• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENTABILITAS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENTABILITAS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

RENTABILITAS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA

Elinda Agustin 1)

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Elinda.agustin90@gmail.com

Dedi Darusman2)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dedidarusman@ymail.com

Tedi Hartoyo3)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi td46151@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kadipaten Kecamatan Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya dengan tujuan untuk mengetahui, proses budidaya, biaya produksi, pendapatan dan rentabilitas usahatani Jagung Hibrida. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan penetapan lokasi secara sengaja pada seorang petani Jagung di Desa Kadipaten, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan hasil penelitian proses budidaya Jagung Hibrida meliputi persiapan benih, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Jumlah biaya produksi per hektar dalam satu periode produksi adalah Rp. 8.973.016,63,-, pendapatan total Rp. 11.266,983,37.-, dan tingkat rentabilitas mencapai 125,56 persen.

Kata kunci : Rentabilitas, Jagung Hibrida, proses budidaya, pendapatan

ABSTRACT

The research was conducted in Kadipaten village subdristict of Kadipaten Tasikmalaya Regency, with purpose to find out the cultivation process, production cost, income and rentability of farming corn hybrids. The methode that was used on this research was a case which location was determined purposively (purposive sampling) on a corn study farmer at Rumpun Warga farmers Kadipaten village subdristict of Kadipaten Tasikmalaya Regency. The result show that the cultivation process of farming corn hybrids includes the preparation of seed, planting, maintenance, pest and disease control as well as harvest and post harvest.. The total cost of production per hectare in a growing season was Rp. Rp. 8.689.766,63,,-, income was Rp. 11.266,983,37.-,,- and the level rentability reached 125,56 pecent.

(2)

PENDAHULUAN

Salah satu komoditi tanaman pangan yang dapat mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian adalah komoditi jagung. Di Indonesia Jagung merupakan komoditas pangan kedua setelah padi dan sumber kalori atau makanan pengganti beras disamping itu juga sebagai pakan ternak. Kebutuhan jagung akan terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan ternak sehingga perlu upaya peningkatan produksi melalui sumber daya manusia dan sumber daya alam, ketersediaan lahan maupun potensi hasil dan teknologi.

Jagung menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait dengan industri besar. Selain untuk dikonsumsi untuk sayuran, buah jagung juga bisa diolah menjadi aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Terlebih lagi setelah ditemukan benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak.

Kecamatan Kadipaten merupakan salah satu Kecamatan sentra pengembangan komoditi jagung baik pada tingkat lokal, regional, maupun nasional. Disamping itu daerah inipun sangat berpotensi karena memiliki permintaan pasar lokal yang cukup tinggi terutama pemenuhan pakan ternak ayam ras di daerah ini. Sebagai gambaran capaian produksi jagung di kecamatan Kadipaten dapat dilihat pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Data Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung di kecamatan Kadipaten Tahun 2014- 2015

No Nama Desa

2014 2015

Panen Produktivitas Produksi Panen Produktivitas Produksi (Ha) (Ton/Ha) (Ton) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)

1. Kadipaten 405 7,05 2855,25 425 7,12 3026 2. Dirgahayu 297 6,95 2064,15 315 6,97 2195,55 3. Cibahayu 283 6,8 1924,4 294 6,84 2010,96 4. Mekarsari 69 6,92 477,48 72 6,78 488,16 5. Buniasih 46 6,78 311,88 54 7 378 6. Pamoyanan - 1100 6,9 7633,16 1160 6,942 8098,67

Sumber : BPP kecamatan Kadipaten. 2014 – 2015

Cara untuk mengetahui untung rugi suatu usaha atau menghitung keuntungan dari modal yang diusahakan dengan cara analisis rentabilitas. Cara untuk menilai rentabilitas suatu usaha ada beberapa jenis tergantung pada laba aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Apakah yang akan diperbandingkan itu laba yang berasal dari operasi atau usaha, atau laba neto sesudah pajak dengan operasi, atau laba neto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva ataukah yang akan diperbandingkan itu laba neto sesudah pajak dengan modal sendiri, Dengan adanya macam-macam cara dalam penelitian suatu usaha tidak mengherankan kalau ada beberapa perusahaan yang berbeda dalam perhitungan nilai rentabilitas, Yang penting ialah rentabilitas mana yang akan digunakan sebagai alat pengukur efesiensi penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan. (Bambang Riyanto, 1995).

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dimaksud untuk mengetahui besarnya biaya, pendapatan, serta rentabilitas usahatani budidaya jagung pada satu periode produksi, sehingga budidaya jagung hibrida di Desa Kadipaten Kecamatan Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya akan lebih meningkat.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan penetapan lokasi secara sengaja (purposive sampling) pada seorang petani, warga Desa Kadipaten Kecamatan Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya. Alasan mengambil lokasi tersebut adalah karena merupakan daerah sentra produksi jagung serta petani responden telah biasa melaksanakan usahatani jagung hibrida.

(4)

Data yang diperoleh dari hasil pencatatan di lapangan dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk membandingkan antara komponen yang menjadi objek penelitian. Komponen yang diteliti berupa biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan Rentabilitas. Biaya merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh produksi dan sifatnya tidak habis dalam satu kali proses produksi, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi dan sifatnya habis dalam satu kali proses produksi (Mubyarto, 1989). Biaya total dalam suatu proses produksi, adalah jumlah biaya variabel total dengan biaya tetap total. Secara matematik dapat ditulis dengan rumus :

TC = FC + VC Keterangan

TC = Total Cost ( biaya total )

TFC = Total Fixed Cost ( total biaya tetap ) TVC = Total Variabel Cost ( total biaya variabel )

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : (Soekartawi, 1995) :

TR = ∑ Keterangan :

TR : Total Revenue /Total Penerimaan (Rp) Yi : Total Hasil Produksi ke-i (Kg)

Pyi : Harga Produksi ke-1 (Rp/Kg)

Pendapatan bersih diperhitungkan dengan mengurangi penerimaan dengan biaya produksi (pengeluaran). Pendapatan diperhitungkan sebagai penerimaan dikurangi biaya total yang dikeluarkan, secara matematika pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut : Π = PTi – BTi

(5)

Keterangan :

Π = pendapatan petani jagung

PT = penerimaan total petani jagung, yaitu hasil kali jumlah fisik produk (Y) dengan harga jual jagung (Hy).

BT = biaya total usaha jagung

Xi = input ke i (benih, pupuk, tenaga kerja) HXi = harga faktor produksi

Analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai rentabilitas pada usahatani Jagung Hibrida digunakan rumus menurut Bambang Riyanto (1995), yaitu :

R Keterangan:

R = Rentabilitas (%)

L = Jumlah laba atau pendapatan yang diperoleh pada periode tertentu (Rp) M = Modal atau biaya total untuk menghasilkan laba tersebut (Rp)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan usahatani jagung hibrida

a. Persiapan Benih, Penanaman Jagung, pemeliharaan

Jenis benih jagung yang biasa digunakan oleh petani responden adalah Varietas BISI-2 yang diperoleh langsung dengan membeli di toko pertanian. Penggunaan Varietas BISI-2 sebagai benih dikarenakan : (1) telah bersertifikat, (2) kemampuan genetik untuk menghasilkan 2 tongkol Jagung yang sama besar dalam satu tanaman, (3) kemampuan adaptasi Jagung Hibrida BISI-2 terhadap lingkungan sangat baik,dan (4) kualitas hasil Jagung Hibrida BISI 2 sangat baik dengan kadar air panen yang cukup rendah dan bisa bertahan lama serta tidak berjamur jika disimpan.

Tahapan penanaman Jagung terdiri dari pengolahan tanah dan penanaman. Luas lahan yang digunakan untuk usahatani Jagung Hibrida adalah 1 Ha dengan status kepemilikan lahan 0,42 Ha milik sendiri dan 0,58 merupakan sewa. Lahan tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari sisa tanaman sebelumnya kemudian lahan dibalik dan bongkahan tanah dipecahkan agar

(6)

diperoleh lahan yang gembur. Setelah lahan diolah tahap selanjutnya yaitu penanaman. Jarak tanam yang biasa digunakan adalah 40 cm x 70 cm dengan jumlah benih 2 biji per lubang tanam. Pola tanam yang biasa digunakan adalah monokultur dan tumpangsari dengan tanaman kacang tanah.

Tahapan pemeliharaan meliputi penyiangan, pembumbunan, pemupukan dan pengairan. Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma yang dilakukan 2 minggu sekali dengan menggunakan tangan, kored dan cangkul. Setelah Jagung berumur 4 minggu penyiangan dilakukan bersamaan dengan pembumbunan. Tujuan pembumbunan adalah untuk memperkokoh posisi batang sehingga tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Pembumbunan dilakukan dengan cara tanah yang berada di sebelah kiri dan kanan barisan tanaman diuruk dengan cangkul kemudian ditimbun di barisan tanaman.

Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk organik dan pupuk anoranik. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sedangkan Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dengan proses fisika, kimia, atau biologis. Bahan bahan dalam pembuatan pupuk anorganik berbeda beda, tergantung kandungan yang diinginkan. Misalnya unsur hara fosfor terbuat dari batu fosfor, unsur hara nitrogen terbuat dari urea. Pupuk anorganik sebagian besar bersifat higroskopis. Higroskopis adalah kemampuan menyerap air diudara, sehingga semakin tinggi higroskopis semakin cepat pupuk mencair.

Dosis pupuk per Ha yaitu 4 kwintal pupuk organik, Pupuk NPK Phoska 250 Kg dan Urea 100 Kg. Pemupukan dilakukan 3 kali yaitu pada saat tanam dengan menggunakan pupuk Organik sebagai pupuk dasar ,Berdasarkan SOP dari penyuluh setempat, penggunaan pupuk organik sebaiknya 5 sampai 7 ton/ha. pada saat tanaman Jagung berumur 14 HST dengan dosis 125 Kg NPK dan 100 Kg Urea serta umur tanaman 30 HST dengan dosis 125 Kg NPK. Adapun caranya dengan cara ditabur pada lubang yang dibuat dengan jarak 5 cm dari lubang tanam. Pengairan untuk tanaman Jagung hanya mengandalkan dari air hujan.

b. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pada tanaman responden serangan hama dan penyakit tidak terlalu parah karena perawatan yang dilakukan cukup baik. Jenis hama yang menyerang adalah ulat grayak kuning dan penyakit busuk batang yang menyerang tanaman tidak lebih dari 1 % karena hanya menyerang beberapa tanaman saja. Pengendalian dilakukan cara membuang hama

(7)

yang menyerang dan mencabut tanaman yang terserang penyakit. Selain hama dan penyakit, gulma juga dapat mengakibatkan turunnya produksi. Gulma yang sering tumbuh masuk ke dalam golongan rumput. Pengendalian gulma yang menyerang tanaman Jagung dilakukan dengan menggunakan alat sederhana berupa kored dan cangkul dengan intensitas 2-3 kali setelah tanam, terutama dilakukan saat usia muda yaitu kisaran dibawah 30 HST.

c. Panen dan Pasca Panen

Jagung dipanen ketika umurnya sudah mencapai 90 HST karena tujuannya untuk memperoleh biji kering. Hasil yang diperoleh mencapai 7200 Kg pipil kering di lahan seluas 1 Ha. Jagung pipilan dipanen dengan cara tongkol dipotong dari batang kemudian dijemur dalam keadaan utuh. Panen jagung tua banyak dipanen oleh petani karena lebih menguntungkan, dan banyak dibutuhkan untuk pakan ternak, sehingga permintaan jagung pipil kering selalu meningkat.

Tahapan pasca panen Jagung meliputi pemipilan, pengeringan, penyimpanan dan pemasaran. Pemasaran yang dilakukan tidak langsung ke konsumen tetapi ada perantara yang disebut sebagai Bandar Kampung, Kisaran harga yang diterima petani berkisar antara Rp.2.700 sampai Rp. 3.500.-. Pada saat penelitian harga yang diterima petani adalah Rp 2.700.- pipil kering per Kg. Dan Rp. 3.100,- basah per kg.

Analisis Biaya dan Pendapatan a. Biaya tetap

Biaya tetap dalam konsep operasionalisasi variabel terdiri dari sewa lahan, penyusutan alat dan bunga modal tetap. Faktanya, lahan yang digunakan adalah lahan milik sendiri, tetapi untuk membuat perhitungan (analisis) usahatani yang baik, sebaiknya dihitung pula biaya sewa lahan (sesuai dengan harga sewa lahan setempat). Begitu pula halnya dengan biaya bunga modal tetap, pada usahatani responden menggunakan modal pinjaman dengan tingkat suku bungan 9 persen per tahun. Perhitungan bunga modal tetap dalam analisis merupakan opportunity cost atas lahan dan bunga modal apabila pada usaha lain.

Modal yang digunakan merupakan modal sendiri. Mulyadi (1991) menyatakan, bahwa tidak ada perbedaan apapun antara modal sendiri dengan modal pinjaman karena masing-masing menyumbang langsung kepada produksi. Bunga modal yang berlaku pada saat penelitian (BRI Unit) adalah 9 persen per tahun untuk bunga pinjaman, sehingga bunga modal per satu kali tanam diperhitungkan sebesar 3 persen. Besarnya biaya tetap yang

(8)

dikeluarkan untuk kedua sistem usahatani yang dilakukan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 2. Biaya Tetap per Hektar Petani Responden Usahatani Jagung Hibrida Ds. Kadipaten Kec. Kadipaten Kab. Tasikmalaya Tahun 2016.

No Komponen Biaya Besarnya Biaya (Rp) Persentase (%)

1 Sewa Lahan . 666.666,66 82,27

2. Penyusutan Alat 119.999,98 14,82 3. Bunga Modal . 23.599,99 2,91

Jumlah 810.266,63 100

Berdasarkan Tabel 2 di atas, besarnya biaya sewa lahan per musim untuk usahatani jagung adalah sebesar Rp 666.666,66,-per Hektar atau 82,27 persen dari total biaya tetap. Biaya penyusutan alat dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method). Besarnya biaya penyusutan alat yaitu Rp 119.999,98 (14,82 persen) dari total biaya tetap. Dari kenyataan tersebut, maka bunga modal pun tidak begitu jauh. Untuk biaya bunga modal usahatani jagung sebesar Rp. 23.599,99 per Hektar per musim (2,91 persen).

b. Biaya Variabel

Komponen biaya variabel terdiri dari biaya benih, pupuk organik maupun anorganik, upah tenaga kerja dan bunga modal variabel. Besarnya biaya variabel rata-rata per Hektar per musim pada petani responden dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 3. Biaya Variabel per Hektar Petani Responden Usahatani Jagung Hibrida Ds. Kadipaten Kec. Kadipaten Kab. Tasikmalaya Tahun 2016

No Komponen Biaya Besarnya Biaya (Rp) Persentase (%)

1. Benih 1.000.000,00 12,25 2. Pupuk :  Organik 2.000.000,00 24,50  Anorganik NPK 700.000,00 8,57 Urea 200.000,00 2,45 3. Tenaga Kerja 4.025.000,00 49,31 4. Bunga Modal 237.750,00 2,92 Jumlah 8.162.750,00 100

(9)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa biaya per hektar untuk pembelian benih pada usahatani jagung yaitu Rp 1.000.000,- atau sekitar 12,25 persen dari total biaya variabel. Penggunaan pupuk pada usahatani jagung terdiri dari pupuk organik dan anorganik. Biaya pupuk organik per hektar yang digunakan adalah sebesar Rp.2.000.000,00 (24,50 persen). Biaya penggunaan pupuk organik yang besar dibandingkan dengan pupuk lainnya dikarenakan responden cukup memahami manfaat penggunaan pupuk tersebut, selain meningkatkan produksi, juga dapat menjaga kesuburan tanah. sedangkan biaya untuk pupuk anorganik sebesar Rp.900.000,- (11,02 persen). dari total biaya variabel yang digunakan dalam usahatani jagung.

Biaya variabel yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pada usahatani jagung yaitu sebesar Rp. 4.025.000,00 ,- (49,31 persen dari total biaya variabel) Modal yang digunakan merupakan modal sendiri.

Mubyarto (1989) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan apapun antara modal sendiri dengan pinjaman karena masing-masing menyumbang langsung kepada produksi, yang membedakan hanyalah bunga modal yang harus dibayar kepada kreditur untuk modal pinjaman. Bunga modal BRI yang berlaku pada saat penelitian adalah sebesar 9 persen / tahun. Besarnya bunga modal per satu kali proses produksi adalah 3 persen. Besarnya biaya bunga modal variabel pada usahatani jagung hibrida adalah sebesar Rp 237.750,00,-per Hektar per musim (2,92 persen). Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengeluaran biaya variabel usahatani jagung sebesar Rp.8.162.750,00

c. Biaya Produksi (Total Cost)

Biaya produksi merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya produksi untuk usahatani jagung hibrida sistem panen muda dan sistem panen tua dapat dilihat dari Tabel 9. Proporsi pengeluaran Biaya variabel yang dikeluarkan untuk usahatani jagung hibrida adalah 90,96 persen.

Tabel 4. Biaya produksi Usahatani Jagung Hibrida Petani Responden Desa Kadipaten Kec. Kadipaten Kab. Tasikmalaya Tahun 2016

No Komponen Biaya Besarnya Biaya (Rp) Persentase (%)

1 Biaya Tetap 810.266,63 9,04

2. Biaya Variabel 8.162.750,00 90,96 Jumlah 8.973.016,63 100

(10)

Penerimaan dan Pendapatan

Pendapatan yang diperoleh petani selama satu proses usahatani Jagung Hibrida merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Sedangkan penerimaan itu sendiri merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga komoditi jagung hibrida yang berlaku saat itu baik yang di panen saat muda maupun sudah tua. Kisaran harga yang berlaku di lapangan Jagung pipil berkisar antara Rp 2.700,- sampai Rp 3.500,-. Pada saat penelitian Harga per Kilogram yang berlaku untuk Jagung Hibrida kering pipil (tua) adalah Rp. 2.700,- sedangkan jagung Hibrida muda (basah) adalah Rp. 3.100,- Besarnya penerimaan untuk usahatani Jagung Hibrida dengan sistem panen muda ( basah ) dan panen tua dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penerimaan dan Pendapatan per Ha Usahatani Jagung Hibrida Desa Kadipaten Kecamatan Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016

No Uraian Harga 1. Produksi (Kg/Ha) Kering Basah 7.200,00 5.200,00 2.000,00 2. Harga (Rp/Kg) Kering Basah 2.700,00 3.100,00 3. Penerimaan (Rp/Ha) Kering Basah 20.240.000,00 14.040.000,00 6.200.000,00 4. Biaya produksi (Rp/Ha) 8.973.016,63 5. Pendapatan (Rp/Ha) 11.266.983,37

Tabel 5. memperlihatkan bahwa dengan hasil produksi jagung hibrida 7.200,00 Kg/ha, yaitu jagung hibrida kering sebanyak 5.200,00 kg/ha dan jagung hibrida basah sebesar

2.000,00,- dengan harga jagung hibrida kering yang berlaku Rp. 2.700, dan harga jagung

hibrida basah Rp. 3.100,- maka jumlah penerimaan total yang diperoleh adalah sebesar Rp

20.240.000,00,- dan pendapatan per hektar yang diperoleh dari usahatani jagung hibrida

(11)

Rentabilitas

Rentabilitas ekonomi suatu perusahaan merupakan persentase perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Perhitungan rentabilitas ini ditujukan untuk melihat kemampuan usahatani Jagung Hibrida dalam menghasilkan laba pada periode tertentu, dan pada penelitian ini periode yang digunakan adalah satu periode produksi yaitu selama 3 bulan.

Nilai rentabilitas pada usahatani Jagung Hibrida sebesar 125,56 persen, artinya setiap Rp 100,00 modal yang ditanamkan akan memberikan keuntungan sebesar Rp 125,56 ( seratus dua puluh lima koma lima puluh enam rupiah).

Besarnya nilai rentabilitas pada usahatani Jagung Hibrida apabila dibandingkan nilai suku bunga bank yang berlaku saat penelitian yaitu sebesar 3 persen per satu kali periode produksi, Pinjaman yang digunakan responden adalah jenis pinjaman KUR. KUR Mikro BANK BRI adalah Kredit Modal Kerja dengan plafond sampai dengan 25 Juta per debitur. Jenis Kredit Modal Kerja (KMK) dengan jangka waktu maksimal 3 tahun dan suku bunga 9 persen efektif per tahun atau setara 0,41 persen flat per bulan dengan tidak dipungut biaya provisi dan administrasi. maka usahatani Jagung Hibrida sangatlah menguntungkan, dimana nilai rentabilitas pada usaha tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan suku bunga bank.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Proses budidaya Jagung Hibrida yang dilaksanakan meliputi : persiapan benih, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit serta panen dan pasca panen. Penggunaan SOP dari penyuluh sudah diterapkan oleh petani, yaitu NPK sebanyak 250 kg/ha, Urea 100 kg/ha. Tetapi masih belum maksimal dikarenakan penggunaan pupuk organik yang masih dibawah anjuran, jika SOP dari penyuluh penggunaan pupuk organik harus mencapai 5 - 7 ton/ha, petani hanya menggunakan pupuk organik sebnyak 4 ton/ha.

b. Dalam satu kali produksi besarnya biaya produksi per 1 ha usahatani Jagung hibrida adalah 8.973.016,63,- dengan nilai penerimaan Rp. 20.240.000,00 dan pendapatan Rp. 11.266.983,37

(12)

Saran

Melihat hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disarankan :

a. Disaat musim panen raya sebaiknya petani melakukan proses pergudangan dengan menyimpan hasil panen jagung untuk mengantisipasi terjadinya penurunan harga jual di pasar yang mengakibatkan kerugian bagi petani.

b. Penggunaan SOP sesuai anjuran penyuluh oleh petani sebaiknya dipertahankan, dan untuk lebih meningkatkan produksi sebaiknya penggunaan pupuk organik harus ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Riyanto, 1995. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada. Yogyakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Mulyadi, Akuntansi Biaya, Edisi 5, STIE Yogyakarta, 1991

Gambar

Tabel  1.    Data  Panen,  Produktivitas  dan  Produksi  Jagung  di  kecamatan    Kadipaten  Tahun  2014- 2015

Referensi

Dokumen terkait

penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dalam pelaksanaan strategi pengembangan usahatani jagung

Hambatan yang paling dominan dihadapi oleh petani baik pada usahatani jagung hibrida Bisi 16 maupun Bisi 2 adalah harga jual rendah bagi produk jagung, dan ini berpengaruh

1) Tingkat respon petani terhadap penerapan usahatani jagung hibrida Bisi 2 pola tumpangsari di Desa Sagalaherang, secara umum sebagian besar petani responden termasuk ke

Dengan melihat dari hasil rentabilitas dari Desa Oenenu maka, terlihat bahwa adanya efisiensi penggunaan modal pada usahatani jagung di Desa Oenenu Kecamatan

Berdasarkan hasil penelitan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi secara signifikan pada produksi jagung hibrida di Madura pada taraf kesalahan 1 persen adalah

Sedangkan hasil analisis terhadap faktor eksternal pada Tabel 4 menunjukkan bahwa faktor peluang yang dimiliki dalam pengembangan usahatani jagung hibrida di

Nilai PC lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa petani jagung hibrida di Kabupaten Lampung Selatan masih menerima keuntungan yang lebih kecil dibandingkan

Rata – Rata Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Jagung Hibrida di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2015 No Komponen Biaya Rp/Ha/MT 1 2 3 4 Total Biaya Produksi