1
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Institut Agama Islam NegeriPonorogo untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program SarjanaPendidikan
Oleh ULISSA’ADAH NIM : 210614057
Oleh ULISSA’ADAH NIM : 210614057
JURUSANPENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
ABSTRAK
Ulissa’adah.2018. Konsep Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Sekolah Perspektif Zakiah Daradjat dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter bagi Siswa Madrasah Ibtidaiyah.Skripsi.Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing Ali Ba’ul Chusna, M.S.I.
Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam, Keluarga, Sekolah, Zakiah Daradjat, Pendidikan Karakter.
Pendidikan Islam yang
sesungguhnyatidakhanyamemperhatikansatusegisaja, sepertiakidah, ibadah, atauakhlaksaja, melainkanmencakupseluruhnya,
bahkanlebihluasdarisemuaitu. Dengan kata lain pendidikan Islam memilikiperhatian yang lebihluasdaritigahaltersebut,
karenabaikpendidikannasionalmaupunpendidikan Islam padaumumnyatidakhanyafokuspadasatuaspeksaja.
Melainkanmencakupsemuadimensimanusiasebagaimanaditentukanolehaj aran Islam. ZakiahDaradjatadalahseorangtokoh yang
seringdisebut-sebutdikalanganatasmaupundikalanganmahasiswasebagaitokohpendidik research).Teknikpengumpulan data menggunakantekniksurvey book. Sedangkanteknikanalisisdatanyamenggunakanteknikanalisisisi, dalamteknikanalisisisi, sumber-sumberdatanyameliputicatatan, buku, catatanharian, majalah, koran, film, dan lain sebagainya.
Selainitujugauntukmengetahuirelevansinyaterhadappendidikankarakterbag isiswaMadrasah Ibtidaiyah.
Berdasarkananalisis data ditemukanbahwa (1)
konseppendidikanIslamdalamkeluargaperspektifZakiahDaradjatadalahkel uargaharusselalumemberikankasihsayangterhadapanakdengancarameme nuhikebutuhannya,
danmemberikanpenjagaanatauperlindungansehinggaseoranganakdapattu mbuhberkembangdenganbaiktanpaadatekanandari orang
tuanyaselainitukeluargaharusmemberikanpendidikan yang baik agar anaktumbuhdanmempunyaikepribadianyang baikatauberakhlakmulia, kepribadianitumeliputiaspekkejasmanian, aspekkejiwaan,
aspekkerohanian yang luhur, (2)konseppendidikanIslam di
sekolahmenurutZakiahDaradjatadalahsekolahsebagaidasarbagipembinaa nsikappositif, jiwakeagamaanyang
kuatdanakhlakmuliapadaanakdanhaltersebutakanmempermudahperkemb angankarakter-karakterpositifanakdi masa yang akandatang, (3) Salah satutanggungjawab orang
tuadansekolahterhadapanakadalahpembinaankepribadiananak.
Dalampandangan Islam karakterberartiakhlak, danakhlakdalampandangan Islam ialahkepribadian. Dalampenelitianiniadabeberapakarakter yang relevandengankonseppendidikan agama Islam
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………….….………..………..i
HALAMAN JUDUL………...………ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……...………..iii
LEMBAR PENGESAHAN………....iv
MOTTO………...…v
PERSEMBAHAN………...vi
ABSTRAK……….…vii
KATA PENGANTAR………….…...………..viii
DAFTAR ISI………...………..….ix
PEDOMAN TRANSLITERASI………...xiii
BAB I: PENDAHULUAN A. LatarBelakagMasalah………..….1
B. RumusanMasalah……….….6
C. TujuanPenelitian………...6
D. ManfaatPenelitian……….…7
E. TelaahHasilPenelitianTerdahulu……….…7
F. MetodePenelitian……….10
1. Pendekatan Dan JenisPenelitian………10
3. TeknikPengumpulan Data……….…11
4. TeknikAnalisis Data………..12
G. SistematikaPembahasan……….….13
BAB II:KAJIAN TEORI A. KonsepPendidikan Islam……….…15
1. PengertianPendidikan Islam………..15
2. TujuanPendidikan Islam………16
3. SumberIlmuPendidikan Isla……….………17
B. KonsepPendidikan Islam dalamKeluarga………..20
1. PengertianPendidikan Islam dalamKeluarga………...…20
2. FungsiPendidikan Islam dalamKeluarga……….…21
3. TujuanPendidikanIslam dalamKeluarga……….24
4. MetodeMengajarPendidikan Islam dalamKeluarga……26
C. KonsepPendidikan Islam dalamSekolah………...….27
1. PengertianPendidikan Islam di Sekolah………...27
2. TujuanDan FungsiPendidikan Islam di Sekolah………..29
3. MetodeMengajarPendidikan Islam di Sekolah………....31
1. PengertianPendidikanKarakter……….33
2. PengertianPendidikanKarakterPerspektif Islam………..34
3. Nilai-nilaiKarakter………....35
BAB III: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN
SEKOLAH PERSPEKTIF ZAKIAH DARADJAT
A. BiografiZakiahDaradjat………40
B. KonsepPendidikan Islam
dalamKeluargaPerspektifZakiahDaradjat……… ………....42
1. PengertianPendidikan Islam dalamKeluarga………...…42
2. Peran Orang TuaTerhadapAnak………...44
3. PembentukanKepribadiananakdalamKeluarga………..46
C. KonsepPendidikan Islam
dalamSekolahPerspektifZakiahDaradjat
1. PengertianPendidikan Islam di Sekolah…………..…….55
2. MateriPendidikan Islam di Sekolah………..58
3. TujuanPendidikan Islam di Sekolah………..59
4. MetodePengajaranPendidikan Islam di
Sekolah…….….62
BAB IV: RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
A. KarakterReligius……….72
B. KarakterJujur...………...73
C. KarakterBertanggungJawab…...………74
D. KarakterDisiplin………..75
E. KarakterMandiri………..76
F. KarakterSukaMenolong……….77
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan………..79
B. Saran...…80
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan utama untuk kemajuan manusia.
Islam memberikan perhatian khusus pada masalah pendidikan, Islam
mensyariatkan pendidikan tidak hanya menghasilkan
manusia-manusia yang cerdas akal tapi juga manusia-manusia yang berbudi luhur.1
Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan berdasarkan syariat
Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW. Islam berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia,
ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadis serta akal.2
Pendidikan Islam merupakan pengembangan pemikiran, penataan
perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan
dunia ini, serta bagaimana manusia mampu meraih tujuan hidup
sekaligus mengupayakan perwujudannya. Seluruh ide tersebut telah
tergambar secara utuh dalam sebuah konsep dasar yang kokoh. Islam
pun telah menawarkan perasaan yang mendorongnya pada perilaku
1Novan Andry,Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 5. 2Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandun: PT Remaja
normatif yang mengacu pada syariat Islam.3
Pendidikan Islam diharapkan menghasilkan manusia yang berguna
bagi dirinya dan masyarakat serta senang mengamalkan dan
mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan
dengan sesama.4
Pendidikan Islam menjangkau kehidupan manusia di dunia dan di
akhirat secara seimbang, dan memperhatikan manusia dalam semua
gerak kegiatannya, serta mengembangkan adanya daya hubungan
dengan orang lain. Pendidikan Islam berlanjut sepanjang hayat, mulai
dari manusia sebagai janin dalam kandungan ibunya, sampai kepada
berakhirnya hidup di dunia ini. Sehubungan dengan itu, kurikulum
pendidikan Islam diharapkan mampu menghasilkan manusia yang
memperoleh hak di dunia dan hak di akhirat.5
Pendidikan agama akan berhasil dengan baik jika dilaksanakan
secara integral, baik dari segi aspek ajarannya maupun dari segi
penyelenggaraannya oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pendidikan agama yang dilaksanakan secara informal di rumah sangat
berperan, terutama dalam penanaman nilai-nilai ajaran agama dan
pembentukan sikap atau kepribadian. Hal ini disebabkan pendidikan
3Abdurahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, Dan
Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), 34.
4Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) 28-31. 5Zakiah Daradjat,Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, ( Jakarta: CV
agama di rumah pada dasarnya tidak mengenal batasan waktu.6
Para pakar pendidikan sepakat bahwa keluarga adalah intuisi
pendidikan yang pertama dan utama. Dalam keluarga, anak
mendapatkan stimulus, hambatan dan pengaruh dalam pertumbuhan
dan perkembangannya, baik perkembangan psikologi, jiwanya atau
pribadinya. Sebagai intuisi pendidikan pertama, anak pertama kali
mengenal lingkungan sosialnya didalam keluarga, mendapatkan
pengaruh secara fisik dan psikis untuk pertama kalinya dari anggota
keluarga. Sementara sebagai intuisi pendidikan yang utama, keluarga
memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Keluarga dapat berperan dalam meletakkan
dasar pendidikan agama dan sosial.7
Keberhasilan anak menjadi manusia yang manusiawi tergantung dari
seberapa banyak pengetahuan pendidikan dan ketekunan orang tua
membimbing mereka. Seberapa banyak keyakinan nilai-nilai agama
yang telah ditanamkan pada anak-anaknya. Oleh karena itu, setiap
orang tua harus memiliki pengetahuan yang cukup. Minimal untuk
dapat mendidik anak-anaknya agar menjadi manusia yang berakhlak
baik, berilmu, dan memiliki ketrampilan untuk dapat bertahan hidup.8
Pengajaran pendidikan agama Islam tidak harus dilaksanakan di
6Moh.Haitami Salim,Pendidikan Agama Dalam Keluarga, ( Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), 136.
7Ibid, 294.
tempat yang khusus, sehingga tempat pengajaran tidak lepas dari
kehidupan sehari-hari. Tempat peribadatan pun dapat berfungsi
sebagai tempat belajar. Tempat peribadatan merupakan cikal bakal
sekolah sebagaimana tersebar sekarang dan rasul-rasul Allah adalah
pendidik pertama umat manusia.9
Sekolah telah menjadi lembaga pendidikan dan media berbenah
diri dan membentuk nalar berpikir kuat. Di sekolah, anak belajar
menata dan membentuk karakter. Sekolah merupakan wahana yang
mencerdaskan dan memberikan perubahan kehidupan anak-anak didik.
Dengan kata lain, sekolah mampu memberikan warna baru bagi
kehidupan anak ke depannya, sebab di sekolah mereka dibimbing
untuk belajar berbicara baik, berpikir dengan baik, dan bertindak baik.
Dengan demikian, peran sekolah sangat besar dalam pendidikan
agama Islam.10
Pendidikan karakter bertujuan membangun kepribadian, watak, dan
budi pekerti yang luhur sebagai modal dasar dalam kehidupan di
tengah-tengah masyarakat, baik sebagai umat beragama, maupun
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika kita melihat muatan
pendidikan karakter yang demikian, pada dasarnya pendidikan karakter
itu adalah pendidikan akhlak terpuji, yaitu pendidikan yang
mengajarkan, membina, membimbing dan melatih agar peserta
didiknya memiliki karakter, sikap mental positif, dan berakhlak terpuji.
Jika demikian, sesungguhnya pendidikan karakter merupakan bagian
dari proses pendidikan agama yang menekankan pada pembinaan
mental spiritual dan perilaku. Pembinaan akhlak terpuji dalam
pendidikan agama, sebetulnya itulah pendidikan karakter.11
Dalam pandangan Islam, akhlak disamakan dengan karakter, dan
akhlak dalam pandangan Islam ialah kepribadian. Para Nabi diutus
Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia, agar manusia itu dapat
melaksanakan tugasnya di dunia. Karena akhlak adalah kepribadian,
maka paradigma pendidikannya sangat berbeda bila dibandingkan
dengan pendidikan bidang-bidang pengetahuan dan ketrampilan.
Pendekatannya adalah pendekatan untuk pendidikan kepribadian.12
Zakiah Daradjat adalah seorang tokoh yang sering disebut-sebut
dikalangan atas maupun dikalangan mahasiswa sebagai tokoh
pendidik yang sangat ternama. Pemikiran-pemikiran beliau dalam
pendidikan sangatlah penting dijadikan suatu refrensi bagi calon-calon
pendidik. Dalam karya-karyanya beliau banyak menulis tentang
persoalan-persoalanterkait dengan pendidikan agama.13
Salah satu karyanya adalah buku yang berjudul “Pendidikan Islam
dalam Keluarga dan Sekolah”. Buku tersebut membahas konsep
11Moh.Haitami Salim,Pendidikan Agama, 34.
12Abdul Majid,Pendidikan Karakter Perspektif Islam, ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), iv-v.
13Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press,
pendidikan Islam, yang tidak hanya mencakup dari satu segi saja,
melainkan mencakup kehidupan manusisa seutuhnya. Pendidikan
Islam tidak hanya memperhatikan segi akidah, tidak hanya
memperhatikan segi ibadah, dan tidak hanya memperhatikan segi
akhlak saja, melainkan jauh lebih luas dari pada itu. Dengan kata lain
pendidikan Islam memiliki perhatian yang lebih luas dari tiga hal
tersebut.14
Pendidikan agama Islam dalam keluarga dan sekolah adalah
mendidik anak menjadi manusia yang patuh akan perintah Allah, yang
memiliki kepribadian baik, yang berjiwa sosial, peduli sesama, dan
memiliki moral dan kebiasan yang baik di masyarakat ataupun untuk
diri sendiri. Sedangkan pendidikan karakter itu sama dengan akhlak
dalam pandangan Islma, akhlak dalam pandangan Islam ialah
kepribadian. Dengan melihat latar belakang di atas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Konsep Pendidikan
Agama Islam Dalam Keluarga dan Sekolah Perspektif Zakiah Daradjat
dan Relevansinya Dengan Pendidikan Karakter Bagi Siswa Madrasah
Ibtidaiyah”.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat dan memperhatikan latar belakang masalah diatas
maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini ialah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep pendidikan Islam dalam keluarga perspektif
Zakiah Daradjat?
2. Bagaimana konsep pendidikan Islam dalam sekolah perspektif
Zakiah Daradjat?
3. Bagaimana relevansi konsep pendidikan Islam dalam keluarga
dan sekolah perspektif Zakiah Daradjat terhadap pendidikan
karakter bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada di atas, tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam dalam keluarga
perspektif Zakiah Daradjat
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam dalam sekolah
persepktif Zakiah Daradjat
3. Untuk mengetahui relevansi konsep Pendidikan Islam dalam
keluarga dan sekolah perspektif Zakiah Daradjat terhadap
pendidikan karakter bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah
Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini, yaitu meliputi sebagai
berikut:
1. Bagi Pendidik
Diharapkan bisa menambah khasanah keilmuan terutama
dalam konsep pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah
persepektif Zakiah Daradjat.
2. Bagi Penulis
Diharapkan sebagai wahana penambah wawasan kependidikan
terutama dalam bidang konsep pendidikan Islam dalam keluarga
dan sekolah persepektif Zakiah Daradjat.
E. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Di samping memanfaatkan teori yang relevan untuk menjelaskan
fenomena pada situasi, peneliti juga melakukan telaah hasil penelitian
terdahulu yang ada relevansinya dengan fokus penelitian, dan berikut
adalah beberapa judul skripsi yang memiliki judul relevan dari topik
yang akan peneliti ambil:
Pertama, skripsi Nur Ainiyah Universitas Negeri Semarang Jawa
Tengah 2013, dalam skripsi yang berjudul “Pembentukan Karakter
Melalui Pendidikan Agama Islam”. Skripsi ini membahas tentang peran
pendidikan agama Islam di sekolah dalam pembentukan karakter
peserta didik. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pilar
dengan baik jika dimulai dari tertanamnya jiwa keberagaman pada
anak, oleh karena itu materi PAI di sekolah menjadi salah satu
penunjang penididikan karakter. Melalui pembelajaran PAI siswa
diajarkan aqidah sebagai dasar keagamaan nya, diajarkan Al-Qur’an
dan Hadist sebagai pedoman hidupnya, diajarkan fiqih sebagai
rambu-rambu hukum dalam beribadah, mengajarkan sejarah Islam sebagai
sebuah keteladanan hidup, dan mengajarkan akhlak sebagai pedoman
perilaku manusia apakah kategori baik ataupun buruk. Oleh sebab itu,
tujuan utama dari pembelajaran PAI adalah pembentukan kepribadian
pada peserta didik.15
Kedua, skripsi Ririn Setyawati STAIN Ponorogo 2012, dalam skripsi
yang berjudul “Konsep Tujuan Dalam Pendidikan Islam Perspektif
KH.Hasyim Asy’ari dan KH.Ahmad Dahlan”. Adapun hasil penelitian dari
skripsi ini adalah bahwa tujuan pendidikan Islam menurut KH. Hasyim
Asy’ari adalah upaya memuliakan Tuhan dengan sibuk memuliakan
dengan segala potensi yang ada di Madrasah Ibtidaiyah yang di
milikinya. Sedangkan tujuan pendidikan Islam menurut KH. Ahmad
Dahlan adalah usaha membentuk manusia muslim yang berbudi
pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah
ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat.
Persamaan konsep tujuan pendidikan Islam dalam perspektif kedua
tokoh tersebut adalah sama-sama bercorak pembaharuan sosial
15Nur Ainiyah,Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam, skripsi,
sedangkan perbedaanya KH. Hasyim Asy’ari berpusat pada
pembaharuan sosial masyarakat pedesaan sedangkan KH. Ahmad
Dahlan berpusat pada pembaharuan sosial masyarakat perkotaan.16
Ketiga, Zulfatul Laili Al-Insaniyah STAIN Ponorogo 2014 dengan
judul“Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an surah ‘Abasa dan
Aplikasinya Dalam Pendidikan Kurikulum Pendidikan Islam”. Dalam
kajian ini menggunakan Metode konten analisis atau analisis isi
dengan jenis penelitianlibrary research.
Adapun hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam isi
kandungan surat ‘Abasahterbagi dalam lima bagian yaiti; (1) Teguran
terhadap Rasulullah SAW, (2) Al-Qur’an merupakan ajaran pemberian
dan peringatan dari Allah SWT, (3) Peringatan Allah mengenai hakikat
penciptaan manusia. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung
dalam surat ‘Abasa ada empat aspek, yaitu; (1) religius, (2) kedisiplinan,
(3) Kerja keras, dan (4) Bertanggung jawab.17
Ketiga telaah penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti akan membahas
tentang bagaimana konsep pendidikan agama Islam dalam keluarga
dan sekolah perspektif Zakiah Daradjat dan relevansinya dengan
pendidikan karakter bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah.
16Ririn Setyawati,Konsep Tujuan Dalam Pendidikan Islam Perspektif KH.Hasyim
Asy’ari dan KH.Ahmad Dahlan , Skripsi, STAIN Ponorogo 2012.
17Zulfatul Laili Al-Insaniyah, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini termasuk penelitian kajian pustaka
(library research). Yang di maksud dengan kajian pustaka (library
research) adalah telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan
suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelahan kritis
dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah
pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara
mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka
yang kemudian disajikan dengan cara baru untuk keperluan baru.
Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlukan sebagai sumber
ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan
dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah ada,
sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan atau sebagai
dasar pemecahan masalah.18
2. Sumber Data
Dalam penelitian library research peneliti mengumpulkan data
primer dan skunder sebagai rujukan dalam penelitian
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah bahan atau rujukan utama dalam
mengadakan suatu penelitian. Adapun sumber data primer yang
18Tim Penyusun,Pedoman Penulisan Skripsi ( Ponorogo: Tarbiyah Dan Ilmu
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah buku yang ditulis oleh
Zakiah Daradjat yang berjudul:
1) Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah
2) Pendidikan Agama Islam
3) Pendidikan Islam dalam Pembinaan Mental
4) Ilmu Jiwa Agama
5) Metodik Khusus Pengajaran Pendidikan Islam
b. Sumber Data Sekunder
Sedangkan sumber data sekunder yaitu berupa buku penunjang,
artikel, majalah, koran atau sejenisnya yang membahas tentang
pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah dan pendidikan
karakter bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah proses diperolehnya data dari
sumber data. Sumber data adalah subjek dari penelitian yang
dimaksud untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan.
Karena penelitian ini adalah jenis penelitian kajian pustaka
(library research), maka dalam pengumpulan data menggunakan
tekniksurvey book, yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. inventarisasi buku-buku yang berkaitan langsung dengan
materi penelitian,
dalam buku yang terpilih, yang berkaitan langsung dengan
materi penelitian
c. penguraian hasil bacaan ke dalam bentuk pembahasan yang
di susun dengan cara perbab sesuai dengan penelitian,
sehungga analisis materi dapat di simpulkan dengan
mudah.19
4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, setelah dilakukan pengumpulan data maka
selanjutnya dilakukan analisis data untuk mendapatkan kesimpulan.
Teknik analisis data yang di lakukan peneliti adalah teknik analisis
isi.
Analisis isi adalah teknik dimana data deskriptif hanya
dianalisis menurut isinya. Analisis isi sangat berguna dalam
menambah pengetahuan penting mengenai suatu bidang studi atau
menghasilkan informasi yang berguna untuk mengevaluasi dan
memperbaiki praktik-praktik sosial atau pendidikan. Dalam analisis
isi, sumber-sumber datanya meliputi catatan, buku, catatan harian,
majalah, koran, film, dan lain sebagainya.20Ada tiga langkah
strategis penelitian analisis isi, yaitu sebagai berikut:
a. Menentukan permasalahan
19Beni Ahmad Saebani,Manajemen Penelitian, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2013), 412.
20Jhon W. Best,Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
Permasalahan merupakan titik tolak dari keseluruhan
penelitian, dalam menentukan permasalahan hendaknya peneliti
mengungkap terlebih dahulu konteks atau latar belakang
mengapa permasalahan itu muncul.
b. Menyusun kerangka
Sebelum mengumpulkan data, peneliti diharapkan telah mampu
merumuskan gejala atau permasalahan yang akan diteliti.21
c. Pencarian data
Dalam tahap ini peneliti mencari data pokok atau data
primer, yaitu berupa teks, buku, dokumen dan lainnya.
d. Pencarian pengetahuan kontekstual
Tahap ini dilakukan agar penelitian yang dilakukan tidak
berada di ruang hampa, tetapi terlihat kait-mengait dengan
faktor-faktor lain.22
G. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 bab. Isi selengkapnya sebagai
berikut:
Bab I berisi pendahuluan yang merupakan garis besar, arah tujuan, dan
alasan penelitian yang mendorong penulis melakukan penelitian. Bab
ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
21Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis Ke
Arah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), 193-194.
22Afifudin,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009),
manfaat penelitian, telaah hasil penelitian terdahulu, dan metodologi
penelitian yang terdiri dari pendekatan penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data, dan sistematika
pembahasan.
Bab II kajian teori, mendeskripsikan tentang pengertian dari
pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah, pengertian pendidikan
karakter serta menyebutkan nili-nilai karakter yang sesuai dengan
pendidikan agama Islam dalam keluarga dan sekolah.
Bab III membahas tentang konsep pendidikan agama Islam dalam
keluarga dan sekolah perspektif Zakiah Daradjat.
Bab IV membahas relevansi pendidikan agama Islam dalam
Keluarga dan Sekolah Perspektif Zakiah Daradjat dengan pendidikan
karakter bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Agama dalam kehidupan sosial mempunyai fungsi sebagai
sosialisasi individu, yang berarti bahwa agama bagi seorang anak
akan mengantarkannya menjadi dewasa. Sebab untuk menjadi
dewasa seseorang memerlukan semacam tuntunan umum untuk
mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat dan juga merupakan
tujuan pengembangan kepribadian,dan dalam ajaran Islam inilah
anak tersebut dibimbing pertumbuhan jasmani dan rohaninya,
dengan cara mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan
mengawasinya sesuai ajaran Islam.23
Pendidikan Islam merupakan pengembangan pikiran, penataan,
perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia
23Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: PT Raja
dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan
dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus
mengupayakan perwujudannya.Seluruh ide tersebut telah
tergambar secara utuh dalam sebuah konsep akidah yang wajib
diimani agar dalam diri manusia tertanam perasaan yang
mendorongnya pada perilaku normatif yang mengacu kepada
syariat Islam.Perilaku yang dimaksud adalah penghambaan
manusia berdasarkan pemahaman atas tujuan penciptaan manusia
itu sendiri, baik dilakukan secara individual maupun kolektif.24
Pendidikan agama Islam merupakan bimbingan secara sadar
dan terus menerus dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan
kemampuan dasar dan kemampuan ajarannya baik secara
individual maupun secara kelompok, sehingga manusia mampu
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam secara
menyeluruh yang meliputi akhidah, syariah, dan akhlak.25
2. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi penghayatan,
24Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Dan
Sekolah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), 34.
25Bashori Muchsi,Pendidikan Islam Humanistik, ( Bandung: PT. Refika Aditama,
pengamalan serta pengaplikasiannya dalam kehidupan dan
sekaligus menjadi pegangan hidup.Secara umum pendidikan
agama Islam bertujuan untuk membentuk pribadi manusia menjadi
pribadi yang mencerminkan ajaran-ajaran Islam dalam bertakwa
kepada Allah.26
Pada hakikatnya tujuan pendidikan Islam terdapat tiga bagian,
yaitu sebagai berikut:
a. Terbentuknyainsan al-lkamil yang memiliki akhlak qurani.
b. Terciptanya insan yang kaffah dalam dimensi agama,
budaya, dan ilmu.
c. Penyadaran fungsi manusia sebagai hamba Allah.27
Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiaonal,
pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Sejalan
dengan maksud tersebut, penyelenggaraan pendidikan agama
diarahkan kepada terbentuknya tiga wujud kondisi batiniah
keagamaan yang terkandung dalam pengertian keimanan,
ketakwaan dan budi pekerti luhur atau akhlak mulia. Kondisi
batiniah dan mentalitas keagamaan tersebut merupakan
pembentukan watak dan kepribadian anak. Dengan demikian,
26Akmal Hawi, Kompetensi Guru, 20.
27Heri Gunawan,Pendidikan Islam, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014),
pendidikan agama memegang peran yang sangat berarti dalam
pencapaian tujuan pendidikan nasional.28
3. Sumber Ilmu Pendidikan Islam
a. Al-Qur’an sebagai Sumber Utama
Sumber utama ilmu pendidikan Islam adalah Qur’an.
Al-Qur’an sebagai sumber dan dasar nilai serta norma dalam Islam.
Al-Qur’an merupakn petunjuk bagi semua aspek kehidupan,
tidak terkecuali sebagai sumber ilmu pendidikan Islam. Pada
dasarnya keseluruhan isi Al-Qur,an mengandung pesan-pesan
berikut:
1) masalah tauhid, termasuk di dalamnya segala
kepercayaan terhadap hal yang gaib,
2) masalah ibadah, yaitu kegiatan dan perbuatan yang
mewujudkan dan menghidupkan di dalam hati dan jiwa,
3) masalah janji dan ancaman, yaitu janji dengan balasan
baik bagi mereka yang berbuat baik dan ancaman atau
siksa bagi mereka yang berbuat jahat. Janji akan
memperoleh kebahagiaan dunia akhirat, dan ancaman
akan mendapat kesengsaraan di dunia dan akhirat, janji
dan ancaman itu berupa surga dan neraka,
4) jalan menuju kebahagiaan dunia akhirat, berupa
28Nurhayati Djamas,Dinamika Pendidikan Islam Di Indonesia Pasca
ketentuan dan aturan-aturan yang hendaknya dipenuhi
untuk mencapai keridaan Allah, riwayat dan cerita, yaitu
sejarah orang-orang terdahulu, baik sejarah
bangsa-bangsa, tokoh-tokoh maupun Nabi dan Rasul Allah.
Al-Qur.an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
untuk disampaikan kepada umat manusia, sudah tentu memiliki
sekian banyak fungsi, baik bagi Nabi Muhammad SAW itu
sendiri maupun bagi kehidupan manusia secara keseluruhan.
Diantara fungsi Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1) bukti keseluruhan Muhammad dan kebenaran ajarannya,
2) petunjuk akhidah dan kepercayaan yang harus dianut
oleh manusia, yang tersimpul dalam keimanan akan
keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya
hari pembalasan,
3) petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan
menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang
harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara
individual dan kolektif,
4) petunjuk syariat dan hukum dengan jalan menerangkan
dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama
manusia.29
29Beni Ahmad Saebani,Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia,
b. As-Sunnah sebagai Sumber Kedua
Sebagai sumber kedua dari ilmu pendidikan Islam,
As-Sunnah mengajarkan unsur penting dalam dunia
pendidikanIslam, yaitu:
1) As-Sunnah sebagai sistem komunikasi objektif yang
mengalahkan sistem sejarah mana pun dalam
komunikasi massa,
2) sebagai sumber berita yang keyakinannya ditunjang oleh
riwayat yang dapat dipertanggung jawabkan,
3) sebagai eksistensi perilaku Nabi Muhammad SAW, yang
bukan hanya bersejarah, tetapi menetapkan pola perilaku
bagi umat Islam.
Dikatakan bahwa As-Sunnah sebagai wahyu kedua setelah Al
-Qur’an adalah karena beberapa alasan berikut:
1) Allah SWT menetapkan Nabi Muhammad SAW sebagai
Nabi dan Rasul terakhir,
2) Allah SWT menetapkan bahwa Rasulullah SAW
membawa risalah-risalah-Nya,
3) Allah SWT menetapkan bahwa Rasulullah SAW terbebas
dari kesalahan ketika berkaitan dengan keseluruhannya,
sehingga apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW
wahyu yang dikaruniakan oleh Allah SWT.30
B. Konsep Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga dapat dipahami dari dimensi hubungan darah dan
hubungan sosial.Jika dipahami dari hubungan darah, maka
keluarga merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan
darah antara satu dengan lainnya.Berdasarkan dimensi ini, keluarga
bisa dibedakan menjadi keluarga kecil dan keluarga
besar.Sementara dari dimensi hubungan sosial, keluarga
merupakan satu kesatuan yang diikat oleh adanya saling
berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu
dengan yang lainnya, walaupun di antara mereka tidak terdapat
hubungan darah.31
Sebagai intuisi pendidikan pertama, anak pertama kali mengenal
lingkungan sosialnya didalam keluarga, mendapatkan pengaruh
secara fisik dan psikis untuk pertama kalinya dari anggota
keluarga.Pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin
kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan berkembang secara
tepat.Keluarga dapat berperan dalam meletakkan dasar pendidikan
30Ibid, 80-90.
31Moh Haitami Salim,Pendidikan Agama Dalam Keluarga, ( Jogjakarta: AR-Ruzz,
agama dan sosial.32
2. Fungsi Pendidikan Islam dalam Keluarga
Orang tua dan keluarga adalah tumpuan harapan anak dalam
kehidupannya.Orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam
pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak. Kemampuan,
ketekunan dan ketelatenan orang tua dalam membina pribadi
anak-anak mereka dengan ajaran Islam, akan mewarnai pola tingkah laku
yang ditunjukkan anak-anak itu dalam kehidupannya, masyarakat
maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.33
Orang tua khususnya ayah sebagai pemimpin dalam keluarga
hendaknya menjalankan fungsinya dengan baik. Berikut beberapa
fungsi keluarga:
a. Fungsi Agama
Fungsi agama dilaksanakan melalui penanaman nilai-nilai
keyakinan iman dan takwa.Penanaman keimanan dan takwa
mengajarkan kepada anggota keluarga untuk selalu
32Ibid, 136.
menjalankan perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjahui
larangan-Nya.
b. Fungsi Biologis
Fungsi ini adalah pemenuhan kebutuhan agar
keberlangsungan hidupnya tetap terjaga termasuk secara
fisik.Maksudnya pemenuhan kebutuhan yang berhubungan
dengan jasmani manusia.Kebutuhan dasar manusia untuk
terpenuhinya kecukupan makanan, pakaian, tempat tinggal
dan kebutuhan biologis lainnya.
c. Fungsi Ekonomi
Fungsi ini berhubungan dengan bagaimana pengaturan
penghasilan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam
rumah tangga.
d. Fungsi Kasih Sayang
Fungsi ini menyatakan bagaimana setiap anggota keluarga
harus menyayangi satu sama lain. Suami hendaknya
mencurahkan kasih sayang kepada istrinya begitu pula
sebaliknya.Dan jika telah memiliki anak maka orang tua
hendaknya menunjukkan dan mencurahkan kasih sayang
e. Fungsi Perlindungan
Setiap anggota keluarga berhak mendapat perlindungan dari
anggota lainnya. Sebagai seorang kepala keluarga, seorang
ayah hendaknya melindungi istri dan anak-anaknya dari
ancaman yang akan merugikan dunia maupun akhirat.
f. Funsi Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
untuk meningkatkan martabat manusia.Sebagai seorang
pemimpin dalam keluarga, seorang kepala keluarga
hendaknya member bimbingan dan pendidikan bagi setiap
anggota keluarganya, baik itu kepada istrinya maupun kepada
anaknya.34
Agar keluarga mampu menjalankan fungsinya dalam mendidik
anak secara Islami maka sebelum dibangun keluarga perlu
dipersiapkan syarat-syarat pendukungnya. Al-Qur’an
memberikan syarat yang bersifat psikilogis, seperti saling
mencintai, kedewasaan yang ditandai oleh batas usia tertentu
dan kecukupan bekal ilmu dan pengalaman untuk memikul
tanggung jawab yang didalam Al-Qur’an di sebutbaligh. Selain
34Helmawati, Pendidikan Keluarga,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014),
itu, kesamaan agama juga menjadi syarat
terpenting.Kemudian.Selain itu, fungsi keluarga dalam kajian
lingkungan pendidikan Islam ada dua, yaitu sebagai intuisi
sosial dan sebagai intuisi keagamaan.35
3. Tujuan Pendidikan Islam dalam Keluarga
Proses pendidikan dalam keluarga secara primer tidak
dilaksanakan secara pedagogis, melainkan hanya berupa pergaulan
dan hubungan yang disengaja atau tidak disengaja dan langsung
maupun tidak langsung antara orang tua dengan anak. Pengaruh itu
berdasarkan ikatan darah yang bersifat rohaniah, bahkan pengaruh
yang tidak disengaja tersebut lebih penting dan berperan
dibandingkan dengan pendidikan yang disengaja atau pendidikan
yang diselenggarakan menurut rencana tertentu.36
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat
berperan dalam membentuk pola kepribadian anak. Di dalam
keluarga anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma.
Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan ketrampilan
dasar, agama dan kepercayaan, nilai-nilai moral, norma sosial dan
pandangan hidup yang diperlukan anak. Berikut ada beberapa
35Haitami Salim,Studi Ilmu Pendidikan Islam, (yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),
265-267.
36A.Fatah Yasin,Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, ( Malang: UIN-Malang Press,
tujuan dari pendidikan keluarga:
a. Memelihara keluarga dari api neraka, Allah berfirman dalam
QS. At-Tahrim (66): 6 “Hai orang-orang yang beriman
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka”.Peliharalah dirimu disini tentulah ditujukan kepada
orang tua khususnya ayah sebagai pemimpin dalam
keluarga dan ibu serta anak-anak sebagai anggota keluarga.
b. Beribadah kepada Allah.
c. Membentuk Akhlak Mulia.
d. Membentuk anak agar kuat secara individu, sosial, dan
professional.
Keberhasilan anak menjadi manusia yang manusiawi tergantung
dari seberapa banyak pengetahuan pendidikan dan ketekutang
orang tua membimbing mereka.Seberapa banyak keyakinan
nilai-nilai agama yang telah ditanamkan pada anak-anaknya.Oleh karena
itu, setiap orang tua harus memiliki pengetahuan yang
cukup.Minimal untuk dapat mendidik anak-anaknya agar menjadi
manusia yang berakhlak baik, berilmu, dan memiliki ketrampilan
untuk dapat bertahan hidup.
Jika orang tua memiliki pengetahuan yang memadai untuk
bertakwa, berakhlak baik, mandiri dan bertanggung jawab. Namun
jika sebaliknya, maka orang tua sebagai pendidik akan gagal dalam
membentuk anak menjadi manusia yang berhasil. Anak akan
tumbuh menjadi manusia yang tidak berakhlak, mengandalkan
segala kebutuhan hidupnya pada orang tua, serta kurang
bertanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
lingkungannya. Jelas bahwa tujuan hakiki pendidikan dalam
keluarga adalah agar setiap anggota mampu meraih kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.37
4. Metode Mengajar Pendidikan Islam dalam Keluarga
Metode pendidikan Islam harus diterapkan sejak awal dalam
keluarga, dan pendidikan Islam yang paling intensif dan efisien
adalah pendidikan Islam yang menggunakan metode interaksional
dalam keluarga, sebagaimana pembelajaran yang dilakukan oleh
orang tua terhadap anaknya. Metode pendidikan Islam yang dapat
diterapkan dalam pendidikan agama Islam dalam keluarga adalah
sebagai berikut:
a. Metode Al-Mau’idhah, yakni metode pendidikan Islam yang
menerapkan nasihat-nasihat secara lisan maupun tulisan,
melalui berbagai perumpamaan, cerita dan sindiran,38
b. Metode pembiasaan, faktor ini perlu diterapkan pada anak
sejak usia dini. Contohnya membiasakan anak
mengucapkan salam ketika masuk rumah, membaca
bismillah setiap memulai suatu pekerjaan dan mengucap
alhamdulilah setelah menyelesaikan pekerjaan. Metode ini
sebaiknya dilaksanakan secara kontinu dan metode ini
dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan
buruk.
c. Metode disiplin, sejak usia dini anak harus dikenalkan
dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang
berguna bagi dirinya masing-masing agar berlangsung
tertib, efisien, dan efektif. Dengan kata lain setiap anak
harus hidup secara disiplin, dalam arti mau dan mampu
mematuhi atau mentaati ketentuan yang berlaku di
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Contoh sikap disiplin yang harus diterapkan pada anak
salah satunya adalah membantu orang tua, sholat tepat
waktu dan lain sebagainya.39
C. Konsep Pendidikan Agama Islam dalam Sekolah
38Beni Ahmad Saebani,IlmuPendidikan, 261.
1. Pengertian dan Konsep Pendidikan Islam di Sekolah
Dalam perkembangannya, sekolah-sekolah baru dapat didirikan
seperti sekarang setelah melampaui periode yang cukup
panjang.Pengetahuan awal seorang anak bermula dari orang tua
dan masyarakat yang secara tidak langsung memberikan berbagai
pengetahuan dasar, walaupun tidak sistematis. Pengetahuan itu
diperoleh anak melalui berbagai cara, diantaranya melalui peniruan,
pengulangan, atau pembiasaan. Namun, peran agama tetap utama
dan istimewa karena bagaimana pun segala penyerapan
pengetahuan pada diri anak harus tetap berpedoman pada konsep
pendidikan yang bertujuan menghambakan diri kepada Allah dan
memiliki materi atau perilaku yang membawa manusia pada
penyerahan diri terhadap syariat Allah yang di turunkan kepada
Rasul-Nya serta dipelihara dan diamalkan oleh generasi
sesudahnya.
Pada zaman Rasulullah kegiatan belajar mengajar tidak di
khususkan kepada anak-anak namun orang dewasa pun turut serta
dalam proses pencarian ilmu, baik dari para rasul Allah maupun
pengikutnya. Pengajaran tidak harus mereka lakukan di tempat
yang khusus, sehingga tempat pengajaran tidak lepas dari
kehidupan sehari-hari. Tempat peribadatan pun dapat berfungsi
sebagai tempat belajar, tempat peribadatan merupakan cikal bakal
pendidik pertama umat manusia.40
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah berdasarkan
beberapa landasan, yaitu:
a. Landasan Yuridis Formal
Landasan yang berkaitan dengan dasar dan undang-undang
yang berlaku pada suatu negara.
b. Landasan Psikologis
Landasan ini berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat.
c. Landasan Religius
Landasan yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran
Islam pendidikan agama adalah perintah Allah SWT, dan
merupakan perwujudan beribadah kepada-Nya.41
Ruang lingkup materi dari kurikulum pendidikan agama Islam
meliputi Al-Qur’an, keimanan (akhidah), akhlak, fiqih, dan
bimbingan ibadah. Kemampuan dasar yang harus dimiliki
peserta didik dalam jenjang pendidikan dasar dalam pendidikan
agama Islam meliputi sebagai berikut:
a. Siswa mampu membaca tulis Al-Qur’an
b. Siswa mengetahui, memahami, dan meyakini unsur-unsur
keimanan, yaitu beriman kepada Allah dengan segala
sifat-Nya.
40Abdurrahman An Nahlawi,Pendidikan Islam, 146-147.
41Heri Gunawan,Kurikulum Dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
c. Siswa berbudi luhur dan berakhlak mulia, dan mampu
melaksanakan tuntutan akhlak mulia.
d. Siswa mengetahui dan memahami sejarah Nabi Muhammad
dan perkembangan agama Islam pada masa Nabi, para
sahabat, dan masa setelah itu.42
2. Tujuan Dan Fungsi Pendidikan Islam di Sekolah
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian
pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.43
Visi pendidikan agama Islam dalam sekolah adalah
terbentuknya sosok anak didik yang memilik karakter, watak, dan
kepribadian dengan landasan iman dan ketakwaan serta nilai-nilai
akhlak atau budi pekerti yang kukuh, yang tercermin dalam
keseluruhan sikap dan perilaku sehari-hari dan memberi corak bagi
pembentukan watak bangsa.44
Kegiatan pembelajaran pedidikan agama Islam di sekolah
42Nurhayati Djamas,Dinamika Pendidikan Islam, 137-140.
43Novan Ardy Wiyani,Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa,
(Yogyakarta: Penerbit Teras, 2012), 89.
44Abdul Majid,Belajar Dan Pembelajaran Agama Islam, ( Bandung: PT Remaja
diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,
penghayatan, dan pengalaman ajaran agama Islam dari peseta
didik, disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi,
juga sekaligus untuk membentuk keshalehan sosial. Pembelajaran
pendidikan agama Islam di sekolah diharapkan agar mampu
membentuk kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial.
Pendidikan agama Islam di sekolah diharapkan mampu
mewujudkan ukhuwah Islamiyah.45
Pendidikan agama Islam untuk sekolah juga memiliki fungsi,
antara lain adalah:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan
ketakwaan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya
kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan
dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah
berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam
diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar
keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat
45Muhaimin,Paradigma Pendidikan Islam,( Bandung: PT Rosda Karya, 2008),
mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama
Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan
peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan
pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungan atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju umat Islam sesungguhnya.
f. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang
memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat
tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.46
3. Metode Mengajar Pendidikan Islam di Sekolah
Suatu pembelajaran akan lebih efisien jika menggunakan
metode, dengan metode akan mempermudah guru dan peserta
didik dalam pembelajaran. Ada beberapa metode yang tepat jika
digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yakni:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah salah satu cara penyampaian
informasi melalui penuturan secara lisan oleh guru kepada
peserta didik.
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ialah suatu cara mengajar dimana
seorang guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan
pendidikan agama Islam dan seorang murid menjawab
pertanyaan tersebut, Contohnya:
Guru : siapa nama Nabi yang terakhir?
Murid : Nabi Muhammad SAW.
c. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana guru
mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan
sesuatu sedangkan murid memperhatikan. Contohnya, seorang
guru mendemonstrasikan tata cara berwudhu dengan benar dan
baik, dan para peserta didik memperhatikannya.
d. Metode Eksperimen
Yang dimaksud dengan metode ini adalah suatu cara
mengajar dengan menyuruh peserta didik melakukan sesuatu
percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati
oleh setiap peserta didik lain, sedangkan guru memperhatikan
Contohnya peserta didik melakukan praktik sholat.47
D. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter dapat dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku
yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Individu
yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat
keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari
keputusannya.
Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata karma, adat istiadat, dan estetika.Karakter
adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam bersikap maupun dalam bertindak.48
Pendidikan karakter yang dirancang kementrian pendidikan
Nasional (KEMENDIKNAS) akan diterapkan pada semua jenjang
pendidikan, namun porsinya akan lebih besar diberikan pada
Sekolah Dasar. Pada jenjang SD, porsi nya mencapai 60%
dibanding dengan jenjang pendidikan lainnya. Hal ini agar lebih
mudah diajarkan dan melekat di jiwa anak hingga kelak ia dewasa.
Pendidikan karakter harus dimulai dari SD karena jika karakter tidak
47Ramayulis,Ilmu pendidikan, 195.
48Muchlas Samani,Konsep Dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
terbentuk sejak dini maka akan susah untuk merubah karakter
seseorang. Pendidikan karakter tidak mendapatkan porsi yang
besar pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK) atau sejenisnya,
karena TK bukan merupakan sekolah tetapi Taman bermain.49
2. Pengertian Pendidikan Karakter Perspektif Islam
Dalam pandangan Islam, karakter disamakan dengan akhlak.Akhlak
dalam pandangan Islam ialah kepribadian.Para Nabi diutus Allah
untuk menyempurnakan akhlak manusia, agar manusia itu dapat
melaksanakan tugasnya di dunia.Karena akhlak adalah kepribadian,
maka paradigma pendidikannya sangat berbeda bila dibandingkan
dengan pendidikan bidang-bidang pengetahuan dan
ketrampilan.Pendekatannya adalah pendekatan untuk pendidikan
kepribadian.50
Nilai-nilai akhlak atau karakter yang dikembangkan di jenjang
pendidikan dasar, yaitu sebagai berikut:
a. Terbiasa berperilaku bersih, jujur dan kasih sayang, tidak
kikir, tidak malas, tidak bohong, serta terbiasa dengan etika
belajar, makan dan minum.
b. Berperilaku rendah hati, rajin, sederhana, dan tidak iri hati,
tidak pemarah, tidak ingkar janji, serta hormat kepada orang
49Sofan Amri,Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, ( Jakarta:
PT. Prestasi Pustakarya, 2011), 11.
50Abdul Majid,Pendidikan Karakter Perspektif Islam, ( Bandung: PT Remaja
tua, dan mempraktekkan etika mandi dan buang air.
c. Tekun, percaya diri dan tidak boros.
d. Terbiasa hidup disiplin, hemat, tidak lalai serta suka tolong
menolong.
e. Bertanggung jawab dan selalu menjalin silaturahmi.51
3. Nilai-nilai Karakter
a. Religius
Religius adalah nilai karakter dalam hubungannya dengan
Allah.Ia menunjukkan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan
seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai
ketuhanan dan ajaran agama.52
b. Jujur
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap pihak lain.
Jujur merujuk pada suatu karakter moral yang mempunyai
sifat-sifat positif dan mulia seperti integritas, penuh kebenaran, dan
lurus sekaligus tiadanya kecurangan bohong, ataupun
mencuri.Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan
51Ibid, 169.
52Mohammad Mustari,Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, ( Jakarta: PT
kenyataan yang ada.53
c. Kreatif
Kata kreatif secara intrinsik mengandung sifat dinamis, orang
kreatif adalah orang yang tidak bisa diam, dalam arti selalu
berusaha mencari hal baru dari hal-hal yang telah ada. Oleh
karena itu, sifat kreatif sangat penting untuk kemajuan.
Kemajuan akan lebih mudah diwujudkan oleh orang yang selalu
merenung, berfikir, dan mencari hal-hal baru yang bermanfaat
bagi kehidupan.54
d. Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang
seharusnya dilakukan terhadap diri nya sendiri, masyarakat,
lingkungan, negara dan Allah.Tanggung jawab adalah
menyangkut kedirian kita, siapa kita, dan mengapa kita harus
berbuat ini dan itu, karena tanggung jawab berarti eksistensi
kita.55
e. Percaya Diri
Percaya diri adalah keyakinan bahwa orang mempunyai
kemampuan untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan
53Ibid, 1, 11-13
tertentu. Percaya diri juga merupakan keyakinan orang atas
kemampuannya untuk menghasilkan level-level pelaksanaan
yang memengaruhi kejadian-kejadian yang terjadi pada
kehidupan mereka. Percaya diri juga suatu keyakinan bahwa
orang mempunyai kemampuan untuk memutuskan jalannya
suatu tindakan yang dituntut untuk situasi-situasi yang di
hadapi.56
f. Mandiri
Dalam keluarga, kemandirian adalah sifat yang harus dibentuk
oleh orang tua dalam membangun kepribadian anak-anak
mereka.Anak yang mandiri adalah anak yang aktif, independen,
kreatif, kompeten, dan spontan.
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Dengan demikian orang mandiri adalah orang yang mampu
berpikir dan berfungsi secara independen, tidak perlu bantuan
orang lain, tidak menolak resiko dan bisa memecahkan
masalahnya sendiri. Orang sepert itu akan percaya pada
keputusan sendiri, jarang membutuhkan orang lain untuk
meminta pendapat atau bimbingan orang lain. Orang yang andiri
dapat menguasai kehidupannya sendiri dan dapat menangani
apa saja dari kehidupan yang ia hadapi.57
g. Disiplin
Disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu
anak mampu menghadapi lingkungan.Disiplin tumbuh dari
kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan
keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh sesuatu,
dengan pembatasan atau peraturan yang di perlukan oleh
lingkungan terhadap dirinya.58
h. Kerja Keras
Penanaman nilai kerja keras ini bisa dianalogikan dengan
banyak hal.Dunia pertanian dapat dijadikan contoh mengenai
bagaimana pentingnya kerja keras. Proses menanam sebuah
tanaman merupakan proses panjang, mulai dari mencari dan
mematangkan lahan, mencari benih, melakukan penanaman,
penyiraman, dan pemupukan, hingga menjaga lahan dari
berbagai gangguan. Jika kita ingin mendapatkan buah yang baik,
proses tersebut harus dijalani dengan serius satu persatu. Pada
titik inilah akan terlihat perbedaan antara petani yang menjalani
proses dengan kerja keras dan yang tidak.
Kerja keras ini penting sekali di tengah budaya instan yang
semakin mewabah dalam berbagai bidang kehidupan. Harus
ditanamkan pemahaman dan kesabaran di kalangan generasi
muda bahwa tidak ada orang yang bisa mendapatkan apa yang
dicita-citakan tanpa kerja keras. Sebab, yang akan mengubah
kehidupan kita adalah kita sendiri.59
i. Suka Menolong
Suka menolong adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
membantu orang lain. Menolong adalah kesediaan memberi
bantuan secara sadar, orang mulai memberikan bantuan dimulai
dari gerak hatinya. Kemudian bantuan itu diberikan dalam
bentuk apa saja yang memang diperlukan orang yang mau
ditolong, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, ide, ataupun
barang.
Dengan demikian, menolong itu bukan bersifat kontrak, ia
bersifat personal, dari orang ke orang, dari hati ke hati. Maka
akan cukup sulit mendapatkan pertolongan di suatu masyarakat
yang hubungan persoalan kurang solid atau terlalu renggang.60
59Ibid, 148-149.
54
PERSPEKTIF ZAKIAH DARADJAT
A. Biografi dan Karya-karya dari Zakiah Daradjat
1. Biografi Zakiah Daradjat
Zakiah Daradjat adalah seorang tokoh yang sering disebut-sebut
dikalangan atas maupun dikalangan mahasiswa sebagai tokoh
pendidik yang sangat ternama. Pemikiran-pemikiran beliau dalam
pendidikan sangatlah penting dijadikan suatu refrensi bagi
calon-calon pendidik. Dalam karya-karyanya beliau banyak menulis
tentang persoalan-persoalan terkait dengan pendidikan agama.
Zakiah Daradjat lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, tepatnya di
kota Maparak IV, Angkat Bungkittinggi, pada tanggal 6 November
1929, beliau lahir sebagai anak pertama dari sebelas
bersaudara.Pada saat ini, disamping dikenal sebagai konselor dan
psikolog, Zakiah Daradjat juga dikenal sebagai ahli pendidikan
Islam dan intelektual muslim yang banyak memperhatikan
problematika remaja muslim di Indonesia. Sebagai pendidik dan
ahli psikologi Islam, ia mempunyai sejumlah pemikiran dan ide
menyangkut masalah remaja di Indonesia, sehingga sebagian besar
Pendidikan formal Zakiah Daradjat diawali di Madrasah
Ibtidaiyah dan beliau juga belajar di Standard School Bukittinggi
yang akhirnya secara bersamaan lulus pada tahun 1942. Selesai
dari MI maupun Standard School Zakiah Daradjat melanjutkan studi
du Kulliyatul Mubalighit sekaligus merangkap di SMP Padang
Panjang, beliau lulus pada tahun 1947 dengan predikat yang
memuaskan, sebagai kelanjutannya Zakiah Daradjat memilih
SMA/B Bukittinggi dan lulus pada tahun 1951.
Setelah menyelesaikan SMA, beliau meninggalkan tanah
kelahirannya untuk melanjutkan studi pada Fakultas Tarbiyah
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta, beliau
tidak puas studi di satu lembaga pendidikan sehingga semenjak di
PTAIN beliau juga kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta. Akan tetapi pada tingkat tiga pada tahun
1955 Zakiah Daradjad harus memilih antara PTAIN atau FH UII
Yogyakarta. Akhirnya Fakultas Tarbiyah PTAIN menjadi pilihannya.
Pada tahun 1956 beliau mendapatkan beasiswa dari Depag untuk
melanjutkan studinya di Ein Shame, Cairo, Mesir.
Setelah menerima gelar Magister pada tahun 1959, kemudian
pada tanggal 23 Juli 1964 beliau meraih gelar Doktor. Zakiah
Daradjad di angkat menjadi Direktur Pendidikan Agama 1972-1977.
Tahun 1982-1992 beliau dipercaya menjadi Dekan Fakultas
1993-1998, beliau menjadi ketua umum penghimpun Wanita Alumni
Timur Tengah.
Zakiah Daradjat juga aktif memberikan bimbingan agama dan
berbagai pertemuan pada remaja dan orang tua, beliau juga
mendirikan Yayasan Pendidikan Islam Ruhama di Cireundeu,
Ciputat. Sementara dalam pengembangan ilmu beliau aktif
memberikan kuliah.
2. Karya-karya Zakiah Daradjat
Dalam karya-karyanya, beliau banyak menulis yang berkaitan
dengan pendidikan agama dan ilmu jiwa. Bahkan beliau mempunyai
perhatian khusus pada problematika remaja di Indonesia dan
bagaimana seharusnya remaja itu dibina dan dididik, berikut
beberapa karya-karya dari Zakiah Daradjat:
a. Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, diterbitkan di
Jakarta oleh CV Ruhama tahun 1996
b. Ilmu Pendidikan Islam, diterbitkan di Jakarta oleh PT Bumi
Aksara tahun 2008
c. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, diterbitkan di
Jakarta oleh PT Bumi Aksara tahun 2008.
d. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, di terbitkan di
Jakarta oleh PT Bulan Bintang pada tahun 1982.
tahun 2005.61
B. Konsep Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Perspektof
Zakiah Daradjat
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
Orang tua merupakan pendidikan utama dan pertama bagi
anak-anak, karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan.
Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam
kehidupan keluarga.
Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan
berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari
pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana
dan strukturnya memberikan kemungkinan akan membangun
situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya
pergaulan dan hubungan mempengaruhi secara timbal balik antara
orang tua dan anak.62
Dalam Islam penyematan rasa agama dimulai sejak pertemuan ibu
dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai
dengan doa kepada Allah. Selanjutnya memanjatkan doa dan
harapan kepada Allah, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi
anak yang saleh.
Begitu anak lahir, dibisikkan di telinganya kalimah adzan dan
iqamah, dengan harapan kata-kata thaiyibah itulah yang pertama
61Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press,
2007), 196-198.
kali terdengar oleh anak, kemudian ia akan berulang kali
mendengarnya setiap waktu shalat tiba. Kata-kata thaiyibah dan
kata-kata lainnya yang berbisikan jiwa agama, akan sering didengar
oleh anak melalui ibunya, waktu ia disusui, dimandikan, ditidurkan
dan diganti pakaian oleh ibunya. Ia mendengar kata-kata thaiyibah
ketika sedang memperoleh pemenuhan kebutuhan pokoknya.
Pengalaman yang seperti itu akan menumbuhkan rasa agama
dalam jiwa anak, dan akan tetap hidup dalam jiwanya. Jika ia
melihat ibu dan bapaknya shalat, ia pun akan menyerap apa yang
dilihatnya. Setelah anak dapat berjalan pada umur satu tahun atau
lebih, anak mulai meniru ibu atau bapaknya shalat, berdoa dan
mengucapkan kata-kata yang dapat ditirunya.
Agama bukan ibadah saja, agama mengatur seluruh segi
kehidupan. Semua penampilan orang tua dalam kehidupan
sehari-hari yang disaksikan dan dialami oleh anak bernafaskan agama.
Latihan dan pembiasaan tentang agama, perlu dilaksanakan sejak
anak kecil, dan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
jiwanya. Apabila anak tidak mendapatkan pendidikan, latihan dan
pembiasaan keagamaan waktu kecilnya, ia akan besar dengan
sikap tidak acuh terhadap agama.
Pada usia anak belum mencapai 12 tahun, sebaiknya dalam
memperkenalkan sifat-sifat Allah hendaklah didahulukan sifat-sifat
pengasih, pemurah, dan adil.63
2. Peran Orang Tua Terhadap Anak
Orang tua memegang peranan yang penting dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak
lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia
meniru kebiasaan ibunya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya.
Peran ayah pada anaknya juga berperngaruh besar, di mata
anaknya ia seorang yang terpandai diantara orang-orang yang
dikenalnya. Cara ayah melakukan pekerjaan sehari-hari
berpengaruh pada cara melakukan pekerjaan anak.64
Orang tua hendaknya menjadi contoh yang baik dalam segala
aspek bagi kehidupan anaknya. Karena anak-anak, terutama anak
usia di bawah 6 tahun, belum dapat memahami mana yang baik
dan mana yang tidak baik, mana yang salah dan mana yang tidak
salah.65
Tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua
sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka:
a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang
sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan
merupakan dorongan alami untuk mempertahankan
63Zakiah Daradjat,Pendidikan Islam Dalam, 64-65. 64Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam, 35.
65Zakiah Daradjat,Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan
kelangsungan hidup anak.
b. Melindungi dan menjamin kesehatan, baik jasmani maupun
rohani, dari berbagai gangguan penyakit dan dari
penyeleweran kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai
dengan falsafat hidup dan agama yang dianutnya.
c. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak
memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan
kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat
dicapainya.
d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai
dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.66
3. Pembentukan Kepribadian Anak dalam Keluarga
Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban
mendidik. Secara umum mendidik ialah membantu anak dalam
perkembangan dari daya-dayanya dan didalam penetapan
nilai-nilai.67 Karena pertumbuhan kepribadian anak terjadi melalui
seluruh pengalaman yang diterimanya sejak dalam kandungan,
proses pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi beriman,
bertakwa dan berakhlak terpuji harus melalui pembinaan, yaitu
sebagai berikut:
a. Pembinaan Iman dan Tauhid
Dalam surat Luqman ayat 13, Luqman menggunakan kata
pencegahan dalam menasehati anaknya agar ia tidak
menyekutukan Allah.
Artinya: “(Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika memberi pelajaran kepadanya: “wahai anakku janganlah engkau menyekutukan Allah, karena syirik itu adalah kezaliman yang besar)”.68
Apabila kita pahami ayat tersebut secara sederhana,
pendidikan tauhid itu dilakukan dengan kata-kata, maka anak
Luqman ketika itu berumur setidaknya dua belas tahun. Sebab
kemampuan kecerdasan untuk dapat memahami hal yang
abstrak terjadi apabila perkembangan kecerdasannya telah
sampai ke tahap mampu memahami hal-hal diluar jangkauan
alat-alat inderanya, yaitu umur 12 tahun.
Syirik adalah suatu hal yang abstrak, tidak mudah dipahami
oleh anak yang perkembangan kecerdasannya belum sampai
pada kemampuan tersebut. Bila kita perhatikan lanjutan ayat
tersebut yang berbunyi “Syirik itu adalah kezaliman yang besar”,
maka untuk memahaminya diperlukan kemampuan mengambil
kesimpulan yang abstrak dari kenyataan yang diketahui.
Biasanya kemampuan demikian, tercapai pada umur kira-kira 14
tahun. Maka umur anak Luqman ketika itu setidaknya 14 tahun.
Pembentukan iman seharusnya mulai sejak dalam
kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadian. Berbagai
hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin
yang dalam kandungan, telah mendapat pengaruh dari keadaan
sikap dan emosi ibu yang mengandungnya. Hal tersebut tampak
dalam perawatan kejiwaan, di mana keadaan keluarga ketika
anak dalam kandungan mempunyai pengaruh terhadap
kesehatan mental janin dikemudian hari.
Oleh karena itu, pendidikan iman terhadap anak
sesungguhnya telah dimulai sejak persiapan wadah untuk
pembinaan anak, yaitu pembentukan keluarga. Setelah anak
lahir, pertumbuhan jasmani anak berjalan cepat, perkembangan
akidah, kecerdasan, akhlak, kejiwaan, rasa keindahan dan
kemasyarakatan anak berjalan serentak dan seimbang.
Pertumbuhan kecerdasan anak sampai umur 6 tahun masih
terkait pada alat inderanya. Maka dapat kita katakan bahwa
anak pada umur 0-6 tahun berpikir inderawi. Artinya anak belum
mampu memahami hal yang maknawi atau abstrak. Oleh karena
itu, pendidikan pembinaan iman dan takwa anak belum dapat
menggunakan kata-kata verbal, melainkan diperlukan contoh,
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak yang
terjadi secara alamiah. Misalnya ibu dan bapak mereka sedang
shalat, berdoa dengan khusuk dan bergaul dengan sopan santun.
Adanya kecenderungan meniru dan unsur identifikasi dalam
jiwa anak akan membawanya kepada meniru orang tuanya,
bahkan anak berumur satu setengah tahun mungkin akan
ikut-ikutan shalat bersama orang tuanya, hanya sekedar meniru
gerakan mereka, mengucap kalimatthaiyibah, atau doa-doa dan
membaca surat-surat pendek dari Al-Qur’an.
Kebiasaan orang tua membaca basmalah dan hamdalah
ketika menolong anak makan dan minum, ganti pakaian, buang
air, dan sebagainya, akan mendorong anak untuk meniru lebih
banyak lagi, karena kata tersebut berkaitan erat dengan
pemenuhan kebutuhan anak waktu makan, minum dan buang
air.
Kemudian setelah anak masuk sekolah, mulai dari Taman
Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan, orang tua
harus tetap menunjukkan kepeduliannya terhadap
perkembangan keimanan dan amal ibadah anak. Kepedulian itu
dapat ditunjukkan dalam bentuk pertanyaan atau
memperhatikan sikap dan perilakunya.
b. Pembinaan Akhlak