• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG-KACANGAN DI NUSA TENGGARA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG-KACANGAN DI NUSA TENGGARA BARAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG-KACANGAN

DI NUSA TENGGARA BARAT

Darman M. Arsyad1 dan Hasil Sembiring2

1Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jalan Raya Kendal Payak, Kotak Pos 66 Malang 65101 2Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat, Jalan Raya Paninjauan, Narmada Mataram 83010

ABSTRAK

Upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani dapat ditempuh dengan mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya lahan melalui peningkatan indeks pertanaman (IP). Di Nusa Tenggara Barat terdapat sumber daya lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan yang ditanami satu kali dan dua kali padi setahun masing-masing sekitar 110.000 dan 80.000 ha. Di samping itu juga terdapat sumber daya lahan kering dan lahan yang sementara tidak diusahakan masing-masing sekitar 178.530 dan 92.408 ha. Sementara itu, areal tanaman palawija setiap tahun mencapai 231.540 ha. Sekitar 122.191 ha di antaranya terdapat di lahan sawah dan 109.349 ha di lahan kering. Diperkirakan sekitar 50.000 ha lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan dan 80.000 ha lahan kering dapat dioptimalkan pendayagunaannya melalui peningkatan IP dari 100 menjadi 200 dan dari 200 menjadi 300 dengan pengembangan komoditas palawija yang sesuai. Apabila faktor pembatas ketersediaan air dapat diatasi, maka peluang pengembangan komoditas melalui peningkatan IP akan lebih besar lagi. Penelitian di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa dengan penerapan paket teknologi yang sesuai, hasil kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan jagung masing-masing mencapai 2,80; 3,70; 2,70; dan 5,60 t/ha. Analisis ekonomi menunjukkan bahwa usaha tani kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai memberikan keuntungan yang cukup baik dengan B/C ratio masing-masing 1,91; 1,43; dan 0,71. Dengan demikian, komoditas tersebut dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan pendapatan petani. Untuk langkah operasional diperlukan dukungan teknologi yang sesuai, ketersediaan benih varietas unggul bermutu, akses yang mudah terhadap sarana produksi lainnya, dan adanya kepastian pasar dengan harga yang layak.

Kata kunci: Kacang-kacangan, pendayagunaan sumber daya lahan, budi daya, analisis ekonomi, pendapatan, petani, Nusa Tenggara Barat

ABSTRACT

Development of legumes for increasing land utilization and farmers’ income in West Nusa Tenggara

Farmers’ income could be improved through increasing the crop intensity during the year. Irrigated and rainfed lowland in West Nusa Tenggara planted by once and twice of rice in a year are available for 110,000 ha and 80,000 ha, respectively. On the other hand, there are 178,530 ha of upland and 92,408 ha of temporary fallow land in the islands. While, the area planted by secondary crops (palawija) is about 231,540 ha annually. About 122,191 ha are planted in irrigated and rainfed lowland, and the others in upland. It is estimated that 50,000 ha of irrigated and rainfed lowland and 80,000 ha of upland could be grown by secondary crops for increasing the crop intensity. When water supply was available, the possibility to increase the crop intensity will be higher. The research results indicated that the improved technologies could produce 2.80; 3.70; 2.70; and 5.60 t/ha for soybean, groundnut, mungbean, and corn, respectively. Economic analysis showed that growing of secondary crops are profitable with B/C ratio of 1.91; 1.43; and 0.71 for groundnut, mungbean, and soybean, respectively. The availability of seeds, fertilizers, pesticides and the good price for the products are needed for the developing the crops.

Keywords: Land resources, land use, cultivation, economic analysis, income, farmers, West Nusa Tenggara

K

ebutuhan pangan masyarakat dari waktu ke waktu terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Perkembangan produksi pangan di dalam negeri nampaknya belum dapat me-ngimbangi kebutuhan tersebut, yang ditunjukkan oleh impor pangan yang cukup besar (Tabel 1).

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor, maka produksi di dalam negeri perlu terus ditingkatkan. Potensi sumber daya lahan sawah dan lahan kering yang ada perlu dimanfaatkan secara optimal, misalnya melalui peningkatan intensitas pertanaman (indeks pertanaman = IP). Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas usaha tani sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejah-teraan keluarga tani.

Di wilayah Nusa Tenggara Barat terdapat sumber daya lahan sawah (irigasi dan tadah hujan) sekitar 197.466 ha, lahan kering (tegalan) 178.530 ha, dan lahan terlantar (sementara tidak diusahakan)

(2)

dan sawah tadah hujan) yang ditanami padi satu kali setahun seluas 101.048 ha dan yang ditanami dua kali padi setahun 96.418 ha (Tabel 2). Apabila lahan ter-sebut ditingkatkan IP-nya dari 100 menjadi 200 dan dari 200 menjadi 300, maka terdapat potensi lahan sawah seluas 197.466 ha untuk tanaman palawija. Di Nusa Tenggara Barat juga terdapat areal tanaman palawija di lahan sawah seluas 122.191 ha (Tabel 3). Dengan demikian diperkirakan masih terdapat potensi areal lahan sawah seluas 82.882 ha untuk penanaman palawija dan tanaman lainnya. Di Nusa Tenggara Barat juga ter-dapat sumber daya lahan kering (tegal) dan lahan terlantar masing-masing sekitar 178.530 dan 92.408 ha (Tabel 2). Luas areal tanaman palawija di lahan kering sekitar 109.349 ha dan tanaman padi ladang (gogo) 27.197 ha. Apabila lahan kering dan lahan terlantar dapat dimanfaatkan deng-an penambahdeng-an satu kali tdeng-anam, maka diperkirakan terdapat potensi lahan sekitar 134.392 ha.

Tabel 1. Volume impor kedelai, kacang tanah, dan jagung (1.000 t), 1996−−−−−

1999. Komoditas 1996 1997 1998 1999 Kedelai Biji 746.330 616.380 343.120 1.301.755* Bungkil 942.290 868.790 668.410 Minyak 11.373 38.268 18.785 − Kacang tanah Biji 162.799 170.789 41.565 Bungkil 70.907 57.864 29.585 − Minyak 4 3 4 2 Jagung Biji 616.900 1.098.400 313.500 − Minyak 1.403 1.321 2.395

*Diduga termasuk bungkil (FAOSTAT Database 2002). Sumber: Food and Agriculture Organization (1999).

Tabel 2. Potensi sumber daya lahan di Nusa Tenggara Barat (ha).

Kabupaten Sawah irigasi Sawah tadah hujan Sawah Jumlah Lahan Lahan

1 x P 2 x P 1 x P 2 x P 1 x P 2 x P sawah kering terlantar

Lombok Barat 5.518 14.327 2.517 − 8.035 14.327 22.362 49.992 4 6 Lombok Tengah 15.265 19.901 6.073 5.206 21.338 25.107 46.445 17.922 8.506 Lombok Timur 23.947 21.397 715 24.662 21.427 46.089 22.459 Sumbawa 18.212 11.427 9.917 − 28.129 11.427 39.556 47.767 58.999 Dompu 4.074 7.382 2.297 6.371 7.382 13.753 7.917 7.540 Bima 7.993 15.282 4.520 170 12.513 15.452 27.965 32.473 17.317 Kodya Mataram − 1.271 − − − 1.296 1.296 − − Jumlah 75.009 90.987 26.039 5.376 101.048 96.418 197.466 178.530 92.408

1 x p = satu kali padi; 2 x P = dua kali padi. Sumber: Biro Pusat Statistik (1995).

Tabel 3. Luas areal tanam palawija di Nusa Tenggara Barat setiap tahun (ha).

Komoditas Sawah Lahan kering Jumlah

Kedelai 91.790 41.836 133.626 Kacang tanah 11.807 9.147 20.954 Jagung 5.057 26.337 31.394 Ubi jalar 3.537 322 3.859 Ubi kayu − 11.707 11.707 Kacang hijau 10.000 20.000 30.000 Jumlah 122.191 109.349 231.540

Sumber: Biro Pusat Statistik (1997). 92.408 ha (Biro Pusat Statistik 1995).

Pendayagunaan atau pemanfaatan sum-ber daya lahan tersebut belum optimal dan masih terdapat potensi untuk pengembangan komoditas tanaman pangan/palawija, khususnya kacang-kacangan.

Makalah ini membahas potensi sumber daya lahan dan iklim di wilayah Nusa Tenggara Barat, teknologi budi daya yang tersedia, analisis ekonomi, serta faktor-faktor pendukung yang diperlukan untuk mengembangkan ko-moditas kacang-kacangan di wilayah tersebut.

POTENSI SUMBER DAYA

LAHAN

Propinsi Nusa Tenggara Barat memiliki luas wilayah sekitar 2,015 juta ha, terdiri

atas dua pulau yaitu Pulau Lombok seluas 473.870 ha dan Pulau Sumbawa 1.541.455 ha (Badan Perencanaan Daerah 1988). Di wilayah Nusa Tenggara Barat terdapat sumber daya lahan sawah (sawah irigasi

(3)

dan Mediteran cokelat. Tekstur tanah sebagian besar tergolong sedang (lem-pung, lempung berliat, lempung berpasir) dan sebagian besar wilayah memiliki drainase baik (Susanti et al.1995).

Studi yang dilakukan oleh Fauzi et al. (1995) menunjukkan bahwa wilayah Pulau Lombok bagian tengah berupa dataran vulkan dan berpotensi untuk pengembangan areal persawahan seluas 216.000 ha. Topografi wilayah Nusa Tenggara Barat menunjukkan adanya potensi yang cukup besar bagi pe-ngembangan komoditas tanaman pang-an. Wilayah yang memiliki kemiringan < 15% seluas 850.000 ha dan wilayah yang terletak pada elevasi di bawah 500 m dpl sekitar 913.000 ha.

POTENSI IKLIM

Faktor iklim seperti curah hujan, suhu, radiasi surya, dan kelembapan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produk-si tanaman. Tanaman kacang-kacangan membutuhkan air yang cukup (kondisi tanah yang lembap) selama pertumbuhan-nya. Kondisi air yang berlebihan (ter-genang) tidak baik bagi pertumbuhan tanaman. Apabila air irigasi tidak ter-sedia, maka curah hujan 100−200 mm/ bulan dinilai cukup bagi pertumbuhan tanaman.

Wilayah Nusa Tenggara Barat memiliki tipe iklim C3, D3, D4, E3, dan E4 dengan 3−6 bulan basah dan 4−6 bulan kering. Curah hujan tahunan berkisar dari 1.100 sampai 2.500 mm/tahun. Pada lahan sawah beririgasi, pendayagunaan lahan akan lebih intensif dengan IP mencapai 300. Faktor ketersediaan air pada lahan sawah beririgasi teknis, setengah teknis, dan sederhana tidak menjadi kendala dalam pengembangan tanaman kacang-kacangan. Pengairan 4−6 kali per musim dinilai cukup bagi pertumbuhan tanaman. Pada lahan sawah tadah hujan dan lahan kering di mana ketersediaan air bagi tanaman sangat tergantung pada curah hujan, maka IP maksimal yang mungkin dapat dicapai hanya sekitar 200. Waktu penanaman harus disesuaikan dengan pola curah hujan di wilayah setempat. Data curah hujan rata-rata bulanan di Nusa Tenggara Barat selama 30 tahun (Tabel 6) menunjukkan bahwa wilayah tersebut sesuai untuk pengembangan komoditas kacang-kacangan. Waktu Dari potensi lahan yang ada,

mung-kin tidak seluruhnya dapat ditingkatkan IP-nya dengan tanaman palawija, karena terdapat berbagai jenis tanaman lain (misalnya sayuran) atau adanya kendala teknis dan nonteknis. Apabila di-asumsikan terdapat peluang sekitar 60% untuk pengembangan tanaman palawija, maka terdapat areal sekitar 50.000 ha di lahan sawah dan 80.000 ha di lahan kering (tegalan dan lahan terlantar) bagi pengembangan komoditas palawija (kacang-kacangan).

Untuk mengembangkan komoditas tersebut, strategi yang ditempuh perlu didasarkan pada prioritas dengan mem-pertimbangkan peluang keberhasilan dan risiko usaha tani. Untuk itu, prioritas pertama pengembangan komoditas kacang-kacangan di Nusa Tenggara Barat seyogianya ditujukan ke lahan sawah irigasi; prioritas kedua ke lahan sawah tadah hujan; dan prioritas ketiga ke lahan kering (tegalan). Faktor yang akan men-jadi pembatas dalam pengembangan komoditas adalah ketersediaan air (tersedia irigasi atau tergantung curah hujan).

Data analisis tanah sawah di Nusa Tenggara Barat disajikan pada Tabel 4. Umumnya tanah tergolong netral (pH 6−

7), kandungan hara P sangat tinggi, K sedang, Ca sedang/rendah, dan Mg tinggi. Berdasarkan kesesuaian lahan yang dikemukakan Sumarno (1999) dalam

Adisarwanto et al. (2000), lahan sawah di Nusa Tenggara Barat dapat digolongkan sangat sesuai bagi tanaman kedelai.

Kandungan N, P, Mg, dan bahan organik di lahan kering tergolong rendah/

sangat rendah, sedangkan kandungan K dan Ca tergolong tinggi (Tabel 5). Berdasarkan kesesuaian lahan bagi tanaman kedelai, lahan kering di Nusa Tenggara Barat tergolong kurang sesuai. Perbaikan kesuburan lahan melalui pemupukan, terutama hara P, dan penambahan bahan organik diperlukan apabila lahan tersebut akan ditanami kedelai.

Jenis tanah yang paling dominan di Nusa Tenggara Barat adalah Mediteran (23,40%), Regosol (19,30%), Aluvial (7,30%), Grumusol (5,10%), dan Latosol (2%). Jenis tanah yang terdapat di Pulau Lombok adalah Regosol cokelat, Mediteran cokelat, Grumusol kelabu, sedangkan di Pulau Sumbawa adalah Latosol, Mediteran cokelat kemerahan,

Tabel 4. Data analisis tanah sawah di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Sifat Entisol Vertisol

Tekstur

Pasir (%) 28,33 15,56

Debu (%) 48,62 28,92

Lempung (%) 23,06 57,22

pH 6,25 (agak masam) 7,21 (netral)

N (%) 0,12 (rendah) 0,17 (rendah)

P(ppm) 40,83 (sangat tinggi) 50,75 (sangat tinggi)

K (me/100 g) 0,38 (sedang) 0,41 (sedang)

Ca (me/100 g) 4,65 (rendah) 10,17 (sedang)

Mg (me/100 g) 3,49 (tinggi) 4,32 (tinggi)

S (ppm) 11,28 (sangat rendah) 10,01 (sangat rendah)

Sumber: Mulyati (1995).

Tabel 5. Data analisis tanah lahan kering, Alas, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Sifat Nilai Kriteria

pH (H2O) 6,90 Netral

N-total (%) 0,06 Sangat rendah C-Organik (%) 0,20 Sangat rendah P2O5, Bray I 13,74 Rendah (ppm)

K (me/100 g) 2,30 Sangat tinggi Na (me/100 g) 1,97 Sangat tinggi Ca (me/100 g) 11,65 Tinggi Mg (me/100 g) 2,76 Sangat rendah SO4 (ppm) 2,05 Sangat rendah Fe (ppm) 3,89 Sedang Zn (ppm) 1,16 Rendah Cu (ppm) 2,12 Sedang Mn (ppm) 4,03 Sedang Cl (ppm) 380,13 Sangat tinggi Sumber: Sulistyono et al. (1995).

(4)

tanam yang sesuai, apabila kebutuhan air bagi tanaman tergantung pada curah hujan, adalah pada bulan November-Maret. Apabila air irigasi tersedia, penanaman dapat dilakukan pada musim kemarau (April-Juli).

POLA TANAM

Pengembangan tanaman kacang-kacang-an ditujukkacang-kacang-an terutama untuk wilayah-wilayah dengan IP yang masih rendah. Wilayah-wilayah lahan sawah tadah hujan dan lahan kering yang memiliki IP 100 dikembangkan menjadi IP 200 dengan menyertakan komoditas kacang-kacang-an, sehingga pola tanam alternatifnya adalah padi - kacang-kacangan atau ja-gung - kacang-kacangan. Pada lahan sawah dengan fasilitas irigasi yang cukup, peningkatan IP dengan pengembangan tanaman kacang-kacangan akan bersaing dengan padi. Apabila ketersediaan irigasi tidak cukup untuk padi maka terdapat peluang bagi penanaman palawija. Peluang pengembangan tanaman kacang-kacangan diperkirakan akan lebih besar di wilayah lahan sawah beririgasi sederhana (terbatas) dan sawah tadah hujan sebagai tanaman kedua (MK I, Februari/Maret-Mei/Juni).

Wilayah-wilayah lahan sawah irigasi yang memiliki IP 200 dapat dikembangkan menjadi IP 300 dengan pola tanam alter-natif padi - padi - kacang-kacangan atau padi - kacang-kacangan -

kacang-kacang-an. Di lahan sawah tadah hujan, pe-ngembangan tanaman palawija sebagai tanaman ketiga (MK II, Juni/Juli-Agus-tus/September) berisiko mengalami kekeringan karena curah hujan selama periode tersebut tidak mencukupi. Di lahan kering, pengembangan tanaman kacang-kacangan melalui peningkatan IP memiliki peluang sebagai tanaman kedua (MH II, Januari/Februari-April/ Mei), karena kebutuhan air tanaman dapat dicukupi dari curah hujan.

TEKNOLOGI BUDI DAYA

Penerapan teknologi budi daya yang baik dimaksudkan untuk memberikan

ling-kungan tumbuh yang optimal bagi tanaman sehingga pertumbuhan dan produksi yang diperoleh maksimal. Teknologi budi daya meliputi: 1) peng-gunaan varietas unggul yang sesuai; 2) benih bermutu tinggi; 3) penyiapan lahan yang baik; 4) pemupukan sesuai dengan kondisi kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman; 5) pengaturan/pemberian air irigasi sesuai kebutuhan tanaman; 6) pengelolaan dan perlindungan tanaman dari gangguan hama, penyakit; dan gulma serta; 7) panen dan pascapanen yang tepat.

Hasil penelitian di lahan sawah Sumbawa menunjukkan bahwa hasil kedelai 2,83 t/ha diperoleh dengan menggunakan varietas Wilis, jarak tanam 40 cm x 10 cm, dua tanaman/rumpun, pupuk urea 50 kg, TSP 100 kg, dan KCl 50 kg/ha (Tabel 7). Di lahan sawah Lombok, hasil kedelai dapat mencapai 2,32 t/ha dengan menerapkan cara tanam ditugal, tanah tidak diolah, jarak tanam 40 cm x 10 cm, perawatan benih dengan karbosulfan, saluran drainase setiap 3 m, pemupukan dengan 25 kg urea, 25 kg TSP, dan 25 kg KCl/ha, penggunaan pupuk pelengkap cair, penggunaan mulsa jerami, penyiang-an dua kali, serta proteksi/pengendalipenyiang-an hama sesuai kebutuhan (Tabel 8). Di lahan sawah Sumbawa, hasil kedelai 2 t/ha diperoleh dengan menerapkan cara tanam ditugal, tanah tidak diolah, jarak tanam 40 cm x 10 cm, perawatan benih dengan karbosulfan, saluran drainase setiap 3 m, pemupukan dengan 25 kg urea, 25 kg TSP, dan 25 kg KCl/ha, penggunaan mulsa jerami, penyiangan dua kali, serta proteksi/ pengendalian hama sesuai kebutuhan. Di

Tabel 7. Hasil padi, kedelai, dan kacang hijau dengan beberapa pola tanam di lahan sawah Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, MK 1992.

Hasil (t/ha)

Pola tanam Padi Kedelai Kacang hijau

IR36 IR64 A B A B

Padi - kedelai (petani) 4 − 1,44 − − −

Padi (p.k) - kedelai 5,30 7,04 2,27 2,83 − −

Padi (p.b) - kedelai 6,57 7,12 1,79 2,02 − −

Padi (p.k) - kacang hijau 5,30 7,04 − − 1,57 1,68

Padi (p.b) - kacang hijau 6,57 7,12 − − 1,49 1,41

p.k = persemaian kering; p.b = persemaian basah; A = bekas padi varietas IR36; B = bekas padi varietas IR64.

Sumber: Indrawati et al. (1995).

Tabel 6. Curah hujan rata-rata bulanan (mm) di Nusa Tenggara Barat selama 30 tahun (1960−−−−−1990).

Bulan Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Timur

Januari 264 306 203 204 Februari 240 253 196 234 Maret 198 205 142 243 April 9 0 9 5 5 7 110 Mei 120 9 7 7 3 5 3 Juni 5 6 5 3 2 5 9 Juli 2 3 4 3 2 3 1 1 Agustus 2 2 2 3 1 7 3 September 6 4 2 1 2 1 4 Oktober 9 7 7 3 4 2 3 9 November 126 168 9 0 117 Desember 175 290 199 202 Jumlah 1.475 1.627 1.088 1.229

(5)

selebar 2 m, pemupukan dengan 100 kg urea, 150 kg TSP, 150 kg KCl/ha, Fospo-N, ZPT, penggunaan herbisida, penyiangan satu kali, pengendalian hama tiga kali, pengendalian penyakit dua kali, dan pengairan tiga kali, diperoleh hasil polong 3,77 t/ha (Tabel 10). Di lahan kering Lombok Barat, penanaman kacang tanah dengan pengolahan tanah ringan, tanpa bedengan, jarak tanam 40 cm x 10 cm, penyiangan dan pembumbunan, pe-mupukan dengan 50 kg urea, 100 kg TSP, dan 50 kg KCl/ha, pengendalian hama dua kali dan pengendalian penyakit tiga kali, diperoleh hasil polong varietas Kelinci 2,64 t/ha dan varietas lokal 2,15 t/ha (Tabel 11).

Hasil kacang hijau di lahan sawah Lombok Barat dilaporkan dapat mencapai 2,47 t/ha untuk varietas Walet dan 2,69 t/ha untuk varietas Parkit dengan me-nerapkan pengolahan tanah, pembuatan saluran drainase, tanam dengan ditugal, perlakuan benih dengan karbosulfan, pe-mupukan dengan urea 25 kg, TSP 50 kg, dan KCl 50 kg/ha, mulsa jerami 5 t/ha, pengendalian hama dan penyakit secara intensif, penyiangan dua kali, dan pe-ngairan bila diperlukan (Tabel 12).

Dari hasil penelitian yang di-kemukakan di atas nampak bahwa produktivitas tanaman kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau di Nusa Tenggara Barat cukup tinggi. Oleh karena itu, komoditas tersebut mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan.

ANALISIS EKONOMI

Pada tingkat hasil rata-rata kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau masing-masing 1,89 t/ha, 2,37 t/ha, dan 1,44 t/ha, usaha tani ketiga komoditas tersebut dapat memberikan keuntungan yang layak dan cukup berarti untuk meningkatkan ke-sejahteraan keluarga petani (Tabel 13). Di antara ketiga komoditas tersebut, usaha tani kacang tanah memerlukan biaya produksi tertinggi, diikuti oleh kedelai dan kacang hijau. Dari aspek keuntungan, usaha tani kacang tanah juga memberikan nilai keuntungan tertinggi, diikuti oleh usaha tani kacang hijau dan kedelai. Faktor harga komoditas nampaknya sangat menentukan keuntungan yang diperoleh. Harga kacang tanah adalah yang ter-tinggi diikuti oleh harga kacang hijau dan kedelai.

Tabel 8. Hasil kedelai dengan beberapa paket teknologi di lahan sawah Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, MK 1992.

Masukan Paket teknologi

A B C D Pengolahan tanah − − − − Cara tanam S T T T Drainase (3 m) − + + + Mulsa + + + + Pemupukan I − 0,50 P 0,50 P P Perlakuan benih − + + + Proteksi tanaman − + + + Penyiangan (kali) 1 2 2 2 PPC − − + + Hasil (t/ha) Lombok 1,85 b 2,03 ab 2,32 a 2,32 a Sumbawa 1,67 bc 1,99 ab 1,80 bc 2,31 a

+ = dilakukan; − = tidak dilakukan; S = sebar; T = tugal 40 cm x 10 cm; P = 50 kg urea + 50 kg TSP + 50 kg KCl/ha.

Perlakuan benih = Marshal/karbosulfan (10 g/kg benih). Sumber: Adisarwanto et al. (1995).

lahan kering Lombok, hasil kedelai 1,40 t/ ha diperoleh dengan menggunakan varietas Wilis, jarak tanam 40 cm x 12,50 cm, dua tanaman/rumpun, pemupukan dengan 100 kg urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCl, inokulasi Rhizobium, penyiangan dua kali, pembumbunan, pengendalian hama dua kali dan pengendalian penyakit satu kali (Tabel 9).

Hasil kacang tanah di lahan sawah Lombok Barat mencapai 3,29 t/ha dengan budi daya yang relatif sederhana, yaitu menggunakan varietas lokal, pengolahan tanah dua kali, tanpa pemupukan NPK, penyiangan satu kali, pengendalian hama dua kali dan pengairan tiga kali. Dengan menggunakan varietas Kelinci, tanah diolah dua kali, bedengan dibuat

Tabel 9. Hasil kedelai dengan beberapa paket teknologi di lahan kering Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, MH 1991/92.

Masukan Paket teknologi

A B C D Varietas L W W W Jarak tanam (cm) P 20 x 20 40 x 12,50 60 x (20 x 12,50) Cara tanam P T T T Pemupukan (kg/ha) Urea P 5 0 100 150 TSP P 5 0 100 150 KCl P 5 0 100 120 Inokulasi Rhizobium P + + − Perlakuan benih Direndam P + − + Karbosulfan − + − + Penyiangan (kali) P 2 2 2 Pembumbunan P − + +

Proteksi hama P pan 2 x pan

Proteksi penyakit P pan 1 x 2 x

Hasil (t/ha) 1,12 b 1,12 b 1,40 a 1,46 a

L = lokal; W = wilis; P = petani; T = tugal; + = dilakukan; − = tidak dilakukan; pan = ber-dasarkan pemantauan.

(6)

KESIMPULAN

Keberhasilan pengembangan komoditas tanaman pangan di suatu wilayah ditentu-kan oleh faktor teknis dan nonteknis. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kelayakan sumber daya lahan, kesesuaian iklim/cuaca bagi pertumbuhan tanaman, dan ketersediaan teknologi usaha tani. Faktor-faktor teknis yang diuraikan dalam tulisan ini nampaknya mendukung upaya pengembangan komoditas kacang-ka-cangan di Nusa Tenggara Barat. Kendala yang akan dihadapi lebih banyak berupa kendala nonteknis seperti motivasi petani untuk mendapatkan tambahan pendapat-an, pengetahuan/keterampilan petani, dan harga komoditas. Peran pemerintah diperlukan untuk memotivasi petani dan membina lingkungan usaha yang kon-dusif, seperti pembinaan sistem per-benihan, penyediaan sarana, prasarana dan kredit usaha tani, pembimbingan/ penyuluhan, dan mengupayakan pemasar-an ypemasar-ang layak.

Wilayah Nusa Tenggara Barat memiliki potensi dan peluang untuk pengembangan komoditas kacang-kacangan, baik di lahan sawah ataupun di lahan kering, melalui peningkatan IP. Pemanfaatan peluang tersebut tidak hanya dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan produksi nasional, tetapi juga akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga tani di wilayah tersebut.

Tabel 11. Hasil kacang tanah dengan beberapa paket teknologi di lahan kering Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, MK 1992.

Masukan Paket teknologi

A B C D E Pengolahan tanah I R R I I Bedengan (m) − − 1,80 − 1,80 Jarak tanam (cm) 30 x 20 40 x 10 50 x (20 x 10) 40 x 10 50 x (20 x 10) Pembumbunan − + − − + Penyiangan (kali) 2 2 1 1 2

Pengendalian hama (kali) 2 2 3 2 3

Pengendalian penyakit (kali) − 3 6 3 6

Pupuk (kg/ha)

Urea − 50 100 5 0 100

TSP − 1 0 0 200 100 200

KCl − 50 100 5 0 100

Kapur − − − − 200

Hasil polong (t/ha)

Varietas lokal 1,28 2,15 1,73 1,48 1,98

Varietas Kelinci 2,14 2,64 2,43 2,35 2,75

I = intensif; R = ringan; + = dilakukan; − = tidak dilakukan Sumber: Harnowo et al. (1995).

Tabel 10. Hasil kacang tanah dengan beberapa paket teknologi di lahan sawah Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, MK 1991.

Masukan Peket teknologi

A B C D E

Pengolahan tanah (kali) 2 2 2 2

Bedengan (m) 3 2 3 2 Pupuk (kg/ha) Urea 5 0 5 0 100 100 TSP 5 0 100 100 150 KCl − 5 0 100 100 150 Fospo N + + + Z P T + + Herbisida − + − − + Penyiangan (kali) 1 2 2 1

Pengendalian hama (kali) 2 3 3 3

Pengendalian penyakit (kali) − 2 2 2 2

Pengairan (kali) 3 3 3 3 3

Hasil polong (t/ha)

Varietas lokal 3,29 2,71 2,82 2,77 3,54

Varietas Kelinci 3,17 3,37 2,53 3,04 3,77

+ = dilakukan; = tidak dilakukan. Sumber: Harsono (1995).

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T., B.S. Radjit, dan Isgiyanto. 1995. Paket teknologi kedelai pada lahan sawah dan lahan kering di Nusa Tenggara Barat. Dalam H. Suyamto, A. Kasno, Sugiono, A. Taufiq, dan A. Winarto (Ed.). Risalah Seminar Perbaikan Teknologi Tanaman Pangan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. hlm. 312−317.

Adisarwanto, N. Saleh, Marwoto, dan N. Sumarlim. 2000. Teknologi Produksi

Ke-delai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. 25 hlm. Badan Meteorologi dan Geofisika. 2001.

Prakiraan Musim Hujan 2001/2002 di Indonesia. Departemen Perhubungan, Jakarta. 37 hlm.

Badan Perencanaan Daerah. 1988. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka. Bappeda-Kantor Statistik Nusa Tenggara Barat. 286 hlm.

Biro Pusat Statistik. 1995. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Luar Jawa. Biro Pusat Statistik. Jakarta. hlm. 50−53; 122−123. Biro Pusat Statistik. 1997. Statistik Indonesia.

Biro Pusat Statistik. Jakarta. hlm. 162171. Food and Agriculture Organization. 1999.

Trade. FAO Statistic series (No. 151). Fauzi, A., D. Djaenudin, dan H. Subagio. 1995.

Penyusunan peta potensi kesesuaian lahan dan peta pewilayahan komoditas di Propinsi

(7)

Nusa Tenggara Barat. Dalam H. Suyamto, A. Kasno, Sugiono, A. Taufiq, dan A. Winarto (Ed.). Risalah Seminar Perbaikan Teknologi Tanaman Pangan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. hlm. 33−46.

Harnowo, D., A. Harsono, dan Purwanto. 1995. Evaluasi beberapa paket teknologi budi daya kacang tanah di lahan kering. Dalam H. Suyamto, A. Kasno, Sugiono, A. Taufiq, dan A. Winarto (Ed.). Risalah Seminar Perbaikan Teknologi Tanaman Pangan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. hlm. 324329.

Harsono, A. 1995. Keragaan tanaman kacang tanah pada beberapa paket teknologi budi daya di lahan sawah. Dalam H. Suyamto, A. Kasno, Sugiono, A. Taufiq, dan A. Winarto (Ed.). Risalah Seminar Perbaikan Teknologi Tanaman Pangan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. hlm. 353−357.

Indrawati, Suyamto, B. Sulistyono, dan L.J. Santoso. 1995. Peningkatan indeks per-tanaman dan produktivitas lahan sawah tadah hujan di Sumbawa. Dalam H. Suyamto, A. Kasno, Sugiono, A. Taufiq, dan A. Winarto (Ed.). Risalah Seminar Perbaikan Teknologi Tanaman Pangan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. hlm. 224232.

Mulyati. 1995. Penilaian ketersediaan unsur hara makro pada lokasi penanaman bawang merah di tanah Entisol dan Vertisol Lombok Timur.

Dalam H. Suyamto, A. Kasno, Sugiono, A. Taufiq, dan A. Winarto (Ed.). Risalah Seminar Perbaikan Teknologi Tanaman Pangan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. hlm. 305−311.

Radjit, B.S. 1995. Perbaikan teknik budi daya kacang hijau di lahan sawah Propinsi Nusa Tenggara Barat. Dalam H. Suyamto, A. Kasno, Sugiono, A. Taufiq, dan A. Winarto (Ed.). Risalah Seminar Perbaikan Teknologi Tanaman Pangan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. hlm. 342352.

Sulistyono, B., Suyamto, dan Indrawati. 1995. Teknologi produksi jagung pada lahan kering di Sumbawa. Dalam H. Suyamto, A. Kasno, Sugiono, A. Taufiq, dan A. Winarto (Ed.). Risalah Seminar Perbaikan Teknologi Tanaman Pangan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. hlm. 233−242.

Susanti, E., I. Amien, dan H. Sosiawan. 1995. Penyusunan zone agroekologi sebagai alternatif dasar pengembangan pertanian di Nusa Tenggara Barat. Dalam H. Suyamto, A. Kasno, Sugiono, A. Taufiq, dan A. Winarto (Ed.) Risalah Seminar Perbaikan Teknologi Tanaman Pangan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. hlm. 1420.

Tabel 12. Hasil kacang hijau dengan beberapa paket teknologi di lahan sawah, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, MK 1991.

Masukan Paket teknologi

A B C D E Pengolahan tanah − + − − − Drainase + + − − − Mulsa (5 t/ha) + + + − + Cara tanam Ditugal + + + + − Disebar − − − − + Proteksi tanaman − Perlakuan benih + + + − − Pemantauan + − − − − Berkala − + − + − Cara petani − − + − + Penyiangan (kali) 2 2 2 2 1 Pemupukan 1 paket1 + 0,50 paket2 + Takaran petani − − − + + Pengairan + + + + + Varietas Walet 2,41 a 2,47 a 2,02 b 2,06 b 1,28 c Varietas Parkit 2,68 a 2,69 a 2,02 b 2,01 b 1,31 c

+ = dilakukan; − = tidak dilakukan.

1 50 kg urea, 75 kg TSP, dan 50 kg KCl/ha; 2 25 kg urea, 37,50 kg TSP, dan 25 kg KCl/ha.

Sumber: Radjit (1995).

Tabel 13. Analisis ekonomi usaha tani kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah per hektar di Nusa Tenggara Barat, tahun 1999.

Uraian Kedelai Kacang hijau Kacang tanah

Jumlah (Rp 1.000) Jumlah (Rp 1.000) Jumlah (Rp 1.000)

Sarana produksi Benih (kg) 4 0 200 2 5 125 120 600 Pupuk (kg) Urea 5 0 52,50 5 0 52,50 5 0 52,50 SP36 100 165 100 165 100 165 KCl 5 0 122,50 5 0 122,50 5 0 122,50 Insektisida Marshal/karbosulfan 4 8 8 4 4 4 − − (bungkus) Matador/lamda 2 260 1 130 1 130 sihalotrin (1) Decis/deltrametrin (l) 1 162,50 1 162,50 1 162,50 Fungisida Derasol 60 − − − − 3 300 WP/karbendazim (kg) Jumlah (A) 1.050,50 801,50 1.532,50

Tenaga kerja (Hok)

Penyiapan lahan 2 0 160 2 0 160 2 0 160

Tanam 1 5 120 1 5 120 2 0 160

Penyiangan 2 5 200 1 5 120 2 5 200

Penyemprotan 1 5 120 1 0 8 0 1 5 120

Panen dan pascapanen 3 0 240 2 0 160 2 5 200

Jumlah (B) 105 840 8 0 640 105 840 Jumlah (A+B) 1.890,50 1.441,50 2.372,50 Hasil (kg/ha) 1.800 1.400 2.300 Pendapatan 3.240 3.500 6.900 Keuntungan 1.349,50 2.058,50 4.527,50 B/C ratio 0,71 1,43 1,91 Harga per kg (Rp) 1,80 2,50 3

Gambar

Tabel 3.   Luas areal tanam palawija di Nusa Tenggara Barat setiap tahun (ha).
Tabel 4. Data analisis tanah sawah di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Tabel 7. Hasil padi, kedelai, dan kacang hijau dengan beberapa pola tanam di lahan sawah Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, MK 1992.
Tabel 8. Hasil  kedelai dengan beberapa paket teknologi di lahan sawah Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, MK 1992.
+3

Referensi

Dokumen terkait

1 dalyje nustatyta tvarka, kai prašymą atnaujinti procesą pateikia prokuroras, esantis šalimi (LR CPK 49 str., 365 str. Antruoju atveju įstatymų leidėjas įtvirtina nuostatą,

Hasil dari analisis leverage attributes atau atribut sensitif pada dimensi sosial yang memiliki nilai RMS ≥ 2% yaitu, pengetahuan tentang usahatani komoditas

8 3.3 Mengevaluasi paragraf deskriptif, argumentatif, naratif, dan persuasive 4.3 Menyusun kembali format dokumen pengolah kata ● Jenis-jenis paragraph (deksriptif,

Koefisien X 2 sebesar 0,265 yang berarti apabila nilai Kebiasaan Belajar (X 2 ) meningkat satu satuan maka pertambahan nilai pada Prestasi Belajar Akuntansi (Y) sebesar

Kesuksesan Festival Kampung Tugu yang diklaim sebagai hajat besar IKBT tidak terlepas dari jasa EO yang menjadi rekanan Sudin Budpar saat itu yaitu FKAI (Forum

Sig (2-tailed) lebih kecil dari 0.01 maka Ha diterima, yang artinya ada pengaruh sangat signifikan, sehingga dapat disimpulkan ada Pengaruh sangat signifikan Penerapan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya: (1) biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi bersertifikat organik per hektar per satu musim tanam pada Kelompok Tani

dilandasi dengan sumberdaya lokal. Melalui pengembangan potensi yang ada diharapkan upaya pemerintah daerah dalam memberdayakan masyarakat khususnya industri batik