• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

No. 25/11/34/Th. IX, 15 November 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI

PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

SEBESAR -0,03 PERSEN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan III tahun 2007 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurun sebesar 0,03 % terhadap triwulan II tahun 2007 (q-to-q). Penurunan ini terjadi karena sektor jasa-jasa, sektor pertanian, dan sektor penggalian mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif). Penurunan terbesar dialami oleh sektor jasa-jasa sebesar 7,57 % karena pencairan gaji ketiga-belas telah dilaksanakan pada triwulan II; sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor konstruksi sebesar 8,31 %.

Sektor jasa-jasa terutama jasa pemerintahan umum memberikan andil negatif terbesar (-1,21 %) terhadap pertumbuhan PDRB triwulan III tahun 2007. Sedangkan sektor penggalian memberikan andil terendah (-0,03 %).

PDRB Provinsi DIY pada triwulan III tahun 2007 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2006 (y-on-y) mengalami peningkatan sebesar 6,26 %. Hal ini terkait dengan adanya jeda musim tanam yang kemudian membuat pergeseran musim panen dan peningkatan aktivitas pariwisata setelah setahun kejadian gempa terlewati.

Nilai nominal PDRB Provinsi DIY pada triwulan III tahun 2007 mencapai Rp 8,31 triliun atas dasar harga berlaku dan Rp 4,66 triliun atas dasar harga konstan 2000.

Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam perekonomian Provinsi DIY pada triwulan III tahun 2007 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 19,45 %, kemudian diikuti sektor jasa-jasa sebesar 19,32 %; sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai peranan terkecil yaitu 0,74 %.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga di Provinsi DIY pada triwulan III tahun 2007 dibandingkan dengan triwulan II tahun 2007 (q-to-q) secara riil meningkat sebesar 1,13 %, demikian pula pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) meningkat sebesar 5,34 %. Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah menurun sebesar 14,50 %.

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2006 (y-on-y) terjadi peningkatan pada semua komponen penggunaan tersebut di atas, yakni: pengeluaran konsumsi rumah tangga naik sebesar 0,91 %; pengeluaran konsumsi pemerintah naik sebesar 1,76 %; investasi fisik (PMTDB) naik sekitar 10,48 %; komponen lainnya naik hingga 69,80 %.

(2)

Kinerja perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digambarkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan III tahun 2007 dibandingkan dengan triwulan II tahun 2007 (q-to-q) menurun sebesar 0,03 persen. Sedangkan laju pertumbuhan q-to-q pada triwulan sebelumnya yang meningkat sebesar 6,27 persen.

Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2007 yang menurun 0,03 persen tersebut terutama disebabkan oleh penurunan sektor jasa-jasa yang mencapai minus 7,57 persen. Sektor ini didominasi oleh jasa pemerintahan umum, sehingga pergerakan jasa pemerintahan umum berpengaruh secara signifikan. Pada triwulan III ini sudah tidak ada pencairan gaji ketiga-belas bagi seluruh pegawai negeri sipil (PNS) pusat dan daerah di Provinsi DIY, maka terjadi penurunan sektor jasa-jasa pada triwulan III 2007 yang sangat tinggi. Kendati demikian, penurunan tersebut terkendali oleh pencairan anggaran belanja modal yang sudah semakin bergairah.

Gambar 1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II - 2006 sampai Triwulan III – 2007 (Persen)

-5,58 -2,73 3,58 3,81 2,58 8,15 6,26 6,27 2,84 1,74 -0,03 -3,91 -8,00 -6,00 -4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 Tw2-2006 Tw3-2006 Tw4-2006 Tw1-2007 Tw2-2007 Tw3-2007 q-to-q y-on-y

Sektor lain yang mempunyai andil negatif cukup besar terhadap pertumbuhan PDRB triwulan III 2007 adalah sektor pertanian, dengan penurunan sebesar 2,46 persen. Sektor ini didominasi oleh sub sektor tanaman bahan makanan yang menurun hingga 4,22 persen karena penurunan produksi padi, jagung dan kedelai.Namun produksi ubi kayu, ubi jalar dan kacang hijau meningkat, terutama ubi kayu yang mengalami peningkatan sangat signifikan. Di samping itu, produksi subsektor perkebunan juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan sehingga dapat menahan penurunan pertumbuhan sektor pertanian. Sektor penggalian juga menurun sebesar 3,69 persen disebabkan oleh semakin berkurangnya aktivitas penggalian karena memanfaatkan stok bahan galian yang sudah tercatat pada triwulan sebelumnya.

(3)

Tabel 1.

Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha (Persen)

Lapangan Usaha Triw II-2007 thd Triw I-2007 (q-to-q) Triw III-2007 thd Triw II-2007 (q-to-q) Triw III-2007 thd Triw III-2006 (y-on-y) Andil thd Pertumbuhan PDRB Triw III-2007 (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 9,80 -2,46 26,60 -0,50

2. Pertambangan dan Penggalian 1,83 -3,69 5,26 -0,03

3. Industri Pengolahan 2,29 2,41 3,87 0,33

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 3,71 0,33 11,30 0,00

5. Konstruksi 5,84 8,31 0,72 0,68

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,73 1,90 7,36 0,40

7. Pengangkutan dan Komunikasi 3,45 1,95 7,93 0,20

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 1,17 2,64 12,02 0,25

9. Jasa-jasa 15,19 -7,57 -12,05 -1,21

PDRB 6,27 -0,03 6,26 -0,03

Selain ketiga sektor yang telah disebut di atas, semua sektor memberi andil positif terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III 2007. Sektor konstruksi memberikan andil positif terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun 2007 dengan laju pertumbuhan sebesar 8,31 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh mencapai 1,90 persen, karena didukung oleh pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran, subsektor hotel dan subsektor restoran. Sektor industri pengolahan tumbuh 2,41 persen terutama karena peningkatan produksi industri percetakan dan barang dari kertas bersamaan dengan tahun ajaran baru. Kemudian diikuti pula oleh peningkatan produksi pada industri makanan dan minuman dan industri barang galian bukan logam, serta industri barang kimia dan industri lainnya.

Kinerja sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan pada triwulan III tumbuh positif sebesar 2,64 persen. Kenaikan ini dipicu oleh pertumbuhan subsektor real estat, sedangkan subsektor lainnya justru menurun. Peningkatan permintaan pada subsektor real estat didorong oleh tingginya kegiatan bisnis seperti kegiatan pameran dan permintaan jasa tempat tinggal/kost bersamaan dengan dimulainya tahun ajaran baru khususnya pada jenjang pendidikan tinggi yang memiliki permintaan relatif besar.

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III 2007 mengalami pertumbuhan sebesar 1,95 persen dibandingkan dengan triwulan II. Peningkatan kinerja sektor ini ditunjang oleh subsektor pengangkutan dan subsektor komunikasi. Peningkatan subsektor pengangkutan didorong pertumbuhan angkutan rel (kereta api) dan angkutan udara. Kenaikan permintaan pada dua matra transportasi tersebut karena naiknya permintaan perjalanan bisnis dan perjalanan wisata rohani seperti ritual ’nyekar’ menjelang bulan ramadhan, yang dilakukan oleh para perantau dari DIY yang berdomisili di daerah lain.

Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2006 (y-o-y), PDRB triwulan III tahun 2007 meningkat sebesar 6,26 persen. Sektor-sektor yang memberi andil positif terhadap

(4)

sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor konstruksi; serta sektor penggalian. Kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2007 lebih baik dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu dengan pertumbuhan sebesar 26,60 persen. Mundurnya awal musim hujan berdampak pada mundurnya awal musim tanam padi, sehingga panen raya padi yang biasanya terjadi pada triwulan I bergeser pada triwulan II dan triwulan III. Dengan demikian produksi padi pada triwulan III 2007 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III 2006. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan yang sangat signifikan (7,36 persen), karena upaya yang keras dari berbagai pihak melakukan promosi wisata dan memberikan hasil yang menggembirakan. Sementara pada tahun 2006, pasca kejadian gempa bumi banyak hotel yang rusak dan harus direnovasi, di samping berkurangnya minat wisatawan untuk berkunjung ke DIY.

Sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan mengalami kenaikan sebesar 12,02 persen, terutama didukung oleh pertumbuhan sub sektor real estate yang sempat mengalami kelesuan pasca gempa bumi tahun lalu. Pada triwulan III 2007 dengan mulai berdiri kembali bangunan-bangunan yang roboh, maka kegiatan sewa bangunan semakin semarak bersamaan dengan tahun ajaran baru yang menarik minat para pelajar/mahasiswa dari luar DIY yang memerlukan tempat tinggal.

Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi meningkat 7,93 persen (y-o-y), menandakan aktivitas transportasi pada triwulan III 2007 lebih tinggi dibandingan triwulan III 2006. Hal ini terkait dengan pasca gempa bumi dan status Gunung Merapi pada saat itu dalam kondisi berbahaya, sedangkan saat ini sudah membaik dan image DIY sebagai salah satu daerah tujuan wisata kembali terasa.

Dibandingkan dengan triwulan III 2006, sektor industri pengolahan pada triwulan III 2007 memperlihatkan perkembangan yang cukup menggembirakan pasca gempa dengan tumbuh sebesar 3,87 persen. Hal ini ditunjang oleh upaya berbagai pihak antara lain dari perbankan yang memberikan kemudahan memperoleh bantuan modal dalam rangka pemulihan kegiatan usaha pasca gempa.

2. NILAI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN TRIWULAN III TAHUN 2007 Pada triwulan III tahun 2007, nilai nominal PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 8,31 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan II tahun 2007 yang mencapai Rp 8,20 triliun. Bila PDRB tersebut dinilai dengan harga pada tahun dasar 2000, nilai riil PDRB triwulan III tahun 2007 mencapai Rp 4,662 triliun, menurun 0,03 persen dibanding triwulan II tahun 2007 sebesar Rp 4,664 triliun.

Berdasarkan Tabel 2, sektor yang menunjukkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku terbesar pada triwulan III tahun 2007 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai Rp 1,62 triliun, atau mempunyai kontribusi sebesar 19,45 persen terhadap total PDRB. Sektor jasa-jasa memberi kontribusi terbesar kedua, yaitu sebesar 19,32 persen terhadap total PDRB (Rp 1,60 triliun). Sektor-sektor berikutnya yang memiliki nilai tambah mencapai lebih dari Rp 1 triliun adalah sektor pertanian sebesar Rp 1,40 triliun dan sektor industri pengolahan yang mencapai Rp 1,11 triliun.

(5)

Tabel 2.

PDRB Provinsi DIY menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)

Harga Berlaku Harga Konstan

Lapangan Usaha Triw. II

2007 Triw. III 2007 Triw. II 2007 Triw. III 2007

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 1.390.699 1.379.868 970.459 946.537 2. Pertambangan dan Penggalian 63.048 61.302 33.970 32.716 3. Industri Pengolahan 1.085.864 1.108.771 615.417 630.248 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 102.308 105.650 40.658 40.791 5. Konstruksi 727.013 798.933 381.803 413.549 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.558.638 1.615.978 936.026 953.850 7. Pengangkutan dan Komunikasi 820.014 839.009 465.664 474.763 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 765.090 792.851 413.539 424.473 9. Jasa-jasa 1.684.556 1.604.489 806.401 745.379

PDRB 8.197.230 8.306.851 4.663.937 4.662.305

3. STRUKTUR PDRB PROVINSI DIY MENURUT LAPANGAN USAHA TRIWULAN III TAHUN 2007 DAN TRIWULAN III TAHUN 2006

Struktur PDRB Provinsi DIY pada triwulan III tahun 2007, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2006, menunjukkan bahwa beberapa sektor peranannya meningkat, yaitu: sektor pertanian; sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor listrik dan air bersih; serta sektor penggalian. Peranan sektor pertanian meningkat sangat signifikan, yaitu dari 13,61 persen pada triwulan III tahun 2006 menjadi 16,61 persen pada triwulan III tahun 2007 karena pergeseran musim yang masih menyisakan panen pada triwulan III 2007. Sedangkan peran sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan meningkat dari 8,86 persen pada triwulan III 2006 menjadi 9,54 persen pada triwulan III 2007, karena semakin tingginya permintaan baik tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal. Sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan peran sebesar 0,38 poin, disebabkan bangkitnya kembali minat para wisatawan untuk berkunjung ke DIY.

Sebaliknya, sektor-sektor yang peranannya menurun adalah: sektor jasa-jasa; sektor konstruksi; sektor industri pengolahan; serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Peran sektor jasa-jasa mengalami penurunan yang tertinggi, yaitu dari 22,75 persen pada triwulan III tahun 2006 menjadi 19,32 persen pada triwulan III tahun 2007. Penurunan peran tersebut disebabkan oleh pencairan gaji ketiga-belas bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan anggota TNI/POLRI yang pada tahun 2006 dilaksanakan di triwulan III, sedangkan pada tahun 2007 dilaksanakan pada triwulan II. Peran sektor konstruksi menurun 0,39 poin karena proses rekonstruksi pasca gempa pada triwulan yang sama tahun 2006 sudah mulai dilaksanakan, sedangkan pada triwulan III 2007 sudah tidak terlampau besar, meskipun saat ini pembangunan prasarana fisik oleh pemerintah sedang berlangsung. Sektor industri pengolahan serta sektor pengangkutan dan komunikasi masing-masing mengalami penurunan peran sebesar 0,17 poin dan 0,13 poin.

(6)

Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Lapangan Usaha Triw. III 2006 Triw. III 2007

(1) (2) (3)

1. Pertanian 13,61 16,61 2. Pertambangan dan Penggalian 0,73 0,74 3. Industri Pengolahan 13,52 13,35 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,23 1,27 5. Konstruksi 10,01 9,62 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 19,07 19,45 7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,23 10,10 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 8,86 9,54 9. Jasa-jasa 22,75 19,32

PDRB 100,00 100,00

4. PDRB MENURUT PENGGUNAAN TRIWULAN III TAHUN 2007

Dilihat dari sisi penggunaan, PDRB Provinsi DIY dirinci menurut komponen-komponen pengeluaran: konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB), dan lainnya (gabungan dari ekspor, impor, konsumsi lembaga nirlaba, dan perubahan inventori).

Memasuki triwulan III tahun 2007 (q-to-q), hampir semua komponen PDRB menurut penggunaan menunjukkan pertumbuhan positif, kecuali konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan sebesar 1,13 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya konsumsi makanan karena momen bulan puasa yang dimulai pada pertengahan bulan September. Pola yang selalu berulang setiap tahun ini disebabkan oleh naiknya permintaan berbagai komoditas makanan yang konsumsi perkapitanya meningkat selama bulan ramadhan. Sedangkan pada konsumsi non makanan, permintaan didorong oleh naiknya konsumsi untuk biaya pendidikan khususnya pada pendidikan tinggi.

Perkembangan investasi fisik yang direpresentasikan oleh pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) juga tumbuh tinggi mencapai 5,34 persen setelah triwulan sebelumnya tumbuh 2,16 persen. Tujuan investasi diperkirakan ditanam pada bangunan komersial dan residensial yang mulai meningkat setelah mengalami stagnasi pasca gempa tahun lalu. Membaiknya persepsi masyarakat terhadap kondisi makro ekonomi serta daya beli yang kembali meningkat menjadikan minat investasi kembali pulih. Namun kondisi ini memerlukan percermatan seksama mengingat investasi yang tinggi pada kelompok bangunan selama ini belum direspon oleh permintaan yang memadai terutama untuk bangunan komersial/bisnis. Indikasi dari permintaan yang masih rendah dapat dengan mudah dilihat dari belum beroperasinya secara keseluruhan unit-unit toko/counter pada mall/pusat perbelanjaan yang baru dibangun beberapa tahun terakhir.

Sebaliknya, konsumsi pemerintah mencatat pertumbuhan negatif sebesar 14,50 persen, setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh tinggi sebesar 24,52 persen karena dampak pemberian gaji ketiga-belas kepada PNS dan TNI/POLRI pada bulan Juni 2007. Pembayaran gaji yang kembali normal pada

(7)

triwulan ini menjadikan nilai konsumsi pemerintah terlihat lebih rendah dari triwulan sebelumnya karena komponen gaji memiliki andil terbesar dalam konsumsi pemerintah. Sedangkan komponen lainnya seperti belanja barang dan belanja modal tidak menunjukkan peningkatan berarti pada triwulan III 2007.

Tabel 4.

Laju Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Penggunaan (Persen) Komponen Penggunaan Triw II-2007 thd Triw I-2007

(q to q) Triw III-2007 thd Triw II-2007 (q to q) Triw III-2007 thd Triw III-2006 (y-on-y) (1) (2) (3) (4)

1. Konsumsi Rumah tangga 0,63 1,13 0,91

2. Konsumsi Pemerintah 24,52 -14,50 1,76

3. Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTDB) 2,16 5,34 10,48

4. Lainnya*) 17,79 26,02 69,80

PDRB 6,27 -0,03 6,26

*) Termasuk Ekspor, Impor, Konsumsi Lembaga Nirlaba, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual)

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2006 (y-on-y), konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, PMTDB, dan komponen lainnya meningkat masing-masing 0,91 persen, 1,76 persen, 10,48 persen, dan 69,80 persen pada triwulan III tahun 2007. Pertumbuhan PMTDB yang mencapai 10,48 persen menunjukkan bahwa aktivitas investasi di DIY semakin bergairah (Tabel 4).

Tabel 5 menunjukkan bahwa PDRB terbesar digunakan untuk konsumsi rumah tangga, yaitu mencapai Rp 4,09 triliun, atau 49,28 persen terhadap total PDRB Provinsi DIY. Penggunaan PDRB terbesar berikutnya adalah untuk PMTDB yang menggambarkan investasi fisik sebesar Rp 3,4 triliun, atau 41,41 persen terhadap total PDRB. Kemudian PDRB yang digunakan untuk konsumsi pemerintah sebesar Rp 2,13 triliun atau 25,60 persen. Sedangkan PDRB yang digunakan untuk komponen lain, justru minus sebesar Rp 1,35 triliun atau 16,28 persen.

Tabel 5.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Konstan dan Distribusi Persentase menurut Komponen Penggunaan Triwulan III Tahun 2007

Komponen Penggunaan PDRB ADH Berlaku (Juta Rupiah) PDRB ADH Konstan (Juta Rupiah) Distribusi Persentase (%)

(1) (2) (3) (4)

1. Konsumsi Rumah tangga 4.093.348 2.020.182 49,28

2. Konsumsi Pemerintah 2.126.272 884.313 25,60

3. Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTDB) 3.439.471 1.522.205 41,41

4. Lainnya*) -1.352.241 235.605 -16,28

PDRB 8.306.851 4.662.305 100,00

(8)

PENJELASAN TEKNIS

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah :

a. Jumlah nilai tambah (produk barang dan jasa) yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan

pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori / stok dan ekspor neto

(ekspor dikurangi impor) suatu daerah;

c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan: a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side

b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side

c. Pendapatan Income side

Penyajian PDRB:

a. Atas dasar harga berlaku (current prices) harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan.

b. Atas dasar harga konstan (constant prices) harga komoditas barang dan jasa menggunakan tahun dasar referensi 2000.

Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi.

Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi.

Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth).

Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama satu tahun.

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama satu tahun, tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi dikonsumsi oleh masyarakat.

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu tahun tertentu. Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat angkutan, serta barang modal lainnya.

Gambar

Tabel 5 menunjukkan bahwa PDRB terbesar digunakan untuk konsumsi rumah  tangga, yaitu mencapai Rp 4,09 triliun, atau 49,28 persen terhadap total PDRB Provinsi DIY

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang “Pengembangan Karakter Religius Siswa Melalui Kegiatan Ektrakulikuler Muhadhoroh di Pondok Modern MTs Darul Hikmah Tawangsari Tulungagung”

Berdasarkan data dari pertanyaan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa responden menjawab pertanyaan ke lima dengan jawaban “sangat membantu” sebanyak 27 responden

Berdasarkan kerangka pikir penelitian di atas menjelaskan bahwa, untuk menganalisis tingkat kecukupan modal pada bank konvensional dengan bank syariah maka ditinjau dari

Pengendalian Internal terhadap Aset Tetap pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Sulawesi Utara saat ini sudah cukup baik, namun akan berjalan dengan efektif dan

Isu mengenai pengaruh dari pendapatan regional perkapita, produk domestik regional bruto (PDRB), dana alokasi umum (DAU), pendapatan asli daerah (PAD), dan rasio

Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyatakan pengertian Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang

“Haroa” sebagai sebuah tradisi dan merupakan rumpun media tradiosional adalah merupakan salah satu media dakwah efektif yang digunakan oleh tokoh agama (khatibi, lebe)

WT Strategi: UKM Kerupuk Kulit dapat meningkatkan kualitas produk seperti merek, perijinan, BPOM pegemasan.Berdasarkan hasil obsevasi dan pengamatan produk kerupuk