• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Waktu Perjalanan Terhadap Pembukaan Jalur Lingkar Selatan Surakarta Menggunakan Program TFTP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Waktu Perjalanan Terhadap Pembukaan Jalur Lingkar Selatan Surakarta Menggunakan Program TFTP"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

123 Vol. 11 No.2 (November 2008): 123-133

Analisis Waktu Perjalanan Terhadap Pembukaan Jalur Lingkar Selatan Surakarta

Menggunakan Program TFTP

(Journey Time Analysis for Opening of Southern Ring Road Surakarta using TFTP Program)

S

UWARDI

A

BSTRACT

Surakarta road network services high traffic volume to/from Surakarta city. It is caused by the activities are still centered. In addition, outside road network of city which is provided for traffic only passing Surakarta city is not available yet. Therefore, a Surakarta road network needs urgently to be expanded and a proposed ring-road is considered necessary. In order to anticipate the future traffic condition, effects of a proposed ring-road is studied. The aim of study is to predict the future traffic condition in terms of effective journey time after a proposed ring-road is implemented using Teacher Friendly Transportation Program (TFTP). The results show that effective journey time in 2009 and 2014 was significantly reduced after opening the proposed ring-road in the Surakarta road networks. The efficiency of journey time in 2009 was predicted in the range of 8 to 9 minutes for three alternatives and in 2014 was about 9 to 11 minutes. Meanwhile, the journey time for ring-road in 2009 was estimated in 17.1 minutes with the efficiency of journey time for alternative 1, 2 and 3 was calculated in 17.9, 10.9 and 13.9 minutes, respectively. The journey time for ring-road in 2014 was found to be 19 minutes with the efficiency of journey time for alternative 1, 2 and 3 is 20, 17.5 and 15, respectively. Keywords: journey time, TFTP, transport modeling

P

ENDAHULUAN

Surakarta terletak di propinsi Jawa Tengah

mempunyai lokasi yang sangat strategis

terhadap lalulintas nasional terutama yang lewat

jalur selatan. Surakarta merupakan titik simpul

lalu lintas dari arah, Jakarta,

Bandung-Surabaya. Secara regional merupakan titik

penghubung

kota

sekitarnya

meliputi

Semarang, Yogyakarta, Purwodadi, Pacitan,

dan Wonogiri. Bila tidak didukung dengan

jaringan jalan yang memadai, maka akan terjadi

kemacetan dan banyak konflik lalulintas. Untuk

mengurangi arus lalulintas perkotaan dan

mengembangkan wilayah surakarta, maka perlu

pengembangan jaringan jalan atau penambahan

jaringan jalan. Oleh karena itu diperlukan

jaringan jalan yang berupa pembangunan jalur

lingkar selatan. Untuk mengetahui efisiensi

waktu tempuh setelah pembangunan jalur

lingkar selatan perlu analisis lalulintas.

Makalah ini bertujuan untuk menganalisis dan

memprediksi efisiensi waktu tempuh lalulintas

pada jaringan jalan perkotaan di Surakarta

setelah pembukaan jalur lingkar selatan pada

tahun 2009 dan 2014. Analisis efisiensi waktu

tempuh

lalulintas

tersebut

menggunakan

program

TFTP (Teacher Friendly Transportation Program

). Adanya analisis ini, diharapkan dapat

sebagai masukan dalam perencanaan dan

pembangunan jaringan jalan perkotaan dan jalur

lingkar selatan khususnya terhadap perubahan

waktu tempuh lalulintas pada tahun 2009 dan

2014

T

INJAUAN

P

USTAKA

Transportasi adalah kegiatan perpindahan

penumpang dan barang dari satu tempat ke

tempat lain. Dalam transportasi, terdapat unsur

pergerakan dan secara fisik terjadi perpindahan

tempat atas barang atau penumpang dengan

atau tanpa alat angkut ke tempat lain (Sistem

Transportasi, 1997).

(2)

Suwardi/Semesta Teknika Vol. 11 No.2 (2008): 123-133

Model adalah sekumpulan sistem yang

sengaja dibentuk untuk menyederhanakan dari

suatu sistem yang ada dengan maksud untuk

tujuan tertentu. Tamin (1997) menyatakan

bahwa model dari suatu sistem adalah

representasi dari sistem tersebut yang sengaja

dibentuk dalam usaha untuk dipelajari. Pada

penelitian ini digunakan model yang adalah

program

TFTP

(

Teacher

Friendly

Transportation Program

) yang dikembangkan

oleh

Hamerslag

(1996).

Program

ini

dikembangkan sebagai alat bantu pengajaran

lalulintas. Namun, program ini juga dapat

digunakan

dalam

perkuliahan,

lingkup

pekerjaan maupun tesis penelitian. Program

TFTP dapat memprediksi besarnya lalulintas

pada tiap-tiap jaringan yang ditinjau. Data input

yang digunakan adalah jaringan jalan, node,

ruas, kecepatan tiap ruas jalan, kapasitas tiap

ruas jalan dan matrik asal tujuan. Untuk

menghitung besarnya matrik asal dan tujuan

digunakan volume lalulintas yang keluar dari

node, sedang untuk matrik tujuan digunakan

volume yang masuk pada node.

GAMBAR 1. Bagan alir Program TFTP

Pada Gambar 1 dapat terlihat bahwa secara

garis besar program TFTP ini terdiri dari sistem

tata guna lahan, sistem jaringan angkutan

pribadi, sistem jaringan angkutan umum. Untuk

mengetahui bagaimana unsur-unsur tersebut

bekerja dan saling berinterasi dapat dijelaskan

berikut ini.

Car network

: Input

dari

jaringan

kendaraan dengan kecepatan

dan kapasitas

Land use

: Input tempat kerja dan

tempat tinggal.

Trip ends

: Jumlah perjalanan dari asal

ketempat tujuan.

Car time

: Penentuan rute dan waktu

dari tempat asal ketempat

tujuan.

O-D (

Origin Destination

) : Jumlah pergerakan

/perpindahan dari tempat

asal ke tempat tujuan.

Car flow

: Banyak arus yang melewati

suatu ruas atau jaringan.

Public transport net

: Jaringan transportasi

umum.

Public transport time

: Waktu tempuh angkutan

umum.

PT flows

: Penentuan arus lalulintas

dengan matrik O-D untuk

jaringan transportasi umum.

Car flows

: Penentuan

arus

dengan

matrik O-D untuk jaringan

transportasi

kendaraan

pribadi.

Bike walk

: Penentuan

arus

dengan

matrik O-D untuk kendaraan

non mobil dan pejalan kaki.

Mekanisme kerja TFTP yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan langkah pemodelan

dengan urutan interasi sebagai berikut:

1.

Memasukkan asal tujuan (O-D) maka

dalam hal ini menggunakan simpang

sebagai

node

. Setelah terbentuk

node

,

menghubungkan

node

tersebut sehingga

terbentuk jaringan jalan

2.

Memasukkan matrik asal tujuan yang dalam

hal ini sebagai input asal tujuan (O-D) arus

lalulintas yang masuk dan meninggalkan

simpang.

3.

Memasukkan kapasitas dan kecepatan,

dalam hal ini semua kendaraan dengan

menggunakan Satuan Mobil Penumpang

(SMP/jam) dan dibatasi pada lalulintas

dengan

tidak

memasukan

komponen

angkutan umum.

Model transportasi ini mencakup jumlah

perjalanan yang terjadi dalam suatu wilayah,

waktu perjalanan, asal tujuan perjalanan dan

rute perjalanan yang dipilih dari jaringan yang

ada. Hasil akhir dari permodelan ini adalah

efisiensi waktu setelah dibangun jalur lingkar

selatan di Surakarta.

Land use

Carnet PT net

Trip Ends

Car Time PT Time

Parking Places

O – D BY MODE

(3)

Suwardi/Semesta Teknika Vol. 11 No.2 (2008): 123-133

Kapasitas jalan tergantung pada lebar jalan dan

faktor koreksi. Penentuan kapasitas jalan

dihitung berdasarkan rumus dan faktor koreksi

yang telah ditetapkan oleh Manual Kapasitas

Jalan Indonesia (MKJI, 1997):

=

(1)

dengan,

C

: kapasitas (smp/jam)

C

o

: kapasitas dasar untuk kondisi tertentu

(kondisi ideal) (smp/jam)

FC

w

: faktor lebar jalur lalulintas, yaitu

besarnya faktor dipengaruhi lebar dan

sempitnya jalur semakin lebar semakin

besar faktornya.

FC

sp

: faktor pemisah arah, yaitu faktor yang

dipengaruhi oleh persentase arus yang

berlawanan arah nilai terbesar dicapai

apabila

besarnya

arus

yang

berlawanan 50 % dan 50 %.

FC

sf

: faktor

hambatan

samping,

yaitu

banyaknya hambatan samping yang

berada pada sepanjang jalan bila pada

tepi jalan semakin ramai maka

hambatan samping semakin besar.

FC

cs

: faktor ukuran kota, yaitu besarnya

faktor dipengaruhi banyaknya jumlah

penduduk,

semakin

besar

penduduknya maka semakin basar

nilainya.

Kepadatan adalah jumlah kendaraan per satuan

panjang jalan tertentu. Satuannya adalah

kendaraan per kilometer (MKJI ,1997).

=

(2)

dengan,

D

: kepadatan (kendaraan)

X

: panjang jalan (km)

Volume lalulintas adalah jumlah kendaraan

yang melewati suatu titik per satuan waktu pada

lokasi tertentu. Untuk mengukur jumlah arus

lalulintas,

biasanya

dinyatakan

dalam

kendaraan

per

hari

atau

satuan

mobil

penumpang per jam atau kendaraan per menit

(MKJI). Persamaan untuk menghitung volume

lalulintas diberikan sebagai berikut:

=

+

+

(3)

dengan,

MC

: sepeda motor

LV

: mobil penumpang

HV

: kendaraan berat

EMP

: ekivalen mobil penumpang

Kecepatan arus bebas dasar lalu lintas sering

didefinisikan sebagai kecepatan pada saat

tingkat arus lalulintas nol, sesuai dengan

kecepatan yang akan dipilih pengemudi

seandainya mengendarai kendaraan bermotor

tanpa halangan kendaraan bermotor lain di

jalan. Oleh itu, penentuan kecepatan arus bebas

pada kondisi sesungguhnya dapat dihitung

dengan persamaan (MKJI, 1997):

= (

+

)

(4)

dengan,

FV

: kecepatan arus bebas (km/jam)

FV

o

: kecepatan arus bebas dasar (km/jam)

FV

W

: penyesuaian

akibat

lebar

lajur

(km/jam)

FFV

SF

: faktor

penyesuaian

hambatan

samping

FFV

CS

: faktor penyesuaian untuk ukuran

kota

Tingkat pelayanan lalulintas menurut MKJI

(1997) adalah nilai dari tingkat pelayanan dapat

dicari menggunakan rasio volume terhadap

kapasitas lalulintas sebagaimana diberikan

secara terperinci dalam Tabel 1.

(4)

Suwardi/Semesta Teknika Vol. 11 No.2 (2008): 123-133

TABEL 1. Tingkat Pelayanan

Tingkat Pelayanan D = Q/C Kecepatan ideal ( km/jam) Kondisi Lalulintas

A <0.04 >60 Lalulintas lengang kecepatan bebas B 0.04 – 0.24 50 – 60 Lalulintas agak ramai kecepatan menurun C 0.24 – 0.54 40 – 50 Lalulintas ramai kecepatan terbatas D 0.54 – 0.81 35 – 40 Lalulintas jenuh kecepatan mulai rendah E 0.81- 1.00 30 – 35 Lalulintas mulai macet kecepatan rendah F = 1.00 <30 Lalulintas macet kecepatan rendah sekali

SUMBER: MKJI (1997)

Data interasi dianggap beban arus lalulintas

yang keluar masuk kota. Selanjutnya akan

didapatkan kapasitas sisa pada jaringan dalam

kota yaitu:

=

(5)

=

(6)

=

+

(7)

=

+

(8)

dengan,

Q

d

: volume lalulintas dalam kota

Q

: volume lalulintas pada ruas jalan

tahun sekarang

Q

l

: volume luar kota (hasil iteraksi

sebelum dibuka jalur lingkar selatan)

C

d

: kapasitas sisa

C

: kapasitas jalan

Q

js

: volume

lalulintas

setelah

dibuka

jaringan jalan

Q

it

: volume lalulintas hasil interasi setelah

dibuka jalur selatan

Q

n

: volume lalulintas tahun ke

n

(tahun

2009 dan tahun 2014)

n

: penambahan jumlah tahun

M

ETODE

P

ENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada jaringan jalan

utama dan jalur lingkar selatan Surakarta. Data

yang dikumpulkan adalah data sekunder yang

meliputi data geometri jalan, ruas jalan, not

jalan, denah jalur lingkar selatan yang

diusulkan. Data primer dikumpulkan dari hasil

survai lapangan yang berupa data volume

lalulintas dan kecepatan lalulintas pada ruas

jaringan jalan.

Cara survai dilakukan dengan menghitung

banyaknya lalulintas yang lewat pada

masing-masing ruas jalan pada setiap arah yang

dihitung setiap 15 menit. Seterusnya volume

lalulintas setiap ruas dapat ditentukan.

Alat yang digunakan untuk pengambilan data

adalah

tally counter

, peralatan tulis, formulir

survai,

stopwatch

dan komputer.

Cara analisis dijalankan dengan menggunakan

data primer dan data sekunder sebagai input.

Seterusnya menggunakan pemodelan yanga da

dalam program TFTP didapatkan output

lalulintas pada masing-masing ruas jalan yang

diamati.

Skenario pemodelan dilakukan sebanyak dua

kali yaitu skenario sebelum pembangunan jalur

lingkar selatan dan sesudah pembangunan

jalur lingkar selatan. Tahapan pengolahan data

meliputi input, proses dan output yang

dijelaskan sebagai berikut:

Tahap I

: menganalisis besarnya volume

lalulintas dengan metode faktor

pertumbuhan, sehingga akan

didapatkan volume lalulintas

tahun 2009 dan 2014. Dari data

volume

lalulintas

dapat

digunakan sebagai input matrik

asal tujuan.

(5)

Suwardi/Semesta Teknika Vol. 11 No.2 (2008): 123-133

Tahap II : memasukkan data ke program

TPFTP

yang

meliputi

koordinat, matrik asal tujuan,

kapasitas jalan, kecepatan dan

volume lalulintas sebelum dan

setelah

pembangunan

jalur

selatan.

Tahap III : memasukkan data ke program

TPFTP

yang

meliputi:

koordinat, matrik asal tujuan,

kapasitas jalan, kecepatan dan

volume lalulintas matrik asal

tujuan pada node jalursetelah

pembangunan

jalur

lingkar

selatan.

Tahap IV : dalam proses data program

TFTP,

setiap

data

yang

dimasukkan ke program TFTP

akan diproses sehingga akan

keluar output yang meliputi

data node, panjang ruas jalan,

kapasitas jalan, kecepatan, dan

volume

lalulintas

sebelum

dibangun jalur selatan

Tahap V : setiap data yang dimasukkan ke

program TFTP akan diproses

sehingga akan keluar output

yang

meliputi

data

node,

panjang ruas jalan, kapasitas

jalan, kecepatan, dan volume

lalulintas

sesudah

dibangun

jalur selatan.

Tahap VI : menggabungkan kedua interasi

sebelum dibangun jalur selatan

dan sesudah dibangun jalur

selatan,

sehingga

akan

didapatkan volume lalulintas

yang baru pada tahun 2009 dan

2014.

Tahap VII : setelah

didapatkan

volume

lalulintas

yang

baru

dan

kapasitas

jalan,

selanjutnya

mencari

tingkat

pelayanan

tahun 2009 dan 2014.

Tahap VIII : mencari kecepatan berdasarkan

tingkat pelayanan, selanjutnya

dengan mengetahui panjang

ruas jalan maka waktu tempuh

tiap ruas dapat dicari pada

kondisi setelah dibangun jalur

selatan tahun 2009 dan 2014.

Tahap IX : mencari waktu tempuh dari

beberapa

alternatif

jaringan

jalan pada kondisi setelah

dibangun jalur selatan tahun

2009 dan 2014.

Tahap X : mencari selisih waktu tempuh

antara sebelum dibangun jalur

selatan dan sesudah dibangun

jalur selatan tahun 2009 dan

2014.

A

NALISIS DAN

P

EMBAHASAN

Kodefikasi node didapatkan dari koordinat

masing-masing node yang telah ditentukan

sebelumnya sesuai dengan denah

yang

sebenarnya sebagaimana diberikan dalam

Gambar 2. Oleh karena jalan primer saja yang

diteliti maka hanya terdapat 35 node dan 54

ruas jalan yang dimasukkan dalam studi.

Bila node sudah terbentuk, langkah selanjutnya

adalah memasukkan data kecepatan dan

kapasitas pada masing-masing jalan (

link

) yang

dibentuk dari dua node yang dihubungkan.

Pada proses input ini, dimasukkan data matrik

asal dan tujuan pada masing-masing node.

Pada penelitian ini, data asal tujuan yang

digunakan adalah jumlah lalulintas yang keluar

dari node sebagai asal dan yang masuk pada

node dianggap sebagai tujuan. Jika node

tersebut terbentuk dari tiap-tiap simpang maka

data asal dan tujuan dimasukkan pada

masing-masing node.

Dalam perhitungan ini, interaksi sebelum

dibuka jalur lingkar selatan dianggap lalulintas

yang masuk dan lalulintas yang keluar masuk

kota saja sedang lalulintas yang di dalam kota

dianggap tidak ada.

(6)

Suwardi/Semesta Teknika Vol. 11 No.2 (2008): 123-133

GAMBAR 2. Jaringan Jalan Surakarta

TABEL 2.Ruas jalan jaringan , kecepatan, jumlah arah dan kapasitas jalan Surakarta

No Ruas Node Nama Jalan V Jml Arah C No Ruas Node Nama Jalan V Jml Arah C

Awal Akhir Awal Akhir

1 1 2 Jl. K. Sura -Byli 34,8 2 3217 28 4 16 Jl. Dr. Muwardi 33,7 2 3175 2 2 3 Jl. A. Yani 34,8 2 5160 29 10 6 JL. Gladag 31,2 1 1739 3 3 4 Jl. Brig S. Riyadi 29,7 2 5160 30 6 11 JL. Urip

Somoharjo 30,1 2 5053 4 4 5 Jl. Brig S. Riyadi 35,7 1 5160 31 11 17 JL. Urip

Somoharjo 30,1 2 5053 5 5 6 Jl. Brig S. Riyadi 35,2 1 5160 32 7 24 Jl. Solo Jogja 34,8 2 3217 6 7 8 Jl. Dr. Rajiman 28,2 2 1739 33 9 5 Jl. Bayangkara 33,7 2 1739 7 8 9 Jl. Dr. Rajiman 28,2 2 1739 34 19 18 Jl.Tentara Pelajar 29,6 2 1739 8 9 34 Jl. Dr. Rajiman 35,2 1 1739 35 15 19 Jl. A. Yani 19,4 2 3175 9 12 13 Jl. Palur 34,8 2 3217 36 23 28 Jl. Solo Wonogiri 24,6 2 3153 10 13 22 Jl. Solo - Sragen 34,8 2 3217 37 11 26 Jl. Loji Wetan 35,2 2 2786 11 14 15 Jl. Adi Sucipto 34,8 2 3217 38 26 27 Jl. Pasar kliwon 35,2 2 2786 12 15 16 Jl. Adi Sucipto 34,8 2 3217 39 27 28 Jl. Veteran 25,2 2 2786 13 25 12 Jl. Juanda 35,2 2 2786 40 28 29 Jl. Veteran 25,2 2 2786 14 16 17 Jl. Munginsidi 19,4 2 2786 41 29 30 Jl. Veteran 33,2 2 2786 15 17 18 Jl. Kol. Sugiarto 34,6 2 3153 42 30 31 Jl. Veteran 33,2 2 2786 16 18 12 Jl. Ir. Sutami 30,2 2 5057 43 31 9 Jl. Bayangkara 33,2 2 2786 17 27 20 Jl. Kyai Mojo 24,6 2 3175 44 29 32 Jl. Yos Sudarso 33,2 2 2786 18 1 24 Jl. Lingkar Selatan 70 2 10360 45 32 33 Jl. Yos Sudarso 30,2 2 2786 19 23 24 Jl. Lingkar Selatan 70 2 10360 46 32 34 Jl. Dr. Rajiman 28,2 1 1739 20 20 23 Jl. Lingkar Selatan 70 2 10360 47 32 10 Jl. Dr. Rajiman 28,2 1 1739 21 20 21 Jl. Lingkar Selatan 70 2 10360 48 30 34 Jl Honggo

Wongso 28,2 2 1739 22 21 22 Jl. Lingkar Selatan 70 2 10360 49 34 35 Jl Honggo

Wongso 38,2 1 1739 23 2 7 Jl. Solo Jogja 34,8 2 3217 50 35 36 Jl. Gajah Mada 28,2 2 1739 24 2 14 Jl. Colomadu 28,2 2 1739 51 16 26 Jl. Munginsidi 19,4 2 2786 25 14 24 Jl. Colomadu 38,2 2 1739 52 11 25 Jl. Juanda 33,2 2 2786 26 3 15 Jl. Let. Suprapto 34,6 2 1739 53 35 33 Jl. Brig S. Riyadi 30,7 1 5160 27 8 4 Jl. Dr. Muwardi 45,7 2 3175 54 33 6 Jl. Brig S. Riyadi 29,7 1 5160

(7)

Suwardi/Semesta Teknika Vol. 11 No.2 (2008): 123-133

Gambar 3 hingga 6 menunjukkan bahwa hasil

pemodelan berupa kecepatan, waktu tempuh

dan efisiensi waktu temput menggunakan

program

TFTP

sebelum

dan

sesudah

pembangunan Jalur Lingkar Selatan Jaringan

Jalan Surakarta tahun 2009.

Gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa setelah

pembangunan jalur lingkar selatan, lalulintas

perkotaan mengalami peningkatan kecepatan.

Sebelum pembangunan jalur lingkar selatan,

kecepatan adalah antara 19,4 km/jam sampai

dengan 45,7 km/jam setelah pembangunan

jalur lingkar selatan kecepatan menjadi 25

km/jam sampai 50 km/jam dan jalur lingkar

selatan 70 km/jam.

Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa setelah

pembangunan jalur lingkar selatan Surakarta,

lalulintas perkotaan mengalami efisiensi waktu

tempuh. Sebelum Pembangunan jalur lingkar

selatan, waktu tempuh tiap ruas jalan antara

1,31 menit sampai 10,34 menit setelah

pembukaan jalur lingkar selatan waktu tempuh

antara 1,20 menit sampai 7,20 menit. Efisiensi

waktu tempuh tiap ruas jalan antara 0,03 menit

sampai 4,78 menit

Beberapa alternatif pembukaan jalur lingkar

selatan

di

jaringan

kota

Surakarta

menghasilkan beberapa efisiensi waktu tempuh

yang dijelaskan sebagai berikut:

1)

Alternatif 1 sebelum pembangunan jalur

lingkar selatan waktu tempuh 35 menit

setelah pembukaan jalur lingkar 27,

sehingga efisiensi waktu tempuh 8 menit.

2)

Alternatif 2 sebelum pembangunan jalur

lingkar selatan waktu tempuh 33 menit

setelah pembukaan jalur lingkar 25,

sehingga efisiensi waktu tempuh 8 menit.

GAMBAR 3. Kecepatan lalulintas jaringan jalan sebelum dan sesudah pembangunan Jalur Lingkar Selatan Surakarta pada tahun 2009

GAMBAR 4.Waktu tempuh lalulintas pada jaringan jalan sebelum dan sesudah pembangunan Jalur Selatan Surakarta tahun 2009

Kece patan Lalulintas Se belum dan Se s udah jalur Se latan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 Ruas jalan K e c e p a ta n L a lu li n ta s ( k m /j a m

Kecepatan Sebelum Jalur Selatan Kecepatan Sesudah Jalur Selatan

Waktu Tempuh Sebelum Dan Sesudah Jalur selatan

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 No.Ruas Jalan W a k tu T e m p u h ( M e n it)

Waktu tempuh Sebelum Jalur Selatan Waktu tempuhSesudah Jalur Selatan

(8)

Suwardi/Semesta Teknika Vol. 11 No.2 (2008): 123-133

GAMBAR5.Efisiensi Waktu tempuh lalulintas jaringan jalan sebelum dan sesudah pembangunan Jalur Selatan

Surakarta tahun 2009

GAMBAR 6.Tiga alternatif waktu tempuh perjalanan dalam kota lalulintas sebelum dan sesudah pembangunan Jalur Selatan Surakarta tahun 2009

3)

Alternatif 3 sebelum Pembangunan jalur

lingkar selatan waktu tempuh 31 menit

setelah pembukaan jalur lingkar 22,

sehingga efisiensi waktu tempuh 9 menit.

4)

Waktu tempuh lewat jalur lingkar selatan

adalah 17,1 menit, sehingga efisiensi

waktu tempuh dari tiga alternatif dengan

jalur lingkar selatan adalah: alternatif 1

efisiensi waktu 17,9 menit, alternatif 2

efisiensi waktu 10,9 menit dan alternatif 3

efisiensi waktu 13,9 menit.

Gambar 7 hingga 10 menunjukkan bahwa hasil

pemodelan berupa kecepatan, waktu tempuh

dan efisiensi waktu temput menggunakan

program

TFTP

sebelum

dan

sesudah

pembangunan Jalur Lingkar Selatan Jaringan

Jalan Surakarta tahun 2014.

Gambar 7 dan 8 menunjukkan bahwa setelah

pembangunan Jalur Lingkar Selatan Surakarta,

lalulintas perkotaan mengalami peningkatan

kecepatan.

Sebelum

pembangunan

jalur

lingkar selatan kecepatan diamati antara 17,46

km/jam sampai 41,13 km/jam, seterusnya

setelah pembangunan jalur lingkar selatan

kecepatan menjadi 23,4 km/jam hingga 45

km/jam, dan kecepatan pada jalur lingkar

selatan adalah 70 km/jam.

Gambar 9 dan 10 menunjukkan bahwa setelah

pembangunan jalur lingkar selatan Surakarta

lalulintas perkotaan mengalami efisiensi waktu

tempuh. Sebelum Pembangunan jalur lingkar

selatan waktu tempuh tiap ruas jalan antara

1,75 menit sampai dengan 11,49 menit dan

setelah pembukaan jalur lingkar selatan

kecepatan menjadi 1,33 menit hingga 8 menit.

Efisiensi waktu tempuh setiap ruas jalan antara

0,13 menit sampai 5,31 menit.

Beberapa alternatif pembukaan jalur lingkar

selatan

di

jaringan

kota

Surakarta

menghasilkan beberapa efisiensi waktu tempuh

yang dijelaskan sebagai berikut:

Ef isiensi Waktu Tempuh Tiap Ruas jalan

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 No Ruas jalan E fi s ie n s i W a k tu T e m p u h ( m e n it )

Ef isiensi Waktu Tempuh Tiap Ruas jalan

Waktu Tempuh Sebelum dan Sesudah Jalur Selatan

0 5 10 15 20 25 30 35 40 1 2 3 Alternatif W a k tu t e m p h ( m e n it)

W. tempuh Sebelum Jalur Selatan W Tempuh Setelah Jalur Selatan W Tempuh lew at Jalur Selatan

(9)

Suwardi/Semesta Teknika Vol. 11 No.2 (2008): 123-133

1)

Alternatif 1 sebelum pembangunan jalur

lingkar selatan waktu tempuh 39,2 menit

dan setelah pembangunan jalur lingkar

30,1 menit, sehingga efisiensi waktu

tempuh 9,1 menit.

2)

Alternatif 2 sebelum pembukaan jalur

lingkar selatan waktu tempuh 36,5 menit

dan setelah pembangunan jalur lingkar

menjadi 27,5 menit, sehingga efisiensi

waktu tempuh 9 menit.

3)

Alternatif 3 sebelum pembukaan jalur

lingkar selatan waktu tempuh 34 menit dan

setelah pembangunan jalur lingkar 23

menit, sehingga efisiensi waktu tempuh

11 menit

4)

Waktu tempuh lewat jalur lingkar selatan

adalah 19 menit sehingga efisiensi waktu

tempuh dari kettiga alternatif dengan jalur

lingkar selatan adalah alternatif 1 dengan

efisiensi waktu 20 menit, alternatif 2

dengan efisiensi waktu 17,5 menit dan

alternatif 3 dengan efisiensi waktu 15

menit.

GAMBAR 7. Kecepatan lalulintas jaringan jalan sebelum dan sesudah pembangunan Jalur Lingkar Selatan Surakarta pada tahun 2014

GAMBAR 8.Waktu tempuh lalulintas pada jaringan jalan sebelum dan sesudah pembangunan Jalur Selatan Surakarta tahun 2014

Kecepatan Tiap Ruas Jalan Sebelm dan Sesudah Jalur Utara

0 10 20 30 40 50 60 70 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 No Ruas Jalan K e c e p a ta n ( k m /ja m )

Kecepatan Sebelum Jalur Selatan Kecepatan Sesudah Jalur Selatan

Waktu Tempuh Sebelum Dan Sesudah Jalur selatan

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 No.Ruas Jalan W a k tu T e m p u h ( M e n it )

Waktu tempuh Sebelum Jalur Selatan Waktu tempuhSesudah Jalur Selatan

(10)

Suwardi/Semesta Teknika Vol. 11 No.2 (2008): 123-133

GAMBAR9.Efisiensi Waktu tempuh lalulintas jaringan jalan sebelum dan sesudah pembangunan Jalur Selatan

Surakarta tahun 2014

GAMBAR 10.Tiga alternatif waktu tempuh perjalanan dalam kota lalulintas sebelum dan sesudah pembangunan

Jalur Selatan Surakarta tahun 2014

K

ESIMPULAN

Dari hasil analisis dapat disimpulkan, bahwa

dengan adanya pembangunan jalur lingkar

selatan Surakarta akan berpengaruh terhadap

efisiensi waktu tempuh terhadap sebelum

pembukaan

jalur

lingkar

selatan

yang

dijelaskan berikut ini.

1)

Pada tahun 2009, waktu tempuh sebelum

pembangunan jalur lingkar selatan adalah

antara 1,31 menit sampai 10,34 menit dan

setelah pembangunan jalur lingkar selatan

waktu tempuh menjadi antara 1,20 menit

sampai 7,20 menit. Efisiensi waktu tempuh

tiap ruas jalan antara 0,03 menit sampai

4,78 menit.

2)

Pada tahun 2014, waktu tempuh sebelum

pembukaan jalur lingkar selatan setiap ruas

jalan adalah antara 1,75 menit sampai

11,49 menit dan setelah pembangunan

jalur lingkar selatan, terdapat efisiensi

waktu tempuh pada setiap ruas jalan

menjadi antara 0,13 menit sampai 5,31

menit.

D

AFTAR

P

USTAKA

Dinas

Pekerjaan

Umum.

(2007).

Data

Geometrik Jalan dan Jaringan Jalan

Surakarta. Tidak Dipublikasikan. Dinas

Pekerjaan Umum, Surakarta.

Hamerslag, R. (1996).

Teacher friendly

transportation program (TFTP) for

education research and sketch planing

.

Netherlands:

Delft

University

of

Technology.

Manual Kapasitas Jalan Indonesia, MKJI

.

(1997).

Jakarta:

Departemen

Perhubungan Republik Indonesia.

Ef is iensi Waktu Tempuh Tiap Ruas jalan

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 No Ruas jalan E fi s ie n s i W a k tu T e m p u h ( m e n it )

Ef isiensi Waktu Tempuh Tiap Ruas jalan

w aktu Tempuh sebelum Dan Sesudah jalur Selatan

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 1 2 3 Alternatif W a k tu t e m p u h ( M e n it )

W. tempuh Sebelum Jalur Selatan W Tempuh Setelah Jalur Selatan W Tempuh lew at Jalur Selatan

(11)

Suwardi/Semesta Teknika Vol. 11 No.2 (2008): 123-133

Sistem Transportasi

(1997). Jakarta: Penerbit

Universitas Guna Darma.

Tamin,

O.Z.

(1997).

Perencanaan

dan

permodelan

transportasi

.

Bandung:

Penerbit ITB.

PENULIS

:

Suwardi

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A.

Yani, Pabelan, Kartosuro, Tromol Pos 1

Email: isma_chan@yahoo.co.id

Diskusi untuk makalah ini dibuka hingga 1

Oktober 2009 dan akan diterbitkan dalam

jurnal edisi November 2009.

Gambar

Gambar  3  hingga  6  menunjukkan  bahwa  hasil  pemodelan  berupa  kecepatan,  waktu  tempuh  dan  efisiensi  waktu  temput  menggunakan  program  TFTP  sebelum  dan  sesudah  pembangunan  Jalur  Lingkar  Selatan  Jaringan  Jalan Surakarta tahun 2009
Gambar  7  dan  8  menunjukkan  bahwa  setelah  pembangunan Jalur  Lingkar Selatan Surakarta,  lalulintas  perkotaan  mengalami  peningkatan

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Informasi Perencanaan dan Analisa Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Pengaturan data User Provinsi, Umum Tabel PLTMH Perhitungan data Laporan data Input data Edit user

Pada pantai daerah Pasir Parupuk Raya Tabing Padang dengan panjang 600 meter adalah pantai yang sering terkena erosi akibat hantaman gelombang laut dan terletak pada

Efek iradiasi dipdajari pada pertumbuhan bibit MI' Mutasi klorofil dan gejala perubahan wama biji dipdajari pada tanaman generasi M2• D50 untuk varietas Keris, Katengu, dan No..

Karya ilmiah yang ditulis oleh Susanto dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas, profitabilitas, solvabiitas dan ukuran perusahaan terhadap harga pasar

Pada bayi yang lahir kurang dari 37 minggu, dimana traktus gastrointestinal belum mengalami perkembangan yang sempurna, dapat meningkatkan

Uji signifikan atau uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing- masing variabel independen (X1, X2, dan X3) terhadap variabel dependen (Y) atau pengaruh biaya promosi

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan kemampuan berpikir logis matematis siswa pada pembelajaran bangun ruang dengan menggunakan strategi problem solving di

71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, tetapi gerakan