• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL RESIK

(REALISTIK SETTING KOPERATIF) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI SEMESTER I SD NO 6

PANJITAHUN PELAJARAN 2014/2015

Komang Adi Suryanata1, Nyoman Dantes2, I Gede Margunayasa3

1,3Jurusan PGSD,2BK,FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: Ebiexnatha@yahoo.com1, dantes_nyoman@yahoo.co.id2, pakgun_pgsd@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan kualitas pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru saat melaksanakan pembelajaran yang dalam perancangannya menggunakan model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif), serta mengetahui peningkatan hasil belajar Matematika setelah penerapan pembelajaran kooperatif model RESIK. Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Subjek penelitian ini adalah kelas VI semester I SD NO 6 Panji kecamatan Sukasada, kabupaten Buleleng, tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 14 orang, dengan rincian 6 perempuan dan 8 laki-laki. Objek penelitian ini adalah hasil belajar hasil belajar Matematika siswa setelah penerapan model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif). Data yang dikumpulkan menggunakan metode tes dengan instrumen pengumpulan datanya menggunakan lembar tes essay. Tes essay ini mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap pelajaran Matematika yang mereka peroleh. Data dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa, diproleh bahwa hasil belajar Matematika siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus berikutnya. Tingkat hasil belajar siswa kelas VI Semester I SD NO 6 Panji pada siklus I sebesar 67,5% kemudian meningkat pada siklus II menjadi sebesar 80,71%. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus II sebesar 92,85%. Hasil belajar siswa secara individu pada siklus II sudah mencapai target atau indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas.Jadi, terdapat peningkatan hasil belajar Matematika setelah penerapan pembelajaran kooperatif model RESIK.

Kata kunci: model pembelajaran RESIK, hasil belajar Matematika.

Abstract

This study aims to investigate the tendency of learning management quality which is conducted by teachers in learning process in which RESIK (Cooperative Setting Realistic) learning model is applied. This study also aims to find out the improvement of students’ mathematics achievement after RESIK learning model is applied. This is a Classroom Based Action Research. The subject of the study is students of grade 6 semester 1 of SD NO 6 Panji Sukasada Sub-regency, Buleleng Regency in the academic year 2014/2015. The number of students that are used as the subject of study is 14 students which consist of 6 girls and 8 boys. The object of the study is the students’ mathematics achievement after RESIK (Cooperative Setting Realistic) learning model is applied during the learning process. The collection of the data is using essay type test. This is essay test mean that knowledge of students in Mathematics leason that students given. The data are analyzed by using quantitative descriptive analysis method. Based on the result of data analysis, the students’ mathematics achievement is improving from one cycle to the next cycle. The percentage of students’

(2)

achievement in cycle 1 of grade 6 Semester 1 SD NO 6 Panji is 67.5% and then it is improving to 80.71% in cycle 2. On the other hand, the percentage of students who pass the grade is 92.85%. The students’ achievement individually during the cycle 2 is already reaching the target or indicator of success of this classroom action research. So, there is an improvement upon the students’ mathematics achievement after the application of RESIK cooperative learning model.

Key words: RESIK Learning Model, Students’ Mathematics Achievement

PENDAHULUAN

Pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang dirancang guna mendukung proses belajar yang ditandai dengan perubahan perilaku individu sesuai dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mengharapkan terbentuknya watak bangsa yang beradab dan memiliki iman taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta berkembangnya potensi peserta didik. Guru mempunyai tanggung jawab profesional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya sebagai pengemban misi pendidikan.

Pendidikan memiliki kekuatan (pengaruh) yang dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan juga akan sangat berperan penting dalam kehidupan keluarga, masyarakat, serta berbangsa dan bernegara. Pendidikan hendaknya harus diterapkan sedini mungkin pada tiap diri manusia. Dalam hal ini, jenjang pendidikan di Sekolah Dasar nantinya akan menjadi tempat awal pengetahuan seseorang terbentuk. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan kepada siswa di kelas tetapi dituntut untuk meningkatkan kemampuan guna mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesinya.

Sesungguhnya tugas utama guru bukan semata-mata mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kurikulum, tetapi meningkatkan kemampuan belajar siswa. Guru bukannya harus mengajar sebanyak mungkin, tetapi menciptakan kondisi sehingga siswa bisa belajar dan belajar bagaimana belajar. Guru yang baik adalah guru yang mampu meningkatkan pemberdayaan siswa sehingga siswa mampu belajar dengan efektif. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan hasil belajar siswa.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu dipersiapkan model pembelajaran dan media belajar yang tepat agar dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa.

Peranan matematika yang begitu besar ternyata tidak sesuai dengan kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika siswa khususnya di Sekolah Dasar.

Kebanyakan siswa menganggap

matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit dipelajari. Pendidikan Matematika merupakan alat yang paling efisien dan diperlukan oleh semua ilmu pengetahuan sehingga tanpa bantuan Matematika semuanya tidak akan medapat kemajuan yang berarti. Pembelajaran Matematika diarahkan pada pembentukan kemampuan berpikir siswa yang berstandar pada hakikat Matematika. Matematika

merupakan unsur utama dalam

pembelajaran Matematika. Berdasarkan hakikat tersebut, maka hasil pembelajarannya berupa kemampuan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh.

Piaget menjelaskan siswa berpikir sepanjang ia berbuat, tanpa perbuatan berarti siswa itu tidak berpikir. Oleh karena itu, agar siswa berpikir sendiri maka harus diberikan kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah siswa itu berpikir pada taraf perbuatan. Dari berbagai pengalaman dan pengamatan terhadap perilaku siswa dalam pembelajaran, hasil belajar Matematika dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat.

(3)

Namun kenyataannya, penguasaan Matematika pada semua jenjang pendidikan, terutama jenjang sekolah dasar, selalu menjadi permasalahan besar. Masalah pendidikan di Indonesia yang selama ini muncul berkaitan dengan mutu pendidikan Matematika baik dari segi proses dan produk. Pendidikan yang berlangsung masih bersifat teacher centered. Proses belajar didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa. Mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang mempunyai banyak konsep dasar yang perlu dipahami oleh setiap siswa sekolah dasar dalam proses pembelajaran. Keprihatinan akan rendahnya mutu pendidikan di tingkat sekolah dasar bukan saja dikeluhkan oleh para orang tua murid, tapi juga oleh guru mata pelajaran Matematika sekolah dasar yang setiap hari bergelut dengan siswa. Upaya semaksimal mungkin untuk mengajar dengan baik sudah dilakukan, akan tetapi hasilnya tetap minim.

Matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep, struktur konsep, dan mencari hubungan antara konsep dan strukturnya. Pada hakikatnya pembelajaran Matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar Matematika. Tujuan pembelajaran Matematika adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa apabila guru memahami cara belajar dan berpikir siswa. Agar siswa mampu dan terampil menggunakan Matematika dan memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan Matematika.

Dapat dikatakan bahwa Matematika merupakan bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan yang diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah. Pembelajaran Matematika di SD adalah pembelajaran Matematika yang diselenggarakan di sekolah dasar yang disesuaikan dengan perkembangan peserta didik, untuk menanamkan konsep matematis yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Berbagai pola lama yang diterapkan oleh guru terutama dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang notabene masih terpusat pada guru (teacher

centered) menyebabkan kurangnya

kesempatan bagi siswa untuk dapat mengembangkan aktivitas belajar Matematika siswa di dalam kelas. Siswa mengikuti pelajaran hanya mengikuti apa yang diinstruksikan oleh gurunya. Ketergantungan akan keberadaan guru sangatlah tinggi. Dalam situasi demikian peranan siswa dalam mengembangkan belajarnya tidak ada.

Bukti rendahnya kualitas pembelajaran Matematika juga ditunjukkan dari hasil observasi di lapangan. Siswa kelas VI SD NO 6 Panji dalam bidang Matematika dapat dilihat dari hasil UAS. Hasil UAS menunjukkan bahwa nilai ulangan Matematika siswa masih tergolong rendah yakni pada persentase 55-64% jika dikonversikan ke dalam kriteria PAP (Penilaian Acuan Patokan) skala lima. Terungkap pula bahwa dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang didominasi dengan metode ceramah, diselingi dengan tanya jawab dan pemberian tugas yang dikerjakan secara individu maupun berkelompok. Selain itu, dalam proses pembelajaran Matematika jarang ditemui guru yang menggunakan alat-alat maupun bahan praktik sebagai sarana pendukung pembelajaran. Guru-guru biasanya hanya memanfaatkan buku penunjang sebagai sumber informasi. Dalam pembelajaran Matematika yang bersifat teacher-centered, guru hanya menjelaskan materi dan konsep yang terdapat pada buku maupun referensi lainnya. Pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan siswa kurang aktif dan terlibat lebih mendalam saat proses pembelajaran. Hal tersebut berdampak pada kecenderungan siswa untuk menghafal daripada memahami materi pelajaran. Akibatnya, hasil belajar Matematika siswa masih rendah.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa sebagai anggota kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa untuk bekerja secara partisipatif dan

(4)

kolaboratif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk

memahami suatu materi dalam

pembelajaran kooperatif, guru bertindak sebagai fasilitator.

Guru merancang kegiatan dan menentukan aturan main dalam kelompok serta membimbing kelompok agar kegiatannya dapat berjalan dengan baik. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa diberi dua macam tanggung jawab yang harus mereka laksanakan. Pertama, semua siswa terlibat dalam mempelajari dan menyelesaikan materi atau tugas yang diberikan oleh guru. Kedua, meyakinkan semua anggota dalam kelompok memahami tugas yang diberikan. Dengan demikian, siswa dapat meyakinkan dirinya, bahwa hasil yang akan diperoleh bermanfaat bagi diri sendiri dan yang lain dalam kelompok.

Didalam pembelajaran kooperatif, terdapat pula ciri-ciri pembelajaran kooperatif, antara lain : (1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan serta menuntaskan materi pembelajarannya, (2) kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah, (3) bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin, dan agama yang berbeda, (4) penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani oleh kelompok. Disamping itu, siswa juga dituntut untuk bersama-sama menanggung resiko dari baik buruknya hasil yang diperoleh kelompok itu sendiri.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4 sampai 6 orang siswa. Setiap kelompok terdiri atas siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah serta jenis kelamin yang berbeda pula. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, hendaknya setiap siswa harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami suatu materi dalam pembelajarannya.

Oleh karena itu, diperlukan suatu model mengajar yang memenuhi syarat

tersebut. Setiap peserta didik mempunyai cara sendiri untuk mengkontruksi pengetahuannya. Maka penting bagi setiap peserta didik untuk mengerti kekhasannya, juga keunggulan dan kelemahannya dalam belajar. Mereka perlu menemukan cara belajar yang tepat bagi mereka sendiri. Setiap peserta didik mempunyai cara yang

cocok dalam mengkontruksikan

pengetahuannya yang kadang berbeda dengan teman-temannya yang lain. Oleh karena itu, pemberian otonomi belajar bagi siswa merupakan hal yang penting dalam

memajukan belajar seseorang.

Pembelajaran akan lebih bermakna apabila

siswa secara aktif membina

pengetahuannya melalui otonomi yang ia miliki.

Salah satu model pembelajaran yang cocok dan dapat digunakan adalah model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif). Model ini cocok dengan semua gaya belajar yang memberikan energi dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan sehingga hasil belajar siswapun akan menjadi lebih baik. Di samping itu terdapat alasan lain yang memperkuat dipilihnya model pembelajaran RESIK ini. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses perubahan konseptual, namun tidak berarti bahwa pembelajaran tersebut bersifat mengumpulkan fakta-fakta baru yang lebih ilmiah dalam menjelaskan suatu peristiwa. Pembelajaran dalam perubahan konseptual terutama melibatkan penggalian konsepsi awal siswa pada peristiwa tertentu dan penggunaan cara-cara untuk membantu siswa mengubah konsep mereka yang kurang tepat sehingga mereka mendapat suatu konsep baru yang lebih ilmiah.

Model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif) merupakan suatu model pembelajaran yang memuat enam tahap pembelajaran, yaitu tahap memotivasi siswa, tahap menyajikan informasi dan melibatkan siswa memahami masalah kontekstual, tahap mengorganisasi siswa ke dalam kelompok belajar dan memberikan tugas kelompok, tahap membimbing kelompok belajar dan belajar, tahap diskusi dan negosiasi, serta tahap evaluasi dan penghargaan.

(5)

Pembelajaran dengan mengguna-kan model pembelajaran RESIK (Realistik

Setting Kooperatif) menempatkan siswa

sebagai subjek dalam proses

pembelajaran. Dalam hal ini, siswa hendaknya mampu berpikir sendiri untuk menggali pengetahuan di dalam proses pembelajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Dalam pembelajarannya, siswa tidak menerima informasi secara pasif, melainkan secara aktif mengkontruksi pengetahuan melalui pengalaman belajarnya. Pembelajaran dirancang untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan aktivitas atau mendiskusikan permasalahan dalam bentuk soal cerita dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Pada saat melakukan aktivitas atau diskusi, siswa saling berinteraksi, saling membantu dan saling melengkapi. Hal ini akan memungkinkan siswa untuk dapat memahami sendiri suatu konsep atau prinsip matematika.

Dalam model pembelajaran RESIK, guru tidak lagi berfungsi sebagai pemberi ilmu, tetapi lebih sebagai fasilitator. Guru menyiapkan berbagai perangkat pembelajaran, mengorganisasi siswa dalam kelompok-kelompok kecil, mendorong siswa untuk dapat belajar lebih terfokus dan optimal, mengarahkan diskusi siswa, serta mengajukan pertanyaan - pertanyaan realistik yang merangsang siswa untuk berpikir.

Dalam model pembelajaran RESIK siswa diharapkan dapat memahami sendiri suatu konsep, tanpa dijelaskan oleh guru. Jadi prinsip konstruksi pengetahuan oleh siswa, menjadi perhatian utama dalam model pembelajaran RESIK. Selain itu, model pembelajaran RESIK dirancang untuk menyediakan kondisi yang memungkinkan penguatan dan perluasan pengetahuan siswa. Untuk tercapainya hal ini, sangat dibutuhkan perencanaan aktivitas atau pemecahan masalah secara baik dan sesuai. Peran guru dalam hal perencanaan aktivitas atau pemecahan masalah ini sangat utama. Guru perlu merencanakan dan mempersiapkan masalah kontekstual yang sesuai, yang memungkinkan siswa untuk beraktivitas

saling membantu dalam kelompok kecil untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri.

Dalam model pembelajaran RESIK, dikembangkan suasana pembelajaran yang demokratis. Interaksi antar siswa dalam melakukan aktivitas belajar pada kelompok, masing-masing mendapat penekanan penting dalam model ini. Guru berfungsi memfasilitasi agar interaksi antar siswa dalam semua aktivitas proses pembelajaran ini dapat berlangsung dengan baik. Guru perlu pula mengorganisasi proses pembelajaran sebaik mungkin agar siswa tetap di dalam aktivitas atau tugas belajarnya (on task), serta memfasilitasi dan memotivasi siswa agar terjadi kerjasama secara kooperatif. Dalam model pembelajaran RESIK, penempatan evaluasi dan fase terakhir tidak dimaksudkan bahwa penilaian harus selalu dilakukan pada akhir proses pembelajaran. Penilaian dapat dilakukan diawal, pertengahan ataupun diakhir proses pembelajaran

Model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif) memilki keunggulan-keunggulan yang diharapkan mampu menangani semua permasalahan tersebut di atas. Dalam model pembelajaran RESIK, siswa diharapkan dapat memahami sendiri suatu konsep melalui bimbingan guru. Prinsip konstruksi pengetahuan oleh siswa menjadi perhatian utama dalam model pembelajaran RESIK, sehingga siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran. Pengetahuan yang dimiliki siswa bukanlah hasil transfer dari guru ke siswa, melainkan hasil konstruksi melalui pengalaman belajar di kelas yang diarahkan oleh guru. Dalam pembelajaran siswa diarahkan untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kooperatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan memahami konsep/materi matematika secara bersama-sama. Dalam diskusi kelompok ini, akan terjadi interaksi antara siswa dengan siswa serta siswa dengan guru. Selain berdiskusi dalam kelompok, pembelajaran dengan model RESIK dapat memfasilitasi siswa untuk belajar menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas, serta menyimak informasi kemudian belajar mengemukakan pendapat.

(6)

Berdasarkan penjabaran tersebut, maka dilakukanlah penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui

kecenderungan kualitas pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru saat melaksanakan pembelajaran yang dalam perancangannya menggunakan model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif) serta mengetahui peningkatan hasil belajar Matematika setelah penerepan pembelajaran kooperatif model RESIK pada siswa kelas VI di SD NO 6 Panji Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015.

METODE

Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) yang bertujuan untuk

meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran di sekolah tempat berlangsungnya penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini akan dilaksanakan di SD NO 6 Panji Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Subjek penelitian ini adalah kelas VI semester I SD NO 6 Panji kecamatan Sukasada, kabupaten Buleleng, tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 14 orang, dengan rincian 6 perempuan dan 8 laki-laki. Objek penelitian ini adalah hasil belajar hasil belajar Matematika siswa setelah penerapan model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif).

Dalam model PTK ini, terdapat empat tahapan pada satu siklus penelitian. Keempat tahapan tersebut terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Tahapan-tahapan penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut. Pertama, Perencanaan Tindakan (Plan), sebelum memasuki tahap pelaksanaan tindakan, terlebih dahulu menyiapkan perencanaan tindakan (plan). Pada tahap ini, peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran Matematika yang bersangkutan sehingga terjadi keterpaduan. Kedua, Pelaksanaan Tindakan (Do), Peneliti melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran dan untuk setiap kali pertemuan peneliti menggunakan pembelajaran model RESIK (Realistik

Setting Kooperatif). Ketiga,

Observasi/Evaluasi (Do), Langkah-langkah observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati seluruh kegiatan di kelas pada saat pelaksanaan tindakan. Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan dokumen observasi. Observasi yang dilaksanakan dibantu oleh seorang observer (guru). Selain melakukan observasi, dilakukan juga evaluasi. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model RESIK (Realistik Setting Kooperatif). Hal yang dilakukan dalam evaluasi ini adalah dengan cara memberi tes. Keempat, Refleksi (See), Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Perumusan refleksi ini dilakukan bersama antara peneliti dan guru Matematika. Dasar perumusan refleksi adalah hasil observasi pembelajaran dan hasil belajar Matematika siswa setelah diterapkan pembelajaran model RESIK (Realistik Setting Kooperatif).

Hasil dari kegiatan ini berupa informasi yang digunakan sebagai dasar untuk merancang kegiatan yang dilakukan pada siklus II atau siklus berikutnya. Pada setiap akhir siklus dilakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan dengan mengkaji kelebihan-kelebihan, kekurangan-kekurangan, dan kendala-kendala yang dialami untuk dijadikan pertimbangan dalam merancang dan melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya. Uraian yang dilaksanakan pada tiap tahap untuk siklus berikutnya pada dasarnya sama, seperti uraian kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I. Akan tetapi, beberapa hal dalam pelaksanaan tindakan dapat mengalami perubahan sesuai hasil yang diperoleh pada siklus sebelumnya.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Metode tes dilakukan dengan membagikan tes untuk mengukur hasil belajar Matematika siswa. Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian yang

(7)

digunakan adalah tes essay, karena dalam menjawab soal dalam bentuk tes essay siswa dituntut untuk menjawab secara rinci, sehingga proses berpikir, ketelitian sistematis penyusunan dapat dievaluasi dan juga untuk mengetahui bagaimana siswa menuangkan pemikirannya secara tertulis. Tes essay ini mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap pelajaran Matematika yang mereka peroleh. Untuk menganalisis data, digunakan metode analisis deskriptif kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Selama penelitian berlangsung, pelaksanan pembelajaran di kelas secara

umum sudah sesuai dngan RPP yang telah disusun. Hasil penelitian yang disajikan meliputi data-data yang telah diproleh selama penelitian yaitu data hasil belajar Matematika tehadap penerapan model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif). Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis sesuai dengan teknik analisis data yang telah diterapkan pada metode penelitian.

Adapun hasil dari analisis data mengenai hasil belajar matematika terhadap penerapan model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif) sebagai berikut.

Tabel 1 Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI Semester I SD NO 6 Panji Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Siklus I dan Siklus II.

No

Jenis Data

Siklus I

Siklus II

Peningkatan

1

Hasil Belajar M (%)

67,5%

80,71%

13,21%

2

Ketuntasan Belajar KB (%)

64,3%

92,85%

28,55%

Tingkat hasil belajar siswa kelas VI Semester I SD NO 6 Panji pada siklus I sebesar 67,5% kemudian meningkat pada siklus II menjadi sebesar 80,71%. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus II sebesar 92,85%. Hasil belajar siswa secara individu pada siklus II sudah mencapai target atau indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas. Sehingga secara deskriptif, ditinjau dari rata-rata skor perolehan hasil belajar Matematika, siswa yang belajar pada tahap siklus ke-II hasil belajarnya lebih baik dari hasil belajar siswa pada tahap siklus ke-I.

Analisis Data

Untuk menganalisis data, digunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Berdasarkan analisis tersebut, maka dilakukan analisis data dengan mengitung rata-rata dan persentase rata-rata. Untuk menentukan persentase tingkat ketuntasan hasil belajar Matematika siswa, maka nilai rata-rata dikonversikan kedalam penilaian acuan patokan (PAP) skala lima. Pada metode analisis data di atas, maka untuk dapat menentukan kriteria keberhasilan

siswa dalam menyelesaikan operasi hitung ditentukan dengan menggunakan ketuntasan belajar (KB).

Berdasarkan pada KB tersebut, secara klasikal siswa dapat dikatakan tuntas apabila siswa mampu mencapai persentase ketuntasan belajar ≥ 80%. Apabila KB siswa secara klasikal belum mencapai ≥ 80%, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Remidi akan ditempuh siswa yang belum mencapai KKM, apabila secara klasikal persentase siswa sudah mencapai ≥ 80%. Siklus ini akan berakhir apabila peningkatan hasil belajar siswa mencapai persentase 80%, dan KB mencapai ≥ 85% dengan kriteria tinggi.

Pembahasan

Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa, diproleh bahwa hasil belajar Matematika siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus berikutnya. Persentase tingkat hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada refleksi siklus I baru mencapai 67,5% dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 64,3%. Dari data hasil tes belajar

(8)

siswa siklus I penelitian belum sesuai dengan kategori yang di inginkan. Hal ini disebabkan karena persentase nilai rata-rata klasikal masih di bawah 70% yakni baru mencapai 67,5%.

Berdasarkan hasil observasi dan temuan selama pemberian tindakan banyaknya siswa yang belum tuntas ini sebabkan oleh beberapa faktor yakni: siswa belum terbiasa untuk mengikuti pembelajaran dengan menggnakan model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif), Siswa belum terbiasa dalam melaksanakan kerja kelompok sehingga siswa kurang antusias dalam berdiskusi bersama anggota kelompoknya masing-masing. Berdasarkan kendala-kendala tersebut, dilakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu bekerja sama dalam kelompoknya masing-masing.

Tingkat hasil belajar siswa kelas VI Semester I SD NO 6 Panji pada siklus I sebesar 67,5% kemudian meningkat pada siklus II menjadi sebesar 80,71%. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus II sebesar 92,85%. Hasil belajar siswa secara individu pada siklus II sudah mencapai target atau indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas.

Secara umum, kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran tidak terlalu berdampak serius terhadap hasil belajar pada siswa kelas VI semester I SD NO 6 Panji tahun ajaran 2014/2015 karena hasil belajar Matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif) sudah mengalami peningkatan.

Keberhasilan penerapan model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif) dalam peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas VI Semester I SD NO 6 Panji tahun pelajaran 2014/2015 ini tidak terlepas dari kekurangan, kendala, dan kelebihan dari penerapannya.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. 1. Kecenderungan kualitas pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru saat melaksanakan

pembelajaran, yang dalam perancangannya menggunakan model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif) siswa kelas VI Semester I SD NO 6 Panji tahun pelajaran 2014/2015 ini tidak terlepas dari kekurangan, kendala, dan kelebihan dari penerapannya. Namun, secara umum, kendala-kendala tersebut dapat teratasi

oleh karena penerapan model

pembelajaran RESIK tersebut sudah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI semester I di SD NO 6 Panji tahun pelajaran 2014/2015.

Penerapan model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI semester I SD NO 6 Panji tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat diketahui dari persentase nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa yang dicapai pada siklus I sebesar 67,5% yang berada pada kategori sedang dan pada siklus II sebesar 80,71% berada pada kategori tinggi. Jadi dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan persentase nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa sebesar 13,21% sedangkan ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 64,3% dan pada siklus II mencapai 92,85%.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran guna peningkatan kualitas pembelajaran Matematika antara lain hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif) dapat digunakan sebagai alternatif untuk menciptakan suasana dan kondisi belajar yang kondusif dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran. Yang ingin mendalami penerapan model RESIK (Realistik Setting Kooperatif) agar memperhatikan kendala-kendala yang di alami selama penelitian, sehingga diperoleh sumbangan ilmu yang lebih baik sesuai dengan perkembangan zaman.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A. Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan UNDIKSHA Singaraja.

(9)

Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terebuka Departemen Pendidikan Nasional. Anggoro, M. Toha, dkk. 2007. Metode

Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.

Emzir, Dr. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik. Yogyakarta: ANDI

Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press

Japa, dkk. 2011. Seri Bahan Ajar Pendidikan Guru sekolah Dasar Pendidikan Matematika I Dilengkapi Lembar Masalah Terbuka PBL. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Kanca, I Nyoman. 2010. Buku Ajar Edisi Revisi Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Singaraja: Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha.

Koyan. 2009. Statistik Dasar dan Lanjut (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Undiksha.

Muhsetyo, Gatot, dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.

Natawidjaya, Rochman, dkk. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan TInggi.

Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Raka Rasana, I Dewa Putu. 2009. Model-model Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Ruadanta, Km. 2010. Penerapan

Pendekatan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI) untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas I Semester 2 SD No. 2 Petandakan Tahun Pelajaran 2009/2010. Hasil Penelitian (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha. Subarinah, S. 2006. Inovasi Pembelajaran

Matematika Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan Nasional. Sukadi. 2009. Belajar dan Pembelajaran.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Suradi. 2008. Model Pembelajaran RESIK

sebagai Strategi Mengubah

Paradigma Pembelajaran

Matematika di SMP yang Teachers Oriented menjadi Student Oriented.

Tersedia pada

http://www.puslitjaknov.org/data/file/ 2008 makalah poster session pdf/ Suradi.Model%20Pembelajaran%20 Resik%20sebagai%20Strategi.pdf (diakses tanggal 15 Januari 2012). Suryawan, I Gusti Putu. 2010. Implementasi

Model Pembelajaran RESIK (Realistik Setting Kooperatif) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Maematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Singaraja Tahun Pelaaran 2009/2010. Hasil Penelitian (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha.

(10)

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Depdiknas.

Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Winataputra, S. Udin. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen

Referensi

Dokumen terkait

Berbanding terbalik dengan hal tersebut, rata-rata waktu paling lama yang dibutuhkan adalah 135,6 second yaitu waktu yang diperoleh ketika variasi ketinggian pompa 3,5 meter

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah spesies/jenis lamun, mengetahui kerapatan dan tutupan lamun, dan mengetahui nilai biomassa dan estimasi simpanan

Tim Penilai Pusat bagi Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi rehabilitasi pada Badan Narkotika Nasional untuk Angka Kredit Konselor Adiksi Ahli Madya di

Pendekatan yang dikemukakan ole Edward III mempunyai empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan, yaitu (1) komunikasi, (2)

Seringkali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian (miskomunikasi), hal tersebut disebabkan karena komunikasi telah melalui

Zina dalam pengertian istilah adalah hubungan jelamin di antara seorang laki-laki dan perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan 39. Para fuqaha

Tujuan artikel yaitu untuk mengetahui gambaran pendapatan ijarah pada PT Bank BRI Syariah, mengetahui profitabilitas (Return On Asset) pada PT Bank BRI Syariah, dan

Khudzaifah Dimyati, S.H., M.Hum., selaku Diruktur Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk