• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Dan Sekolah Perspektif Zakiah Daradjat Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Karakter Bagi Siswa Madrasah Ibtidaiyah - Electronic theses of IAIN Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Konsep Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Dan Sekolah Perspektif Zakiah Daradjat Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Karakter Bagi Siswa Madrasah Ibtidaiyah - Electronic theses of IAIN Ponorogo"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

1

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Institut Agama Islam NegeriPonorogo untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program SarjanaPendidikan

Oleh ULISSA’ADAH NIM : 210614057

Oleh ULISSA’ADAH NIM : 210614057

JURUSANPENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Ulissa’adah.2018. Konsep Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Sekolah Perspektif Zakiah Daradjat dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter bagi Siswa Madrasah Ibtidaiyah.Skripsi.Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing Ali Ba’ul Chusna, M.S.I.

Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam, Keluarga, Sekolah, Zakiah Daradjat, Pendidikan Karakter.

Pendidikan Islam yang

sesungguhnyatidakhanyamemperhatikansatusegisaja, sepertiakidah, ibadah, atauakhlaksaja, melainkanmencakupseluruhnya,

bahkanlebihluasdarisemuaitu. Dengan kata lain pendidikan Islam memilikiperhatian yang lebihluasdaritigahaltersebut,

karenabaikpendidikannasionalmaupunpendidikan Islam padaumumnyatidakhanyafokuspadasatuaspeksaja.

Melainkanmencakupsemuadimensimanusiasebagaimanaditentukanolehaj aran Islam. ZakiahDaradjatadalahseorangtokoh yang

seringdisebut-sebutdikalanganatasmaupundikalanganmahasiswasebagaitokohpendidik research).Teknikpengumpulan data menggunakantekniksurvey book. Sedangkanteknikanalisisdatanyamenggunakanteknikanalisisisi, dalamteknikanalisisisi, sumber-sumberdatanyameliputicatatan, buku, catatanharian, majalah, koran, film, dan lain sebagainya.

(6)

Selainitujugauntukmengetahuirelevansinyaterhadappendidikankarakterbag isiswaMadrasah Ibtidaiyah.

Berdasarkananalisis data ditemukanbahwa (1)

konseppendidikanIslamdalamkeluargaperspektifZakiahDaradjatadalahkel uargaharusselalumemberikankasihsayangterhadapanakdengancarameme nuhikebutuhannya,

danmemberikanpenjagaanatauperlindungansehinggaseoranganakdapattu mbuhberkembangdenganbaiktanpaadatekanandari orang

tuanyaselainitukeluargaharusmemberikanpendidikan yang baik agar anaktumbuhdanmempunyaikepribadianyang baikatauberakhlakmulia, kepribadianitumeliputiaspekkejasmanian, aspekkejiwaan,

aspekkerohanian yang luhur, (2)konseppendidikanIslam di

sekolahmenurutZakiahDaradjatadalahsekolahsebagaidasarbagipembinaa nsikappositif, jiwakeagamaanyang

kuatdanakhlakmuliapadaanakdanhaltersebutakanmempermudahperkemb angankarakter-karakterpositifanakdi masa yang akandatang, (3) Salah satutanggungjawab orang

tuadansekolahterhadapanakadalahpembinaankepribadiananak.

Dalampandangan Islam karakterberartiakhlak, danakhlakdalampandangan Islam ialahkepribadian. Dalampenelitianiniadabeberapakarakter yang relevandengankonseppendidikan agama Islam

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………….….………..………..i

HALAMAN JUDUL………...………ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……...………..iii

LEMBAR PENGESAHAN………....iv

MOTTO………...…v

PERSEMBAHAN………...vi

ABSTRAK……….…vii

KATA PENGANTAR………….…...………..viii

DAFTAR ISI………...………..….ix

PEDOMAN TRANSLITERASI………...xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. LatarBelakagMasalah………..….1

B. RumusanMasalah……….….6

C. TujuanPenelitian………...6

D. ManfaatPenelitian……….…7

E. TelaahHasilPenelitianTerdahulu……….…7

F. MetodePenelitian……….10

1. Pendekatan Dan JenisPenelitian………10

(8)

3. TeknikPengumpulan Data……….…11

4. TeknikAnalisis Data………..12

G. SistematikaPembahasan……….….13

BAB II:KAJIAN TEORI A. KonsepPendidikan Islam……….…15

1. PengertianPendidikan Islam………..15

2. TujuanPendidikan Islam………16

3. SumberIlmuPendidikan Isla……….………17

B. KonsepPendidikan Islam dalamKeluarga………..20

1. PengertianPendidikan Islam dalamKeluarga………...…20

2. FungsiPendidikan Islam dalamKeluarga……….…21

3. TujuanPendidikanIslam dalamKeluarga……….24

4. MetodeMengajarPendidikan Islam dalamKeluarga……26

C. KonsepPendidikan Islam dalamSekolah………...….27

1. PengertianPendidikan Islam di Sekolah………...27

2. TujuanDan FungsiPendidikan Islam di Sekolah………..29

3. MetodeMengajarPendidikan Islam di Sekolah………....31

(9)

1. PengertianPendidikanKarakter……….33

2. PengertianPendidikanKarakterPerspektif Islam………..34

3. Nilai-nilaiKarakter………....35

BAB III: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN

SEKOLAH PERSPEKTIF ZAKIAH DARADJAT

A. BiografiZakiahDaradjat………40

B. KonsepPendidikan Islam

dalamKeluargaPerspektifZakiahDaradjat……… ………....42

1. PengertianPendidikan Islam dalamKeluarga………...…42

2. Peran Orang TuaTerhadapAnak………...44

3. PembentukanKepribadiananakdalamKeluarga………..46

C. KonsepPendidikan Islam

dalamSekolahPerspektifZakiahDaradjat

1. PengertianPendidikan Islam di Sekolah…………..…….55

2. MateriPendidikan Islam di Sekolah………..58

3. TujuanPendidikan Islam di Sekolah………..59

4. MetodePengajaranPendidikan Islam di

Sekolah…….….62

BAB IV: RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

(10)

A. KarakterReligius……….72

B. KarakterJujur...………...73

C. KarakterBertanggungJawab…...………74

D. KarakterDisiplin………..75

E. KarakterMandiri………..76

F. KarakterSukaMenolong……….77

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan………..79

B. Saran...…80

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan utama untuk kemajuan manusia.

Islam memberikan perhatian khusus pada masalah pendidikan, Islam

mensyariatkan pendidikan tidak hanya menghasilkan

manusia-manusia yang cerdas akal tapi juga manusia-manusia yang berbudi luhur.1

Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan berdasarkan syariat

Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad

SAW. Islam berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia,

ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al-Qur’an dan

Hadis serta akal.2

Pendidikan Islam merupakan pengembangan pemikiran, penataan

perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan

dunia ini, serta bagaimana manusia mampu meraih tujuan hidup

sekaligus mengupayakan perwujudannya. Seluruh ide tersebut telah

tergambar secara utuh dalam sebuah konsep dasar yang kokoh. Islam

pun telah menawarkan perasaan yang mendorongnya pada perilaku

1Novan Andry,Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 5. 2Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandun: PT Remaja

(12)

normatif yang mengacu pada syariat Islam.3

Pendidikan Islam diharapkan menghasilkan manusia yang berguna

bagi dirinya dan masyarakat serta senang mengamalkan dan

mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan

dengan sesama.4

Pendidikan Islam menjangkau kehidupan manusia di dunia dan di

akhirat secara seimbang, dan memperhatikan manusia dalam semua

gerak kegiatannya, serta mengembangkan adanya daya hubungan

dengan orang lain. Pendidikan Islam berlanjut sepanjang hayat, mulai

dari manusia sebagai janin dalam kandungan ibunya, sampai kepada

berakhirnya hidup di dunia ini. Sehubungan dengan itu, kurikulum

pendidikan Islam diharapkan mampu menghasilkan manusia yang

memperoleh hak di dunia dan hak di akhirat.5

Pendidikan agama akan berhasil dengan baik jika dilaksanakan

secara integral, baik dari segi aspek ajarannya maupun dari segi

penyelenggaraannya oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Pendidikan agama yang dilaksanakan secara informal di rumah sangat

berperan, terutama dalam penanaman nilai-nilai ajaran agama dan

pembentukan sikap atau kepribadian. Hal ini disebabkan pendidikan

3Abdurahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, Dan

Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), 34.

4Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) 28-31. 5Zakiah Daradjat,Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, ( Jakarta: CV

(13)

agama di rumah pada dasarnya tidak mengenal batasan waktu.6

Para pakar pendidikan sepakat bahwa keluarga adalah intuisi

pendidikan yang pertama dan utama. Dalam keluarga, anak

mendapatkan stimulus, hambatan dan pengaruh dalam pertumbuhan

dan perkembangannya, baik perkembangan psikologi, jiwanya atau

pribadinya. Sebagai intuisi pendidikan pertama, anak pertama kali

mengenal lingkungan sosialnya didalam keluarga, mendapatkan

pengaruh secara fisik dan psikis untuk pertama kalinya dari anggota

keluarga. Sementara sebagai intuisi pendidikan yang utama, keluarga

memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak. Keluarga dapat berperan dalam meletakkan

dasar pendidikan agama dan sosial.7

Keberhasilan anak menjadi manusia yang manusiawi tergantung dari

seberapa banyak pengetahuan pendidikan dan ketekunan orang tua

membimbing mereka. Seberapa banyak keyakinan nilai-nilai agama

yang telah ditanamkan pada anak-anaknya. Oleh karena itu, setiap

orang tua harus memiliki pengetahuan yang cukup. Minimal untuk

dapat mendidik anak-anaknya agar menjadi manusia yang berakhlak

baik, berilmu, dan memiliki ketrampilan untuk dapat bertahan hidup.8

Pengajaran pendidikan agama Islam tidak harus dilaksanakan di

6Moh.Haitami Salim,Pendidikan Agama Dalam Keluarga, ( Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2013), 136.

7Ibid, 294.

(14)

tempat yang khusus, sehingga tempat pengajaran tidak lepas dari

kehidupan sehari-hari. Tempat peribadatan pun dapat berfungsi

sebagai tempat belajar. Tempat peribadatan merupakan cikal bakal

sekolah sebagaimana tersebar sekarang dan rasul-rasul Allah adalah

pendidik pertama umat manusia.9

Sekolah telah menjadi lembaga pendidikan dan media berbenah

diri dan membentuk nalar berpikir kuat. Di sekolah, anak belajar

menata dan membentuk karakter. Sekolah merupakan wahana yang

mencerdaskan dan memberikan perubahan kehidupan anak-anak didik.

Dengan kata lain, sekolah mampu memberikan warna baru bagi

kehidupan anak ke depannya, sebab di sekolah mereka dibimbing

untuk belajar berbicara baik, berpikir dengan baik, dan bertindak baik.

Dengan demikian, peran sekolah sangat besar dalam pendidikan

agama Islam.10

Pendidikan karakter bertujuan membangun kepribadian, watak, dan

budi pekerti yang luhur sebagai modal dasar dalam kehidupan di

tengah-tengah masyarakat, baik sebagai umat beragama, maupun

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika kita melihat muatan

pendidikan karakter yang demikian, pada dasarnya pendidikan karakter

itu adalah pendidikan akhlak terpuji, yaitu pendidikan yang

mengajarkan, membina, membimbing dan melatih agar peserta

(15)

didiknya memiliki karakter, sikap mental positif, dan berakhlak terpuji.

Jika demikian, sesungguhnya pendidikan karakter merupakan bagian

dari proses pendidikan agama yang menekankan pada pembinaan

mental spiritual dan perilaku. Pembinaan akhlak terpuji dalam

pendidikan agama, sebetulnya itulah pendidikan karakter.11

Dalam pandangan Islam, akhlak disamakan dengan karakter, dan

akhlak dalam pandangan Islam ialah kepribadian. Para Nabi diutus

Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia, agar manusia itu dapat

melaksanakan tugasnya di dunia. Karena akhlak adalah kepribadian,

maka paradigma pendidikannya sangat berbeda bila dibandingkan

dengan pendidikan bidang-bidang pengetahuan dan ketrampilan.

Pendekatannya adalah pendekatan untuk pendidikan kepribadian.12

Zakiah Daradjat adalah seorang tokoh yang sering disebut-sebut

dikalangan atas maupun dikalangan mahasiswa sebagai tokoh

pendidik yang sangat ternama. Pemikiran-pemikiran beliau dalam

pendidikan sangatlah penting dijadikan suatu refrensi bagi calon-calon

pendidik. Dalam karya-karyanya beliau banyak menulis tentang

persoalan-persoalanterkait dengan pendidikan agama.13

Salah satu karyanya adalah buku yang berjudul “Pendidikan Islam

dalam Keluarga dan Sekolah”. Buku tersebut membahas konsep

11Moh.Haitami Salim,Pendidikan Agama, 34.

12Abdul Majid,Pendidikan Karakter Perspektif Islam, ( Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013), iv-v.

13Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press,

(16)

pendidikan Islam, yang tidak hanya mencakup dari satu segi saja,

melainkan mencakup kehidupan manusisa seutuhnya. Pendidikan

Islam tidak hanya memperhatikan segi akidah, tidak hanya

memperhatikan segi ibadah, dan tidak hanya memperhatikan segi

akhlak saja, melainkan jauh lebih luas dari pada itu. Dengan kata lain

pendidikan Islam memiliki perhatian yang lebih luas dari tiga hal

tersebut.14

Pendidikan agama Islam dalam keluarga dan sekolah adalah

mendidik anak menjadi manusia yang patuh akan perintah Allah, yang

memiliki kepribadian baik, yang berjiwa sosial, peduli sesama, dan

memiliki moral dan kebiasan yang baik di masyarakat ataupun untuk

diri sendiri. Sedangkan pendidikan karakter itu sama dengan akhlak

dalam pandangan Islma, akhlak dalam pandangan Islam ialah

kepribadian. Dengan melihat latar belakang di atas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Konsep Pendidikan

Agama Islam Dalam Keluarga dan Sekolah Perspektif Zakiah Daradjat

dan Relevansinya Dengan Pendidikan Karakter Bagi Siswa Madrasah

Ibtidaiyah”.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat dan memperhatikan latar belakang masalah diatas

(17)

maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini ialah sebagai

berikut:

1. Bagaimana konsep pendidikan Islam dalam keluarga perspektif

Zakiah Daradjat?

2. Bagaimana konsep pendidikan Islam dalam sekolah perspektif

Zakiah Daradjat?

3. Bagaimana relevansi konsep pendidikan Islam dalam keluarga

dan sekolah perspektif Zakiah Daradjat terhadap pendidikan

karakter bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada di atas, tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam dalam keluarga

perspektif Zakiah Daradjat

2. Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam dalam sekolah

persepktif Zakiah Daradjat

3. Untuk mengetahui relevansi konsep Pendidikan Islam dalam

keluarga dan sekolah perspektif Zakiah Daradjat terhadap

pendidikan karakter bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah

(18)

Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini, yaitu meliputi sebagai

berikut:

1. Bagi Pendidik

Diharapkan bisa menambah khasanah keilmuan terutama

dalam konsep pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah

persepektif Zakiah Daradjat.

2. Bagi Penulis

Diharapkan sebagai wahana penambah wawasan kependidikan

terutama dalam bidang konsep pendidikan Islam dalam keluarga

dan sekolah persepektif Zakiah Daradjat.

E. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Di samping memanfaatkan teori yang relevan untuk menjelaskan

fenomena pada situasi, peneliti juga melakukan telaah hasil penelitian

terdahulu yang ada relevansinya dengan fokus penelitian, dan berikut

adalah beberapa judul skripsi yang memiliki judul relevan dari topik

yang akan peneliti ambil:

Pertama, skripsi Nur Ainiyah Universitas Negeri Semarang Jawa

Tengah 2013, dalam skripsi yang berjudul “Pembentukan Karakter

Melalui Pendidikan Agama Islam”. Skripsi ini membahas tentang peran

pendidikan agama Islam di sekolah dalam pembentukan karakter

peserta didik. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pilar

(19)

dengan baik jika dimulai dari tertanamnya jiwa keberagaman pada

anak, oleh karena itu materi PAI di sekolah menjadi salah satu

penunjang penididikan karakter. Melalui pembelajaran PAI siswa

diajarkan aqidah sebagai dasar keagamaan nya, diajarkan Al-Qur’an

dan Hadist sebagai pedoman hidupnya, diajarkan fiqih sebagai

rambu-rambu hukum dalam beribadah, mengajarkan sejarah Islam sebagai

sebuah keteladanan hidup, dan mengajarkan akhlak sebagai pedoman

perilaku manusia apakah kategori baik ataupun buruk. Oleh sebab itu,

tujuan utama dari pembelajaran PAI adalah pembentukan kepribadian

pada peserta didik.15

Kedua, skripsi Ririn Setyawati STAIN Ponorogo 2012, dalam skripsi

yang berjudul “Konsep Tujuan Dalam Pendidikan Islam Perspektif

KH.Hasyim Asy’ari dan KH.Ahmad Dahlan”. Adapun hasil penelitian dari

skripsi ini adalah bahwa tujuan pendidikan Islam menurut KH. Hasyim

Asy’ari adalah upaya memuliakan Tuhan dengan sibuk memuliakan

dengan segala potensi yang ada di Madrasah Ibtidaiyah yang di

milikinya. Sedangkan tujuan pendidikan Islam menurut KH. Ahmad

Dahlan adalah usaha membentuk manusia muslim yang berbudi

pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah

ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat.

Persamaan konsep tujuan pendidikan Islam dalam perspektif kedua

tokoh tersebut adalah sama-sama bercorak pembaharuan sosial

15Nur Ainiyah,Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam, skripsi,

(20)

sedangkan perbedaanya KH. Hasyim Asy’ari berpusat pada

pembaharuan sosial masyarakat pedesaan sedangkan KH. Ahmad

Dahlan berpusat pada pembaharuan sosial masyarakat perkotaan.16

Ketiga, Zulfatul Laili Al-Insaniyah STAIN Ponorogo 2014 dengan

judul“Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an surah ‘Abasa dan

Aplikasinya Dalam Pendidikan Kurikulum Pendidikan Islam”. Dalam

kajian ini menggunakan Metode konten analisis atau analisis isi

dengan jenis penelitianlibrary research.

Adapun hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam isi

kandungan surat ‘Abasahterbagi dalam lima bagian yaiti; (1) Teguran

terhadap Rasulullah SAW, (2) Al-Qur’an merupakan ajaran pemberian

dan peringatan dari Allah SWT, (3) Peringatan Allah mengenai hakikat

penciptaan manusia. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung

dalam surat ‘Abasa ada empat aspek, yaitu; (1) religius, (2) kedisiplinan,

(3) Kerja keras, dan (4) Bertanggung jawab.17

Ketiga telaah penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti akan membahas

tentang bagaimana konsep pendidikan agama Islam dalam keluarga

dan sekolah perspektif Zakiah Daradjat dan relevansinya dengan

pendidikan karakter bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah.

16Ririn Setyawati,Konsep Tujuan Dalam Pendidikan Islam Perspektif KH.Hasyim

Asy’ari dan KH.Ahmad Dahlan , Skripsi, STAIN Ponorogo 2012.

17Zulfatul Laili Al-Insaniyah, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an

(21)

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini termasuk penelitian kajian pustaka

(library research). Yang di maksud dengan kajian pustaka (library

research) adalah telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan

suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelahan kritis

dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah

pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara

mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka

yang kemudian disajikan dengan cara baru untuk keperluan baru.

Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlukan sebagai sumber

ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan

dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah ada,

sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan atau sebagai

dasar pemecahan masalah.18

2. Sumber Data

Dalam penelitian library research peneliti mengumpulkan data

primer dan skunder sebagai rujukan dalam penelitian

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah bahan atau rujukan utama dalam

mengadakan suatu penelitian. Adapun sumber data primer yang

18Tim Penyusun,Pedoman Penulisan Skripsi ( Ponorogo: Tarbiyah Dan Ilmu

(22)

penulis gunakan dalam penelitian ini adalah buku yang ditulis oleh

Zakiah Daradjat yang berjudul:

1) Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah

2) Pendidikan Agama Islam

3) Pendidikan Islam dalam Pembinaan Mental

4) Ilmu Jiwa Agama

5) Metodik Khusus Pengajaran Pendidikan Islam

b. Sumber Data Sekunder

Sedangkan sumber data sekunder yaitu berupa buku penunjang,

artikel, majalah, koran atau sejenisnya yang membahas tentang

pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah dan pendidikan

karakter bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah proses diperolehnya data dari

sumber data. Sumber data adalah subjek dari penelitian yang

dimaksud untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan.

Karena penelitian ini adalah jenis penelitian kajian pustaka

(library research), maka dalam pengumpulan data menggunakan

tekniksurvey book, yang langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. inventarisasi buku-buku yang berkaitan langsung dengan

materi penelitian,

(23)

dalam buku yang terpilih, yang berkaitan langsung dengan

materi penelitian

c. penguraian hasil bacaan ke dalam bentuk pembahasan yang

di susun dengan cara perbab sesuai dengan penelitian,

sehungga analisis materi dapat di simpulkan dengan

mudah.19

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, setelah dilakukan pengumpulan data maka

selanjutnya dilakukan analisis data untuk mendapatkan kesimpulan.

Teknik analisis data yang di lakukan peneliti adalah teknik analisis

isi.

Analisis isi adalah teknik dimana data deskriptif hanya

dianalisis menurut isinya. Analisis isi sangat berguna dalam

menambah pengetahuan penting mengenai suatu bidang studi atau

menghasilkan informasi yang berguna untuk mengevaluasi dan

memperbaiki praktik-praktik sosial atau pendidikan. Dalam analisis

isi, sumber-sumber datanya meliputi catatan, buku, catatan harian,

majalah, koran, film, dan lain sebagainya.20Ada tiga langkah

strategis penelitian analisis isi, yaitu sebagai berikut:

a. Menentukan permasalahan

19Beni Ahmad Saebani,Manajemen Penelitian, (Bandung: CV Pustaka Setia,

2013), 412.

20Jhon W. Best,Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,

(24)

Permasalahan merupakan titik tolak dari keseluruhan

penelitian, dalam menentukan permasalahan hendaknya peneliti

mengungkap terlebih dahulu konteks atau latar belakang

mengapa permasalahan itu muncul.

b. Menyusun kerangka

Sebelum mengumpulkan data, peneliti diharapkan telah mampu

merumuskan gejala atau permasalahan yang akan diteliti.21

c. Pencarian data

Dalam tahap ini peneliti mencari data pokok atau data

primer, yaitu berupa teks, buku, dokumen dan lainnya.

d. Pencarian pengetahuan kontekstual

Tahap ini dilakukan agar penelitian yang dilakukan tidak

berada di ruang hampa, tetapi terlihat kait-mengait dengan

faktor-faktor lain.22

G. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 bab. Isi selengkapnya sebagai

berikut:

Bab I berisi pendahuluan yang merupakan garis besar, arah tujuan, dan

alasan penelitian yang mendorong penulis melakukan penelitian. Bab

ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

21Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis Ke

Arah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), 193-194.

22Afifudin,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009),

(25)

manfaat penelitian, telaah hasil penelitian terdahulu, dan metodologi

penelitian yang terdiri dari pendekatan penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data, dan sistematika

pembahasan.

Bab II kajian teori, mendeskripsikan tentang pengertian dari

pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah, pengertian pendidikan

karakter serta menyebutkan nili-nilai karakter yang sesuai dengan

pendidikan agama Islam dalam keluarga dan sekolah.

Bab III membahas tentang konsep pendidikan agama Islam dalam

keluarga dan sekolah perspektif Zakiah Daradjat.

Bab IV membahas relevansi pendidikan agama Islam dalam

Keluarga dan Sekolah Perspektif Zakiah Daradjat dengan pendidikan

karakter bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah.

(26)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Agama dalam kehidupan sosial mempunyai fungsi sebagai

sosialisasi individu, yang berarti bahwa agama bagi seorang anak

akan mengantarkannya menjadi dewasa. Sebab untuk menjadi

dewasa seseorang memerlukan semacam tuntunan umum untuk

mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat dan juga merupakan

tujuan pengembangan kepribadian,dan dalam ajaran Islam inilah

anak tersebut dibimbing pertumbuhan jasmani dan rohaninya,

dengan cara mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan

mengawasinya sesuai ajaran Islam.23

Pendidikan Islam merupakan pengembangan pikiran, penataan,

perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia

23Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: PT Raja

(27)

dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan

dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus

mengupayakan perwujudannya.Seluruh ide tersebut telah

tergambar secara utuh dalam sebuah konsep akidah yang wajib

diimani agar dalam diri manusia tertanam perasaan yang

mendorongnya pada perilaku normatif yang mengacu kepada

syariat Islam.Perilaku yang dimaksud adalah penghambaan

manusia berdasarkan pemahaman atas tujuan penciptaan manusia

itu sendiri, baik dilakukan secara individual maupun kolektif.24

Pendidikan agama Islam merupakan bimbingan secara sadar

dan terus menerus dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan

kemampuan dasar dan kemampuan ajarannya baik secara

individual maupun secara kelompok, sehingga manusia mampu

memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam secara

menyeluruh yang meliputi akhidah, syariah, dan akhlak.25

2. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah semata-mata untuk

memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi penghayatan,

24Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Dan

Sekolah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), 34.

25Bashori Muchsi,Pendidikan Islam Humanistik, ( Bandung: PT. Refika Aditama,

(28)

pengamalan serta pengaplikasiannya dalam kehidupan dan

sekaligus menjadi pegangan hidup.Secara umum pendidikan

agama Islam bertujuan untuk membentuk pribadi manusia menjadi

pribadi yang mencerminkan ajaran-ajaran Islam dalam bertakwa

kepada Allah.26

Pada hakikatnya tujuan pendidikan Islam terdapat tiga bagian,

yaitu sebagai berikut:

a. Terbentuknyainsan al-lkamil yang memiliki akhlak qurani.

b. Terciptanya insan yang kaffah dalam dimensi agama,

budaya, dan ilmu.

c. Penyadaran fungsi manusia sebagai hamba Allah.27

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiaonal,

pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Sejalan

dengan maksud tersebut, penyelenggaraan pendidikan agama

diarahkan kepada terbentuknya tiga wujud kondisi batiniah

keagamaan yang terkandung dalam pengertian keimanan,

ketakwaan dan budi pekerti luhur atau akhlak mulia. Kondisi

batiniah dan mentalitas keagamaan tersebut merupakan

pembentukan watak dan kepribadian anak. Dengan demikian,

26Akmal Hawi, Kompetensi Guru, 20.

27Heri Gunawan,Pendidikan Islam, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014),

(29)

pendidikan agama memegang peran yang sangat berarti dalam

pencapaian tujuan pendidikan nasional.28

3. Sumber Ilmu Pendidikan Islam

a. Al-Qur’an sebagai Sumber Utama

Sumber utama ilmu pendidikan Islam adalah Qur’an.

Al-Qur’an sebagai sumber dan dasar nilai serta norma dalam Islam.

Al-Qur’an merupakn petunjuk bagi semua aspek kehidupan,

tidak terkecuali sebagai sumber ilmu pendidikan Islam. Pada

dasarnya keseluruhan isi Al-Qur,an mengandung pesan-pesan

berikut:

1) masalah tauhid, termasuk di dalamnya segala

kepercayaan terhadap hal yang gaib,

2) masalah ibadah, yaitu kegiatan dan perbuatan yang

mewujudkan dan menghidupkan di dalam hati dan jiwa,

3) masalah janji dan ancaman, yaitu janji dengan balasan

baik bagi mereka yang berbuat baik dan ancaman atau

siksa bagi mereka yang berbuat jahat. Janji akan

memperoleh kebahagiaan dunia akhirat, dan ancaman

akan mendapat kesengsaraan di dunia dan akhirat, janji

dan ancaman itu berupa surga dan neraka,

4) jalan menuju kebahagiaan dunia akhirat, berupa

28Nurhayati Djamas,Dinamika Pendidikan Islam Di Indonesia Pasca

(30)

ketentuan dan aturan-aturan yang hendaknya dipenuhi

untuk mencapai keridaan Allah, riwayat dan cerita, yaitu

sejarah orang-orang terdahulu, baik sejarah

bangsa-bangsa, tokoh-tokoh maupun Nabi dan Rasul Allah.

Al-Qur.an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,

untuk disampaikan kepada umat manusia, sudah tentu memiliki

sekian banyak fungsi, baik bagi Nabi Muhammad SAW itu

sendiri maupun bagi kehidupan manusia secara keseluruhan.

Diantara fungsi Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1) bukti keseluruhan Muhammad dan kebenaran ajarannya,

2) petunjuk akhidah dan kepercayaan yang harus dianut

oleh manusia, yang tersimpul dalam keimanan akan

keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya

hari pembalasan,

3) petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan

menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang

harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara

individual dan kolektif,

4) petunjuk syariat dan hukum dengan jalan menerangkan

dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia

dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama

manusia.29

29Beni Ahmad Saebani,Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia,

(31)

b. As-Sunnah sebagai Sumber Kedua

Sebagai sumber kedua dari ilmu pendidikan Islam,

As-Sunnah mengajarkan unsur penting dalam dunia

pendidikanIslam, yaitu:

1) As-Sunnah sebagai sistem komunikasi objektif yang

mengalahkan sistem sejarah mana pun dalam

komunikasi massa,

2) sebagai sumber berita yang keyakinannya ditunjang oleh

riwayat yang dapat dipertanggung jawabkan,

3) sebagai eksistensi perilaku Nabi Muhammad SAW, yang

bukan hanya bersejarah, tetapi menetapkan pola perilaku

bagi umat Islam.

Dikatakan bahwa As-Sunnah sebagai wahyu kedua setelah Al

-Qur’an adalah karena beberapa alasan berikut:

1) Allah SWT menetapkan Nabi Muhammad SAW sebagai

Nabi dan Rasul terakhir,

2) Allah SWT menetapkan bahwa Rasulullah SAW

membawa risalah-risalah-Nya,

3) Allah SWT menetapkan bahwa Rasulullah SAW terbebas

dari kesalahan ketika berkaitan dengan keseluruhannya,

sehingga apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW

(32)

wahyu yang dikaruniakan oleh Allah SWT.30

B. Konsep Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga dapat dipahami dari dimensi hubungan darah dan

hubungan sosial.Jika dipahami dari hubungan darah, maka

keluarga merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan

darah antara satu dengan lainnya.Berdasarkan dimensi ini, keluarga

bisa dibedakan menjadi keluarga kecil dan keluarga

besar.Sementara dari dimensi hubungan sosial, keluarga

merupakan satu kesatuan yang diikat oleh adanya saling

berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu

dengan yang lainnya, walaupun di antara mereka tidak terdapat

hubungan darah.31

Sebagai intuisi pendidikan pertama, anak pertama kali mengenal

lingkungan sosialnya didalam keluarga, mendapatkan pengaruh

secara fisik dan psikis untuk pertama kalinya dari anggota

keluarga.Pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin

kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan berkembang secara

tepat.Keluarga dapat berperan dalam meletakkan dasar pendidikan

30Ibid, 80-90.

31Moh Haitami Salim,Pendidikan Agama Dalam Keluarga, ( Jogjakarta: AR-Ruzz,

(33)

agama dan sosial.32

2. Fungsi Pendidikan Islam dalam Keluarga

Orang tua dan keluarga adalah tumpuan harapan anak dalam

kehidupannya.Orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam

pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak. Kemampuan,

ketekunan dan ketelatenan orang tua dalam membina pribadi

anak-anak mereka dengan ajaran Islam, akan mewarnai pola tingkah laku

yang ditunjukkan anak-anak itu dalam kehidupannya, masyarakat

maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.33

Orang tua khususnya ayah sebagai pemimpin dalam keluarga

hendaknya menjalankan fungsinya dengan baik. Berikut beberapa

fungsi keluarga:

a. Fungsi Agama

Fungsi agama dilaksanakan melalui penanaman nilai-nilai

keyakinan iman dan takwa.Penanaman keimanan dan takwa

mengajarkan kepada anggota keluarga untuk selalu

32Ibid, 136.

(34)

menjalankan perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjahui

larangan-Nya.

b. Fungsi Biologis

Fungsi ini adalah pemenuhan kebutuhan agar

keberlangsungan hidupnya tetap terjaga termasuk secara

fisik.Maksudnya pemenuhan kebutuhan yang berhubungan

dengan jasmani manusia.Kebutuhan dasar manusia untuk

terpenuhinya kecukupan makanan, pakaian, tempat tinggal

dan kebutuhan biologis lainnya.

c. Fungsi Ekonomi

Fungsi ini berhubungan dengan bagaimana pengaturan

penghasilan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam

rumah tangga.

d. Fungsi Kasih Sayang

Fungsi ini menyatakan bagaimana setiap anggota keluarga

harus menyayangi satu sama lain. Suami hendaknya

mencurahkan kasih sayang kepada istrinya begitu pula

sebaliknya.Dan jika telah memiliki anak maka orang tua

hendaknya menunjukkan dan mencurahkan kasih sayang

(35)

e. Fungsi Perlindungan

Setiap anggota keluarga berhak mendapat perlindungan dari

anggota lainnya. Sebagai seorang kepala keluarga, seorang

ayah hendaknya melindungi istri dan anak-anaknya dari

ancaman yang akan merugikan dunia maupun akhirat.

f. Funsi Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting

untuk meningkatkan martabat manusia.Sebagai seorang

pemimpin dalam keluarga, seorang kepala keluarga

hendaknya member bimbingan dan pendidikan bagi setiap

anggota keluarganya, baik itu kepada istrinya maupun kepada

anaknya.34

Agar keluarga mampu menjalankan fungsinya dalam mendidik

anak secara Islami maka sebelum dibangun keluarga perlu

dipersiapkan syarat-syarat pendukungnya. Al-Qur’an

memberikan syarat yang bersifat psikilogis, seperti saling

mencintai, kedewasaan yang ditandai oleh batas usia tertentu

dan kecukupan bekal ilmu dan pengalaman untuk memikul

tanggung jawab yang didalam Al-Qur’an di sebutbaligh. Selain

34Helmawati, Pendidikan Keluarga,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014),

(36)

itu, kesamaan agama juga menjadi syarat

terpenting.Kemudian.Selain itu, fungsi keluarga dalam kajian

lingkungan pendidikan Islam ada dua, yaitu sebagai intuisi

sosial dan sebagai intuisi keagamaan.35

3. Tujuan Pendidikan Islam dalam Keluarga

Proses pendidikan dalam keluarga secara primer tidak

dilaksanakan secara pedagogis, melainkan hanya berupa pergaulan

dan hubungan yang disengaja atau tidak disengaja dan langsung

maupun tidak langsung antara orang tua dengan anak. Pengaruh itu

berdasarkan ikatan darah yang bersifat rohaniah, bahkan pengaruh

yang tidak disengaja tersebut lebih penting dan berperan

dibandingkan dengan pendidikan yang disengaja atau pendidikan

yang diselenggarakan menurut rencana tertentu.36

Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat

berperan dalam membentuk pola kepribadian anak. Di dalam

keluarga anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma.

Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan ketrampilan

dasar, agama dan kepercayaan, nilai-nilai moral, norma sosial dan

pandangan hidup yang diperlukan anak. Berikut ada beberapa

35Haitami Salim,Studi Ilmu Pendidikan Islam, (yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),

265-267.

36A.Fatah Yasin,Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, ( Malang: UIN-Malang Press,

(37)

tujuan dari pendidikan keluarga:

a. Memelihara keluarga dari api neraka, Allah berfirman dalam

QS. At-Tahrim (66): 6 “Hai orang-orang yang beriman

peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka”.Peliharalah dirimu disini tentulah ditujukan kepada

orang tua khususnya ayah sebagai pemimpin dalam

keluarga dan ibu serta anak-anak sebagai anggota keluarga.

b. Beribadah kepada Allah.

c. Membentuk Akhlak Mulia.

d. Membentuk anak agar kuat secara individu, sosial, dan

professional.

Keberhasilan anak menjadi manusia yang manusiawi tergantung

dari seberapa banyak pengetahuan pendidikan dan ketekutang

orang tua membimbing mereka.Seberapa banyak keyakinan

nilai-nilai agama yang telah ditanamkan pada anak-anaknya.Oleh karena

itu, setiap orang tua harus memiliki pengetahuan yang

cukup.Minimal untuk dapat mendidik anak-anaknya agar menjadi

manusia yang berakhlak baik, berilmu, dan memiliki ketrampilan

untuk dapat bertahan hidup.

Jika orang tua memiliki pengetahuan yang memadai untuk

(38)

bertakwa, berakhlak baik, mandiri dan bertanggung jawab. Namun

jika sebaliknya, maka orang tua sebagai pendidik akan gagal dalam

membentuk anak menjadi manusia yang berhasil. Anak akan

tumbuh menjadi manusia yang tidak berakhlak, mengandalkan

segala kebutuhan hidupnya pada orang tua, serta kurang

bertanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap

lingkungannya. Jelas bahwa tujuan hakiki pendidikan dalam

keluarga adalah agar setiap anggota mampu meraih kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat.37

4. Metode Mengajar Pendidikan Islam dalam Keluarga

Metode pendidikan Islam harus diterapkan sejak awal dalam

keluarga, dan pendidikan Islam yang paling intensif dan efisien

adalah pendidikan Islam yang menggunakan metode interaksional

dalam keluarga, sebagaimana pembelajaran yang dilakukan oleh

orang tua terhadap anaknya. Metode pendidikan Islam yang dapat

diterapkan dalam pendidikan agama Islam dalam keluarga adalah

sebagai berikut:

a. Metode Al-Mau’idhah, yakni metode pendidikan Islam yang

(39)

menerapkan nasihat-nasihat secara lisan maupun tulisan,

melalui berbagai perumpamaan, cerita dan sindiran,38

b. Metode pembiasaan, faktor ini perlu diterapkan pada anak

sejak usia dini. Contohnya membiasakan anak

mengucapkan salam ketika masuk rumah, membaca

bismillah setiap memulai suatu pekerjaan dan mengucap

alhamdulilah setelah menyelesaikan pekerjaan. Metode ini

sebaiknya dilaksanakan secara kontinu dan metode ini

dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan

buruk.

c. Metode disiplin, sejak usia dini anak harus dikenalkan

dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang

berguna bagi dirinya masing-masing agar berlangsung

tertib, efisien, dan efektif. Dengan kata lain setiap anak

harus hidup secara disiplin, dalam arti mau dan mampu

mematuhi atau mentaati ketentuan yang berlaku di

lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Contoh sikap disiplin yang harus diterapkan pada anak

salah satunya adalah membantu orang tua, sholat tepat

waktu dan lain sebagainya.39

C. Konsep Pendidikan Agama Islam dalam Sekolah

38Beni Ahmad Saebani,IlmuPendidikan, 261.

(40)

1. Pengertian dan Konsep Pendidikan Islam di Sekolah

Dalam perkembangannya, sekolah-sekolah baru dapat didirikan

seperti sekarang setelah melampaui periode yang cukup

panjang.Pengetahuan awal seorang anak bermula dari orang tua

dan masyarakat yang secara tidak langsung memberikan berbagai

pengetahuan dasar, walaupun tidak sistematis. Pengetahuan itu

diperoleh anak melalui berbagai cara, diantaranya melalui peniruan,

pengulangan, atau pembiasaan. Namun, peran agama tetap utama

dan istimewa karena bagaimana pun segala penyerapan

pengetahuan pada diri anak harus tetap berpedoman pada konsep

pendidikan yang bertujuan menghambakan diri kepada Allah dan

memiliki materi atau perilaku yang membawa manusia pada

penyerahan diri terhadap syariat Allah yang di turunkan kepada

Rasul-Nya serta dipelihara dan diamalkan oleh generasi

sesudahnya.

Pada zaman Rasulullah kegiatan belajar mengajar tidak di

khususkan kepada anak-anak namun orang dewasa pun turut serta

dalam proses pencarian ilmu, baik dari para rasul Allah maupun

pengikutnya. Pengajaran tidak harus mereka lakukan di tempat

yang khusus, sehingga tempat pengajaran tidak lepas dari

kehidupan sehari-hari. Tempat peribadatan pun dapat berfungsi

sebagai tempat belajar, tempat peribadatan merupakan cikal bakal

(41)

pendidik pertama umat manusia.40

Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah berdasarkan

beberapa landasan, yaitu:

a. Landasan Yuridis Formal

Landasan yang berkaitan dengan dasar dan undang-undang

yang berlaku pada suatu negara.

b. Landasan Psikologis

Landasan ini berhubungan dengan aspek kejiwaan

kehidupan bermasyarakat.

c. Landasan Religius

Landasan yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran

Islam pendidikan agama adalah perintah Allah SWT, dan

merupakan perwujudan beribadah kepada-Nya.41

Ruang lingkup materi dari kurikulum pendidikan agama Islam

meliputi Al-Qur’an, keimanan (akhidah), akhlak, fiqih, dan

bimbingan ibadah. Kemampuan dasar yang harus dimiliki

peserta didik dalam jenjang pendidikan dasar dalam pendidikan

agama Islam meliputi sebagai berikut:

a. Siswa mampu membaca tulis Al-Qur’an

b. Siswa mengetahui, memahami, dan meyakini unsur-unsur

keimanan, yaitu beriman kepada Allah dengan segala

sifat-Nya.

40Abdurrahman An Nahlawi,Pendidikan Islam, 146-147.

41Heri Gunawan,Kurikulum Dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

(42)

c. Siswa berbudi luhur dan berakhlak mulia, dan mampu

melaksanakan tuntutan akhlak mulia.

d. Siswa mengetahui dan memahami sejarah Nabi Muhammad

dan perkembangan agama Islam pada masa Nabi, para

sahabat, dan masa setelah itu.42

2. Tujuan Dan Fungsi Pendidikan Islam di Sekolah

Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian

pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang

agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus

berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan

bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan

yang lebih tinggi.43

Visi pendidikan agama Islam dalam sekolah adalah

terbentuknya sosok anak didik yang memilik karakter, watak, dan

kepribadian dengan landasan iman dan ketakwaan serta nilai-nilai

akhlak atau budi pekerti yang kukuh, yang tercermin dalam

keseluruhan sikap dan perilaku sehari-hari dan memberi corak bagi

pembentukan watak bangsa.44

Kegiatan pembelajaran pedidikan agama Islam di sekolah

42Nurhayati Djamas,Dinamika Pendidikan Islam, 137-140.

43Novan Ardy Wiyani,Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa,

(Yogyakarta: Penerbit Teras, 2012), 89.

44Abdul Majid,Belajar Dan Pembelajaran Agama Islam, ( Bandung: PT Remaja

(43)

diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,

penghayatan, dan pengalaman ajaran agama Islam dari peseta

didik, disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi,

juga sekaligus untuk membentuk keshalehan sosial. Pembelajaran

pendidikan agama Islam di sekolah diharapkan agar mampu

membentuk kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial.

Pendidikan agama Islam di sekolah diharapkan mampu

mewujudkan ukhuwah Islamiyah.45

Pendidikan agama Islam untuk sekolah juga memiliki fungsi,

antara lain adalah:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan

ketakwaan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya

kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan

dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah

berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam

diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar

keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang

secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat

45Muhaimin,Paradigma Pendidikan Islam,( Bandung: PT Rosda Karya, 2008),

(44)

mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama

Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan

peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan

pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari

lingkungan atau dari budaya lain yang dapat

membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju umat Islam sesungguhnya.

f. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang

memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat

tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat

dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.46

3. Metode Mengajar Pendidikan Islam di Sekolah

Suatu pembelajaran akan lebih efisien jika menggunakan

metode, dengan metode akan mempermudah guru dan peserta

didik dalam pembelajaran. Ada beberapa metode yang tepat jika

digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yakni:

a. Metode Ceramah

(45)

Metode ceramah adalah salah satu cara penyampaian

informasi melalui penuturan secara lisan oleh guru kepada

peserta didik.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab ialah suatu cara mengajar dimana

seorang guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan

pendidikan agama Islam dan seorang murid menjawab

pertanyaan tersebut, Contohnya:

Guru : siapa nama Nabi yang terakhir?

Murid : Nabi Muhammad SAW.

c. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana guru

mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan

sesuatu sedangkan murid memperhatikan. Contohnya, seorang

guru mendemonstrasikan tata cara berwudhu dengan benar dan

baik, dan para peserta didik memperhatikannya.

d. Metode Eksperimen

Yang dimaksud dengan metode ini adalah suatu cara

mengajar dengan menyuruh peserta didik melakukan sesuatu

percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati

oleh setiap peserta didik lain, sedangkan guru memperhatikan

(46)

Contohnya peserta didik melakukan praktik sholat.47

D. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter dapat dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku

yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam

lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Individu

yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat

keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari

keputusannya.

Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia,

lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma

agama, hukum, tata karma, adat istiadat, dan estetika.Karakter

adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik

dalam bersikap maupun dalam bertindak.48

Pendidikan karakter yang dirancang kementrian pendidikan

Nasional (KEMENDIKNAS) akan diterapkan pada semua jenjang

pendidikan, namun porsinya akan lebih besar diberikan pada

Sekolah Dasar. Pada jenjang SD, porsi nya mencapai 60%

dibanding dengan jenjang pendidikan lainnya. Hal ini agar lebih

mudah diajarkan dan melekat di jiwa anak hingga kelak ia dewasa.

Pendidikan karakter harus dimulai dari SD karena jika karakter tidak

47Ramayulis,Ilmu pendidikan, 195.

48Muchlas Samani,Konsep Dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT

(47)

terbentuk sejak dini maka akan susah untuk merubah karakter

seseorang. Pendidikan karakter tidak mendapatkan porsi yang

besar pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK) atau sejenisnya,

karena TK bukan merupakan sekolah tetapi Taman bermain.49

2. Pengertian Pendidikan Karakter Perspektif Islam

Dalam pandangan Islam, karakter disamakan dengan akhlak.Akhlak

dalam pandangan Islam ialah kepribadian.Para Nabi diutus Allah

untuk menyempurnakan akhlak manusia, agar manusia itu dapat

melaksanakan tugasnya di dunia.Karena akhlak adalah kepribadian,

maka paradigma pendidikannya sangat berbeda bila dibandingkan

dengan pendidikan bidang-bidang pengetahuan dan

ketrampilan.Pendekatannya adalah pendekatan untuk pendidikan

kepribadian.50

Nilai-nilai akhlak atau karakter yang dikembangkan di jenjang

pendidikan dasar, yaitu sebagai berikut:

a. Terbiasa berperilaku bersih, jujur dan kasih sayang, tidak

kikir, tidak malas, tidak bohong, serta terbiasa dengan etika

belajar, makan dan minum.

b. Berperilaku rendah hati, rajin, sederhana, dan tidak iri hati,

tidak pemarah, tidak ingkar janji, serta hormat kepada orang

49Sofan Amri,Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, ( Jakarta:

PT. Prestasi Pustakarya, 2011), 11.

50Abdul Majid,Pendidikan Karakter Perspektif Islam, ( Bandung: PT Remaja

(48)

tua, dan mempraktekkan etika mandi dan buang air.

c. Tekun, percaya diri dan tidak boros.

d. Terbiasa hidup disiplin, hemat, tidak lalai serta suka tolong

menolong.

e. Bertanggung jawab dan selalu menjalin silaturahmi.51

3. Nilai-nilai Karakter

a. Religius

Religius adalah nilai karakter dalam hubungannya dengan

Allah.Ia menunjukkan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan

seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai

ketuhanan dan ajaran agama.52

b. Jujur

Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya

dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri

sendiri maupun terhadap pihak lain.

Jujur merujuk pada suatu karakter moral yang mempunyai

sifat-sifat positif dan mulia seperti integritas, penuh kebenaran, dan

lurus sekaligus tiadanya kecurangan bohong, ataupun

mencuri.Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan

51Ibid, 169.

52Mohammad Mustari,Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, ( Jakarta: PT

(49)

kenyataan yang ada.53

c. Kreatif

Kata kreatif secara intrinsik mengandung sifat dinamis, orang

kreatif adalah orang yang tidak bisa diam, dalam arti selalu

berusaha mencari hal baru dari hal-hal yang telah ada. Oleh

karena itu, sifat kreatif sangat penting untuk kemajuan.

Kemajuan akan lebih mudah diwujudkan oleh orang yang selalu

merenung, berfikir, dan mencari hal-hal baru yang bermanfaat

bagi kehidupan.54

d. Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang

seharusnya dilakukan terhadap diri nya sendiri, masyarakat,

lingkungan, negara dan Allah.Tanggung jawab adalah

menyangkut kedirian kita, siapa kita, dan mengapa kita harus

berbuat ini dan itu, karena tanggung jawab berarti eksistensi

kita.55

e. Percaya Diri

Percaya diri adalah keyakinan bahwa orang mempunyai

kemampuan untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan

53Ibid, 1, 11-13

(50)

tertentu. Percaya diri juga merupakan keyakinan orang atas

kemampuannya untuk menghasilkan level-level pelaksanaan

yang memengaruhi kejadian-kejadian yang terjadi pada

kehidupan mereka. Percaya diri juga suatu keyakinan bahwa

orang mempunyai kemampuan untuk memutuskan jalannya

suatu tindakan yang dituntut untuk situasi-situasi yang di

hadapi.56

f. Mandiri

Dalam keluarga, kemandirian adalah sifat yang harus dibentuk

oleh orang tua dalam membangun kepribadian anak-anak

mereka.Anak yang mandiri adalah anak yang aktif, independen,

kreatif, kompeten, dan spontan.

Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah

tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Dengan demikian orang mandiri adalah orang yang mampu

berpikir dan berfungsi secara independen, tidak perlu bantuan

orang lain, tidak menolak resiko dan bisa memecahkan

masalahnya sendiri. Orang sepert itu akan percaya pada

keputusan sendiri, jarang membutuhkan orang lain untuk

meminta pendapat atau bimbingan orang lain. Orang yang andiri

dapat menguasai kehidupannya sendiri dan dapat menangani

apa saja dari kehidupan yang ia hadapi.57

(51)

g. Disiplin

Disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu

anak mampu menghadapi lingkungan.Disiplin tumbuh dari

kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan

keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh sesuatu,

dengan pembatasan atau peraturan yang di perlukan oleh

lingkungan terhadap dirinya.58

h. Kerja Keras

Penanaman nilai kerja keras ini bisa dianalogikan dengan

banyak hal.Dunia pertanian dapat dijadikan contoh mengenai

bagaimana pentingnya kerja keras. Proses menanam sebuah

tanaman merupakan proses panjang, mulai dari mencari dan

mematangkan lahan, mencari benih, melakukan penanaman,

penyiraman, dan pemupukan, hingga menjaga lahan dari

berbagai gangguan. Jika kita ingin mendapatkan buah yang baik,

proses tersebut harus dijalani dengan serius satu persatu. Pada

titik inilah akan terlihat perbedaan antara petani yang menjalani

proses dengan kerja keras dan yang tidak.

Kerja keras ini penting sekali di tengah budaya instan yang

semakin mewabah dalam berbagai bidang kehidupan. Harus

ditanamkan pemahaman dan kesabaran di kalangan generasi

(52)

muda bahwa tidak ada orang yang bisa mendapatkan apa yang

dicita-citakan tanpa kerja keras. Sebab, yang akan mengubah

kehidupan kita adalah kita sendiri.59

i. Suka Menolong

Suka menolong adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya

membantu orang lain. Menolong adalah kesediaan memberi

bantuan secara sadar, orang mulai memberikan bantuan dimulai

dari gerak hatinya. Kemudian bantuan itu diberikan dalam

bentuk apa saja yang memang diperlukan orang yang mau

ditolong, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, ide, ataupun

barang.

Dengan demikian, menolong itu bukan bersifat kontrak, ia

bersifat personal, dari orang ke orang, dari hati ke hati. Maka

akan cukup sulit mendapatkan pertolongan di suatu masyarakat

yang hubungan persoalan kurang solid atau terlalu renggang.60

59Ibid, 148-149.

(53)
(54)

54

PERSPEKTIF ZAKIAH DARADJAT

A. Biografi dan Karya-karya dari Zakiah Daradjat

1. Biografi Zakiah Daradjat

Zakiah Daradjat adalah seorang tokoh yang sering disebut-sebut

dikalangan atas maupun dikalangan mahasiswa sebagai tokoh

pendidik yang sangat ternama. Pemikiran-pemikiran beliau dalam

pendidikan sangatlah penting dijadikan suatu refrensi bagi

calon-calon pendidik. Dalam karya-karyanya beliau banyak menulis

tentang persoalan-persoalan terkait dengan pendidikan agama.

Zakiah Daradjat lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, tepatnya di

kota Maparak IV, Angkat Bungkittinggi, pada tanggal 6 November

1929, beliau lahir sebagai anak pertama dari sebelas

bersaudara.Pada saat ini, disamping dikenal sebagai konselor dan

psikolog, Zakiah Daradjat juga dikenal sebagai ahli pendidikan

Islam dan intelektual muslim yang banyak memperhatikan

problematika remaja muslim di Indonesia. Sebagai pendidik dan

ahli psikologi Islam, ia mempunyai sejumlah pemikiran dan ide

menyangkut masalah remaja di Indonesia, sehingga sebagian besar

(55)

Pendidikan formal Zakiah Daradjat diawali di Madrasah

Ibtidaiyah dan beliau juga belajar di Standard School Bukittinggi

yang akhirnya secara bersamaan lulus pada tahun 1942. Selesai

dari MI maupun Standard School Zakiah Daradjat melanjutkan studi

du Kulliyatul Mubalighit sekaligus merangkap di SMP Padang

Panjang, beliau lulus pada tahun 1947 dengan predikat yang

memuaskan, sebagai kelanjutannya Zakiah Daradjat memilih

SMA/B Bukittinggi dan lulus pada tahun 1951.

Setelah menyelesaikan SMA, beliau meninggalkan tanah

kelahirannya untuk melanjutkan studi pada Fakultas Tarbiyah

Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta, beliau

tidak puas studi di satu lembaga pendidikan sehingga semenjak di

PTAIN beliau juga kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam

Indonesia Yogyakarta. Akan tetapi pada tingkat tiga pada tahun

1955 Zakiah Daradjad harus memilih antara PTAIN atau FH UII

Yogyakarta. Akhirnya Fakultas Tarbiyah PTAIN menjadi pilihannya.

Pada tahun 1956 beliau mendapatkan beasiswa dari Depag untuk

melanjutkan studinya di Ein Shame, Cairo, Mesir.

Setelah menerima gelar Magister pada tahun 1959, kemudian

pada tanggal 23 Juli 1964 beliau meraih gelar Doktor. Zakiah

Daradjad di angkat menjadi Direktur Pendidikan Agama 1972-1977.

Tahun 1982-1992 beliau dipercaya menjadi Dekan Fakultas

(56)

1993-1998, beliau menjadi ketua umum penghimpun Wanita Alumni

Timur Tengah.

Zakiah Daradjat juga aktif memberikan bimbingan agama dan

berbagai pertemuan pada remaja dan orang tua, beliau juga

mendirikan Yayasan Pendidikan Islam Ruhama di Cireundeu,

Ciputat. Sementara dalam pengembangan ilmu beliau aktif

memberikan kuliah.

2. Karya-karya Zakiah Daradjat

Dalam karya-karyanya, beliau banyak menulis yang berkaitan

dengan pendidikan agama dan ilmu jiwa. Bahkan beliau mempunyai

perhatian khusus pada problematika remaja di Indonesia dan

bagaimana seharusnya remaja itu dibina dan dididik, berikut

beberapa karya-karya dari Zakiah Daradjat:

a. Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, diterbitkan di

Jakarta oleh CV Ruhama tahun 1996

b. Ilmu Pendidikan Islam, diterbitkan di Jakarta oleh PT Bumi

Aksara tahun 2008

c. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, diterbitkan di

Jakarta oleh PT Bumi Aksara tahun 2008.

d. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, di terbitkan di

Jakarta oleh PT Bulan Bintang pada tahun 1982.

(57)

tahun 2005.61

B. Konsep Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Perspektof

Zakiah Daradjat

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

Orang tua merupakan pendidikan utama dan pertama bagi

anak-anak, karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan.

Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam

kehidupan keluarga.

Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan

berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari

pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana

dan strukturnya memberikan kemungkinan akan membangun

situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya

pergaulan dan hubungan mempengaruhi secara timbal balik antara

orang tua dan anak.62

Dalam Islam penyematan rasa agama dimulai sejak pertemuan ibu

dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai

dengan doa kepada Allah. Selanjutnya memanjatkan doa dan

harapan kepada Allah, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi

anak yang saleh.

Begitu anak lahir, dibisikkan di telinganya kalimah adzan dan

iqamah, dengan harapan kata-kata thaiyibah itulah yang pertama

61Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press,

2007), 196-198.

(58)

kali terdengar oleh anak, kemudian ia akan berulang kali

mendengarnya setiap waktu shalat tiba. Kata-kata thaiyibah dan

kata-kata lainnya yang berbisikan jiwa agama, akan sering didengar

oleh anak melalui ibunya, waktu ia disusui, dimandikan, ditidurkan

dan diganti pakaian oleh ibunya. Ia mendengar kata-kata thaiyibah

ketika sedang memperoleh pemenuhan kebutuhan pokoknya.

Pengalaman yang seperti itu akan menumbuhkan rasa agama

dalam jiwa anak, dan akan tetap hidup dalam jiwanya. Jika ia

melihat ibu dan bapaknya shalat, ia pun akan menyerap apa yang

dilihatnya. Setelah anak dapat berjalan pada umur satu tahun atau

lebih, anak mulai meniru ibu atau bapaknya shalat, berdoa dan

mengucapkan kata-kata yang dapat ditirunya.

Agama bukan ibadah saja, agama mengatur seluruh segi

kehidupan. Semua penampilan orang tua dalam kehidupan

sehari-hari yang disaksikan dan dialami oleh anak bernafaskan agama.

Latihan dan pembiasaan tentang agama, perlu dilaksanakan sejak

anak kecil, dan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

jiwanya. Apabila anak tidak mendapatkan pendidikan, latihan dan

pembiasaan keagamaan waktu kecilnya, ia akan besar dengan

sikap tidak acuh terhadap agama.

Pada usia anak belum mencapai 12 tahun, sebaiknya dalam

memperkenalkan sifat-sifat Allah hendaklah didahulukan sifat-sifat

(59)

pengasih, pemurah, dan adil.63

2. Peran Orang Tua Terhadap Anak

Orang tua memegang peranan yang penting dan amat

berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak

lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia

meniru kebiasaan ibunya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya.

Peran ayah pada anaknya juga berperngaruh besar, di mata

anaknya ia seorang yang terpandai diantara orang-orang yang

dikenalnya. Cara ayah melakukan pekerjaan sehari-hari

berpengaruh pada cara melakukan pekerjaan anak.64

Orang tua hendaknya menjadi contoh yang baik dalam segala

aspek bagi kehidupan anaknya. Karena anak-anak, terutama anak

usia di bawah 6 tahun, belum dapat memahami mana yang baik

dan mana yang tidak baik, mana yang salah dan mana yang tidak

salah.65

Tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua

sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka:

a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang

sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan

merupakan dorongan alami untuk mempertahankan

63Zakiah Daradjat,Pendidikan Islam Dalam, 64-65. 64Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam, 35.

65Zakiah Daradjat,Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan

(60)

kelangsungan hidup anak.

b. Melindungi dan menjamin kesehatan, baik jasmani maupun

rohani, dari berbagai gangguan penyakit dan dari

penyeleweran kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai

dengan falsafat hidup dan agama yang dianutnya.

c. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak

memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan

kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat

dicapainya.

d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai

dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.66

3. Pembentukan Kepribadian Anak dalam Keluarga

Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban

mendidik. Secara umum mendidik ialah membantu anak dalam

perkembangan dari daya-dayanya dan didalam penetapan

nilai-nilai.67 Karena pertumbuhan kepribadian anak terjadi melalui

seluruh pengalaman yang diterimanya sejak dalam kandungan,

proses pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi beriman,

bertakwa dan berakhlak terpuji harus melalui pembinaan, yaitu

sebagai berikut:

a. Pembinaan Iman dan Tauhid

(61)

Dalam surat Luqman ayat 13, Luqman menggunakan kata

pencegahan dalam menasehati anaknya agar ia tidak

menyekutukan Allah.

Artinya: “(Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika memberi pelajaran kepadanya: “wahai anakku janganlah engkau menyekutukan Allah, karena syirik itu adalah kezaliman yang besar)”.68

Apabila kita pahami ayat tersebut secara sederhana,

pendidikan tauhid itu dilakukan dengan kata-kata, maka anak

Luqman ketika itu berumur setidaknya dua belas tahun. Sebab

kemampuan kecerdasan untuk dapat memahami hal yang

abstrak terjadi apabila perkembangan kecerdasannya telah

sampai ke tahap mampu memahami hal-hal diluar jangkauan

alat-alat inderanya, yaitu umur 12 tahun.

Syirik adalah suatu hal yang abstrak, tidak mudah dipahami

oleh anak yang perkembangan kecerdasannya belum sampai

pada kemampuan tersebut. Bila kita perhatikan lanjutan ayat

tersebut yang berbunyi “Syirik itu adalah kezaliman yang besar”,

maka untuk memahaminya diperlukan kemampuan mengambil

kesimpulan yang abstrak dari kenyataan yang diketahui.

(62)

Biasanya kemampuan demikian, tercapai pada umur kira-kira 14

tahun. Maka umur anak Luqman ketika itu setidaknya 14 tahun.

Pembentukan iman seharusnya mulai sejak dalam

kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadian. Berbagai

hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin

yang dalam kandungan, telah mendapat pengaruh dari keadaan

sikap dan emosi ibu yang mengandungnya. Hal tersebut tampak

dalam perawatan kejiwaan, di mana keadaan keluarga ketika

anak dalam kandungan mempunyai pengaruh terhadap

kesehatan mental janin dikemudian hari.

Oleh karena itu, pendidikan iman terhadap anak

sesungguhnya telah dimulai sejak persiapan wadah untuk

pembinaan anak, yaitu pembentukan keluarga. Setelah anak

lahir, pertumbuhan jasmani anak berjalan cepat, perkembangan

akidah, kecerdasan, akhlak, kejiwaan, rasa keindahan dan

kemasyarakatan anak berjalan serentak dan seimbang.

Pertumbuhan kecerdasan anak sampai umur 6 tahun masih

terkait pada alat inderanya. Maka dapat kita katakan bahwa

anak pada umur 0-6 tahun berpikir inderawi. Artinya anak belum

mampu memahami hal yang maknawi atau abstrak. Oleh karena

itu, pendidikan pembinaan iman dan takwa anak belum dapat

menggunakan kata-kata verbal, melainkan diperlukan contoh,

(63)

sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak yang

terjadi secara alamiah. Misalnya ibu dan bapak mereka sedang

shalat, berdoa dengan khusuk dan bergaul dengan sopan santun.

Adanya kecenderungan meniru dan unsur identifikasi dalam

jiwa anak akan membawanya kepada meniru orang tuanya,

bahkan anak berumur satu setengah tahun mungkin akan

ikut-ikutan shalat bersama orang tuanya, hanya sekedar meniru

gerakan mereka, mengucap kalimatthaiyibah, atau doa-doa dan

membaca surat-surat pendek dari Al-Qur’an.

Kebiasaan orang tua membaca basmalah dan hamdalah

ketika menolong anak makan dan minum, ganti pakaian, buang

air, dan sebagainya, akan mendorong anak untuk meniru lebih

banyak lagi, karena kata tersebut berkaitan erat dengan

pemenuhan kebutuhan anak waktu makan, minum dan buang

air.

Kemudian setelah anak masuk sekolah, mulai dari Taman

Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan, orang tua

harus tetap menunjukkan kepeduliannya terhadap

perkembangan keimanan dan amal ibadah anak. Kepedulian itu

dapat ditunjukkan dalam bentuk pertanyaan atau

memperhatikan sikap dan perilakunya.

b. Pembinaan Akhlak

Referensi

Dokumen terkait

Konseling kelompok diberikan karena adanya kesamaan masalah yang ingin dipecahkan yaitu mengenai masalah belajar yang dominan “Malas Belajar”, motivasi belajar siswa

Unit skala kecil harus menyesuaikan positioning produk mereka dengan strategi perencanaan industri besar dan menengah karena mereka secara langsung atau tidak langsung

Dari beberapa penelitian diatas menunjukkan perbedaan mendasar disetiap penelitian mengenai batas usia perkawinan, begitu juga dengan penelitian ini yang menitikberatkan

17. Berikut yang termasuk sumber daya alam hayati adalah. Hasil hutan dan hewan ternak d. Hewan ternak, nikel, tembaga 18. Minyak goreng dihasilkan oleh.. Yang bisa digunakan

Para Pihak, apabila terlibat dalam kerja sama secara sukarela yang mencakup penggunaan hasil mitigasi yang dapat ditransfer secara internasional menjadi capaian kontribusi

Dari gambar di atas terlihat model smart greenhouse pada ruangan greenhouse terdapat sensor DHT22 yang digunakan untuk mendeteksi suhu dan kelembapan pada ruangan

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran kinerja dari modul WiFi ESP8266 yang digunakan sebagai media untuk mengirimkan data secara wireless, sekaligus sebagai

Alat sistem monitoring suhu ruang server dengan menggunakan arduino sebagai pusat kendalinya, sensor LM35 sebagai sensor suhu, LCD sebagai penampilnya,