ARTIKEL
Judul
PENINGGALAN SARKOFAGUS DAN NEKARA DI DESA
PAKRAMAN
MANIKLIYU, KINTAMANI, BANGLI, BALI (STUDI TENTANG BENTUK,
FUNGSI DAN POTENSINYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
SEJARAH DI SMA)
Oleh
Ni Komang Sukasih
NIM. 1114021008
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
PENINGGALAN SARKOFAGUS DAN NEKARA DI DESA
PAKRAMAN
MANIKLIYU, KINTAMANI, BANGLI, BALI (STUDI TENTANG BENTUK,
FUNGSI DAN POTENSINYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
SEJARAH DI SMA)
Oleh :
Ni Komang Sukasih* (NIM 1114021008)
Dra, Desak Made Oka Purnawati, M. Hum**, Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd2.*** Jurusan Pendidikan Sejarah
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia
e-mail: Sukasih29@gmail.com, Okapurna@yahoo.com, Sedana.arta@gmail.com,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bentuk sarkofagus dan nekara yang terdapat di Desa Pakraman Manikliyu; (2) fungsi sarkofagus dan nekara yang terdapat di Desa Pakraman Manikliyu; dan (3) sarkofagus dan nekara yang ada di Desa Pakraman Manikliyu sebagai media pembelajaran sejarah di SMA sesuai dengan RPP berbasis Kurikulum 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) teknik penentuan informan; (2) Metode pengumpulan data (observasi, wawancara dan studi dokumen); (3) teknik pengolahan data/analisis data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) sarkofagus di Desa Pakraman Manikliyu memiliki bentuk persegi panjang dengan sisi berbentuk lengkung, masing-masing sisi memiliki tonjolan berbentuk persegi empat dan nekara memiliki bentuk seperti sebuah dandang terbalik, bagian atasnya tertutup dan bagian bawahnya (kaki) terbuka dengan tutup berbentuk silinder, (2) sarkofagus dan nekara berfungsi sebagai peti jenazah atau sebagai kuburan atau peti mayat, sarkofagus digunakan oleh orang yang memiliki kedudukan atau status sosial yang tinggi seperti kepada petinggi, ketua suku, atau kaum bangsawan dari penduduk setempat di masa itu, sedangkan nekara pada umumnya kebanyakan ditemukan dipura-pura sebagai tempat media pemujaan roh leluhur. Akan tetapi, nekara di Desa Pakraman Manikliyu ditemukan diluar pura dan memiliki fungsi yang berbeda yaitu sebagai wadah kubur, (3) aspek-aspek yang terdapat pada peninggalan sarkofagus dan nekara di Desa Pakraman Manikliyu yang bisa dikembangkan menjadi media pembelajaran sejarah di SMA sesuai dengan RPP berbasis Kurikulum 2013 yaitu, aspek bentuk fisik bangunan, aspek historis, aspek keyakinan atau kepercayaan, dan aspek budaya.
ABSTRACT
The purposes of this study are to determine (1) The shape of the sarcophagus and nekara contained in Pakraman Manikliyu; (2) the function of the sarcophagus and nekara contained in Pakraman Manikliyu; and (3) the sarcophagus and nekara in Pakraman Manikliyu as a medium of teaching history in high school curriculum-based lesson plans in accordance with 2013. This study used qualitative approach, namely: (1) a technique of determining the informant; (2) The data collection method (observation, interviews and document study); (3) engineering data processing / data analysis.
The results showed that, (1) the sarcophagus in Pakraman Manikliyu has a rectangular shape with sides curved, each side has protrusions rectangular and nekara has a shape like a cormorant upside down, top closed and bottom (foot) open with closed cylindrical, (2) the sarcophagus and nekara serve as a coffin or a grave or coffin, sarcophagus used by people who have a position or a high social status as the top brass, the head of the tribe, or the nobility of the local population in that period while nekara generally found mostly dipura posed as a media worship ancestral spirits. However, nekara in Pakraman Manikliyu found outside the temple and have different functions, namely as a container tomb, (3) the aspects contained in the relics of a sarcophagus and nekara in Pakraman Manikliyu that could be developed into a medium of learning history in school according to RPP based curriculum in 2013, namely, the physical aspects of the building, the historical aspect, the aspect of belief or faith, and cultural aspects
Key Words : Sarcophagus And Nekara, Median Learning History.
*Penulis ** Pembimbing I ***Pembimbing I I
PENDAHULUAN
Bali memiliki peninggalan-peninggalan arkeologis yang memberikan corak yang khas dalam
kehidupan masyarakatnya.
Peninggalan arkeologi masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Peninggalan fisik dapat
berupa artefak sedangkan
peninggalan non-fisik dapat berupa nilai, norma yang menjadi sumber aktivitas kelakuan yang berpola dan tinggalan fisik kebudayaan masa lalu (Ardika, 1998 dalam Setiawan, 2009: 94).
Pulau Bali yang tergolong kecil, tetapi kiranya cukup kaya akan peninggalan-peninggalan yang bernilai prasejarah seperti sarkofagus dan nekara. Menurut Deetz (1967: 69) benda-benda arkeologi memiliki konteks yang dapat dijadikan kunci dalam melihat kebiasaan manusia pada masa lalu dan hal ini merupakan sesuatu yang sangat jelas terlihat di lapangan. Peninggalan sarkofagus dan nekara ini tidak dapat dilepaskan dari rangkaian sejarah. Sejarah yang telah bermula sejak manusia ada, jika dirunut hingga sekarang maka kita
akan menemukan betapa
kesinambungan sejarah tidak mudah terputus, betapapun segala macam perubahan telah terjadi. Begitu pula dengan sistem kepercayaan, tradisi dan kebudayaan yang ada saat ini tidak terlepas dari kehidupan manusia purba pada zaman praaksara.
Dalam keyakinan umat Hindu di Bali kepercayaan terhadap Animisme dan Dinamisme masih melekat sampai saat ini. Masyarakat
telah menjaga kebudayaan dan tradisi yang telah ditinggalkan oleh nenek moyang. Kepercayaan terhadap Dinamisme masih tetep dipegang teguh oleh masyarakat Bali diantaranya adanya kepercayaan terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib, kepercayaan masyarakat kepada sistem kubur yang ditemukan di Desa Pakraman
Manikliyu, Kintamani, Bangli, Bali. Salah satu keunikan dari sistem kubur yang ditemui di Desa
Pakraman Manikliyu adalah menampakkan sistem kubur yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Sistem penguburan dengan
menggunakan sarkofagus dan nekara perunggu. Sistem penguburan dengan menggunakan sarkofagus dan nekara ini mempunyai kaitan dengan status sosial orang yang meninggal.
Peninggalan-peninggalan prasejarah sebenarnya sudah banyak yang mengkaji seperti Pardi (2013) Eksistensi Puden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Punden Berundak di Desa Pakraman Selulung tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan masyarakat terhadap adanya roh leluhur. Bangunan ini merupakan salah satu hasil peradaban jaman megalitik, hal tersebut dapat dibuktikan dari ciri-ciri atau konsep umum bangunan Punden Berundak di Pura Candi. Bangunan Punden Berundak di Pura Candi mengalami perubahan fungsi, yaitu selain berfungsi sebagai tempat pemujaan roh leluhur juga difungsikan sebagai tempat untuk menyembah
5 atau memuja Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi. Disamping itu masyarakat menyakini jika mereka melaksanakan pemujaan pada pelinggih Punden Berundak atau
Madya maka akan mendapat
keselamatan, kesehatan,
kesejahteraan dan mendapat pencerahan jiwa.
Hasan Muarif Ambari dkk (1997) yang mengkaji “Dinamika Masyarakat Desa Manikliyu, Bali Menjelang Datangnya Pengaruh Hindu Budha”. Dalam kajiannya diuraikan beberapa peninggalan-peninggalan arkeologi yang ada di Desa Manikliyu, seperti sarkofagus, nekara, kedok muka dan gerabah. Selain itu juga diuraikan mengenai tinjauan religi dan nilai seninya dari kedok muka dan bentuk serta fungsi dari gerabah yang ditemukan di Desa Manikliyu tersebut.
Peninggalan yang ada di Desa
Pakraman Manikliyu berserta keunikannya yang sudah diuraikan sebelumnya, belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal oleh guru atau sekolah sebagai media pembelajaran sejarah. Padahal jika dilihat dari keberadaan peninggalan-peninggalan yang ada di Desa
Pakraman Manikliyu tentunya bisa dipakai sebagai alternatif bagi guru
untuk mengajarkan materi
pembelajaran sejarah yang lebih efektif dan inovatif. Sehingga perlu dikaji lebih mendalam agar nantinya situs purbakala ini dapat bermanfaat dalam proses kegiatan belajar
mengajar sebagai media
pembelajaran sejarah di sekolah. Dengan adanya keunikan berupa peninggalan sarkofagus dan nekara , maka peninggalan ini dapat dimanfaatkan oleh guru atau sekolah sebagai media pembelajaran Sejarah di SMA pada kelas X dengan mengacu pada kurikulum 2013.
Dengan Kompetensi Inti “Memahami, menerapkan dan menganalisis, pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait dengan fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang sfesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah”. Kemudian, Kompetensi Dasarnya “menganalisis tipologi hasil budaya praaksara Indonesia termasuk yang ada pada lingkungan terdekat siswa”.
Berdasarkan beberapa keunikan dan permasalahan yang ditemui pada situs purbakala di Desa Pakraman
Manikliyu tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dalam mengkaji beberapa aspek tertentu yang tampak pada keberadaan situs purbakala ini, sehingga dalam penelitian ini dapat
menambah pengetahuan yang
berhubungan dengan situs purbakala di Desa Pakraman Manikliyu dan manfaatnya bagi masyarakat di Desa
Pakraman Manikliyu pada khususnya dan wilayah Bangli serta Bali pada umumnya untuk dijadikan media pembelajaran Sejarah yang lebih efektif dan inovatif.
Adapun judul yang penulis angkat dalam penulisan penelitian adalah Peninggalan Sarkofagus Dan Nekara Di Desa Pakraman Manikliyu, Kintamani, Bangli, Bali (Studi Tentang Bentuk, Fungsi Dan Potensinya Sebagai Media Pembelajaran Sejarah Di SMA).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) bentuk sarkofagus dan nekara yang terdapat di Desa
Pakraman Manikliyu, (2) fungsi sarkofagus dan nekara yang terdapat di Desa Pakraman Manikliyu, (3) )
6 sarkofagus dan nekara yang ada di Desa Pakraman Manikliyu sebagai media pembelajaran sejarah di SMA sesuai dengan RPP berbasis Kurikulum 2013. Kajian teori yang di gunakan dalam penelitian ini menyangkut sarkofagus dan nekara sebagai peninggalan prasejarah, dan fungsi sarkofagus dan nekara.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, karena hasil olahan yang diperoleh yaitu dalam bentuk kalimat dari sebuah teori yang selanjutnya dikembangkan dengan sebuah fakta yang pada akhirnya akan ditarik sebuah kesimpulan. Dalam rangka mencapai sasaran, penelitian yang berjudul “Peninggalan Sarkofagus Dan Nekara Di Desa
Pakraman Manikliyu, Kintamani, Bangli, Bali (Studi Tentang Bentuk, Fungsi Dan Potensinya Sebagai Media Pembelajaran Sejarah Di SMA)” mengunakan metode yaitu: (1) teknik penentuan informan, Penentuan informan dalam penelitian ini, dilakukan dengan teknik “purposive sampling”, dengan terlebih dahulu menunjuk informan kunci. Kriteria yang dicapai dalam penentuan informan kunci ini adalah informan memiliki kemampuan menjawab permasalahan yang diajukan oleh peneliti. Informan kunci yang dimaksud disini antara lain adalah Kepala Desa Manikliyu, Bendesa
Adat, Pemangku, Pengelola Situs Purbakala dan Masyarakat Desa Manikliyu.; (2) metode pengumpulan data, Cara untuk pengumpulan data inilah yang disebut sebagai pengumpulan data. Dalam suatu usaha mengumpulkan data ini digunakan beberapa teknik, yaitu : teknik observasi, teknik wawancara, dan studi pustaka/dokumen.; (3) teknik pengolahan data/analisis data.
Teknik observasi yaitu teknik yang digunakan untuk mengamati secara langsung terhadap obyek masalah yang akan diteliti untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti (Usman dan Setiady, 2006: 54).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Bentuk Sarkofagus di Desa Pakraman Manikliyu
Situs purbakala Manikliyu terletak di Desa Pakraman Manikliyu, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provensi Bali. Desa Pakraman
Manikliyu merupakan desa yang subur sebagai penghasil kopi dan jeruk. Situs purbakala ini berada di kebun jeruk milik Wayan Suki. Di dalam situs ini terdapat dua buah sarkofagus dan satu buah nekara perunggu. Sarkofagus merupakan sebuah wadah atau tempat kubur dari batu berbentuk seperti lesung batu yang terdiri dari wadah dan tutup dengan bentuk dan ukuran yang sama. Pada umumnya sarkofagus berbentuk perahu setengah lingkaran, individu orang yang meninggal diletakkan terlipat bagai bayi di dalam kandungan siap lahir dialam arwah. Semua kejadian ini menunjukkan suatu peristiwa kubur dimana ada tanggapan bahwa setelah kematian masih melanjutkan suatu kehidupan yang disebut alam arwah. Arah hadap orang yang meninggal kepalanya mengarah ke gunung disini yang dimaksud adalah gunung Batur atau bukit Penulisan dimana ada tanggapan pada masa itu para nenek moyang berada atau bersemayam di puncak-puncak gunung. Berdasarkan atas data-data yang diperoleh dan berdasarkan atas kepustakaan yang dianggap mencukupi serta dapat dipergunakan sebagai penunjang dari penelitian ini, maka dapatlah ditentukan perbedaan bentuk dan tipe-tipe sarkofagus yang tersebar di
7 daerah Bali. Namun demikian, ada pula beberapa sarkofagus yang tidak dapat lagi ditentukan bentuk dan tipenya. Hal ini disebabkan oleh karena keadaan benda tersebut sudah sangat rusak.
Secara umum di Desa
Pakraman Manikliyu, Kintamani, Bangli, Bali ini telah ditemukan dua buah sarkofagus, yaitu sarkofagus Manikliyu A dan sarkofagus B yang ditemukan dalam jarak yang berdekatan. Bentuk dari sarkofagus di Desa Pakraman Manikliyu, dapat penulis ketahui berdasarkan pengamatan langsung pada objek yaitu sarkofagus A memiliki panjang 175 cm, lebar 64 cm, dan tinggi 46 cm. Sarkofagus yang digali pada akhir maret termasuk tipe besar A. Sedangkan sarkofagus B ditemukan bulan Juni 1997 termasuk tipe madya, karena berukuran kurang dari 2 meter yaitu memiliki panjang 186 cm, lebar 67 cm, dan tinggi 44 cm. Kedua sarkofagus ini memperlihatkan ciri-ciri
bentuk yang tidak banyak
perbedaannya dengan sarkofagus-sarkofagus berciri megalitik yang ditemukan tersebar di Kepulauan Indonesia. Ciri-ciri yang menunjukkan persamaan dengan sarkofagus lainnya adalah unsur-unsur dasar seperti bentuk keseluruhan yang sederhana, berbentuk persegi panjang dengan sisi berbentuk lengkung, dan memiliki fungsi yang sama sebagai tempat mayat. Kedua sarkofagus ini mempunyai perbedaan yaitu dari segi
ukurannya sarkofagus yang
ditemukan di Desa Pakraman
Manikliyu masing-masing memiliki tonjolan yang sama yaitu berbentuk persegi empat yang condong dipakai pengikat tali pada waktu menurunkan keling lahat. Tonjolan ini berada sepasang disetiap bidang samping.
Identifikasi Bentuk Nekara Perunggu di Desa Pakraman Manikliyu
Peninggalan nekara yang terdapat di Desa Pakraman Manikliyu sangat langka di Indonesia dan di Bali ditemukan baru pertama kalinya, yang biasanya ditemukan di permukaan atau pemberian penduduk. Setelah temuan sarkofagus delapan hari kemudian ternyata pada timur laut (sisi timur) ditemukan bagian nekara yang menempel pada bagian dinding, sehingga kotak galian diperlebar ke dinding timur. Nekara tersebut nampak secara keseluruhan dalam kondisi telah pecah. Sejajar dengan penemuan sarkofagus Manikliyu A yaitu ke arah Gunung Penulisan. Kalau didirikan seperti sebuah dandang terbalik, bagian atasnya tertutup dan bagian bawahnya (kaki) terbuka dengan tutup berbentuk silinder dari batu dan bagian tengahnya dicekungkan sebagai landasan (penahan) nekara tempat jenasah. Nekara manikliyu adalah salah satu hasil budaya prasejarah di Indonesia, yang merupakan suatu tipe lokal dari nekara perunggu di Indonesia. Temuan ini berada dalam satu konteks dengan wadah kubur sarkofagus, yang diduga berasal dari kurun waktu yang sama, yaitu dari masa perundagian.
Pada awalnya ditemukan sebuah nekara perunggu tipe moko ditemukan sebagai wadah kubur yang didalamnya terdapat satu individu rangka manusia yang ditutup dari batu padas berbentuk silinder. Nekara ini mempunyai kuping empat buah yang telah rusak (hilang) orientasi kubur mengarah timur laut-barat daya (kepala timur laut) mengarah kegunung Penulisan. Namun, nekara yang terdapat di Desa Pakraman
Manikliyu hanya tinggal tutupnya saja yang masih tersimpan di situs
8 purbakala ini, tutup nekara yang masih tersimpan di Desa Pakraman
Manikliyu terbuat dari batu padas dan berbentuk silinder berdiameter 82 cm dan di satu sisi sebelah utara terdapat lobang berdiameter 60 cm dan memiliki dalam 10 cm.
Walaupun di situs purbakala di Desa Pakraman Manikliyu hanya ada tutup dari nekara saja, tetapi ini bisa menjadi bukti bahwa di Desa
Pakraman Manikliyu ini pernah ditemukan sebuah sistem kubur yang menggunakan nekara yang utuh sebagai wadah kubur pada masa perundagian disebuah kebun milik Wayan Suki.
Fungsi Sarkofagus Dan Nekara Yang Terdapat Di Desa Pakraman Manikliyu
Situs Purbakala di Desa
Pakraman manikliyu merupakan salah satu situs purbakala yang terdapat di Desa Pakraman Manikliyu, Kintamani, Bangli, Bali. Sarkofagus di Desa
Pakraman Manikliyu memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dengan
sarkofagus yang ditemukan
dibeberapa tempat. Penggunaan sarkofagus pada masa lalu hanya dapat digunakan untuk orang yang memiliki strata sosial yang tinggi dan hal ini dibuktikan dengan banyaknya bekal kubur yang pada dahulunya melambangkan tingkat sosial seseorang.
Sarkofagus Manikliyu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan mayat para leluhur yang kebanyakan adalah para kepala suku atau pemimpin dari penduduk setempat di masa itu. Sebagai wadah kubur tak jarang ditemukan mayat dalam sarkofagus terbebut, posisi mayat yang paling sering ditemukan adalah posisi mayat lurus, telentang atau miring dengan berbagai macam sikap
tangan (lurus di samping tubuh, menyilang di atas dada atau perut dengan telapak tangan menutupi daerah kemaluan, dan lainnya). Kemudian terdapat juga posisi mayat terlipat (duduk atau terbujur miring), dengan lutut menekuk di bawah dagu dan tangan terlipat di bagian kepala atau leher. Dilihat dari bentuk dan ukuran posisi mayat yang ditemukan di Manikliyu adalah lurus terlentang.
Sedangkan nekara perunggu yang ditemukan tersebar di Indonesia khususnya Bali mempunyai fungsi sebagai tempat pemujaan roh leluhur dan hampir semua nekara berada di dalam pura yang berfungsi sebagai sarana upacara untuk keselamatan masyarakat. Akan tetapi, nekara yang ditemukan di Desa Pakraman
Manikliyu, Kintamani, Bangli, Bali terletak diluar pura dan memiliki fungsi yang berbeda yaitu sebagai tempat kubur pada masa perundagian walaupun berada diluar pura tetapi, peninggalan ini dikramatkan oleh masyarakat sekitar ini terbukti dengan adanya pelinggih didalam situs purbakala tersebut. Nekara yang ditemukan di Desa Pakraman
Manikliyu merupakan salah satu ciri sistem penguburan hampir sama, yaitu pada masa perundagian.
Beberapa Aspek Sarkofagus Dan Nekara Di Desa Pakraman Manikliyu Yang Memiliki Potensi Sebagai Media Pembelajaran Sejarah Di SMA Sesuai Dengan RPP Berbasis Kurikulum 2013
Keberadaan sarkofagus dan nekara di Desa Pakraman Manikliyu memiliki potensi yang relevan untuk dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah di SMA. Peninggalan sarkofagus dan nekara di Desa
Pakraman Manikliyu tentunya dapat dipakai sebagai alternatif bagi guru SMA untuk mengajarkan materi pembelajaran sejarah yang lebih
9 kreatif, efektif dan efesien. Maka dari itulah, perlu dilakukan penggalian terhadap aspek-aspek yang terdapat di dalam sarkofagus dan nekara di Desa Pakraman Manikliyu yang bisa dikembangkan menjadi media pembelajarn sejarah di SMA.
Aspek-aspek yang terdapat pada peninggalan sarkofagus dan nekara di Desa Pakraman Manikliyu yang bisa dikembangkan menjadi media pembelajaran sejarah di SMA adalah sebagai berikut: (1) Aspek Bentuk Fisik Bangunan yaitu berupa ;
(1) Sarkofagus merupakan
peninggalan yang berasal dari masa prasejarah yang memiliki bentuk yang keseluruhan sederhana yaitu berbentuk persegi panjang dengan sisi berbentuk lengkung dan masing-masing terdapat tonjolan disetiap bidang samping. Orang yang meninggal diletakkan terlipat bagai bayi di dalam kandungan siap lahir dialam arwah; (2) Nekara merupakan peninggalan yang berasal dari masa prasejarah yang memiliki bentuk yang seperti sebuah dandang terbalik, bagian atasnya tertutup dan bagian bawahnya (kaki) terbuka dengan tutup berbentuk silinder dari batu dan bagian tengahnya dicekungkan sebagai landasan (penahan) nekara,
Jadi, jika melihat berbagai bentuk variasi peninggalan sarkofagus dan nekara yang terdapat di Desa
Pakraman Manikliyu hal ini tentu saja sangatlah relevan jika digunakan oleh guru sebagai media pembelajaran sejarah di SMA yang sifatnya lebih kreatif, inovatif, efektif, konstruktif dan konseptual; (2) Aspek Historis, sejarah adalah studi keilmuantentang segala sesuatu yang telah dialami manusia di waktu lampau danyang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu sekarang. Penekanan perhatian diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri, dalam hal initerutama yang
bersifat khusus dari segi-segi urutan perkembangannya yang kemudian disusun dalam suatu cerita sejarah. Sehingga ilmu sejarah berusaha mengungkap masa lampau manusia berdasarkan sumber-sumber sejarah dan dibantu dengan ilmu bantu sejarah serta ilmu-ilmu sosial.
Peninggalan sarkofagus dan nekara di Desa Pakraman Manikliyu dapat memberikan pengetahuan mengenai kehidupan masyarakat Manikliyu pada masa lampau. Aspek sejarah pada peninggalan sarkofagus dan nekara di Desa Pakraman
Manikliyu sangat penting dalam kehidupan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Hal ini terkait dengan jejak-jejak sejarah yang terkandung di dalam peninggalan tersebut yang bisa dikembangkan menjadi media pembelajaran sejarah yang lebih efektif dan inovatif dalam merekonstrusksi sebuah peristiwa sejarah di masa lampau. Selain itu, nilai-nilai sejarah yang terdapat dalam peninggalan-peninggalan tersebut dapat memperkuat dan memperkokoh jati diri bangsa serta memupunyai nilai nasionalisme; (3) Aspek Keyakinan Atau Kepercayaan, keyakinan adalah suatu pegangan yang dipegang oleh orang yang memilikinya, tidak peduli apapun yang akan terjadi atau menimpa dirinya (Soelaeman, 2000: 15). Kebudayaan yang sudah melekat dalam masyarakat dan sudah turun temurun sejak dulu, akan semakin
terkonsep dalam kehidupan
masyarakat sehingga menjadi sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan sebuah
keyakinan yang sulit untuk
dihilangkan.
Kepercayaan-kepercayaan yang masih berkembang dalam kehidupan suatu masyarakat, biasanya dipertahankan melalui sifat-sifat lokal yang dimilikinya.
10
Peninggalan berupa
sarkofagus dan nekara merupakan peninggalan yang digunakan sebagai media pemujaan terhadap roh leluhur atau nenek moyang yang merupakan kepercayaan megalitik, yang masih meyakini roh nenek moyang sebagai suatu kekuatan diluar kehidupan manusia yang biasa disebut animisme yaitu mereka percaya bahwasanya roh orang yang telah meninggal masih ada di sekeliling mayat, dan mereka masih membutuhkan seperti semasa hidupnya. Sehingga masyarakat
Pakraman Manikliyu memberikan sajian-sajian atau banten oleh orang-orang tertentu atau orang-orang-orang-orang yang ladangnya dekat dengan situs purbakala ini dan mereka yang mempunyai keyakinan, sebagai warisan masa pra sejarah yang mempercayai hal tersebut. Melalui peninggalan-peninggalan ini guru
dapat menjelaskan bahwa
peninggalan-peninggalan ini khususnya pada masa megalitik dibuat atau dibangun atas dasar kepercayaan dan keyakinan terhadap roh nenek moyang atau leluhur. Dan dapat memberikan pengetahuan kepada siswa bahwa sebelum Agama Hindu masuk ke Bali, masyarakat Bali sudah memiliki kepercayaan sendiri berupa kepercayaan animisme yaitu kepercayaan terhadap nenek moyang. Peninggalan sarkofagus dan nekara di Desa Pakraman Manikliyu merupakan salah satu objek peninggalan pada jaman prasejarah yang bisa dipakai oleh guru dalam menjelaskan fenomena-fenomena sejarah terutama yang berkaitan dengan keyakinan dan kebudayaan yang dihasilkan masyarakat pada jaman pra aksara. (4) Aspek Budaya, kebudayaan berasal dari kata
sansekerta buddayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan
demikian, kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Peninggalan-peninggalan arkeologi di Desa Pakraman Manikliyu tidak terlepas dari aspek budaya karena peninggalan-peningglan tersebut merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat pada masa lampau yang berbudaya. Situs purbakala manikliyu
memiliki keragaman budaya
penguburan seperti menggunakan wadah kubur sarkofagus dan nekara perunggu dengan pekerjaan yang
sangat rumit membutuhkan
keterampilan khusus untuk
membuatnya baik bentuk maupun pola hiasnya yang mempunyai maksud-maksud tertentu yang terkandung di dalamnya. Dengan adanya peninggalan-peninggalan berupa sarkofagus dan nekara yang berfungsi sebagai wadah kubur dapat mengetahui latar belakang orang yang sudah meninggal. Sarkofagus dan nekara ini kebanyakan digunakan oleh orang yang memiliki kedudukan atau status sosial yang tinggi seperti kepada petinggi, ketua suku, atau kaum bangsawan.
Secara umum peninggalan-peninggalan arkeologi di Desa
Pakraman Manikliyu memberikan sebuah gambaran mengenai keadaan masyarakat Desa Manikliyu pada masa lalu. Nilai-nilai budaya tersebut sangat penting tidak hanya untuk masyarakat Desa Pakraman Manikliyu akan tetapi seluruh masayarakat Indonesia yang secara historis terkait dengan peninggalan-peninggalan tersebut. Kesadaran jati diri suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh pengetahuan di masa lalu bangsa yang bersangkutan sehingga keberadaan kebangsaan itu pada masa kini dan proyeksinya ke masa depan bertahan pada ciri khasnya sebagai bangsa yang tetap berpijak pada landasan filsafat dan budayanya
11 sendiri. Aspek-aspek tersebut nantinya akan di masukan dalam silabus pembelajaran sejarah di SMA (Darsono : 2000).
SIMPULAN
Situs Purbakala di Desa
Pakraman manikliyu merupakan salah satu situs purbakala yang terdapat di Desa Pakraman Manikliyu, Kintamani, Bangli, Bali. Situs purbakala ini memiliki sistem kubur yang menampakkan sistem kubur yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Sistem penguburan dengan
menggunakan sebuah sarkofagus dan nekara perunggu. Benda-benda ini memiliki bentuk dan fungsi yaitu: bentuk dari sarkofagus yang ada di Desa Pakraman Manikliyu adalah secara keseluruhan memiliki bentuk yang sederhana, berbentuk persegi panjang dengan sisi berbentuk lengkung dan masing-masing memiliki tonjolan segi empat. Sedangkan nekara perunggu memiliki bentuk seperti sebuah dandang terbalik, bagian atasnya tertutup dan bagian bawahnya (kaki) terbuka dengan tutup berbentuk silinder dari batu dan bagian tengahnya dicekungkan sebagai landasan (penahan) nekara tempat jenasah. Peninggalan sarkofagus dan nekara memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dengan
sarkofagus yang ditemukan
dibeberapa tempat yaitu sebagai wadah kubur.
Peninggalan sarkofagus dan nekara di Desa Pakraman Manikliyu memiliki peluang untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran sejarah di SMA karena didasari oleh penggalian terhadap aspek-aspek yang terdapat pada peninggalan-peninggan tersebut diantaranya: (1) Aspek Bentuk Fisik Bangunan, peninggalan sarkofagus dan nekara di
Desa Pakraman Manikliyu memiliki bentuk dan fungsi yang sangat unik jika dipakai oleh guru sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA. (2) Aspek Historis, peninggalan sarkofagus dan nekara di Desa
Pakraman Manikliyu menyimpan jejak-jejak kehidupan masa lampau sehingga sangat relevan jika dipakai oleh guru untuk menjelaskan materi pembelajaran sejarah baik itu masa
pra aksara maupun masa aksara. (3) Aspek keyakinan atau kepercayaan,
dengan adanya peninggalan
sarkofagus dan nekara di Desa
Pakraman Manikliyu mengindikasikan pada masa pra aksara dan aksara
masyarakat Desa Pakraman manikliyu sangat dipercaya oleh masyarakat setempat mereka percaya dengan kepercayaan animisme yaitu bahwasanya roh orang yang telah meninggal masih ada di sekeliling
mayat, dan mereka masih
membutuhkan seperti semasa hidupnya Aspek keyakinan inilah yang bisa dipakai oleh guru sebagai media pembelajaran sejarah dalam rangka peningkatan pemahaman siswa terhadap kejadian-kejadian masa pra aksara dan aksara.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terselesaikannya artikel ini tidak terlepas dari kontribusi dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingannya dalam menyusun artikel ini. Untuk itu dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Beliau: (1) Ibu Dra. Desak Made Oka Purnawati, M.Hum., selaku dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta dukungan moril kepada penulis dalam dari
12 perencanaan, pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artiel ini; (2) Bapak Ketut Sedana Arta,S.Pd,M.Pd., selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan serta dukungan moril dan materiil kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini; (3) Bapak Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A., selaku Penguji & Pembimbing III dalam penelitian ini yang telah banyak memberikan
masukan dan saran yang
membangun kepada penulis selama pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini. Serta kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.Hanya ucapan terimakasih dan doa yang bisa penulis ucapkan, semoga semua amal kebaikan dan pengorbanan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa
DAFTAR RUJUKAN
Ardika, Wayan. 2012. Sejarah Bali Dari Prasejarah Hingga Modern. Denpasar : Udayana University Press. James, Deetz. 1969. Invitation To
Archaeology/James Deetz. Yogyakarta: Perpustakaan UI
Hasan Muarif Ambari dkk. 1997.
Dinamika Masyarakat Desa Manikliyu-Bali Menjelang Datangnya Pengaruh Hindu-Budha. Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar.
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : CV. IKIP Semarang Press.
Pardi, I Wayan. 2013. Eksistensi Puden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja Jurusan Pendidukan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial