• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR RISIKO AKSEPTOR KB HORMONAL TERHADAP KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN. Sri Wahyuni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR RISIKO AKSEPTOR KB HORMONAL TERHADAP KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN. Sri Wahyuni"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR RISIKO AKSEPTOR KB HORMONAL TERHADAP KEJADIAN KANKER PAYUDARA

DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Sri Wahyuni

Stikes Muhammadiyah Klaten Sunan_puan @yahoo.com

ABSTRAK

Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita. Di Indonesia angka kejadian kanker payudara adalah 40 kasus setiap 100.000 penduduk pada tahun 2012. Sekitar dua dari tiga kanker payudara merupakan hormone-receptor positive. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui besarnya risiko penggunaan KB hormonal terhadap kejadian kanker payudara.

Desain penelitian case control. Populasi adalah wanita yang berumur ≥30

tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar check list dan wawancara yang dilakukan di RS Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Variabel dependen adalah akseptor KB hormonal dan variabel independen adalah kanker payudara

Hasil uji statistik Cohcran’s & Mantel-Haenszel Statistics diperoleh Odd Ratio sebesar 2,860 dan hasil uji melalui Chi Square diperoleh p=0,082

(p>α=0,05), yaitu KB hormonal meningkatkan risiko kejadian kanker payudara

2,860 kali lebih besar walaupun tidak ada hubungan secara langsung. Saran lakukan screening secara tepat sebelum menggunakan alat kontrasepsi khususnya KB hormonal.

(2)

I. PENDAHULUAN

Kanker payudara merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Jumlah kasus kanker payudara di dunia menduduki peringkat pertama. Kanker payudara menjadi salah satu pembunuh utama wanita di dunia dan mempunyai kecenderungan peningkatan kasus setiap tahunnya. Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti, diperkirakan multifaktorial (Indrati, 2005).

Angka kejadian atau prevalensi kanker payudara akan selalu bertambah setiap tahun. World Health Organization (WHO) dan Bank Dunia (2005) memperkirakan setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia. Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030. Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang (UICC, 2009).

Di Indonesia, jenis penyakit kanker yang paling banyak terjadi adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Angka kejadian kanker payudara pada tahun 2007 sebanyak 8.227 kasus atau sekitar 16,85 persen dari seluruh kejadian kanker (SIRS, 2007). Di Indonesia angka kejadian kanker payudara adalah 40 kasus setiap 100.000 penduduk pada tahun 2012. Sekitar dua dari tiga kanker payudara merupakan hormone-receptor positive.

Belum diketahui secara pasti faktor penyebab utama dari kanker payudara. Diduga penyebabnya adalah akibat interaksi rumit dari banyak faktor seperti faktor genetika, lingkungan dan kadar hormon estrogen dalam tubuh yang berlebih. Pertumbuhan jaringan payudara sangat sensitif terhadap estrogen, maka wanita yang terpapar estrogen dalam jangka waktu lama akan memiliki risiko besar terhadap kanker payudara terjadinya paparan hormon tersebut dapat disebabkan oleh penggunaan kontrasepsi hormonal (Harianto, 2005).

Penggunaan kontrasepsi hormonal semakin banyak diminati oleh sebagian besar wanita di Indonesia, baik dalam bentuk pil, maupun suntikan, namun sebagian besar akseptor KB tidak mengetahui secara keseluruhan tentang alat kontrasepsi yang dipilih (Harianto, 2005). Pada periode Desember 2010 tercatat akseptor KB di seluruh Indonesia sebesar 8.647.024. Jumlah akseptor KB di Provinsi Jawa Tengah pada periode Desember 2010 sebanyak 997.425, dengan rincian 59.702 adalah akseptor IUD, 18.290 adalah akseptor MOW, 3.925 adalah akseptor MOP, 52.228 adalah pengguna kondom, 89.436 adalah akseptor implan, 579.761 adalah akseptor KB suntik, dan 194.083 adalah akseptor KB pil (BKKBN, Desember 2010).

(3)

Penggunaan kontrasepsi hormonal sebagai faktor yang meningkatkan risiko kanker payudara yang saat ini masih menjadi kontroversi. Dari data tersebut dirasa perlu bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang seberapa besar risiko wanita yang menggunakan KB hormonal terhadap kejadian kanker payudara. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro merupakan rumah sakit yang cukup banyak terdapat pasien dengan kanker payudara, pada tahun 2014 jumlah kasus kanker yang ditemukan adalah sekitar 10 kasus kanker payudara pada wanita setiap bulannya.

II. METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian survei analitik dengan

rancangan case control. Penelitian. (Notoatmodjo, 2010;

Taufiqurohman, 2003).

Berikut ini adalah gambaran dari rancangan penelitian ini:

Gambar 3.2 Skema Rancangan Penelitian Case Control

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pasien wanita berusia ≥30 tahun dengan kanker payudara di RSUP

Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, periode Maret 2013 sampai dengan Juni 2013, yakni sebanyak 45 orang.

b. Sampel

Pada penelitian ini sampel kelompok kasus akan diambil secara kuota, yakni pengambilan sampel didasarkan pada jumlah yang sudah

Akseptor KB hormonal + Akseptor KB hormonal - Akseptor KB hormonal + Akseptor KB hormonal + Kanker payudara + Kanker Payudara -

(4)

ditentukan, dalam mengumpulkan data peneliti menghubungi subjek yang memenuhi persyaratan populasi (Arikunto,2010). Sedangkan sampel dalam kelompok kontrol juga diambil secara kuota dengan perbandingan kelompok kasus dan kelompok kontrol 1:1. Jumlah sampel pada masing-masing kelompok responden adalah 31 responden.

Adapun kriteria sampel kelompok kasus adalah sebagai berikut:

1) Kriteria inklusi

Pasien wanita berumur ≥30 tahun dengan kanker payudara.

2) Kriteria eksklusi

Penderita kanker payudara dengan keadaan umum jelek.

3. Teknik Pengumpulan Data

1. Kelompok kasus

Pengumpulan data pada kelompok kasus dilakukan secara langsung (primer) dengan menggunakan metode guided interview (Notoatmodjo,2010).

2. Kelompok kontrol

Pada kelompok kontrol data diperoleh secara langsung (primer) dengan melalui wawancara (Notoatmodjo, 2010).

4. Instrumen Penelitian

Data diambil secara primer menggunakan metode guided interview langsung ke responden kemudian disusun dalam checklist yang sudah dipersiapkan. Instrument penelitian pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol tidak dibedakan, karena pada prinsipnya sama. 5. Odds Ratio dan Mantel dan Haenszel

Menganalisis variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi untuk mengetahui karakteristik dari responden. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Besarnya hubungan antara pemakaian KB hormonal dengan kejadian kanker payudara dinyatakan dalam risiko relatif atau Odds Ratio (OR). Risiko ralatif merupakan ratio (probabilitas) terkena penyakit dari kelompok yang terpapar (exposed). (Notoatmodjo, 2010). OR dihitung menggunakan tabel contigency 2x2, sebagai berikut:

(5)

Tabel 3.2 Tabel Distribusi Frekuensi

Dengan: =

Taksiran OR lebih informatif bila disajikan dalam bentuk interval keyakinan (confidence interval = IK) dengan tingkat keyakinan

tertentu, dalam penelitian ini tingkat keyakinan (α) 0,05, untuk

mencari IK dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

% = ± , /

Untuk menguji tingkat kemaknaan atau besaran paparan terhadap penyakit sesungguhnya menggunakan uji yang dikembangkan oleh Mantel dan Haenszel dalam Murti (1997) yang menggunakan uji Chi Square, dengan rumus sebagai berikut:

=∑ −

Interpretasi OR sebagai berikut:

OR = 1 artinya tidak ada hubungan antara lama penggunaan KB hormonal terhadap kejadian kanker payudara

OR > 1 artinya kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko kejadian kanker payudara

OR < 1 artinya kontrasepsi hormonal menurunkan risiko kejadian kanker payudara

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil penelitian

a. Karakteristik Responden

1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten

Kontrasepsi hormonal + Kotrasepsi hormonal - Total Kanker payudara + Kanker payudara - A C B D a+b c+d

Total a+c b+d a+b+c+d

No Umur Frekuensi (%) 1 30-39 tahun 33 53,2 2 40- 49 tahun 20 32,3 3 50-59 tahun 8 12,9 4 Total >60 tahun 1 62 1,6 100

(6)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa umur terbanyak responden adalah umur 30-39 tahun yaitu 33 responden (53,2%), sedangkan paling sedikit berumur >60 tahun yaitu 1 orang (1,6%).

2) Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten

No Paritas Frekuensi (%) 1 Nulipara 2 3,2 2 Primipara 11 17,7 3 Multipara 45 72,6 4 Total Grandemultipara 4 62 6,5 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa paritas terbanyak responden adalah pada kategori multipara yaitu 45 responden (72,6%), sedangkan paling sedikit adalah nulipara dan grandemulti para yakni 4 orang responden (6,5%).

3) Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Responden Kasus

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi KB yang digunakan responden di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden menggunakan KB Non-Hormonal sebanyak 46 responden (74,2%) dan yang menggunakan KB Hormonal sebanyak16 responden (25,8%).

b. Kejadian kanker dengan penggunaan KB

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Kejadian Kanker dengan KB yang digunakan di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten

Kejadian Kanker Payudara

KB Hormonal KB Non-Hormonal Jumlah

F % F % F % Kanker Payudara (+) 11 17,74 20 32,36 31 50,0 Kanker Payudara (-) 5 8,06 26 41,94 31 50,0 Jumlah 16 25,80 46 74,30 62 100 No Kontrasepsi Frekuensi (%) 1 KB Hormonal 16 25.8 2 Total KB Non-Hormonal 46 62 74.2 100 6 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 10, Juni 2015

(7)

Berdasarkan data tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa penderita kanker payudara yang menggunakan KB Hormonal sebanyak 11 responden (17,74 %), sedangkan yang tidak menggunakan KB hormonal sebanyak 20 orang (32,36%). Pada responden kontrol yang bukan penderita kanker payudara yang menggunakan KB hormonal sebanyak 5 responden (8,06%), dan yang tidak menggunakan KB hormonal sebanyak 26 responden (41,94%)

c. Risiko penggunaan KB hormonal terhadap kejadian kanker payudara

Tabel 4.5 Risiko Penggunaan KB Hormonal terhadap Kejadian Kanker Payudara di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten

Variabel OR Α P X2 hitung

Kanker Payudara KB Hormonal

2,860 0,05 0,082 3,033

Berdasarkan uji statistik dengan perhitungan Odd Ratio (OR) didapatkan hasil yaitu sebesar 2,860 berarti KB hormonal 2,860 kali lebih besar meningkatkan kejadian kanker payudara. Sedangkan pada uji statistik

dengan Chi Square dapat diketahui bahwa nilai X2 hitung <X2 tabel ( 3,033

< 3,84 ) dan p = 0,082 (p > 0,05), yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan KB hormonal dengan kejadian kanker payudara.

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan umur menunjukkan bahwa terdapat 33 responden (53,2%) pada kelompok umur 30-39 tahun sedangkan paling sedikit berumur >60 tahun yaitu 1 orang (1,6%). Responden yang menderita kanker payudara

seluruhnya berusia ≥30 tahun, walaupun pengambilan sampelnya sudah

ditentukan pada kategori tersebut namun seluruh sampel responden yang

menderita kanker payudara yang didapat memang berusia ≥ 30 tahun. Hal

ini karena usia lebih dari 35 tahun dapat memicu terjadinya kanker payudara (Christine dan Kathline Jones, 2006).

Pada distribusi responden berdasarkan paritas didapatkan hasil bahwa paritas terbanyak responden adalah pada kategori multipara yaitu 45 responden (72,6%), sedangkan nulipara sebanyak 2 orang responden (3,2%), primipara sebanyak 11 responden, (17,7%) dan grandemultipara sebanyak 4 responden (6,5%). Pencapaian kategori ini merupakan gambaran dari banyaknya anak yang dilahirkan responden yang diketahui dari hasil wawancara secara langsung pada kedua kelompok responden.

(8)

Gambaran ini menunjukkan kategori berdasarkan paritas yang tersebar acak, karena semakin banyak anak yang dilahirkan bukan berarti meningkatkan risiko kanker payudara, atau sebaliknya. Salah satu pemicu kejadian kanker payudara adalah nuliparitas dan melahirkan anak pertama pada umur > 30 tahun (Baradero, 2006). Pada penelitian ini terdapat 2 responden dalam kategori nulipara yang menderita kanker payudara.

Penggunaan KB secara umum pada semua responden yakni sebanyak

16 responden (25,8% ) menggunakan KB Hormonal ≥ 5 tahun dan 46

responden (74,30%) tidak menggunakan KB hormonal atau kurang dari 5 tahun menggunakan KB hormonal. Distribusi ini diperoleh dari wawancara secara langsung pada responden kasus dan kontrol tentang riwayat KB yang pernah ataupun sedang digunakan. Perbedaan pengalaman KB pada kedua kelompok responden tersebut akan dibandingkan untuk mengetahui berapa besar risiko KB hormonal terhadap kejadian kanker payudara. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indah Mustikasari (2009), didapatkan hasil bahwa kontrasepsi jenis pil dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara. Penggunaaan KB hormonal seperti pil atau suntik KB tidak dianjurkan lebih dari 5 tahun dan wanita berusia lebih dari 35 tahun karena dapat memicu terjadinya kanker payudara (Setiati, 2009; Christine dan Kathline Jones, 2006).

Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti, diperkirakan multifaktorial. Kejadian kanker payudara pada wanita dipengaruhi oleh umur dan gender, riwayat menstruasi dan reproduksi, keturunan, kontrasepsi hormon dan oral, diet dan berat badan, gaya hidup serta penyakit payudara benigna (Baradero, dkk,2006). Risiko terkena kanker payudara meningkat dengan penggunaan alat kontrasepsi oral dan terapi hormon estrogen dalam jangka waktu yang panjang. Terapi hormon dapat menstimulasi perkembangan jaringan epitel sel payudara, sehingga meningkatkan terjadinya kanker payudara (Diananda, 2007).

Pada bulan Maret-Juni 2014 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten setidaknya terdapat 31 wanita yang mengalami kanker payudara. Jumlah ini didapat dari akumulasi penderita kanker di rawat inap maupun ruang kemoterapi. Seluruh hasil dari variabel bebas dan terikat dilakukan uji statistik Cohcran’s & Mantel-Haenszel Statistics diperoleh Odd Ratio sebesar 2,860. Dengan demikian berarti penggunaan KB Hormonal meningkatkan risiko terhadap penyakit kanker payudara sebesar 2,860 kali. Hal ini sebanding dengan hasil penelitian Harianto (2005) yakni penggunaan KB pil kombinasi meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 1,84 kali. 8 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 10, Juni 2015

(9)

Hasil uji dengan Chi-Square diperoleh p=0,82, yang artinya p>α=0,05, yakni tidak ada hubungan antara penggunaan KB hormonal dengan kanker payudara. Harianto (2009), dalam penelitiannya didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara Pil Kombinasi dengan kejadian kanker payudara karena

diperoleh p>α=0,05. Meskipun penggunaan KB hormonal meningkatkan

risiko kejadian kanker payudara namun KB hormonal tidak signifikan sebagai faktor risiko utama terjadinya kanker payudara.

IV.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, didapatkan simpulan sebagai berikut:

1. Kelompok umur responden terbanyak yakni pada umur 30-39 tahun.

2. Multiparitas merupakan kategori yang paling sering dijumpai pada semua

responden.

3. Penderita kanker payudara di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang

mempunyai riwayat menggunakan KB Hormonal ≥5 tahun sebanyak 11

orang.

4. Penggunaan KB hormonal ≥5 tahun dapat meningkatkan 2,860 kali

kejadian kanker payudara namun tidak ada hubungan secara langsung antara penggunaan KB hormonal dengan kejadian kanker payudara karena p>α=0,05.

V. SARAN

1. Bagi institusi

Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi wanita.

2. Bagi tenaga kesehatan

Konseling mengenai efek samping dan risiko penggunaan KB hormonal hendaknya dapat dijadikan bagian terpenting sebelum melakukan pelayanan KB, khususnya pada profesi bidan dan penyelenggara pelayanan kesehatan pada umumnya.

3. Bagi masyarakat

Akseptor KB hendaknya cermat dalam menggunakan alat kontrasepsi, pemilihan jenis kontrasepsi yang aman dan sesuai dengan kesehatan diri merupakan hal yang perlu diperhatikan dengan melakukan akses mengenai alat kontrasepsi melalui tenaga kesehatan maupun media informasi lainnya.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Agar dilakukan penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian yang serupa dengan variabel yang lebih variatif dan pendekatan waktu yang lebih akurat.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Anofi, M. Sering Perdarahan Akibat Kanker Leher Rahim. [Diakses tanggal 1 maret 2011] Didapat dari: http://www.jawabali.com

Apreliasari, H. Risiko Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Terhadap Kejadian Kanker Payudara [karya tulis ilmiah]. Surakarta: UNS; 2009. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta;

2010.

Baradero, dkk, Klien Gangguan Sistem Reproduksi Seksualitas. Jakarta: EGC; 2007.

BKKBN, 2010. Laporan Pelayanan Kontrasepsi Desember 2010. [Diakses tanggal 23 Februari 2011]. Didapat dari: http://www.bkkbn.go.id

De Jong. Wim, Kanker Apakah Itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan Keluarga. Jakarta: Arcan; 2006.

Depkes RI. Prevalensi Kejadian Kanker Payudara Di Indonesia. 2006. [Diakses tanggal 25 Januari 2011]. Didapat dari: http://www.depkesri.co.id

Depkes RI. Laporan Pelaksanaan SUKERDA 2008.2008. [diakses tanggal 2 januari 2011]. Didapat dari: http://www.depkesri.co.id

Diananda, R. Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Yogyakarta: Katahati; 2007. Handerson, C dan Jones, K. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC; 2006. Harianto. Risiko Penggunaan Pil Kombinasi Terhadap Kejadian Kanker Payudara

Pada Akseptor KB di perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo. 2004.

[Diakses tanggal 28 januari 2011]. Didapat dari:

http://www..jurnal.farmasi.ui.ac.id,.

Indrati, Rini. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Payudara Di RS Karyadi, Semarang. 2005. [Diakses tanggal 30 Januari 2011] didapat dari: http://www.undip.ac.com

Mustikasari, I. Pengaruh Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Dan Non Hormonal Terhadap Kejadian Kanker Payudara. Surabaya: UNAIR; 2009. 10 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 10, Juni 2015

(11)

Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Reneka Cipta; 2010.

Saifudin, dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP Sarwono Prawirohardjo; 2006.

Setiati, Eni. Waspadai 4 kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta: ANDI; 2009.

Sjamsul Hidayat. Buku Ajar ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2004. Sugiyono. Statiska untuk Penelitian. Bandung: Alphabeta; 2007. Tiran, denis. Kamus Saku Bidan. Jakarta: EGC; 2006.

Winkjosastro, H. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP Sarwono Prawirohardjo; 2005. Sri Wahyuni, Faktor Risiko Akseptor …. 11

Gambar

Gambar 3.2 Skema Rancangan Penelitian Case Control
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi KB yang digunakan responden di RSUP  Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Tabel  4.5  Risiko  Penggunaan  KB  Hormonal  terhadap  Kejadian  Kanker  Payudara di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara konektivitas jaringan jalan dan perubahan penutup lahan yang terjadi di sembilan kecamatan

item-item pertanyaan yang diteliti, secara terpisah tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang, artinya hambatan berpindah yang diciptakan GO-JEK tidak mempengaruhi minat

Demikianlah langkah-langkah memulai menggunakan layanan Google Drive menggunakan web browser, selanjutnya dibawah ini dibahas mengenai cara instalasi software Google

Berdasarkan hasil penelitian analisis karakteristik stomata pada tanaman Bambu Rejeki ( Dracaena Reflexa ) pada tempatyang terkena polusi dapat disimpulkan, bahwa

Laut. dari laut yang tidak termasuk dalam zona. dengan Kapal MV. Sinar Kudus merupakan kapal. perompakan yang terjadi pada kapal MV. Indonesia terhadap kapal

Dalam hal kemurnian ilmu hukum sebagai suatu ilmu, dari ketiga pembagian tersebut dapat dilihat bahwa dua diantaranya (dogma hukum dan teori hukum) adalah

Yang dulunya Etnis jawa memasuki program transmigrasi.Perkembangan yang terjadi di indonesia khususnya daerah yang di huni oleh masyarakat jawa, ternyata sering kali

Namun dalam kegiatan tersebut masih ada juga siswa yang belum paham cara menggunakan membaca permulaan melalui media gambar dan pasif untuk bertanya namun dengan