36
MODEL BISNIS KAWASAN PETERNAKAN
KABUPATEN SUBANG
Ferdi Fathurohman1)
1)Program Studi Agroindustri, Politeknik Negeri Subang,
Jl. Arief Rahman Hakim, No.8 Cigadung, Subang; ferdifathurohman@polsub.ac.id
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi model bisnis canvas yang terdiri dari sembilan elemen dan memetakan bagaimana strategi yang digunakan untuk peningkatan dan pengembangan bisnis kawasan peternakan Kabupaten Subang. Jenis penelitian ini penelitian deskriptif studi kasus. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan sequential exploratory design. pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan menyebarkan kuisioner kepada para peternak dan kelembagaan di kawasan peternakan. Hasil yang diperoleh dimana model bisnis dikatakan sudah baik jika ditinjau dari sembilan elemen menurut konsep business model canvas. Penelitian ini menemukan bahwa kekuatan kawasan peternakan adalah pada kategori tinggi. Peluang sangat tinggi pada segmen pelanggan dan ancaman tinggi pada value propositions. Maka dari itu, kawasan peternakan Cinagarabogo Kabupaten Subang disarankan untuk melakukan pengembangan bisnis dengan cara; menambah segmen pelanggan yaitu kalangan rumah makan, DKM mesjid dan perusahaan besar, meningkatkan value proposition dengan membuka kios daging dan membuka usaha olahan daging, membuat website, melakukan konsinyasi dengan beberapa sales points dan melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi dan mencari freelance web developer.
Kata Kunci. Kawasan Peternakan, Model Bisnis Canvas, Strategi Pengembangan
Abstract. The purpose of this research is to identify the canvas business model consisting of nine elements and mapping out the strategies used to improve and develop the business area of Kabupaten Subang. This research type is descriptive research case study. The method used is qualitative and quantitative method with sequential exploratory design. data collection was done by in-depth interviews, observations and spreading questionnaires to farmers and institutional farms. The results obtained where the business model is said to have been good if viewed from the nine elements according to the concept of business model canvas. This study found that the strength of the livestock area is in the high category. Opportunities are very high on the customer segment and high threats on value propositions. Therefore, the area of farms Cinagarabogo Kabupaten Subang suggested to do business development by way of; increase the customer segment, restaurants, mosques and large corporations, increase the value proposition by opening meat kiosks and opening meat-making businesses, creating websites, doing consignment with some sales points and collaborating with universities and looking for freelance web developers.
Keyword: livestock area, Canvas Business Model, Development Strategy
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
37
Pengembangan ternak sapi potong secara kuantitas telah memberikan dampak yang
sangat nyata terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat dalam
memperbaiki kesejahteraannya.
Pengembangan yang masih bertumpu
pada kekuatan peternakan rakyat
menjadikan usaha ini pada umumnya masih dikelola secara tradisional. Tujuan pemeliharaan yang masih sebagai usaha
sampingan dari kegiatan bertani
menyebabkan permintaan pasar belum menjadi pertimbangan utama usaha peternakan. Dalam kondisi tersebut sangat sulit mendorong masyarakat untuk mencapai skala usaha yang ekonomis dalam usaha peternakan (Fathurohman, 2016)
Perkembangan peternakan terutama
dalam sapi potong telah dilakukan secara turun temurun dan memperlihatkan perkembangan yang cukup baik termasuk di kelompok-kelompok. Pada umumnya masyarakat memiliki ternak terutama ternak domba dan ternak sapi potong dengan motif pemeliharaan sebagai usaha sampingan dan untuk tabungan, hal ini sangat memungkinkan karena kondisi alam, ketersediaan rumput dan perhatian
dari pemerintah setempat untuk
berkembangnya ternak sapi potong sangat mendukung.
Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pertanian pada tahun 2015
mengeluarkan program kawasan
peternakan dengan nama Sentra
Peternakan Rakyat atau biasa dikenal dengan istilah SPR. SPR merupakan perkumpulan peternak rakyat dengan
tujuan mewujudkan peternak yang
bedaulat (Dirjen PKH, 2015). SPR sudah
terbentuk kurang lebih 2 tahun. Sudah banyak program yang dilaksanakan oleh SPR mulai dari pembenahan administrasi
kelompok, pelatihan-pelatihan serta
pendampingan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Namun pada tahun 2017 program bantuan dari pemerintah pusat untuk SPR tidak lagi diberikan sehingga program-program yang tadinya sudah berjalan menjadi kurang efektif.
Salah satu kawasan peternakan di Indonesia adalah kawasan peternakan
Cinagarabogo Kabupaten Subang.
Selama kurang lebih 2 tahun menjalankan usaha kawasan peternakan melakukan penjualan melalui offline dan juga online. Menurut informasi yang diperoleh dari kelompok ternak yang tergabung dalam kawasan, persaingan dalam peternakan semakin ketat, sehingga peternak terus
berusaha untuk bertahan bahkan
berkembang. Banyak organisasi yang tumbuh pesat karena dapat menciptakan model bisnis yang tepat. Business model canvas (BMC) berhasil mengubah konsep model bisnis yang rumit menjadi sederhana (Fathurohman, 2016)
1.2. Tujuan
Penggunaan model bisnis yang
sederhana, mendorong sebanyak
mungkin peternak untuk ikut terlibat dalam pengembangan model bisnis perusahaan. Berdasarkan penjelasan yang telah diungkapkan dan jika dikaitkan dengan konsep BMC, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Memetakan kondisi model bisnis
38
Subang yang sedang berjalan.
2. Mengevaluasi model bisnis
kawasan peternakan Kabupaten Subang dengan menggunakan analisis strengths, weaknesess,
opportunities, dan threats
(SWOT).
3. Merekomendasikan rancangan
model bisnis baru sebagai
pengembangan usaha Kawasan
Peternakan Kabupaten Subang.
1.3. Tinjauan Pustaka
The business model canvas didefinisikan
sebagai “A shared language for
describing, visualizing, assessing, and changing business model” (Osterwalder, 2010) yakni sebuah bahasa untuk melukiskan, menvisualisasikan, menilai dan merubah model bisnis. BMC
digambarkan dengan sembilan building
blocks yang menunjukan bagaimana sebuah perusahaan menghasilkan uang:
a. Customer segments
menggambarkan sekelompok
orang atau organisasi yang ingin dijangkau atau dilayani oleh perusahaan.
b. Value propositions adalah alasan mengapa pelanggan beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain.
c. Channels menggambarkan
bagaimana perusahaan
berkomunikasi dan menjangkau
customer segments untuk
menyampaikan value propositions.
d. Customer relationships
menggambarkan tipe hubungan yang perusahaan bangun dengan customer segments tertentu.
e. Revenue streams menggambarkan uang yang dihasilkan perusahaan
dari setiap customer segments.
f. Key resources menggambarkan
aset- aset terpenting yang
diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berjalan.
g. Key activities menggambarkan hal-hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar model bisnisnya dapat berjalan.
h. Key partnerships menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang membuat model bisnis dapat berjalan.
i. Cost structure menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan
untuk mengoperasikan model
bisnis.
Menurut (Fathurohman, 2016) dan untuk medesain BMC, kita bisa mengikuti tiga langkah berikut ini:
1. Potret atau petakan model bisnis
saat ini. Potret pada sembilan elemen bisnis model, didasarkan atas kondisi bisnis yang sebenarnya terjadi.
2. Lakukan analisis SWOT. Analisis
ini dilakukan pada masing-masing elemen.
3. Lakukan penyempurnaan model
bisnis dan atau buat prototype. Hasil
analisis SWOT kemudian
digunakan untuk dua jenis tujuan. Yang pertama menyempurnakan model bisnis dan yang kedua
melahirkan prototype model bisnis
yang baru.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deksriptif. Metode yang
39
kualitatif dan metode kuantitatif dengan
sequential exploratory design.
Data kualitatif dikumpulkan dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi, sedangkan data kuantitatif menggunakan kuesioner yang berupa analisis SWOT untuk mengevaluasi model bisnis.
Objek atau tempat penelitian yang dipilih adalah kawasan peternakan Kabupaten
Subang Cinagarabogo (Kecamatan
Cipunagara dan Kecamatan Cibogo). Responden dari pihak internal peternak
yang diwawancarai yaitu anggota
kelompok dan pengurus kelompok yang terdiri dari unsur Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Sedangkang Pihak eksternal peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada 40 pelanggan dan stake holder Kawasan Peternakan Cinagarabogo. Hal ini dilakukan untuk memeriksa jawaban responden yang merupakan pihak internal dan membandingkan dengan persepsi dari pelanggan atau stake
holder sebagai pihak eksternal. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive
sampling di mana pengambilan sampel sumber data berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013).
Penelitian ini menggunakan BMC
sebagai alat untuk pemetaan kondisi implementasi model bisnis perusahaan, serta mengusulkan rancangan model bisnis yang baru. Penilaian dari analisis SWOT menggunakan garis kontinum yang dibuat kategori sehingga dapat membantu dalam membuat usulan model bisnis yang baru.
3. Hasil dan Pembahasan
Berikut ini merupakan gambaran hasil evaluasi penilaian SWOT Kawasan Peternakan Cinagarabogo Kabupaten Subang dan sembilan building blocks di kawasan berdasarkan data yang telah
dikumpulkan disertai dengan hasil
pembahasan menuruk block yang sesuai: Tabel. 1 Hasil Evaluasi Penilaian SWOT Kawasan Peternakan Cinagarabogo
9 Building Blocks Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) Peluang (Opportunities) Ancama (Threats) Customer Segments 9,51 = Sangat Tinggi 2,53 = Sangat Rendah 9,67 = Sangat Tinggi 6,00 = Cukup
Value Propositions 9,00 = Sangat Tinggi 3,25 = Sangat Rendah 7,50 = Tinggi 8,00 = Sangat Tinggi
Channels 9,20 = Sangat Tinggi 3,00 = Sangat Rendah 9,00 = Sangat Tinggi 5,00 = Rendah
Customer Relationships
8,25 = Tinggi 4,00 = Rendah 6,50 = Cukup 2,00 = Sangat Rendah
Revenue Streams 7,00 = Tinggi 4,00 = Rendah 6,60 = Cukup 5,50 = Cukup
Key Resources 9,51 = Sangat Tinggi 2,90 = Sangat Rendah 6,50 = Cukup 7,00 = Tinggi
Key Activities 8,00 = Tinggi 5,00 = Rendah 8,00 = Tinggi 3,50 = Sangat Rendah
Key Partnerships 8,70 = Sangat Tinggi 3,50 = Sangat Rendah 6,00 = Cukup 4,00 = Rendah
Cost Structure 8,75 = Sangat Tinggi 3,25 = Sangat Rendah 6,00 = Cukup 4,00 = Rendah
KP Periusahaan Pengiriman, Pemasok bibit ternak, Bandar Ternak, KA Produksi, Promosi, Penjualan, Pengiriman Maintaning dan pembaharuan website VP
Produk: Sapi bakalan, sapi indukan, anak sapi,
produk olahan, pupuk, pakan jadi dan bahan pakan, membuka kios daging, membuka usaha
olahan daging
CR
Personal communications:
SMS, dan whatsapp
Discount dan event,
Majalah dan Koran, Informasi di website. CS Peternakan dikelompok lain, Pedagang daging, Kelompok pertanian, Pengadaan pemerintah
40 Mitra Konsinyasi Perguruan Tinggi Freelance web developer KR
Alat produksi, alat pengolahan dan bahan
pakan, Modal pribadi kolompok, bantuan pemerintah, dan
pinjaman bank 20 kelompok ternak, 430
anggota dan pengurus
Brand kawasan peternakan Cinagarabogo
Kebijakan penukaran apabila tidak sesuai
Jaminan Kualitas Harga Terjangkau Konsep pemberdayaan masyarakat Kemitraan dengan perusahaan CH Offline: Kandang peternak, secretariat SPR dan Rumah Potong Hewan,
kios konsinyasi Online: Facebook, website Rumah makan DKM masjid Perusahaan besar C$ Value-driven
Penghasilan peternak, produksi, transportasi, promosi
Upah Freelance web developer
R$ Direct sale
Pendapatan dari penjualan konsinyasi
Gambar. 1. Model Bisnis dan Rekomendasi Model Bisnis Kawasan Peternakan
a. Customer Segments
Segmen pelanggan yang dibidik kawasan
peternakan Cinagarabogo adalah
kalangan kelompok lain, pedagang daging, kelompok pertanian, pengadaan pemerintah, rumah makan dan DKM masjid. Kawasan menganggap segmen tersebut adalah segmen pelanggan yang paling penting.
Di sini letak kelemahan kawasan, sasaran
pelanggan adalah kelompok yang
cenderung belum memiliki keuntungan yang baik dan masih bergantung kepada bantuan pemerintah.
Namun kawasan memiliki peluang untuk memanfaatkan pasar yang semakin berkembang. Hal ini dibuktikan dengan peminat sepatu sapi bakalan dan indukan yang selalu tumbuh, jadi memungkinkan
bagi kawasan melayani segmen
pelanggan yang baru.
Customer segments termasuk kedalam
tipe segmented. Kawasan sulit untuk
menaikan harga produk, maka dari itu dapat disiasati dengan memperluas segmen pelanggan dengan membidik kalangan rumah makan dan perhotelan.
Kalangan ini umumnya memiliki kesadaran akan pentingnya kualitas dan
keberlanjutan untuk menjaga
kepercayaan pelanggan, serta didukung oleh kemampuan finansial karena rumah makan dan perhotelan sudah memiliki finansial yang jelas.
b. Value Propositions
Jenis Value propositions merupakan nilai
yang ditawarkan kawasan kepada
pelanggannya. Jenis produk yang
ditawarkan diantaranya seperti Sapi bakalan, sapi indukan, anak sapi, produk olahan, pupuk, pakan jadi dan bahan pakan.
Kawasan memiliki kelebihan pada layanan kebijakan penukaran apabila tidak sesuai dengan yang dipesan, layanan harga terjangkau yaitu kebijakan harga yang tidak lebih tinggi dari harga
pasaran, konsep pemberdayaan
masyarakat dimana selain usaha atau
bisnis kawasan menjual konsep
pemberdayaan masyarakat untuk lebih
berkembang, kemitraan dengan
perusahaan besar yaitu dimana penitipan sapi indukan impor di
kelompok-41
kelompok anggota kawasan.
Value propositions kawasan termasuk ke dalam kategori sangat tinggi, karena nilai yang ditawarkan sudah sesuai dengan
kebutuhan pelanggan dan mampu
memuaskan pelanggan. Namun,
kelemahan yang terdapat di perusahaan adalah ketidakjelasan pada layanan pasca penjualan dimana tidak adanya orang atau petugas sebagai quality control. Peluang yang dapat dimanfaatkan dengan cara melengkapi atau menambahkan kebutuhan yang sudah ada. Ancaman yang dihadapi perusahaan termasuk
dalam kategori tinggi. Hal ini
dikarenakan banyak pesaing atau
perusahaan yang lebih besar yang menawarkan produk sejenis dengan harga atau penawaran yang lebih menarik dan memungkinkan bagi pelanggan untuk
berpindah untuk membeli produk
pesaing.
Kawasan masih memiliki peluang yaitu
melengkapi atau menambahkan
penawaran yang sudah ada. Kawasan dapat menambah jenis produk yang diproduksi, seperti makanan turunan dari daging sapi maupun membuka kios daging di pasar. Selain itu, kawasan harus memperjelas layanan pasca penjualan yang ditawarkan di antaranya kebijakan penukaran produk apabila tidak sesuai dengan yang diingkan oleh pembeli. Akan lebih baik apabila kawasan segera menetapkan syarat dan ketentuan untuk menggunakan layanan tersebut, lalu dikomunikasikan ke pelanggan melalui saluran penjualan perusahaan.
c. Channels
Kawasan menggunakan saluran secara
online dan offline, Untuk saluran online
yang digunakan adalah facebook. Untuk
saluran penjualan offline, perusahaan
memiliki workshop yang terletak di
beberapa kelompok dan di sekretariat SPR Cinagarabogo Desa Padamulya, Kecamtan Cipunagara selain itu juga di Rumah Potong Hewan Pagaden. Selain
workshop, perusahaan juga mengikuti
acara pameran produk.
Kekuatan saluran penjualan perusahaan ada pada saluran online yang dirasa sudah efektif, efisien dan sesuai dengan segmen
pelanggan. Sedangkan, kelemahan
perusahaan terdapat pada lokasi
workshop yang kurang strategi dan sulit dijangkau.
Kawasan belum mempunyai Website.
kawasan dapat menggunakan jasa
perguruan tinggi atai freelance website developer, namun harus diperhatikan kerjasama yang terjalin harus ada kontrak dan perjanjian tertulis sesuai kesepakatan bersama. Manfaat yang didapatkan
kawasan dengan menggunakan website
diantaranya: (a) dapat dijadikan katalog
online sehingga memudahkan pengguna untuk melihat produk, (b) mudah dicari di mesin pencari dengan mengaplikasikan
search engine optimization (SEO), (c)
navigasi dalam website lebih mudah
sehingga pengguna merasa nyaman, (d) dapat memperjelas informasi baik produk dan layanan, dan pemesanan bisa
dilakukan di website sehingga
mempermudah proses pembelian.
d. Customer Relationships
Kawasan telah menggunakan beberapa
cara menjalin hubungan dengan
pelanggan untuk mempertahankan
42
jejaring media sosial. Untuk personal
communications, perusahaan menggunakan layanan pesan singkat dan whatsapp. Untuk menarik perhatian pelanggan, kawasan juga memberikan promosi diantaranya discount, event, dan pemasaran di media cetak
Kekuatan yang dimiliki kawasan adalah kemampuan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dan stake holder
dari pelayanan yang diberikan.
Sedangkan kelemahan perusahaan adalah tidak mengikat pelanggan melalui biaya perpindahan yang tinggi. Peluang untuk
meningkatkan hubungan dengan
pelanggan termasuk dalam kategori cukup dan ancaman terhadap hubungan yang terjalin dengan pelanggan tergolong rendah.
Hubungan yang terjalin antara kawasan dan pelanggan adalah hubungan jual-beli yang termasuk kedalam kategori tipe
hubungan personal assistance.
Hubungan yang berjalan adalah
pelanggan dapat berinteraksi dan
berkomunikasi langsung dengan petugas penjualan untuk mendapatkan bantuan selama proses penjualan atau proses pembelian selesai. Dengan menggunakan
website, kawasan dapat mengkomunikasikan kelebihan layanan yang ditawarkan, karena selama ini
pelanggan online tidak mendapatkan
informasi yang cukup jelas mengenai
layanan yang ada. Kawasan dapat
mengedukasi pelanggan dengan
memberikan pengetahuan di balik proses
produksi. Diinformasikan mengenai
value yang sudah dibayarkan dan dapat dinikmati pelanggan. Gunakan media ini untuk menjual cerita atau kisah dibalik
proses produksi maupun proses
pemeliharaan, bisa melalui tulisan atau video.
e. Revenue Streams
Kawasan memperoleh pemasukan dari penjualan produk yaitu penjualan Sapi bakalan, sapi indukan, anak sapi, produk olahan, pupuk, pakan jadi dan bahan
pakan melalui penjualan online,
pameran, dan workshop. Penetapan harga
produk di kawasan ditentukan dari biaya produksinya, dilihat dari harga bahan baku, kelangkaan bahan baku, serta jenis pelanggan apakan pelanggan rutuin atau
pelanggan temporari. Kelemahan
kawasan adalah hanya bergantung pada pendapatan penjualan produk secara
langsung kepada konsumen. Ada
peluang untuk menambah atau
menciptakan sumber pendapatan.
Kawasan dapat menambah aliran
pendapatan dari konsinyasi. Jika
menerapkan kerjasama konsinyasi
perputaran uang akan lebih cepat dan pendapatan tidak terfokus pada satu bandar saja.
f. Key Resources
Aset fisik yang dibutuhkan adalah
perkandangan dan peralatan untuk
produksi. Peralatan yang kecil untuk pengolahan pakan dan pengambilan
pakan peternak membawa sendiri.
Kawasan hanya menyediakan alat produksi yang besar seperti copper, mixer dll dan bahan-bahan seperti bakteri pengurai, tetes tebu. Sumber dana awalnya dari dana kelompok, kemudian berkembang bantuan dari pemerintah dan pinjaman dari perbankan dan CSR perusahaan.
43
Sumber daya manusia, kawasan
memiliki 430 orang peternak yang tersebar di 20 kelompok, sedangkan untuk mengurus urusan manajerial ditangani oleh 9 pengurus kawasan yang biasa disebut Gugus Perwakilan Pemilik Ternak (GPPT) dan 1 orang manajer teknis. Untuk sumber daya intelektual
dalam proses penerapan teknologi
kawasan bekerjasama dengan IPB dan Universitas Padjadjaran.
Kawasan mampu memaksimalkan
kekuatan yang dimiliki. Namun masih terdapat kelemahan yaitu keterbatasan sumber modal dan sapi indukan yang berkualitas sulit ditemukan. Kesempatan
untuk memanfaatkan peluang dari
sumber daya yang digunakan termasuk kedalam kategori rendah.
Ancaman terhadap sumber daya kawasan termasuk dalam kategori tinggi, hal ini
dikarenakan kawasan menghadapi
perusahaan besar dimana harga yang
ditawarkan oleh perusahaan besar
cenderung lebih rendah dan
menggunakan sapi impor dan ancaman terhadap sumber daya yang digunakan, misalnya peternak yang beralih profesi menjadi tenaga buruh pabrik.
Memotivasi peternak, kawasan dapat
menunjukan ungkapan pengakuan
kepada peternak di antaranya;
beberapa orang termotivasi oleh
kesempatan untuk mendapatkan nama mereka terpajang di dinding, memasang poster dengan foto pegawai dengan tema seperti
karyawan yang paling rajin,
karyawan yang mencapai target, tingkat absen, ketepatan tanpa
terlambat, minimnya atau tidak ada kesalahan kerja,
berikan kejutaan seperti hadiah
kecil atau tiket rekreasi keluarga,
mengadakan acara internal
kawasan yang mempererat
hubungan antar peternak,
bangun suasana kekeluargaan dan
kenyamanan,
berikan bonus secara adil, yaitu
berdasarkan performa dari setiap peternak.
g. Key Activities
Kawasan memberikan pelayanan yang ramah untuk memuaskan pelanggannya. Aktivitas untuk menjangkau pelanggan di antaranya promosi setiap hari, setiap ada
stock menumpuk di workshop kawasan akan membuat potongan harga kepada pelanggan tetap. Aktivitas menjaga
hubungan dengan pelanggan, keep
contact dan meminta feedback dari pelanggan. Aktivitas untuk mendapatkan pendapatan, kawasan selalu siap sedia produk.
Aktivitas kawasan termasuk dalam kategori tinggi, belum sempurna karena aktivitas produksi yang mudah ditiru oleh
kelompok lain. Peluang untuk
meningkatkan aktivitas kunci di
perusahaan termasuk dalam kategori sangat tinggi. Kawasan dapat membuat standarisasi pada aktivitas utama, dan
didukung oleh kehadiran information
technology (IT) untuk dapat meningkatkan efisiensi kawasan.
Aktivitas yang terjadi di kawasan
termasuk dalam kategori production.
Aktivitas ini terkait dengan perancangan, pembuatan, dan penyampaian produk dalam jumlah besar dan atau kualitas
44
unggul. Hadirnya website, kawasan juga
harus menyiapkan bagaimana
maintaining dan update isi dari website.
Hal ini bisa diserahkan dan didiskusikan
dengan freelance website developer.
h. Key Partnerships
Hubungan dengan pihak luar
diantaranya dengan penyedia jasa pengiriman sapi, perusahaan pemasaok bibit sapi dan pembeli atau Bandar sapi. Kawasan melakukan pembelian bibit atau bakalan dan bahan baku sendiri dengan mendatangi tokonya atau penyedia. Sedangkan untuk
packaging ada pemasok yang sama langganan serta untuk uji sampel bekerjasama denga Unpad, IPB dan BPTP Jawa Barat.
Kelemahan kawasan adalah tidak
memiliki mitra untuk membantu
kawasan dalam menjual produk
kawasan. Ancaman yang dapat
mengganggu hubungan dengan mitra
termasuk dalam kategori rendah,
kawasan tidak terlalu bergantung pada satu mitra dan tidak terlalu menjadi
masalah ketika mitra tersebut
berkolaborasi dengan pesaing atau bahkan kehilangan mitra.
Kawasan dapat melakukan konsinyasi dengan beberapa sales point dengan pertimbangan;
workshop yang diajak bekerja sama berada di lokasi yang strategis,
banyak pelanggan yang
mengunjungi,
penjualan workshopnya
tergolong tinggi,
pilih mitra konsinyasi yang
membidik target pasar yang sama dengan kawasan,
mitra konsinyasi yang dipilih
tidak menawarkan produk
Kerjasama lain yang dibangun adalah kerjasama dengan perguruan tinggi atau
freelance web developer. Penggunaan
tenaga freelance dilakukan untuk
menghemat biaya yang dikeluarkan. Cari
freelancer dengan harga semurah mungkin jika bisa gratis. Perusahaan dapat memanfaatkan keahlian mahasiswa yang paham dalam mengembangkan IT
perusahaan. Jalin kerjasama dan
hubungan baik supaya tidak terjadi kesalaham seperti sebelumnya.
i. Cost Structure
Biaya yang dikeluarkan di antaranya biaya untuk pembelian bahan baku dan bahan pembantu. Biaya transportasi dikeluarkan meliputi biaya saat pameran dan koordinasi dengan mitra atau stake holder. Biaya promosi yang dikeluarkan membayar cetak katalog produk. Jadi aktivitas yang paling mahal adalah produksi, dan sumber daya yang paling mahal adalah sumber daya manusia. Peluang untuk meminimalkan biaya yang dikeluarkan kawasan termasuk dalam kategori rendah. Hal ini dikarenakan kawasan tidak dapat mengurangi biaya yang ada. Ancaman terhadap biaya yang dikeluarkan kawasan termasuk dalam
kategori rendah, karena pengurus
kawasan dan manajer mampu
mengontrol biaya sehingga tidak ada biaya yang tidak dapat diprediksi.
Kawasan memiliki struktur biaya
value-driven di mana kawasan tidak menjadikan biaya sebagai pertimbangan
45
utama tetapi lebih fokus kepada nilai yang akan diciptakan untuk pelanggan demi memberikan kepuasan. Dengan melakukan konsinyasi dengan beberapa
sales point, maka kawasan akan mengeluarkan biaya untuk biaya bagi hasil dengan mitra konsinyasi. Dengan
menggunakan website kawasan akan
menambah biaya untuk membayar upah
freelance website developer. Hal ini perlu dipertimbangkan karena peranan IT sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi kawasan.
4. Simpulan dan Saran
Hasil yang diperoleh dimana model bisnis dikatakan sudah baik jika ditinjau dari sembilan elemen menurut konsep
business model canvas. Penelitian ini menemukan bahwa kekuatan kawasan peternakan adalah pada kategori tinggi. Peluang sangat tinggi pada segmen
pelanggan dan ancaman tinggi pada value
propositions. Maka dari itu, kawasan peternakan Cinagarabogo Kabupaten Subang disarankan untuk melakukan pengembangan bisnis dengan cara; menambah segmen pelanggan yaitu kalangan rumah makan, DKM mesjid dan perusahaan besar, meningkatkan value proposition dengan membuka kios daging dan membuka usaha olahan daging,
membuat website, melakukan konsinyasi
dengan beberapa sales points dan melakukan kerjasama dengan perguruan
tinggi dan mencari freelance web
developer.
DAFTAR PUSTAKA
[Ditjen PKH] Direktorat Jendral
Peternakan dan Kesehatan Hewan.
2015. Pedoman umum program
sentra peternakan rakyat. Jakarta (ID): Ditjen PKH
Fathurohaman, F., & Sobari, E. (2016). Strategi Pengembangan Kinerja SDM Gugus Perwakilan Pemilik Ternak SPR Cinagarabogo (Tinjauan Teori dan Aplikasi).
Jurnal Dimensia. Vol. 13(2), 67-92.
Fathurohman, F. (2016). Pengantar
Bisnis : Perspektif Agroindustri dan Ekonomi Pertanian. Subang: Tiga Maha.
Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2010).
Business Model Generation.
Amerika Serikat: John Wiley dan Sons, Inc.
Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian