo (jarwo) yang berdasarkan hasil penelitian mampu meningkatkan produksi padi sebesar 21%, maka penerapan mesin tanam bibit padi (rice transplanter) sesuai dengan sistem tanam Jajar Legowo, Badan Litbang Pertanian melalui BBP Mektan telah berhasil mengembangkan suatu mesin tanam padi Indo Jarwo Transplanter agar percepatan waktu tanam dapat terpenuhi.

Pengembangan mesin tanam transplanter sistem legowo 2:1 ini dilakukan dengan memodifikasi pada beberapa komponen utama dari mesin tanam (rice transplanter) tipe regular (jarak tanam 30 cm) yang telah ada, yaitu :

1. Komponen gear box transmisi planting system yang terdiri dari as poros penghubung dua unit box transmisi lengan penanam dan as poros yang menghubungkan tray pengumpan bibit (double screw),

2. Kotak transmisi lengan penanam (planting arm transmission box) dan as poros lengan penanam,

3. Bagian pengumpanan bibit (seedling feeding device), terdiri atas

pengumpanan bibit kearah melintang atau horisontal (cross-feeding) dan kearah longitudinal atau vertikal (longitudinal-feeding).

(9)

Pengujian mesin Jarwo Transplanter 2:1 telah dilakukan di KP Muara dan KP Sukamandi menggunakan luas petakan rata-rata 1000 m2. Bibit yang dipergunakan adalah varietas Inpari 13 dari BBP Padi. Jarak tanam yang di setel pada mesin transplanter adalah 20 cm antar baris dan 12,5 cm dalam barisan tanaman. Demikian juga kedalaman tanam, jumlah bibit yang akan ditanam disetel terlebih dahulu berdasarkan kebutuhan. Total populasi per hektar sekitar 313.000 tanaman, sehingga diperlukan kotak persemaian (dapog) sebanyak 300 buah. Umur bibit setiap dapog pada saat tanam adalah 18 hari setelah semai. Tinggi bibit rata-rata adalah 20 cm dengan jumlah daun 2 – 3 helai. Tanah di setiap petakan dalam keadaan siap olah sempurna (bajak 2 kali, garu 1 kali dan perataan).

Pada saat operasional uji mesin penanam padi menggunakan 3 tenaga kerja, yaitu 1 orang sebagai operator dan 2 orang sebagai pembantu penyiapan bibit. Pengujian mesin penanam padi di operasikan pada variasi putaran motor penggerak 3100 rpm dan 3600 rpm. Perhitungan parameter kapasitas kerja, slip roda, waktu hilang, kebutuhan energi dan bahan bakar dihitung. Hasil pengamatan dan pengukuran parameter pada masing-masing putaran enjin penggerak 3100 rpm dan 3600 rpm disajikan pada Tabel 2.

(10)

Tabel 2: pengujian Mesin Jarwo Transplanter di KP Muara dan KP Sukamandi

Parameter

Putaran Enjin Penggerak

3100 3600 KP Muara KP Sukamandi KP Muara KP Sukamandi Kecepatan kerja (km/jam) 2,1 2,05 2,1 2,1 Slip % 2,6 3,2 2,9 3,7 Kapasitas kerja: jam/ha 5,22 5,7 5,1 5,3 ha/jam 0,190 0,175 0,196 0,188 Jumlah bibit/lubang (bh) 2 2 2 2 Bibit hilang/lubang (%) 1 2,6 1 3,8 Kedalaman tanam/lubang (cm) 3 3 4 4 Jarak tanam: antar baris (cm) 20 20 20 20 dalam baris (cm) 14 15 14 16

Sumber : Laporan tahunan pengembangan mekanisasi pertanian ,(2014).

Kapasitas kerja rata-rata jarwo transplanter adalah 5,2 jam/ha. Slip yang terjadi pada uji lapang di KP. Sukamandi memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan di KP. Muara, hal ini dikarenakan sebagian besar tekstur tanah di KP. Sukamandi mengandung debu yang lebih banyak. Banyaknya kandungan debu akan membentuk pelumpuran yang baik. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap bibit yang tak tertanam/hilang akibat sliding yang terjadi, sehingga kandungan debu dan kedalaman pelumpuran yang tinggi akan mengakibatkan slip semakin besar pada roda (Kementan, 2014).

(11)

D. Proses Adopsi Dan Inovasi

Proses adopsi inovasi merupakan proses kejiwaan/mental yang terjadi pada saat menghadapi suatu inovasi, dimana terjadi proses penerapan suatu ide baru sejak diketahui atau didengar sampai diterapkannya ide baru tersebut. Proses adopsi melalui beberapa tahapan yaitu kesadaran (awareness), perhatian (interest), penaksiran (evaluation), percobaan (trial), adopsi dan konfirmasi (Mundy, 2000).

Adopsi adalah proses perubahan perilaku yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psikomotorik) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada masyarakat sasarannya. Difusi inovasi adalah penyebaran hal, teknik dan cara baru dalam kehidupan masyarakat (Subekti, 2008).

Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide alat-alat atau teknologi baru yang disampaikan berupa pesan komunikasi. Manifestasinya dapat dilihat atau diamati berupa tingkah laku, metode mampu perlahan dan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan komunikasinya.

Inovasi adalah suatu gagasan, metode atau obyek yang dianggap baru. Adopsi adalah suatu keputusan untuk menerapkan suatu inovasi dan untuk keberlanjutannnya. Adopsi inovasi merupakan suatu proses mental atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psycomotor) pada diri seseorang sejak ia mengenal inovasi (Rogers and Shoemaker, 1971).

(12)

Dalam proses penyuluhan, dimana salah satu tujuannya adalah agar terjadi perubahan sikap perilaku yang mengarah pada tindakan maka proses terjadinya adopsi inovasi yang bertahap sering kali tidak sama setiap individu. Kecepatan dalam mengadopsi suatau inovasi kadang antaraa satu individu dengan individu yang lain berbeda, ini sangat tergantung bagaimana karakter individu yang bersangkutan.

Proses Alih Teknologi seperti tersebut sering disebut sebagai Design Transfer. Dalam proses ini ada kecenderungan untuk mengadopsi design dari luar kemudian dilakukan penyesuaian dengan kondisi yang ada di Indoneisa. Kemampuan yang baru dicapai adalah mengadop design dari luar dan kemudian melakukan pabrikasi di dalam negeri. Disamping ada faktor keterampilan yang harus dikuasai, diperlukan juga investasi untuk membangun industri teknologi tersebut. Bukan hanya design perangkat keras yang ditransfer namun juga yang menyangkut kelembagaan.

Keberhasilan usahatani yang dilakukan oleh petani tidak dapat terlepas dari kondisi atau karakteristik rumah tangga karena petani sebagai kepala keluarga bertanggungjawab atas keberlangsungan rumah tangga dan bertanggungjawab atas usaha yang dilakukannya. Oleh karena itu karakteristik rumah tangga seperti tingkat pendidikan, umur, pekerjaan utama, pengalaman usahatani, jumlah anggota keluarga dan jumlah anak sekolah akan mempengaruhi perilaku petani dalam mencapai keberhasilan usahatani. Penelitian Sahara (2011) tentang perilaku petani dalam produksi padi mendapatkan hasil bahwa pengalaman usahatani mempunyai pengaruh yang positif, sedangkan pendidikan dan jumlah anak

(13)

sekolah mempunyai pengaruh yang negatif terhadap keuntungan usahatani padi. Hal ini menegaskan bahwa kinerja usahatani padi dipengaruhi oleh karakteristik rumah tangga.

E. Padi

Berdasarkan sejarahnya, padi termasuk dalam marga Oryza yang

mempunyai ±25 jenis yang tersebar di daerah tropik dan subtropik seperti di Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Dewasa ini tanaman padi banyak ditanam di daerah dataran rendah. Tanaman padi yang cocok hidup di daerah tropis adalah padi indica, sedangkan padi yang cocok hidup di daerah subtropis adalah padi Japonica (Aak, 1995).

Kedudukan tanaman padi dalam taksonomi (sistematika) tumbuhan menurut van Steenis (1992) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Bangsa : Monokotil Famili : Graminaeae Marga : Oryza

Jenis : Oryza sativa L.

Padi (Oryza sativa L) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Padi sudah dikenal sebagai tanaman pangan sejak jaman prasejarah. Padi termasuk dalam keluarga padi-padian atau Poaceae (Graminae). Padi termasuk terna semusim, berakar serabut, batang sangat pendek,

(14)

struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang, daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula, buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yangdalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah endospermium yang dimakan orang (Aak, 1995).

Penanaman padi dalam luasan 1 ha membutuhkan populasi tanaman sebanyak >200.000 rumpun/hektar dengan jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lapang. Pada teknologi PTT jarak tanam yang digunakan disesuaikan dengan kondisi lapang atau musim tanam dengan populasi tanaman harus mencapai 200.000 rumpun/ha. Pada musim hujan jarak tanam lebih lebar 30 cm x 15 cm, sedangkan musim kering jarak tanam lebih rapat 20 cm x 20 cm. Pada sistem tanam yang konvensional (yang umum digunakan) jarak tanamnya tegel 20-25 cm x 20-25 cm.

Pada PTT juga diperkenalkan jarak tanam “legowo” (legowo = luas; lapang) 40 cm x 20 cm x 10 cm, baik 2:1 atau 4:1. Pada jarak tanam legowo ini ada sebagian jarak antar tanaman yang lebih luas daripada ke-3 jarak lainnya. Adanya jarak antar tanaman yang lebih luas menjamin yang memungkinkan tiap tanaman mendapatkan sumber daya (sinar matahari, pertukaran gas, hara, air) dayang lebih banyak sehingga pertumbuhan tanaman dan produksinya menjadi

(15)

lebih baik daripada sistem tegel yang umum. Adanya jarak yang lebih luas pada baris antar tanaman memungkinkan adanya ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong, atau dimanfaatkan untuk mina padi, pengendalian gulma, OPT menjadi lebih mudah dan penggunaan pupuk lebih bermanfaat.

Sistem penanaman padi dapat dilakukan dengan beberapa sistem yaitu dengan Sistem legowo adalah suatu rekayasa teknologi untuk mendapatkan populasi tanaman lebih dari 160.000 per hektar. Penerapan Jajar Legowo selain meningkatkan populasi pertanaman, juga mampu menambah kelancaran sirkulasi sinar matahari dan udara di sekeliling tanaman pinggir sehingga tanaman dapat berfotosintesa lebih baik.

Selain itu, tanaman yang berada di pinggir diharapkan memberikan produksi yang lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik, mengingat pada sistem tanam jajar legowo terdapat ruang terbuka seluas 25-50%, sehingga tanaman dapat menerima sinar matahari secara optimal yang berguna dalam proses fotosintesis.

Sistem penanaman padi dapat dengan konsep SRI yaitu dengan model pindah tanam satu bibit per lubang, usia sangat muda (7-14 hari setelah semai) dengan jarak tanam longgar (30 cm x 30 cm) dan pemberian air irigasi terputus-putus tanpa penggenangan di petak sawah. Apabila konsep dasar dan metoda SRI diterapkan secara benar, maka akan diperoleh panen padi lebih besar walaupun dengan mengurangi input eksternal (air, pupuk kimia dan sebagainya).

Gambar

Tabel 1: Spesifikasi Mesin Transplanter Jajar Legowo 2 :1
Tabel  2:  pengujian  Mesin  Jarwo  Transplanter  di  KP  Muara  dan  KP       Sukamandi

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya perencanaan pengajaran maka mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah, memiliki kerangka pola mengajar yang

Terkait izin tinggal atau berkunjung ke Indonesia bagi warga negara asing (WNA) sudah diatur dalam Undang- Undang No.6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Pasal 48 ayat (3), yang

3. Pemilik saham pendiri diberikan kemudahan untuk memenuhi kewajiban pajaknya berdasarkan perhi- tungan sendiri sesuai dengan ketentuan diatas. Dalam hal ini, pemilik saham

Selain itu pemegang saham juga dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya deviden yang dibagikan, sedangkan dari sisi perusahaan, kebijakan deviden sangat

Soetomo Surabaya periode Januari – Desember 2018 berdasarkan pada tabel 5.2 dan gambar 5.2 didapatkan pasien luka bakar pada anak jenis kelamin perempuan dengan jumlah 6

While Kermit stared at the candy and pleaded with Evan to give him a bite, Andy would slip a tiny chunk of Monster Blood into Kermit’s mixture.. Evan crunched the candy bar

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE dan ROA pada perusahaan penerima ISRA dan perusahaan yang tidak menerima

Tulisan Lane adalah sangat penting dalam studi Islam, namun ia menampilkan tiga persoalan serius: (1) ia tidak menafsirkan teks secara langsung, tetapi hanya mengulang data yang