• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PENYAKIT UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI PENYAKIT UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PENYAKIT UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG

Sri Hardaningsih, Nasir Saleh, dan Muslikul Hadi

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

ABSTRAK

Hawar bakteri, antraknose dan bercak coklat yang disebabkan berturut-turut oleh

Xanthomonas campestris pv manihotis, Colletotrichum sp. dan Cercospora henningsii meru-pakan penyakit pada ubikayu yang umum dijumpai di Indonesia. Identifikasi penyebab penyakit ubikayu dilakukan di Laboratorium Mikologi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) selama Januari–Agustus 2011 pada tanaman ubikayu umur 1–6 bulan berasal dari beberapa daerah di propinsi Lampung. Dari hasil identifikasi menunjukkan bahwa busuk batang / umbi disebabkan oleh asosiasi tiga patogen, yaitu:

Botryodiplodia sp., Sclerotium rolfsii, dan Fusarium sp. Sedangkan Colletotrichum sp selain menyebabkan mati pucuk pada stek dan tanaman dewasa juga dapat menginfeksi pada bagian cabang dengan gejala hawar. Adapun pada bercak daun putih teramati Cercospora

sp. yang berasosiasi dengan Ramularia sp. Pengendalian penyakit yang dianjurkan adalah menanam stek sehat atau diperlakukan dengan fungisida yang sesuai melalui perawatan stek, menyemprot atau aplikasi melalui tanah.

Kata kunci: penyakit, ubi kayu, Lampung

ABSTRACT

Identification of cassava diseases at Lampung province. Bacterial blight, anthrac-nose, and brown spot caused by Xanthomonas campestris pv manihotis, Colletotrichum sp. and Cercospora henningsii fungi, respectively are common diseases on cassava. The identifi-cation of cassava diseases is necessary to know the causal agents, potencial, disease develop-ment, and management to control the disease. Identification of cassava diseases was carried out at Mycology Laboratory, ILETRI during January–August 2011. The identification result indicated that stem/root rot were associated with three patogens i.e. Botryodiplodia sp.,

Sclerotium rolfsii, and Fusarium sp. The shoot and leaf die-back were caused by Colleto-trichum sp. and were able to infect branches with the blight symptom. The pathogen of white leaf spot was identified as Cercospora sp. and associated with Ramularia sp. The suggested control methods were planting of healthy cuttings, applying proper fungicides by dipping, spraying, and or drenching.

Keywords: cassava, diseases, Lampung

PENDAHULUAN

Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat peningkatan produksi ubi kayu. Hawar, antraknose, dan bercak coklat yang disebabkan oleh bakteri Xantho-monas campestris pv manihotis, Colletotrichum sp./Gloesporium sp., dan Cercospora henningsii merupakan penyakit yang umumnya terdapat pada pertanaman ubi kayu di Indonesia dan di luar negeri (Lozano et al. 1981; Zinsou et al 2006; Banito et al 2007; Semangun 2008).

Pada tahun 2007-2008 di lokasi pertanaman ubikayu di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung dijumpai bahwa penyakit busuk batang/cabang dan umbi juga merupakan penyakit yang sering dijumpai. Di samping itu juga dilaporkan adanya penyakit lain yang

(2)

belum pernah dilaporkan sebelumnya di Indonesia yaitu dengan gejala mati pucuk pada stek, bercak daun melebar, karat pada daun dan batang (Sri Hardaningsih 2009). Lampung yang merupakan sentra produksi ubikayu, dilaporkan semakin meluas daerah sebaran penyakitnya dengan intensitas yang semakin tinggi, disertai dengan timbulnya penyakit lain yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Mengingat hal tersebut di atas maka identifikasi penyakit ubikayu dilanjutkan pada bulan Januari–Agustus 2011 untuk mengetahui penyebab penyakitnya, intensitas dan statusnya.

BAHAN DAN METODE

Sebagai bahan identifikasi adalah bagian tanaman ubi kayu berumur 1–6 bulan yang dikumpulkan dari beberapa lokasi di Propinsi Lampung yang menunjukkan gejala: (1) busuk batang/umbi (Gambar 1), (2) gejala mati pucuk pada stek dan tanaman dewasa (Gambar 2), (3) hawar pada bagian cabang dan (4) bercak coklat atau putih pada daun. Pengamatan pada bahan tanaman dilakukan dengan dua cara: 1) jaringan tanaman yang menunjukkan gejala diamati langsung dengan menggunakan mikroskop pembe-saran 400x dan 2) jaringan tanaman yang menunjukkan gejala ditumbuhkan pada media PDA. Untuk pengamatan langsung, dilakukan menggunakan scalpel (pisau) dan atau jarum preparat pada jaringan tanaman sakit yang menunjukkan gejala dan terdapat pertumbuhan dari patogen, selanjutnya diamati pada mikroskop. Isolasi jaringan sakit dilakukan dengan memotong jaringan kira-kira seluas 0,25 cm x 0,25 cm dengan menggunakan scalpel. Selanjutnya jaringan tersebut direndam dalam larutan NaOCl 0,5% dan dicuci 2x menggunakan air steril kemudian ditumbuhkan pada media PDA secara aseptis. Hasil pengamatan langsung dan hasil pertumbuhan pada media diban-dingkan dan diidentifikasi berdasarkan karakteristik mikologisnya menggunakan bebe-rapa acuan, yaitu von Arx (1981), Gams et al. (1987) Inokulasi Botryodiplodia, Fusa-rium. dan Colletotrichum dilakukan pada tanaman ubikayu umur tiga bulan pada enam klon UJ5, UJ3, CMM 02048-6, OMM 9908-4, ADIRA 4 dan KASPRO dengan aplikasi melalui tanah. Sedangkan Ramularia diinokulasikan keenam klon ubikayu sama seperti tersebut di atas dengan mengoleskan suspensi konidia pada daun ubikayu umur 1,5 bulan dengan kerapatan konidia 104/ml. Pengamatan gejala serangan dilakukan satu minggu setelah inokulasi.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gejala busuk batang/umbi

Pengamatan pada tanaman sakit termasuk :batang, kulit batang, dan akar ditemukan 3 jenis jamur: (1) pada biakan membentuk klamidospora di ujungnya klamidospora terminalis (Gambar 3) kemudian konidia coklat tua, bersel dua dengan ukuran 24 x 10 µm (Gambar 4), (2) miselium rapat berukuran diameter kecil (ukuran 10 µm x 5 µm) warna putih tidak terbentuk konidia, terdapat sklerotia berukuran kecil dan seragam (3) konidia hialin bentuk bulan sabit dengan ukuran 4 µm x 50 µm. Pengamatan mikros-kopis pada hasil isolasi pada potato dekstrose agar sama seperti hasil pengamatan langsung yaitu ditemukan tiga jamur dengan karakteristik yang identik sama dengan Botryodiplodia, Fusarium, dan Colletotrichum (Tabel 1).

Lozano et al. (1981) dan sumber lain menyebutkan bahwa busuk akar dan batang pada ubikayu disebabkan oleh asosiasi beberapa patogen yaitu Diplodia manihoti, Fusa-rium spp. Verticillium dahliae dan Nectria haematococca (teleomorf = stadium sempurna dari Fusarium sp.) (APS 2012).

Gejala mati pucuk/tunas

Pengamatan langsung dengan mikroskop dan pengamatan setelah dilakukan isolasi jaringan terinfeksi ditemukan setae berwarna coklat tua yang merupakan ciri khas jamur dari marga Colletotrichum, konidium bengkok, berukuran 26 µm x 2 µm (Gambar 5). Hasil penelitian Prayogo dan Sri Hardaningsih (2001) menemukan bahwa jamur Colletotrichum manihotis merupakan penyebab penyakit antraknosa pada ubikayu di KP Genteng, Banyuwangi dengan gejala hawar daun dan mati pucuk. Menurut (APS 2012) juga menyatakan bahwa antraknos yang disebabkan oleh asosiasi jamur penyebab antraknos yaitu Gloesporium dan Colletotrichum (Tabel 1).

Gejala hawar cabang, bercak daun coklat, dan bercak daun putih

Pada bercak daun coklat: konidiofor coklat kehijauan pucat, konidia berbentuk tabung lurus atau bengkok dan menyempit membulat bagian ujung dengan pangkal terpotong. Konidia coklat kehijauan mempunyai sekat 2–8, dengan ukuran 30-60 µm x 4-6 µm (Gambar 6) dan menurut Semangun (2008) diidentifikasi sebagai Cercospora henningsii. Pada gejala bercak daun putih ditemukan konidia bentuk lonjong dengan isi sel yang jelas kedua ujungnya, berukuran 8 µm x 5 µm dan miselium tidak berwarna (Gambar 7). Menurut von Arx (1981) konidia dengan karakteristik seperti di atas diidentifikasi sebagai Ramularia sp. Hasil inokulasi menggunakan Ramularia sp. pada daun ubikayu hanya menunjukkan gejala pada daun dalam satu pot saja dari 18 pot yang diinokulasi sehingga kurang mewakili dalam pengambilan kesimpulan. Sehingga kesimpulan sementara disebutkan bahwa gejala bercak putih pada daun ubikayu diduga berasosiasi dengan jamur Ramularia sp. (Tabel 1). Kesimpulan ini sama seperti laporan dari APS (2012) yang menyebutkan bahwa bercak daun putih disebabkan oleh Phaeoramularia manihotis.

Busuk pada batang dan umbi dinilai penting sehingga perlu diantisipasi dan dila-kukan tindakan pencegahan dan pengendalian karena dapat menyebar dari tanaman

(4)

muda ke tanaman tua. Di samping menyerang cabang dengan menunjukkan gejala hawar, Colletotrichum sp. ternyata juga menyebabkan mati pucuk/tunas, sehingga penyakit mati pucuk dan mati tunas perlu diwaspadai karena dapat menyebar ke daerah lain melalui bahan stek.

Pengendalian penyakit pada ubikayu dapat dikendalikan menggunakan beberapa cara menurut Lozano et al. (1981); Semangun (2008) yaitu dengan menanam stek sehat, atau diperlakukan dengan fungisida yang cocok dengan cara perawatan stek, menyem-prot, atau aplikasi melalui tanah.

Gambar 3. Klamidospora terminalis Botryodiplodia sp.

Gambar 4. Konidia Botryodiplodia sp.

Gambar 5. Konidia dan setae (duri) Colletotrichum sp.

Gambar 6. Konidia C. Henningsii.

(5)

Tabel 1. Penyakit ubi kayu yang ditemukan di Propinsi Lampung (umur 1-6 bulan).

Lokasi / Kabupaten Umur/bulan Gejala Penyebab penyakit Pekalongan (Lampung Timur) 3 bulan Busuk pangkal batang Botryodiplodia sp./

Fusarium sp. Pekalongan (Lampung Timur) 3 bulan Busuk basah Sclerotium rolfsii

Natar (Lampung Selatan) 6 bulan Busuk batang/ mati pucuk/mati tunas

Fusarium sp.

Pekalongan (Lampung Timur) 6 bulan Busuk umbi Botryodi plodia, Fusarium

Pekalongan (Lampung Timur) 6 bulan Busuk umbi Fusarium sp. Tegineneng,Pasa-waran 2 bulan Mati pucuk/tunas Colletotrichum sp. Tegineneng Pasa-waran 1,5 bulan Mati pucuk/tunas Colletotrichum sp. Sulusuban (Lampung Timur) 6 bulan Busuk umbi Fusarium sp. Kotabumi (Lampung Utara) 3 bulan Busuk umbi/batang Sclerotium rolfsii

Kotabumi (Lampung Utara) 6 bulan Busuk umbi Botryodiplodia sp. Sukadana (Lampung Tengah) 2,5 bulan Busuk batang Fusarium sp. Sukadana (Lampung Tengah) 2 bulan Hawar batang Colletotrichum sp.

KESIMPULAN

Dari hasil identifikasi penyakit ubikayu diperoleh beberapa kesimpulan:

1. Penyakit busuk batang dan umbi disebabkan oleh asosiasi tiga patogen, yaitu: Botryodiplodia sp. Sclerotium rolfsii, dan Fusarium sp.

2. Colletotrichum sp. selain sebagai penyebab mati pucuk juga berasosiasi dengan jamur yang menginfeksi cabang.

3. Bercak daun coklat disebabkan oleh Cercospora henningsii, sedangkan penyakit bercak putih pada daun ubi kayu berasosiasi dengan jamur Ramularia sp.

4. Penyakit busuk batang/umbi merupakan penyakit penting, dan penyebab penyakit mati pucuk juga dapat menyebabkan infeksi pada cabang.sehingga perlu diantisipasi dan diwaspadai karena patogen dapat menyebar ke daerah lain melalui umbi dan bahan stek.

5. Pengendalian penyakit dianjurkan dengan menanam stek sehat, atau diperlakukan dengan fungisida yang sesuai melalui perawatan stek, menyemprot, atau aplikasi melalui tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Agnassim B, Valeri V, Kossi EK, Kerstin W. 2007. Assessment of Major Cassava Disease in Togo in Relation to Agronomic and Environmental Characteristics in System Approach. [APS], http://www.apsnet.org. [3 Jan 2012].

Booth C, Gibson IAS. 1973. CMI Descriptions of Fungi and Bacteria No.361. CMI, Kew, Surrey, England.

Gaams W et al. 1987. CBS Course of Mycology (Third Ed.). Centraal Bureau Voor Schimmel Cultures Baarn-Delf. 136 p.

Lozano JC et al. 1981. Field Problems in Cassava, CIAT, Colombia. 205 p.

Prayogo Y, Sri Hardaningsih. 2001. Potensi jamur Gliocladium roseum untuk Pengendalian Penyakit Antraknosa (Colletotrichum manihotis) pada ubikayu. Prosiding Kongres XVI dan Seminar Nasional Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Jurusan Hama dan

(6)

Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Institute Pertanian Bogor Bekerja sama dengan Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Bogor, 22-24 Agustus 2001. Hal 112-116. Semangun H. 2008. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.Edisi Kedua Gadjah

Mada University Press. 476 h.

Von Arx JA. 1981. The Genera of Fungi Sporulating in Pure Culture. Strauss & Kramer GmbH Germany.

Sri Hardaningsih. 2009. Penyakit pada ubikayu di propinsi Jawa Timur, Jawa engah dan Lampung. Makalah Poster disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Zinsou V, Wydra K, Ahohuendo B, Schreider L. 2006. Leaf Waxes of Cassava in Relation to Ecozone and Resistance to Xanthomonas Blight. Euphytica 149: 189-198.

Gambar

Gambar 1 Gejala serangan busuk batang.  Gambar 2 Gejala mati pucuk.
Gambar 3. Klamidospora terminalis  Botryodiplodia sp.
Tabel 1. Penyakit ubi kayu yang ditemukan di Propinsi Lampung (umur 1-6 bulan).

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini juga dibuktikan dari data Profil Kesehatan Indonesia 2010 yang menunjukkan bahwa penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi peringkat ketiga dari 10 penyakit

Nilai Moral Dalam Cerita Rakyat Sebagai Sarana Pendidikan.

Mengkonsumsi wortel Aceh ternyata mempuyai nilai efektivitas yang lebih baik (p- value < 0,05) dibandingkan mengonsumsi wortel Medan terhadap perubahan debris indeks

Skripsi Tindak Kekerasan Terhadap Anak di Perkotaan.. Sri

Faktor penyebab rendahnya keterpilihan perempuan dalam pemilihan legislatif pada tahun 2014 di Kabupaten Kepulauan Selayar Dapil 2 (Kec. Bontosikuyu) yaitu faktor

Manfaat dari penelitian ini antara lain: (i) memberikan kemudahan tim dalam melakukan proses penilaian dan perangkingan hasil ujian, (ii) Pelamar dapat

Uji hipotesis digunakan untuk menge- tahui ada-tidaknya perbedaan kemampuan membaca intensif siswa yang diajar dengan metode pembelajaran yang berbeda, yaitu siswa

Dari hasil studi pendahuluan tersebut peneliti bisa memberikan kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi bangun ruang