• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

 

BAB III

KAJIAN PUSTAKA

3.1. Pendanaan Proyek

Definisi dari pendanaan proyek adalah upaya untuk mendapatkan dana atau modal yang digunakan untuk membiayai suatu proyek dimana umumnya meliputi kegiatan-kegiatan:

- Mengkaji sumber dana

- Menyusun struktur pendanaan yang optimal

- Menganalisa tingkat suku bunga terhadap keputusan investasi - Negosiasi dengan calon penyandang dana

Bagi proyek yang memerlukan sejumlah besar dana, persoalan pendanaan umumnya sangat komplek. Pemilihan pola pendanaan mencerminkan tujuan serta kepentingan spesifik pemilik setelah mempertimbangkan berbagai faktor yang sedang dihadapi. Oleh karena itu, apapun pola pendanaan yang digunakan, sangat jelas bahwa pemberi dana menginginkan pengembalian dana dari proyek dapat dikembalikan sesuai dengan perjanjian dan hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.

3.1.1. Sumber dan Macam Pendanaan Proyek

Pada dasarnya secara potensial tersedia berbagai macam sumber pendanaan bagi suatu perusahaan, yang dikategorikan berasal modal sendiri (equity) dan dari hutang (debt) (Soeharto, 1997). Modal sendiri atau equity capital dapat berasal dari penerbitan saham ataupun berasal dari laba yang ditahan perusahaan tersebut (retained earning).

1) Menerbitkan Saham

Penjualan dari saham yang baru diterbitkan akan merupakan dana yang dapat dipakai untuk membiayai proyek. Harga pasar saham ditentukan oleh kinerja ekonomi perusahaan yang bersangkutan. Dengan membeli saham berarti para investor baru tersebut akan menjadi stockholder bagi Menyusun struktur pendanaan yang optimal

- Menganalisa tingkat suku bunga terhadap keputusan investasi - Negosiasi dengan calon penyandang dana

Bagi proyek yang memerlukan sejumlah besar dana, persoalan pendanaan umumnya sangat komplek. Pemilihan pola pendanaan mencerminkan tujuan serta kepentingan spesifik pemilik setelah mempertimbangkan berbagai faktor yang sedang dihadapi. Oleh karena itu, apapun pola pendanaan yang digunakan, sangat jelas bahwa pemberi dana menginginkan pengembalian dana dari proyek dapat dikembalikan sesuai dengan perjanjian dan hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.

3.1.1. Sumber dan Macam Pendanaan Proyek

Pada dasarnya secara potensial tersedia berbagai macam sumber pendanaan bagi suatu perusahaan, yang dikategorikan berasal modal sendiri

(2)

 

perusahaan tersebut, yang berarti stockholder tersebut ikut memiliki ekuitas perusahaan.

2) Laba Ditahan (Retained Earning)

Dana proyek dapat berasal dari laba ditahan (retained earning) perusahaan tersebut. Ini berarti dana didapat dari dalam organisasi itu sendiri.

Hutang merupakan sejumlah uang (pinjaman pokok) yang dipinjam dalam jangka waktu tertentu untuk mendanai proyek. Oleh karena itu kreditor akan membebankan bunga dengan prosentase tetap dan pembayaran kembali hutang pokok sesuai syarat perjanjian. Seringkali kreditor memerlukan jaminan atas dana yang dipinjamkan. Adapun syarat perjanjian umumnya meliputi:

1) Pengaturan dan jadwal pengembalian

2) Adanya security bagi pihak pemberi pinjaman 3) Fee dan biaya administrasi

4) Bunga pinjaman

Pinjaman atau hutang dianggap tidak dipengaruhi oleh inflasi, dalam arti sekali bunga dan cicilan pokok ditentukan jadwal dan besarnya, maka umumnya dampak inflasi dianggap tidak diperhitungkan lagi. Adapun pengaturan dan jadwal pengembalian hutang dalam proyek adalah sebagai berikut:

1) Total Angsuran Menurun

Jumlah angsuran pokok tetap, dengan bunga diperhitungkan dari sisa pokok. Sehingga jumlah total angsuran menurun sesuai waktu.

2) Pengembalian pada Waktu Jatuh Tempo

Disini jumlah total pinjaman pokok dibayarkan kembali pada waktu jatuh tempo yaitu pada masa akhir pinjaman.

3) Grace Period

Diberikan tenggang waktu mulainya cicilan hutang pokok. Struktur ini sesuai untuk proyek yang tidak menghasilkan produksi sama sekali sampai jangka waktu tertentu. Setelah menghasilkan arus kas, maka mulailah debitur membayar kembali pinjaman.

yang dipinjamkan. Adapun syarat perjanjian umumnya meliputi: 1) Pengaturan dan jadwal pengembalian

2) Adanya security bagi pihak pemberi pinjaman 3) Fee dan biaya administrasi

4) Bunga pinjaman

Pinjaman atau hutang dianggap tidak dipengaruhi oleh inflasi, dalam arti sekali bunga dan cicilan pokok ditentukan jadwal dan besarnya, maka umumnya dampak inflasi dianggap tidak diperhitungkan lagi. Adapun pengaturan dan jadwal pengembalian hutang dalam proyek adalah sebagai berikut:

1) Total Angsuran Menurun

Jumlah angsuran pokok tetap, dengan bunga diperhitungkan dari sisa pokok. Sehingga jumlah total angsuran menurun sesuai waktu.

2) Pengembalian pada Waktu Jatuh Tempo

(3)

 

3.1.2. Struktur Pendanaan Proyek BOT

Dewasa ini berkembang suatu pola pendanaan yang dikenal sebagai Build-Operate-Transfer (BOT). BOT adalah model Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS), yang dianggap sebagai bentuk pengelolaan bersama oleh sektor publik/pemerintah dan swasta (Cheng, 2010). Dalam pola ini terdapat beberapa perusahan bertindak sebagai sponsor proyek dengan membentuk konsorsium swasta. Dalam proyek BOT, pengembang swasta diberikan hak untuk membiayai, membangun, dan mengoperasikan fasilitas umum dan kemudian untuk memungut biaya pengguna untuk jangka waktu tertentu, setelah itu kepemilikan fasilitas ditransfer ke sektor publik (Cheng, 2010).

Dalam pola pendanaan BOT juga dikenal istilah Full, Limited atau Non- Recourse Financing terhadap pihak sponsor. Full recourse financing terjadi apabila pihak sponsor bertanggung jawab atas pembayaran hutang dari proyek mengikuti aturan-aturan pinjaman yang telah disepakati. Untuk limited recourse financing tidak sepenuhnya komitmen diperlukan dari pihak sponsor. Biasanya pada limited recourse financing, pinjaman dilakukan untuk hal-halyang spesifik saja, dan atau separuh dari kewajiban diserahkan kepada pihak ketiga. Untuk non-recourse financing pihak pemberi pinjaman hanya menyandarkan pada arus kas dan pemasukan saat ini dan yang akan datang dari unit ekonomi tertentu untuk membayar kembali hutang. Biasanya untuk limited and non-recourse financing diperlukan jaminan yaitu berupa aset dari unit ekonomi (proyek) tersebut.

Pola BOT banyak digunakan untuk pembiayan proyek-proyek infrastruktur besar, dimana pemerintah atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D) ingin mengandalkan perusahaan yang berpengalaman dalam membangun dan mengoperasikan suatu fasilitas yang akhirnya akan mentransfer fasilitas tersebut kepada pemerintah atau BUMN/D. Sejak tahun 1980-an, banyak pemerintahan telah menggunakan BOT sebagai pendekatan baru untuk mengurangi defisit fiskal dan untuk meningkatkan efisiensi administrasi, sehingga dalam proyek BOT, baik publik dan swasta harus membangun kemitraan jangka panjang (Cheng, 2010).

Dalam pola pendanaan BOT juga dikenal istilah Full, Limited Recourse Financing terhadap pihak sponsor. Full recourse financing

apabila pihak sponsor bertanggung jawab atas pembayaran hutang dari proyek mengikuti aturan-aturan pinjaman yang telah disepakati. Untuk limited recourse financing tidak sepenuhnya komitmen diperlukan dari pihak sponsor. Biasanya pada limited recourse financing, pinjaman dilakukan untuk hal-halyang spesifik saja, dan atau separuh dari kewajiban diserahkan kepada pihak ketiga. Untuk non-recourse financing pihak pemberi pinjaman hanya menyandarkan pada arus kas dan pemasukan saat ini dan yang akan datang dari unit ekonomi tertentu untuk membayar kembali hutang. Biasanya untuk limited and non-recourse financing diperlukan jaminan yaitu berupa aset dari unit ekonomi (proyek) tersebut.

(4)

 

Berikut merupakan gambaran dari pola pendanaan BOT dengan limited recourse structure. (Parra, 2003)

Gambar 3.1. Pola BOTdengan Limited Recourse Structure

Sumber: Parra, et.al. (2003). Financing Large Projects. Pearson Prentice Hall.

Langkah-langkah pola BOT diatas, dapat dijelaskan seperti berikut ini:

1) Project vehicle menandatangani perjanjian jual beli (Sales Purchase Agreement) untuk jangka panjang. Ini menjadikan jaminan bagi proyek bahwa produk yang dihasilkan akan mendapatkan pembeli selama waktu tertentu dalam jangka yang panjang.

2) Project vehicle melakukan kontrak Engineering, Procurement and Construction (EPC) dengan kontraktor yang akan melakukan konstruksi bagi pembangunan proyek.

3) Project vehicle membuat perjanjian kredit/pinjaman (Loan Agreement) dengan pihak peminjam, bank atau lembaga keuangan. Dalam membuat loan agreement ini juga disertakan Sales Purchase Agreement dengan off-taker, sehingga dapat menunjukkan perkiraan aliran kas yang dapat dihasilkan oleh proyek.

4) Loan yang diberikan oleh pihak pemberi pinjaman akan digunakan untuk membiayai konstruksi pembangunan proyek.

5) Project vehicle mengikat kontrak dengan perusahaan operator yang akan melakukan Operation & Maintenance (O&M) proyek ini dengan imbalan

 Gambar 3.1. Pola BOT dengan Limited Recourse Structure

Sumber: Parra, et.al. (2003). Financing Large Projects. Pearson Prentice Hall. Langkah-langkah pola BOT diatas, dapat dijelaskan seperti berikut ini:

1) Project vehicle menandatangani perjanjian jual beli (Sales Purchase Agreement) untuk jangka panjang. Ini menjadikan jaminan bagi proyek bahwa produk yang dihasilkan akan mendapatkan pembeli selama waktu tertentu dalam jangka yang panjang.

2) Project vehicle melakukan kontrak Engineering, Procurement and Construction (EPC) dengan kontraktor yang akan melakukan konstruksi

(5)

 

biaya O&M dalam jangka panjang yang dihasilkan dari revenue proyek. O&M sebenarnya dapat dilakukan sendiri oleh pihak-pihak yang terkait, yakni sponsor dan project owner, namun hal ini harus dilakukan pembicaraan lebih lanjut dan ada perjanjian khusus.

6) Sebagai penjamin atas kewajiban off-taker yang tertuang dalam Sales and Purchase Agreement dengan project vehicle, pemerintah memiliki andil kewajiban yang terbatas dalam skema BOT ini.

3.2. Teknik Evaluasi Investasi dan Pengambilan Keputusan

Kegiatan investasi merupakan kegiatan penting yang memerlukan biaya besar dan berdampak jangka panjang terhadap kelanjutan usaha. Oleh karena itu, analisa yang sistematis dan rasional sangat dibutuhkan sebelum kegiatan itu direalisasikan.

3.2.1. Capital Budgeting

Keputusan penganggaran modal (capital budgeting) adalah salah satu keputusan keuangan yang paling penting dalam bisnis perusahaan (Meric et.al, 2010), yaitu menemukan atau menciptakan proyek investasi yang menghasilkan nilai lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkan. Sebuah keberhasilan perusahaan sangat bergantung pada jenis investasi yang dibuat dalam aset jangka panjang yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa (Chawla, 2014). Keputusan investasi yang dilakukan dengan perhitungan capital budgeting melibatkan dana yang besar dan periode waktu yang panjang. Capital budgeting melibatkan alokasi dana atas waktu yang bertujuan untuk memaksimalkan market value dari common stock perusahaan, atau dengan kata lain adalah meningkatkan kesejahteraan pemegang saham (Shapiro, 2005).

Capital budgeting merupakan bagian dari proses perencanaan anggaran yang biasanya fokus kepada perencanaan dan pembangunan di sektor riil. Capital budgeting memiliki time horizon yang panjang dengan periode minimal lima tahun, karena pengeluaran untuk investasi pada aset diperkirakan akan memberikan keuntungan untuk lebih dari satu tahun. Meskipun demikian teknik capital budgeting juga bisa digunakan untuk jangka waktu operasi yang pendek, Kegiatan investasi merupakan kegiatan penting yang memerlukan biaya besar dan berdampak jangka panjang terhadap kelanjutan usaha. Oleh karena itu, analisa yang sistematis dan rasional sangat dibutuhkan sebelum kegiatan itu direalisasikan.

3.2.1. Capital Budgeting

Keputusan penganggaran modal (capital budgeting) adalah salah satu keputusan keuangan yang paling penting dalam bisnis perusahaan (Meric et.al, 2010), yaitu menemukan atau menciptakan proyek investasi yang menghasilkan nilai lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkan. Sebuah keberhasilan perusahaan sangat bergantung pada jenis investasi yang dibuat dalam aset jangka panjang yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa (Chawla, 2014). Keputusan investasi yang dilakukan dengan perhitungan capital budgeting melibatkan dana yang besar dan periode waktu yang panjang. Capital budgeting

(6)

 

misalkan untuk mengevaluasi program-program renovasi dan penggantian komponen.

Capital budgeting juga melibatkan beberapa fungsi aktivitas dan juga terdapat beberapa tahap di dalam prosesnya. Untuk proposal-proposal investasi pada perusahaan-perusahaan skala menengah dan besar, langkah-langkah dalam capital budgeting tersebut dapat dilihat pada gambar diagram alir pada halaman berikut (Dayananda, 2002).

Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Capital Budgeting

Sumber: Dayananda, Don et.al. (2002). Capital Budgeting, Financial Appraisal of Investment Projects. Cambridge University Press.

(7)

 

Adapun penjelasan dari diagram alir Proses Capital Budgeting tersebut adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis (Strategic Planning) merupakan rancangan umum dari perusahaan untuk menentukan bisnis perusahaan kedepan. Strategic planning menterjemahkan tujuan perusahaan ke dalam arah serta kebijakan-kebijakan spesifik, membuat prioritas, dan sebagai panduan dalam merencanakan proses dalam rangka mencapai tujuan.

2) Identifikasi Peluang Bisnis

Identifikasi peluang investasi, dan mempersiapkan proposal investasi proyek, merupakan langkah penting dalam proses capital budgeting. Proposal proyek harus selaras dengan tujuan, visi, misi, dan strategi jangka panjang perusahaan. Usulan-usulan akan peluang bisnis bisa datang dari dalam, seperti karyawan, maupun dari luar perusahaan, seperti advisor yang bisa “didengar” oleh manajemen.

3) Seleksi/Penyaringan Pendahuluan Proyek

Secara umum terdapat beberapa proposal investasi yang potensial pada perusahaan, oleh karena itu dibutuhkan seleksi pendahuluan proyek oleh pihak manajemen. Seleksi ini dilakukan untuk memisahkan proposal-proposal yang dianggap tidak selaras dengan tujuan perusahaan, demi efisiensi pemakaian sumber daya dalam mengevaluasi proposal-proposal tersebut.

4) Evaluasi Keuangan Proyek

Pada tahap ini disebut juga dengan analisa kuantitatif, penilaian keuangan dan ekonomi, evaluasi proyek atau analisa proyek. Analisa proyek diantaranya adalah dengan memprediksi aliran kas proyek di masa yang akan datang, menganalisa resiko yang dapat mempengaruhi aliran kas tersebut, menilai NPV dan melakukan analisa skenario yang mempengaruhi dari ke-ekonomian proyek tersebut. Analisa dan evaluasi terhadap aspek keuangan proyek merupakan hal yang kritis karena akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan investasi. Pengambilan Identifikasi peluang investasi, dan mempersiapkan proposal investasi proyek, merupakan langkah penting dalam proses capital budgeting Proposal proyek harus selaras dengan tujuan, visi, misi, dan strategi jangka panjang perusahaan. Usulan-usulan akan peluang bisnis bisa datang dari dalam, seperti karyawan, maupun dari luar perusahaan, seperti advisor yang bisa “didengar” oleh manajemen.

3) Seleksi/Penyaringan Pendahuluan Proyek

Secara umum terdapat beberapa proposal investasi yang potensial pada perusahaan, oleh karena itu dibutuhkan seleksi pendahuluan proyek oleh pihak manajemen. Seleksi ini dilakukan untuk memisahkan proposal-proposal yang dianggap tidak selaras dengan tujuan perusahaan, demi efisiensi pemakaian sumber daya dalam mengevaluasi proposal-proposal tersebut.

(8)

 

keputusan investasi itu sendiri akan mempengaruhi sukses atau tidaknya sebuah perusahaan dalam menentukan arah kedepannya.

5) Faktor-faktor Kualitatif dalam Evaluasi Proyek

Faktor-faktor kualitatif memiliki dampak bagi proyek, dan sangat mungkin diperhitungkan dalam mengevaluasi proyek itu sendiri. Faktor-faktor kualitatif dalam mengevaluasi proyek antara lain:

- Dampak sosial dalam menumbuhkan atau bahkan mengurangi jumlah tenaga kerja.

- Dampak lingkungan dari proyek.

- Pengaruh positif maupun negatif politik pemerintah yang berkaitan dengan proyek

- Dampak terhadap citra perusahaan apabila proyek dipertanyakan secara sosial di dalam masyarakat.

6) Keputusan Proyek Diterima/Ditolak

Evaluasi proyek baik secara kuantitatif yang akan memberikan nilai NPV, dan juga secara kualitatif dikombinasikan untuk memberikan suatu pertimbangan penilaian proyek. Evaluasi serta rekomendasi dari analis kemudian diajukan kepada pihak manajemen guna kepentingannya dalam mengambil keputusan apakah proyek ini akan diterima atau ditolak.

7) Implementasi dan Pemantauan terhadap Proyek

Ketika proposal proyek telah mencapai tahap keputusan terhadap hasil evaluasi, maka proyek akan segera diimplementasikan. Dalam implementasi ini akan melibatkan banyak divisi dari perusahaan itu. Deviasi dari perkiraan arus kas akan dimonitor secara teratur untuk segera diambil tindakan perbaikan jika dibutuhkan.

8) Audit Pasca Implementasi

Audit pasca implementasi tidak berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam proyek, namun berkenaan dengan tahap dimana proyek itu telah diimplementasikan. Audit pasca implementasi dapat memberikan umpan balik terhadap penilaian proyek ataupun formulasi strategi investasi perusahaan kedepan. Aliran kas dari proyek yang telah terimplementasi akan menambah tingkat confidence dalam melakukan

dengan proyek

- Dampak terhadap citra perusahaan apabila proyek dipertanyakan secara sosial di dalam masyarakat.

6) Keputusan Proyek Diterima/Ditolak

Evaluasi proyek baik secara kuantitatif yang akan memberikan nilai NPV, dan juga secara kualitatif dikombinasikan untuk memberikan suatu pertimbangan penilaian proyek. Evaluasi serta rekomendasi dari analis kemudian diajukan kepada pihak manajemen guna kepentingannya dalam mengambil keputusan apakah proyek ini akan diterima atau ditolak.

7) Implementasi dan Pemantauan terhadap Proyek

Ketika proposal proyek telah mencapai tahap keputusan terhadap hasil evaluasi, maka proyek akan segera diimplementasikan. Dalam implementasi ini akan melibatkan banyak divisi dari perusahaan itu.

(9)

 

perkiraan arus kas proyek untuk investasi selanjutnya. Jika rencana strategis yang diterapkan pada proyek yang telah terimplementasi tidak mencerminkan hasil yang diinginkan, maka ini merupakan informasi bagi manajemen untuk cenderung meninjau rencana strategis investasi perusahaan dimasa yang akan datang.

3.2.2. Teknik-teknik Analisa dalam Capital Budgeting

Menurut Shapiro (2005) bahwa terdapat beberapa teknik analisa dalam capital budgeting diantaranya adalah Net Present Value (NPV). Kemudian alternatif lain dalam mengevaluasi investasi adalah dengan menggunakan discounted cashflow criteria yakni Internal Rate of Return (IRR), dan nondiscounted cashflow criteria yakni Payback Period (PP), serta Profitability Index (PI).

3.2.2.1. Net Present Value (NPV)

Metode Net Present Value (NPV) adalah salah satu kriteria ekonomi yang paling banyak digunakan untuk menilai proyek-proyek investasi (Jorge et. al, 2014). Metode Net Present Value (NPV) ditentukan oleh 1) menghitung nilai sekarang dari arus kas masa depan (menggunakan Weighted Average Cost of Capital (WACC) sebagai tingkat diskonto), dan 2) mengurangkan biaya proyek dari nilai sekarang arus kas masa depan (Kunz, 2005). Jika nilai sekarang dari arus kas masa depan melebihi biaya proyek, proyek ini dikatakan memiliki NPV positif. Dengan kata lain, jika nilai proyek (nilai sekarang dari arus kas masa depan) melebihi biaya, proyek ini adalah investasi yang baik dan harus diterima. Jika dua proyek mutually exclusive, NPV yang lebih tinggi akan diterima. Metode ini melakukan perhitungan dari cash flows dan time value of money. Rumus NPV adalah sebagai berikut (Shapiro, 2005):

NPV =  I0 +

    ………..……… 3.1 Dimana: -I0 = initial investment

WACC = Weighted Average Cost of Capital (biaya permodalan) NCFt = net cash flow periode ke-t

discounted cashflow criteria yakni Internal Rate of Return (IRR), dan nondiscounted cashflow criteria yakni Payback Period (PP), serta Profitability Index (PI).

3.2.2.1. Net Present Value (NPV)

Metode Net Present Value (NPV) adalah salah satu kriteria ekonomi yang paling banyak digunakan untuk menilai proyek-proyek investasi (Jorge et. al, 2014). Metode Net Present Value (NPV) ditentukan oleh 1) menghitung nilai sekarang dari arus kas masa depan (menggunakan Weighted Average Cost of Capital (WACC) sebagai tingkat diskonto), dan 2) mengurangkan biaya proyek Capital (WACC) sebagai tingkat diskonto), dan 2) mengurangkan biaya proyek Capital

dari nilai sekarang arus kas masa depan (Kunz, 2005). Jika nilai sekarang dari arus kas masa depan melebihi biaya proyek, proyek ini dikatakan memiliki NPV positif. Dengan kata lain, jika nilai proyek (nilai sekarang dari arus kas masa depan) melebihi biaya, proyek ini adalah investasi yang baik dan harus diterima.

(10)

 

t = periode n = jumlah periode

Keputusan yang diambil dalam menganalisa nilai NPV adalah sebagai berikut: - Jika NPV > 0, maka proyek diterima.

- Jika NPV < 0, maka proyek ditolak. Kelebihan menggunakan metode NPV adalah:

- Memasukkan faktor nilai waktu dari uang. - Mempertimbangkan semua cashflow proyek

- Mengukur besaran absolute dan bukan relatif, sehingga mudah mengikuti kontribusinya dalam meningkatkan value added terhadap perusahaan. Kekurangan dari metode NPV adalah:

- Perlu waktu untuk memahami konsep nilai waktu dari uang, dan banyak eksekutif perusahaan belum memahami secara jelas dari konsep opportunity cost dan present value ini.

- Perhitungan NPV juga memerlukan perhitungan cost of capital yang tepat.

3.2.2.2. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Morales et.al (2014), Internal Rate of Return (IRR) didefinisikan sebagai persentase pengembalian tahunan yang dihasilkan oleh sumber daya yang diinvestasikan dalam sebuah proyek. Secara formal, IRR dapat didefinisikan sebagai tingkat pengembalian (atau diskon) yang membuat NPV sama dengan 0. Rumus IRR adalah sebagai berikut (Shapiro, 2005):

NPV =  I0 +

    = 0 ………..……….. 3.2 Dimana:  I0 = initial investment

IRR = discount rate

NCFt = net cash flow periode ke-t

t = periode n = jumlah periode

kontribusinya dalam meningkatkan value addedvalue addedvalue added terhadap perusahaan. terhadap perusahaan. Kekurangan dari metode NPV adalah:

- Perlu waktu untuk memahami konsep nilai waktu dari uang, dan banyak eksekutif perusahaan belum memahami secara jelas dari konsep opportunity cost dan

opportunity cost dan

opportunity cost present value ini.

- Perhitungan NPV juga memerlukan perhitungan cost of capital tepat.

3.2.2.2. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Morales et.al (2014), Internal Rate of Return (IRR) didefinisikan sebagai persentase pengembalian tahunan yang dihasilkan oleh sumber daya yang diinvestasikan dalam sebuah proyek. Secara formal, IRR dapat didefinisikan sebagai tingkat pengembalian (atau diskon) yang membuat NPV sama dengan 0. Rumus IRR adalah sebagai berikut (Shapiro, 2005):

(11)

 

Keputusan yang diambil dalam menganalisa nilai IRR adalah sebagai berikut: - Jika IRR > tingkat pengembalian yang diinginkan/ditetapkan, maka

proyek diterima.

- Jika IRR < tingkat pengembalian yang diinginkan/ditetapkan, maka proyek ditolak.

Kelebihan dari analisa dengan menggunakan metode IRR adalah:

- Manajemen biasanya lebih mudah mengevaluasi proyek dengan menggunakan tingkat pengembalian dibandingkan dengan discounted cashflow.

- Tingkat pengembalian ini biasanya dibandingkan dengan tingkat pengembalian jika perusahaan akan berinvestasi di proyek/instrumentasi lain.

Kekurangan dari analisa dengan menggunakan metode IRR adalah:

- Dapat terjadi multiple rates of return apabila dalam perhitungan terdapat initial cash outflow, sejumlah cashflow positif, dan sekurang-kurangnya ada satu cashflow yang negatif. Untuk mendapatkan NPV = 0, maka nilai IRR bisa menjadi lebih dari satu.

- Untuk mutually exclusive project, perusahaan biasanya memiliki lebih dari satu alternatif proposal investasi proyek. Biasanya terjadi konflik antara IRR dan NPV dalam pengambilan keputusan. Misalkan proyek 1 memiliki IRR lebih tinggi dari proyek 2, dan proyek 1 memiliki NPV yang lebih rendah dari proyek 2. Secara substansial konflik ini berasal dari perbedaan timing of cashflow, dan skala dari proyek itu sendiri.

3.2.2.3. Payback Period (PP)

Payback Period merupakan jumlah tahun yang dibutuhkan perusahaan untuk memulihkan investasi awal (Kunz, 2005). Jadi menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk memperoleh kembali investasi yang telah dikeluarkan. Untuk mencari payback period digunakan rumus (Acccounting Explain, 2015):

Payback Period = 





………. 3.3

pengembalian jika perusahaan akan berinvestasi di proyek/instrumentasi lain.

Kekurangan dari analisa dengan menggunakan metode IRR adalah:

- Dapat terjadi multiple rates of return apabila dalam perhitungan terdapat initial cash outflow, sejumlah cashflow positif, dan sekurang-kurangnya ada satu cashflow yang negatif. Untuk mendapatkan NPV = 0, maka nilai IRR bisa menjadi lebih dari satu.

- Untuk mutually exclusive project, perusahaan biasanya memiliki lebih dari satu alternatif proposal investasi proyek. Biasanya terjadi konflik antara IRR dan NPV dalam pengambilan keputusan. Misalkan proyek 1 memiliki IRR lebih tinggi dari proyek 2, dan proyek 1 memiliki NPV yang lebih rendah dari proyek 2. Secara substansial konflik ini berasal dari perbedaan timing of cashflow, dan skala dari proyek itu sendiri.

(12)

 

Ketika arus kas masuk per periode tidak sama, kita perlu menghitung arus kas bersih kumulatif untuk setiap periode dan kemudian menggunakan rumus berikut untuk payback period (Acccounting Explain, 2015):

Payback Period = A + 

 …….………..…… 3.4 Dalam rumus di atas,

A = periode terakhir dengan cashflow kumulatif negatif,

B = nilai absolut dari cashflow kumulatif pada akhir periode A, C = adalah total cashflow selama periode setelah A.

Biasanya perusahaan memiliki estimasi maksimum dari periode pengembalian ini. Apabila hasil perhitungan lebih cepat dari estimasi periode pengembalian, maka proyek diterima, dan begitu juga sebaliknya apabila perhitungan payback period lebih lama dari estimasi, maka proyek akan ditolak. Estimasi periode maksimum pengembalian tergantung dari karakter proyek itu sendiri, jika proyek lebih beresiko maka sebaiknya memiliki nilai Payback Period yang lebih cepat.

Kelebihan metode Payback Period:

- Merupakan metode yang umum digunakan untuk mengevaluasi proposal investasi proyek.

- Teknik perhitungan yang sederhana dan mudah untuk diaplikasikan. Kekurangan dari metode Payback Period:

- Tidak memberikan gambaran bagaimana situasi aliran kas sesudah periode pengembalian selesai.

- Tidak mempertimbangkan konsep nilai waktu dari uang, yang berarti tidak mengikuti prinsip dasar analisa aspek ekonomi keuangan dalam mengkaji kelayakan suatu investasi proyek.

3.2.2.4. Profitability Index (PI)

Profitability Index (PI) adalah sama dengan present value dari aliran kas di masa depan dibagi dengan initial cash investment. Jika konflik antara IRR dan NPV terjadi seperti yang telah dijelaskan di atas, maka NPV dijadikan sebagai indikator pengambilan keputusan. Namun apabila rasio capital dipertimbangkan, Biasanya perusahaan memiliki estimasi maksimum dari periode pengembalian ini. Apabila hasil perhitungan lebih cepat dari estimasi periode pengembalian, maka proyek diterima, dan begitu juga sebaliknya apabila perhitungan payback periodpayback periodpayback period lebih lama dari estimasi, maka proyek akan ditolak. lebih lama dari estimasi, maka proyek akan ditolak. Estimasi periode maksimum pengembalian tergantung dari karakter proyek itu sendiri, jika proyek lebih beresiko maka sebaiknya memiliki nilai

Period yang lebih cepat. Period yang lebih cepat. Period

Kelebihan metode Payback Period:

- Merupakan metode yang umum digunakan untuk mengevaluasi proposal investasi proyek.

- Teknik perhitungan yang sederhana dan mudah untuk diaplikasikan. Kekurangan dari metode Payback Period:

(13)

 

dalam hal ini perusahaan tidak memiliki dana yang cukup dari proyek untuk mendapatkan nilai positif NPV, maka PI menjadi indikator pengambilan keputusan yang baik untuk investasi.

Berikut merupakan rumusan metode Profitability Index (Shapiro, 2005):

PI =     ……….. 3.5 Dimana: -I0 = initial investment

WACC = Weighted Average Cost of Capital (biaya permodalan) NCFt = net cash flow periode ke-t

t = periode n = jumlah periode

Untuk nilai Profitability Index (PI) yang lebih dari 1, maka proyek dapat diterima. Karena PI > 1 mengindikasikan bahwa NPV > 0, begitu pula sebaliknya, jika PI < 1 maka akan mengindikasikan bahwa NPV < 0.

PI dan NPV terkadang menunjukkan konflik serupa seperti halnya IRR dan NPV. Misalnya pada proyek 1 menunjukkan nilai PI yang lebih besar, dan NPV yang lebih kecil dari proyek 2. Dan pada proyek 2 menunjukkan nilai PI yang lebih kecil, dan NPV yang lebih besar dari proyek 2. Dengan demikian proyek yang memiliki NPV positif lebih besar tetap menjadi pilihan dari keputusan investasi yang akan dibuat. Tujuan keuangan dari suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai pasar, NPV proyek menunjukkan kontribusinya terhadap nilai pasar perusahaan (Meric et.al, 2010).

3.2.3. Aliran Kas Proyek

Aliran kas proyek dikelompokkan menjadi tiga, yakni aliran kas awal, aliran kas periode operasi-produksi, dan aliran kas terminal. Apabila perusahaan tersebut menanamkan investasi baru mengikuti pedoman-pedoman berikut:

a) Prinsip Aliran Kas

Hal ini berarti biaya dan manfaat keuangan hendaknya dinyatakan dengan aliran kas. Manfaat adalah aliran kas masuk, sedangkan biaya adalah aliran kas keluar.

NCFt = net cash flow periode ke-t

t = periode n = jumlah periode

Untuk nilai Profitability Index (PI) yang lebih dari 1, maka proyek dapat diterima. Karena PI > 1 mengindikasikan bahwa NPV > 0, begitu pula sebaliknya, jika PI < 1 maka akan mengindikasikan bahwa NPV < 0.

PI dan NPV terkadang menunjukkan konflik serupa seperti halnya IRR dan NPV. Misalnya pada proyek 1 menunjukkan nilai PI yang lebih besar, dan NPV yang lebih kecil dari proyek 2. Dan pada proyek 2 menunjukkan nilai PI yang lebih kecil, dan NPV yang lebih besar dari proyek 2. Dengan demikian proyek yang memiliki NPV positif lebih besar tetap menjadi pilihan dari keputusan investasi yang akan dibuat. Tujuan keuangan dari suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai pasar, NPV proyek menunjukkan kontribusinya terhadap nilai pasar perusahaan (Meric et.al, 2010).

(14)

 

b) Aliran Kas Incremental

Dalam menganalisa investasi, aliran kas yang diperhatikan hanyalah aliran kas keluar, dan masuk yang berkaitan dengan proyek yang bersangkutan, yaitu yang bersifat incremental. Aliran kas tersebut tidak akan ada bila tidak ada proyek.

c) Aliran Kas Diperhitungkan setelah Pajak

Karena keuntungan yang diperoleh dengan adanya investasi diperhitungkan setelah kewajiban membayar pajak dipenuhi, maka analisa aliran kas usulan investasi juga harus dianalisa setelah pajak.

3.2.3.1. Aliran Kas Awal

Aliran kas awal adalah pengeluaran untuk merealisasi gagasan sampai menjadi kenyataan fisik, misalnya aliran kas langsung pengeluaran biaya membangun unit instalasi (produksi) baru sampai siap beroperasi yang terdiri dari biaya pra-konstruksi, pembelian material dan peralatan, konstruksi, start-up dan modal kerja awal.

3.2.3.2. Aliran Kas Periode Operasi

Pada periode ini jumlah pendapatan dari hasil penjualan produk telah melampaui pengeluaran biaya operasi dan produksi. Tingkat biaya operasi umumnya tidak tetap, tergantung dari jumlah produksi yang ditargetkan.

Dalam aliran kas operasi diperhitungkan aliran yang masuk dari penjualan Produk, sedangkan aliran keluar terdiri dari biaya produksi, pemeliharan, dan pajak. Perlu diperhatikan bahwa depresiasi dikurangkan dari angka sebelum pajak untuk mengurangi jumlah pendapatan kena pajak (tax deductible). Namun depresiasi ini akan ditambahkan kembali untuk menghitung jumlah total aliran kas periode operasi. Adapun rumusan dari aliran kas operasi/Operation Cashflow (OCF) adalah sebagai berikut (Ross et.al, 2008):

OCF= EBIT + Dp - T ………..……….. 3.6 Dimana:

OCF = Cashflow from Operation (Aliran Kas Operasi) EBIT = Earning Before Interest and Tax

Dp = Depresiasi (penyusutan)

3.2.3.1. Aliran Kas Awal

Aliran kas awal adalah pengeluaran untuk merealisasi gagasan sampai menjadi kenyataan fisik, misalnya aliran kas langsung pengeluaran biaya membangun unit instalasi (produksi) baru sampai siap beroperasi yang terdiri dari biaya pra-konstruksi, pembelian material dan peralatan, konstruksi, start-up modal kerja awal.

3.2.3.2. Aliran Kas Periode Operasi

Pada periode ini jumlah pendapatan dari hasil penjualan produk telah melampaui pengeluaran biaya operasi dan produksi. Tingkat biaya operasi umumnya tidak tetap, tergantung dari jumlah produksi yang ditargetkan.

Dalam aliran kas operasi diperhitungkan aliran yang masuk dari penjualan Produk, sedangkan aliran keluar terdiri dari biaya produksi, pemeliharan, dan pajak. Perlu diperhatikan bahwa depresiasi dikurangkan dari angka sebelum

(15)

 

T = Tax (Pajak)

3.2.3.3. Aliran Kas Terminal

Aliran kas terminal terdiri dari nilai sisa (salvage value) dari aset dan pengembalian (recovery) modal kerja. Bila terjadi penjualan barang sisa, harus pula diperhitungkan pajak penjualannya. Nilai sisa diperhitungakan sebagai aliran kas masuk pada akhir investasi jika masih ada.

3.2.4. Biaya Modal Proyek (Project Cost of Capital)

Biaya modal proyek (project cost of capital) adalah resiko atas return minimum proyek oleh shareholder dalam menempatkan investasi pada proyek tersebut. Nilai cost of capital proyek ini yang akan dipergunakan dalam mendiskontokan nilai aliran kas di masa depan untuk mendapatkan nilai NPV.

Modal untuk membiayai suatu proyek berasal dari dua sumber yakni yang berasal dari modal ekuitas (cost of equity) dan modal yang berasal dari pinjaman pihak ketiga, Bank ataupun Lembaga Keuangan (cost of debt).

Cost of capital merupakan rata-rata tertimbang dari masing-masing sumber pendanaan yang telah dikalikan dengan jumlah proporsinya atau diperhitungkan dengan menggunakan metode Weighted Average Cost of Capital (WACC). Secara umum perumusan dari WACC adalah sebagai berikut (Ross et.al, 2008):

WACC =



 

 



+



 

 

   

………..……… 3.7 Dimana:

WACC = Weighted Average Cost of Capital (biaya permodalan) D = besarnya pinjaman berbunga yang digunakan (Debt) E = modal sendiri (Equity)

RE = cost of equity

RD = cost of debt

T = tax (pajak)

Menurut Meric (2010), memperkirakan biaya modal perusahaan merupakan langkah penting pertama dalam proses penganggaran modal, tanpa analisa ini, itu tidak akan mungkin untuk menentukan apakah sistem baru akan minimum proyek oleh shareholdershareholdershareholder dalam menempatkan investasi pada proyek dalam menempatkan investasi pada proyek tersebut. Nilai cost of capital proyek ini yang akan dipergunakan dalam mendiskontokan nilai aliran kas di masa depan untuk mendapatkan nilai NPV.

Modal untuk membiayai suatu proyek berasal dari dua sumber yakni yang berasal dari modal ekuitas (cost of equity) dan modal yang berasal dari pinjaman pihak ketiga, Bank ataupun Lembaga Keuangan (cost of debt).

Cost of capital merupakan rata-rata tertimbang dari masing-masing sumber pendanaan yang telah dikalikan dengan jumlah proporsinya atau diperhitungkan dengan menggunakan metode Weighted Average Cost of Capital (WACC). Secara umum perumusan dari WACC adalah sebagai berikut (Ross et.al, 2008):

WACC =





 

+



(16)

 

menjadi investasi yang menguntungkan. Jadi, sangat penting bagi perusahaan untuk secara akurat menghitung WACC, sehingga proyek yang memberi nilai tambah diterima dan proyek tidak menguntungkan ditolak. Perusahaan-perusahaan harus menggunakan nilai target untuk menghitung WACC karena struktur modal mereka akan bergerak menuju target dalam jangka panjang (Chawla, 2014).

3.2.4.1. Biaya Modal Ekuitas (Cost of Equity)

Biaya modal ekuitas (Cost of Equity) adalah tingkat keuntungan perusahaan yang diinginkan oleh pemegang saham karena keikutsertaannya memiliki ekuitas. Perhitungan biaya modal ekuitas ini dapat menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM). Adapun perumusan dari metode CAPM ini adalah sebagai berikut (Ross et.al, 2008):

RE

= R

f

+

(R

m

– R

f

)

……….……….. 3.8

Dimana:

RE = cost of equity

Rf = risk free

= faktor yang menunjukkan sensitivitas saham perusahaan terhadap pasar modal

Rm = tingkat keuntungan pasar modal

Selisih tingkat keuntungan di pasar modal (Rm) dengan tingkat

keuntungan bebas resiko/risk free (Rf) disebut juga dengan market risk premium

(MRP). Pada saat ini sangat sulit untuk menghitung nilai risk premium dari pasar modal Indonesia, alasannya adalah data historikal pasar modal Indonesia masih belum cukup untuk penelitian, karena umurnya masih sangat muda, berbeda dengan pasar modal Amerika Serikat yang sudah memiliki data historikal yang cukup lama.

Market risk premium di Indonesia dapat dicari dengan menggunakan nilai market risk premium di pasar modal yang efisien seperti di Amerika Serikat ditambahkan dengan country risk dari negara dimana lokasi proyek itu berada (Damodaran, 2007).

memiliki ekuitas. Perhitungan biaya modal ekuitas ini dapat menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM). Adapun perumusan dari metode CAPM ini adalah sebagai berikut (Ross et.al, 2008):

RE

= R

fff

+

+

(R

mmm

– R

– R

fff

)

)

……….……….. 3.8

Dimana:

RE = cost of equity

Rf f f = risk free

= faktor yang menunjukkan sensitivitas saham perusahaan terhadap pasar modal

Rm = tingkat keuntungan pasar modal

Selisih tingkat keuntungan di pasar modal (Rm) dengan tingkat

keuntungan bebas resiko/risk free (Rf) disebut juga dengan market risk premium

(17)

 

Beta () merupakan nilai sensitifitas harga saham terhadap pergerakan nilai pasar modal secara umum. Apabila nilai  < 1 maka harga saham perusahaan kurang sensitif dibandingkan dengan pasar modal secara umum. Sebaliknya apabila nilai  > 1 maka saham perusahaan lebih sensitif terhadap pergerakan nilai pasar modal secara umum.

3.2.4.2. Biaya Modal Hutang (Cost of Debt)

Ketika investasi suatu proyek tidak menggunakan equity sepenuhnya, dikarenakan menginginkan risk sharing, maka perusahaan tersebut dapat menggunakan debt. Besarnya cost of debt dari perusahaan adalah senilai tingkat bunga pinjaman dari pihak ketiga, bank ataupun lembaga keuangan. Hal ini lazim dilakukan mengingat biasanya investasi dengan menggunakan modal hutang memiliki biaya modal yang lebih rendah dibandingkan jika harus menggunakan modal sendiri.

Biaya hutang adalah tingkat pengembalian yang diharapan investor atas hutang yang merupakan pengembalian yang dituntut oleh kreditor ketika meminjamkan uang kepada perusahaan. Jika perusahaan menggunakan obligasi sebagai sarana untuk memperoleh dana dari hutang jangka panjang, maka biaya hutang adalah sama dengan RD atau Yield To Maturity (YTM) yaitu tingkat

keuntungan yang dinikmati oleh pemegang atau pembeli obligasi. Biaya hutang dapat dicari dengan cara (Ross et.al, 2008):

Harga Obligasi (B) =        ..………..….. 3.9 Dimana: B = harga Obligasi

C = nilai Kupon yang dibayarkan di setiap periode RD = cost of debt (YTM)

F = nilai Face/nilai PAR (nilai nominal) Obligasi

Cost of debt yang digunakan memiliki besaran tingkat bunga premium yang dibebankan oleh kreditur atas risk free sebagai kompensasi atas debtholders. Cost of debt harus disesuaikan karena adanya pajak. Karena bunga itu bersifat tax deductible, cost of debt yang sesungguhnya adalah tingkat bunga setelah pajak. bunga pinjaman dari pihak ketiga, bank ataupun lembaga keuangan. Hal ini lazim dilakukan mengingat biasanya investasi dengan menggunakan modal hutang memiliki biaya modal yang lebih rendah dibandingkan jika harus menggunakan modal sendiri.

Biaya hutang adalah tingkat pengembalian yang diharapan investor atas hutang yang merupakan pengembalian yang dituntut oleh kreditor ketika meminjamkan uang kepada perusahaan. Jika perusahaan menggunakan obligasi sebagai sarana untuk memperoleh dana dari hutang jangka panjang, maka biaya hutang adalah sama dengan RD atau Yield To Maturity (YTM) yaitu tingkat

keuntungan yang dinikmati oleh pemegang atau pembeli obligasi. Biaya hutang dapat dicari dengan cara (Ross et.al, 2008):

Harga Obligasi (B) = 



   

(18)

 

Secara umum rumusan cost of debt dapat dituliskan sebagai berikut (Ross et.al, 2008):

RD (1 – T) ……….…………...……… 3.10

Dimana:

RD = cost of debt

T = tax (pajak)

3.2.5. Biaya Penerbitan (Flotation Cost)

Jika suatu perusahaan menerima suaru proyek baru, ia akan diharuskan untuk mengeluarkan, atau float obligasi dan saham baru. Ini berarti bahwa perusahaan tersebut akan mengeluarkan beberapa biaya yang kita sebut flotation costs (biaya penerbitan). Biaya-biaya ini timbul sebagai konsekuensi dari keputusan untuk melaksanakan suatu proyek, mereka merupakan cash flow yang relevan, maka kita akan melibatkannya dalam analisa proyek (Ross, et.al, 2008).

Di awal, ketika kita memiliki biaya modal yang berbeda untuk utang dan ekuitas, kita menghitung Weighted Average Cost of Capital menggunakan target bobot struktur permodalan. Di sini kurang lebih kita akan melakukan hal yang sama. Kita dapat menghitung weighted average flotation cost (fc), dengan cara

mengalikan flotation cost ekuitas (fe) dengan persentase ekuitas (E/(D+E)) dan

flotation cost utang (fd) dengan persentase utang (D/(D+E)) dan kemudian

menjumlahkannya (Ross et.al, 2008).

f

c

=





 



+





 

………...……….. 3.11

Dimana:

fc = Weighted Average Flotation Cost

D = besarnya pinjaman berbunga yang digunakan (debt) E = modal sendiri (Equity)

fe = flotation cost of equity

fd = flotation cost of debt

Biaya-biaya penerbitan (flotation cost) dalam pendanaan proyek ini akan mempengaruhi nilai sebenarnya dari proyek, yang dapat kita rumuskan sebagai berikut:

untuk mengeluarkan, atau floatfloatfloat obligasi dan saham baru. Ini berarti bahwa obligasi dan saham baru. Ini berarti bahwa perusahaan tersebut akan mengeluarkan beberapa biaya yang kita sebut

costs (biaya penerbitan). Biaya-biaya ini timbul sebagai konsekuensi dari keputusan untuk melaksanakan suatu proyek, mereka merupakan cash flow relevan, maka kita akan melibatkannya dalam analisa proyek (Ross, et.al, 2008).

Di awal, ketika kita memiliki biaya modal yang berbeda untuk utang dan ekuitas, kita menghitung Weighted Average Cost of CapitalWeighted Average Cost of CapitalWeighted Average Cost of Capital menggunakan target menggunakan target bobot struktur permodalan. Di sini kurang lebih kita akan melakukan hal yang sama. Kita dapat menghitung weighted average flotation cost (f(f(f ), dengan cara cc

mengalikan flotation costflotation costflotation cost ekuitas (f ekuitas (f ekuitas (f ekuitas (f ) dengan persentase ekuitas (E/(D+E)) dan ee

flotation cost utang (f flotation cost utang (f

flotation cost utang (f utang (f ) dengan persentase utang (D/(D+E)) dan kemudian dd

menjumlahkannya (Ross et.al, 2008).

f

c

f

c

f =



 

 

 



+



 

 

 



………...……….. 3.11

(19)

 

Biaya proyek sesungguhnya = 

 ……….………..…. 3.12

3.2.6. Simulasi Monte Carlo

Manajemen risiko merupakan bagian yang penting dalam project management di beberapa tahun terakhir. Manajer proyek harus mengidentifikasi, menganalisa dan menilai kemungkinan/probabilitas dalam mitigasi sebuah proyek yang rumit. Peluang dapat ditemukan dalam proses analisa risiko karena mensyaratkan bahwa semua hasil yang mungkin dari situasi tertentu dieksplorasi (Morales, 2014). Sebuah isu sentral bagi manajer, bagaimanapun adalah bagaimana menghadapi ketidakpastian, yaitu fakta bahwa arus kas yang diharapkan hanyalah sebuah titik estimasi dari sejumlah besar kemungkinan realisasi (Clark et.al, 2010).

Salah satu metode yang digunakan oleh banyak manajer proyek dalam proses analisa risiko adalah simulasi Monte Carlo. Menurut Khindanova (2013), analisa skenario menghitung nilai output untuk satu set skenario (misalnya, optimis, kemungkinan besar, dan skenario pesimis), di mana masing-masing skenario merupakan kombinasi yang berbeda dari nilai-nilai input. Namun, analisa skenario terbatas dalam lingkup: pilihan perubahan variabel input dan skenario yang semaunya, tidak ada perkiraan skenario probabilitas, dan sulit untuk singkat meringkas output dari banyak skenario (Brealey, Myers, dan Allen, 2011; Spinney dan Watkins, 1996). Sebuah pendekatan simulasi Monte Carlo dapat memperhitungkan berbagai sumber ketidakpastian dan keterkaitan mereka.

Simulasi Monte Carlo menggunakan teknik statistik sampling untuk memperkirakan solusi dari masalah kuantitatif. Hal ini melibatkan ketidakpastian menggambarkan input dengan distribusi probabilitas, generasi berulang nilai acak dari distribusi input dan simulasi output. Dengan demikian, distribusi probabilitas output dihasilkan. Distribusi memfasilitasi penilaian investasi yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan titik estimasi tunggal dari output atau kumpulan hasil skenario (Khindanova, 2013). Dengan menggunakan distribusi probabilitas, realitas pendekatan simulasi Monte Carlo untuk menggambarkan ketidakpastian variabel dalam analisa risiko (Morales, 2014).

bagaimana menghadapi ketidakpastian, yaitu fakta bahwa arus kas yang diharapkan hanyalah sebuah titik estimasi dari sejumlah besar kemungkinan realisasi (Clark et.al, 2010).

Salah satu metode yang digunakan oleh banyak manajer proyek dalam proses analisa risiko adalah simulasi Monte Carlo. Menurut Khindanova (2013), analisa skenario menghitung nilai output untuk satu set skenario (misalnya, optimis, kemungkinan besar, dan skenario pesimis), di mana masing-masing skenario merupakan kombinasi yang berbeda dari nilai-nilai input. Namun, analisa skenario terbatas dalam lingkup: pilihan perubahan variabel input dan skenario yang semaunya, tidak ada perkiraan skenario probabilitas, dan sulit untuk singkat meringkas output dari banyak skenario (Brealey, Myers, dan Allen, 2011; Spinney dan Watkins, 1996). Sebuah pendekatan simulasi Monte Carlo dapat memperhitungkan berbagai sumber ketidakpastian dan keterkaitan mereka.

(20)

 

Simulasi Monte Carlo adalah teknik untuk menganalisa akibat ketidakpastian risiko, aplikasinya dalam bidang keuangan umumnya menggunakan komputer, yang khususnya pada Tesis ini penulis menggunakan Microsoft Excel 2007. Adapun tahapannya sebagai berikut:

a) Tentukan unsur acak yang mempengaruhi NPV, lalu estimasi probabilitas distribusi dari unsur tersebut.

b) Kumpulkan data statistik dari unsur random tersebut. Menurut Wolfram online, ketersediaan distribusi data statistik dapat dibagi menjadi tiga kategori antara lain:

 Jika data yang tersedia berjumlah 30 atau lebih, dapat menggunakan normal distribution dengan formula Microsoft Excel sebagai berikut:

=NORMINV(RAND(), harga rata-rata, Stdev)

 Jika data yang tersedia adalah harga maksimum, harga minimum dan harga rata-rata, namun jumlah data kurang dari 30. Maka dapat menggunakan triangular distribution dengan formula Microsoft Excel sebagai berikut:

=harga min + (harga max - harga min) x (RAND()+RAND())/2  Jika memiliki data terbatas hanya harga maksimum dan harga

minimum, maka menggunakan continuous uniform dengan rumus sebagai berikut:

=harga min+(harga max - harga min) x RAND()

c) Setelah menentukkan distribusi untuk setiap unsur acak, lalu program komputer akan mengacak setiap unsur dan menghasilkan NPV.

d) Proses ini diulang berulang kali hingga mendapatkan distibusi probabilitas yang baru.

e) Selanjutnya analisa deskriptif statistik dari hasil simulasi Monte Carlo yang akan ditampilkan dalam analisa Tesis ini adalah sebagai berikut:  Mean, merupakan nilai rata-rata dari populasi data.

Median, merupakan nilai tengah atau titik batas 50% populasi data.  Standard deviation (Stdev) atau simpangan baku menunjukan sebaran

statistik populasi data seberapa jauh disekitar rata-rata.

normal distribution dengan formula Microsoft Excel sebagai berikut: =NORMINV(RAND(), harga rata-rata, Stdev)

 Jika data yang tersedia adalah harga maksimum, harga minimum dan harga rata-rata, namun jumlah data kurang dari 30. Maka dapat menggunakan triangular distribution dengan formula Microsoft Excel sebagai berikut:

=harga min + (harga max - harga min) x (RAND()+RAND())/2  Jika memiliki data terbatas hanya harga maksimum dan harga

minimum, maka menggunakan continuous uniform dengan rumus sebagai berikut:

=harga min+(harga max - harga min) x RAND()

c) Setelah menentukkan distribusi untuk setiap unsur acak, lalu program komputer akan mengacak setiap unsur dan menghasilkan NPV.

(21)

 

 Pt (NPV<0), merupakan probabilitas atas hasil yang bernilai negatif dalam sebuah populasi data. Membuat histogram NPV yang terdiri dari frekuensi dan jumlah kumulatif.

f) Evaluasi risiko dan estimasi NPV.

3.3. Analisa Skenario

Teknik analisa lain untuk risiko proyek banyak digunakan dalam praktek adalah analisa skenario. Dalam teknik ini, kasus skenario NPV yang terbaik dan terburuk dibandingkan dengan NPV yang diharapkan proyek (Meric et.al, 2010).

Analisa skenario juga mengkombinasikan dua pengetahuan, yakni elemen apa yang sudah dimiliki serta diyakini, dan elemen yang mengandung unsur ketidakpastian. Analisa skenario menghitung nilai output untuk seperangkat skenario (misalnya optimistis, yang paling mungkin, dan skenario pesimistis), di mana masing-masing skenario merupakan kombinasi yang berbeda dari nilai-nilai input (Khindanova, 2013).

Proses-proses dalam mengembangkan skenario adalah sebagai berikut: 1) Memutuskan kemungkinan pengembangan di masa depan seiring dengan

trend perubahan yang terjadi apakah itu perubahan teknologi, demography, sumber daya dan rentang waktu.

2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang akan mempengaruhi masa depan. 3) Membangun skenario di masa depan berdasarkan kombinasi-kombinasi

yang berbeda dan akan menghasilkan output yang bervariasi juga.

4) Membuat perkiraan skenario yang lebih spesifik untuk menilai dampak dari alternatif masa depan.

3.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian analisa capital budgeting untuk mengevaluasi kelayakan investasi suatu proyek telah banyak dilakukan, namun masih menghasilkan kesimpulan dan cara yang beragam tergantung kepada proyek ataupun investasi yang dilakukan. Beberapa jurnal penelitian tentang capital budgeting pada studi kelayakan investasi sebagai acuan penelitian penulis terangkum sebagai berikut.

Analisa skenario juga mengkombinasikan dua pengetahuan, yakni elemen apa yang sudah dimiliki serta diyakini, dan elemen yang mengandung unsur ketidakpastian. Analisa skenario menghitung nilai output untuk seperangkat skenario (misalnya optimistis, yang paling mungkin, dan skenario pesimistis), di mana masing-masing skenario merupakan kombinasi yang berbeda dari nilai-nilai input (Khindanova, 2013).

Proses-proses dalam mengembangkan skenario adalah sebagai berikut: 1) Memutuskan kemungkinan pengembangan di masa depan seiring dengan

trend perubahan yang terjadi apakah itu perubahan teknologi, demography, sumber daya dan rentang waktu.

2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang akan mempengaruhi masa depan. 3) Membangun skenario di masa depan berdasarkan kombinasi-kombinasi

yang berbeda dan akan menghasilkan output yang bervariasi juga.

(22)

 

Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu Terkait Studi Kelayakan Investasi Peneliti Judul & Tema Metode Analisa Hasil Penelitian

Ilhan Meric, Et.al (2010) Jurnal Internasional Rider University New Jersey - US Judul: Variety Enterprises Corporation (VEC): Capital Budgeting Decision Tema: Analisa kelayakan investasi sistem produksi baru perusahaan VEC apakah layak secara finansial.

Menentukan biaya rata-rata tertimbang modal (WACC) untuk membiayai proyek tersebut.

Teknik payback period umum, payback period diskon, net present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan modified internal rate of return (MIRR).

Biaya WACC VEC = 9,37%

Didapatkan hasil IRR 21.17%, NPV $101.598,73 dan PP =2,75 tahun serta DPP = 3,24 tahun. Kasus ini menunjukkan bahwa proyek perusahaan VEC layak dilaksanakan.

Untuk analisa skenario untuk 3 kondisi dengan probalitas sesuai kasus, NPV ekspektasinya adalah $98.211,09, dan nilai resiko (coeficient variation) NPV tersebut = 3.61 Jorge Aníbal RM. (2014) Jurnal Internasional Universidad Nacional, Medellín, Colombia Judul: An Empirical Approach to Risk Assessment in An Investment Project: Case study “Financial Complex and Business Center at Technologico de Antioquia”

Tema: Risiko proyek investasi dengan menggunakan estimasi variabilitas laba bersih untuk setiap periode.

Risk Financial Assesment Techniques: NPV & IRR

Risk Analysis: Monte Carlo Simulation

Periode data: 2014

Dengan investasi $370.000, dapat menghasilkan rata-rata NPV $70.000.

Menggunakan simulasi Monte Carlo, dengan tingkat kepercayaan 44%, NPV proyek berada diantara 0 dan $51.680 untuk suatu periode evaluasi. Ada peluang 51% untuk nilai berada di bawah 0. Minimum nilai yang diperoleh dari simulasi adalah -$76,482, dan maksimum $79,875. Irina K. (2013) Jurnal Internasional University of Denver Colorado - US Judul: A Monte Carlo Model of a Wind Power Generation Investment Tema: Pemodelan ketidakpastian biaya dan tarif listrik dan simulasi NPV proyek pembangkit listrik tenaga angin

A Monte Carlo analysis of a wind power generation investment using EViews.

Periode data: 2013

Kerangka Simulasi Monte Carlo dapat memperhitungkan berbagai sumber ketidakpastian dan keterkaitan mereka.

Membandingkan ke titik estimasi tunggal dari NPV, distribusi probabilitas memungkinkan untuk menilai berbagai nilai yang mungkin dan untuk memperkirakan probabilitas dari tingkat NPV tertentu.

Sumber: Hasil rangkuman penulis (2015)

Sementara detail rangkuman penelitian-penelitian yang lain terkait Tesis ini dapat dilihat pada Lampiran 27 di halaman-halaman akhir Tesis ini.

Konsep penelitian yang penulis lakukan dalam Tesis ini, adalah penelitian tentang rencana pembangunan infrastruktur pengolahan limbah lumpur pada

tersebut = 3.61 Jorge Aníbal M. (2014) Jurnal Internasional Universidad Nacional, Medellín, Colombia Judul: An Empirical Approach to Risk Assessment in An Investment Project: Case study “Financial Complex and Business Center at Technologico de Antioquia”

Tema: Risiko proyek investasi dengan menggunakan estimasi variabilitas laba bersih untuk setiap periode.

Risk Financial Assesment Techniques: NPV & IRR

Risk Analysis: Monte Carlo Simulation

Periode data: 2014

Dengan investasi $370.000, dapat menghasilkan rata-rata NPV $70.000.

Menggunakan simulasi Monte Carlo, dengan tingkat kepercayaan 44%, NPV proyek berada diantara 0 dan $51.680 untuk suatu periode evaluasi. Ada peluang 51% untuk nilai berada di bawah 0. Minimum nilai yang diperoleh dari simulasi adalah -$76,482, dan maksimum $79,875. Irina K. (2013) Jurnal Internasional University of Denver Colorado - US Judul: A Monte Carlo Model of a Wind Power Generation Investment Tema: Pemodelan

A Monte Carlo analysis of a wind power generation investment using EViews.

Periode data: 2013

Kerangka Simulasi Monte Carlo dapat memperhitungkan berbagai sumber ketidakpastian dan keterkaitan mereka.

(23)

 

suatu instalasi pengolahan air minum dengan analisa capital budgeting menggunakan metode net present value (NPV), internal rate of return (IRR), payback period (PP) dan profitability index (PI), serta dilakukan analisa skenario terhadap berbagai kemungkinan kejadian yang mempengaruhi kelayakan proyek ini. Selanjutnya dilakukan analisa Simulasi Monte Carlo terhadap keekonomian proyek berdasarkan seperangkat skenario, yang detailnya dapat dilihat dalam sub bab Kerangka Pemikiran berikut.

3.5. Kerangka Pemikiran

Secara umum dan sederhana kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan pada halaman berikut:

Gambar 3.3. Kerangka Pemikiran Tesis Sumber: Hasil olahan penulis (2015)

Dalam penelitian Tesis ini, akan dibangun suatu model keuangan yang nantinya bisa digunakan sebagai dasar penentuan tarif produk (harga/pertahun) selama  Secara umum dan sederhana kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan pada halaman berikut:

(24)

 

waktu konsesi, sebagai dasar pihak investor untuk melakukan negosiasi dengan pihak pemilik proyek (PDAM).

Proyeksi harga/tahun sesuai Gambar 3.3. tersebut dipengaruhi oleh besar investasi awal (initial investment), pengaruh biaya penerbitan (flotation cost) dalam proses pendanaan proyek, lama waktu konsesi proyek (misal 15 tahun), target IRR (18 - 20 %), faktor makro (misalnya tingkat inflasi, perubahan nilai tukar rupiah) dan tarif pajak perusahaan. Dari besaran proyeksi harga yang didapat, akan dianalisa untuk lama waktu pengembalian (payback period) investasi. Analisa indeks probabilitas (probability index), IRR aktual proyek dan nilai sekarang bersih (NPV) dilakukan dengan menggunakan asumsi perhitungan diskon nilai biaya permodalan rata-rata tertimbang (WACC) perusahaan, serta dilakukan analisa skenario untuk mengetahui kondisi normal (base case), optimistis dan pesimistis dari kemungkinan proyek. Setelah itu dilakukan simulasi Monte Carlo untuk mengetahui probabilitas ketiga skenario kondisi-kondisi tersebut.

diskon nilai biaya permodalan rata-rata tertimbang (WACC) perusahaan, serta dilakukan analisa skenario untuk mengetahui kondisi normal (base case optimistis dan pesimistis dari kemungkinan proyek. Setelah itu dilakukan simulasi Monte Carlo untuk mengetahui probabilitas ketiga skenario kondisi-kondisi tersebut.

Gambar

Gambar 3.1. Pola BOT dengan Limited Recourse Structure
Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Capital Budgeting
Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu Terkait Studi Kelayakan Investasi
Gambar 3.3. Kerangka Pemikiran Tesis  Sumber:   Hasil olahan penulis (2015)

Referensi

Dokumen terkait

Akupresur signifikan dalam penurunan skor DASS dan GHQ, maka baik diterapkan bagi pasien HD (p&lt;0.001) (Rad et al., 2017) The effects of cool dialysate on pruritus

gaya-gaya yang dipakai adalah tegangan Shear τ untuk zat padat yang definisinya adalah besar dari gaya paralel di berbagai permukaan dibagi oleh daerah dari

Lebih dari tiga perempat keluarga nelayan pemilik memiliki praktik yang tinggi dalam penerapan sistem matrilineal, sedangkan pada nelayan buruh hanya kurang dari separuh yang

Peradangan, cedera, atau penyakit di ginjal atau di tempat lain di saluran kemih dapat menyebabkan sel darah merah bocor dari pembuluh darah ke dalam urin.. Sel darah

Pada dasarnya, masyarakat tidak setuju dengan adanya perusahaan HPH maupun perkebunan kayu karena keduanya, tanpa seizin masyarakat, mengklaim tanah milik masyarakat secara

Untuk menguji apakah robot sudah dapat berfungsi dengan benar, maka kita bisa membuat sebuah arena permainan seperti pada gambar berikut ini :. Jika semua rangkaian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan variasi penambahan sari buah sirsak pada kembang gula keras berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar gula reduksi,

Internet dapat memotong berbagai perantara (disintermediation) yang dapat menciptakan efisiensi bagi perusahaan, dan lebih dari itu Internet “memanjakan” pelanggan. Dengan