• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya konkrit pemerintah maupun lembagalembaga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya konkrit pemerintah maupun lembagalembaga"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya konkrit pemerintah maupun lembaga-lembaga non-pemerintah lainnya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat ini, pemerintah bertanggung jawab merencanakan dan mengimplementasikan langkah pemberdayaan mulai dari tingkat pusat hingga daerah dengan visi mensejahterakan rakyat, yang sasarannya difokuskan pada perekonomian masyarakat.

Berbagai program pemberdayaan dikemas dalam wujud yang baik dan menarik dengan tujuan untuk mencapai hasil yang maksimal. Kendati demikian tidak selamanya program-program pemberdayaan itu kemudian menghasilkan output maupun outcome seperti yang diharapkan. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa ternyata sebagian besar program pemberdayaan masyarakat yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak berjalan secara efektif guna memerangi kemiskinan. Banyak program pemberdayaan yang dibuat oleh pemerintah dan sudah dijalankan sejak dahulu namun terbukti masih banyak problem kemiskinan di masyarakat. Kemiskinan masih tetap menjadi persoalan sosial yang serius dan belum berhasil diatasi sepenuhnya dengan berbagai program dari pemerintah. Data dari Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 menyebutkan telah terjadi peningkatan jumlah angka pengangguran di Provinsi NTT yang mencapai 986,5 ribu orang. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat 1,02 juta orang (BPS Indikator Kesejahteraan).

Kabupaten Kupang merupakan salah satu kabupaten yang masuk dalam daftar jumlah rumah tangga miskin terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kenyataan ini sungguh

(2)

memprihatinkan dan perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak. Terjadinya sejumlah permasalah mendasar seperti pengangguran, kemiskinan dan belum optimalnya potensi desa. Hal tersebut mencerminkan bahwa institusi-institusi publik belum sepenuhnya mampu mendeteksi dan mampu merumuskan kebijakan yang dapat mencegah permasalahan-permasalahnan yang timbul dalam pelaksanaan pembangunan nasional.

Dalam konteks pemberdayaan, pemerintah berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk membantu mengatasi persoalan mendasar yang terjadi di tengah masyarakat dengan membuat program pemberdayaan masyarakat yang di beri label usaha penangulangan kemiskinan. Salah satu wujud dari program tersebut adalah program Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (PER). Program ini dilakukan melalui Program Pengembangan Usaha Mandiri Masyarakat dengan upaya mengoptimalkan setiap potensi yang ada dalam setiap kelompok masyarakat. Model pembangunan pemberdayaan berorientasi pada penguatan kapasitan masyarakat dalam rangka pengembangan diri. Pengembangan diri dalam konteks merujuk pada upaya meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat melalui pengembangan usaha mandiri. Usaha mandiri adalah usaha yang dirancang melalui ide dan gagasan masyarakat untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.

Upaya pemerintah dalam mengembangkan Program Pengembangan Usaha Mandiri Masyarakat dilakukan dengan menggandeng pihak perbankan yaitu Bank Nusa Tenggara Timur. Eksistensi Bank NTT dalam program pemberdayaan ini diharapkan mampu mengidentifikasi berbagai potensi ekonomi yang ada dalam masyarakat, kemudian membantu masyarakat untuk mengakses modal dan melakukan monitoring terhadap perkembangan usaha yang dijalankan oleh masyarakat.

(3)

Salah satu strategi yang dilakukan oleh Bank NTT sebagai mitra pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat yaitu program pemberdayaan masyarakat melalui kelompok tenun ikat. Kelompok tenun ikat dianggap sebagai kelompok potensial yang dapat diberdayakan melalui proses pemberian modal dan pembimbingan. Salah satu kelompok pemberdayaan masyarakat yang dibimbing oleh Bank NTT berlokasi di Desa Ohaem I, Kecamatan Amfoang Selatan Kabupaten Kupang. Kelompok tenun ikat tersebut diberi nama “Hidup Baru” dengan jumlah anggota sebanyak 10 (sepuluh) orang.

Alasan Bank NTT memilih pemberdayaan masyarakat melalui usaha tenun ikat ialah karena banyak kaum wanita yang memiliki ketrampilan menenun namun karena masih menggunakan cara tradisional, baik dari segi produksi maupun pemasaran sehingga keterampilan menenun ini belum mampu mendongkrak ekonomi rakyat serta meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat yang selama ini dinilai masih sangat rendah.

Proses pemberdayaan kelompok tenun ikat oleh Bank NTT dilakukan dengan cara memberikan modal berupa simpan pinjam dengan jangka waktu pengembalian 3 (tiga) tahun. Besaran modal yang diberikan kepada kelompok Hidup Baru yaitu Rp. 70.000.000,- (tujuh puluh juta rupiah). Kendati demikian, pemberian modal ini tidak bersifat langsung dan berwujud uang tunai. Bank NTT menentukan pihak ketiga sebagai fasilitator, yang berfungsi memberi pembinaan, pelatihan dan belanja bahan baku yang kemudian oleh pihak fasilitator diberikan kepada kelompok tenun ikat Hidup Baru. Dengan hasil pelatihan dan bahan baku serta alat-alat yang diberikan oleh fasilitator (pihak ketiga) kelompok kemudian menjalankan usaha menenun dan memasarkan hasil tenun dibantu oleh pihak Bank NTT untuk mengembalikan modal yang telah dikucurkan tersebut.

(4)

Proses menenun kain hasil tenun ikat modern cukup panjang dan membutuhkan ketelitian. Secara garis besar tahapan-tahapan menenun dilakukan dengan cara:

a) Persiapan alat tenun (alat tenun terdiri dari satu paket dengan fungsi yang berbeda-beda namun saling bekerja sama)

b) Persiapan bahan (bahan dasar untuk menenun ialah benang)

c) Persiapan motif (mendesain motif dengan mengunakan alat yang diberi nama mal ) d) Pemintalan benang (proses pemintalan benang dilakukan dengan memintal benang pada

alat yang tersedia. Pemintalan dilakukan sesuai ukuran kain yang hendak ditenun) e) Pengikatan dan pewarnaan benang (cara diikat dan diselup pada pewarna benang sesui

desain atau kebutuhan)

f) Pemisahan urat benang atau rambang serta penjemuran (hasil pencelupan di pisahkan kemudian dijemur hingga kering)

g) Persiapan Penenunan (sebelum melakukan penenunan perlu mengadakan dua langkah awal penggunaan mesin yaitu Nyucuk atau memasukan dua urat benang pada satu lubang yang telah tersedia pada sisir mesin)

h) Penenunan (proses tenun ikat ialah proses menjalin dan menyatukan benang-benang yang telah dipintal menjadi utuh dengan menggunakan mesin tenun dan disebut kain.

Proses menenun kain menelan waktu 1 (satu) minggu untuk menghasilkan 2 ½ meter dengan harga jual Rp 300.000.(tiga ratus ribu rupiah) Dengan demikian, untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun, satu anggota dalam kelompok menghasilkan 360 (tiga ratus enam puluh) lembar kain yang jika dijual dengan harga tersebut di atas akan menghasilkan uang dengan jumlah Rp.43.200.000,- (empat puluh tiga juta dua ratus ribu rupiah). Apabila dihitung keseluruhan maka dalam tiga tahun kelompok menghasilkan 1080 (seribu delapan puluh) lembar kain dan

(5)

jika dijual, nilai uangnya Rp.129.600.000.- (seratus dua puluh sembilan juta enam ratus ribu rupiah).

Berdasarkan pengamatan penulis dan informasi yang diperoleh dari ketua kelompok tenun ikat “Hidup Baru” menyatakan bahwa rancangan awal kegiatan pemberdayaan ekonomi baik karena dapat meningkatkan ekonomi masyarakat lebih khusus kelompok tenun “Hidup Baru” akan tetapi realitas di lapangan menunjukkan bahwa dalam praktek pengelolaan tenun ikat, masyarakat dalam hal ini ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok tenun ikat masih dihadapkan dengan berbagai persoalan seperti belum memadainya ketrampilan dan pengetahuan tentang pembuatan tenun ikat secara modern, karena proses pelatihan tenun ikat secara modern hanya dilakukan selama dua minggu dan ibu-ibu belum memahaminya secara baik serta proses kerja alat tenun membutuhkan tenaga yang besar seperti tenaga laki-laki. Tidak mengherankan bila kemudian proses pelatihan serta penyediaan peralatan tenun modern yang difasilitasi oleh Bank NTT menjadi mubazir sebab anggota kelompok lebih memilih melakukan proses penenunan secara tradisional.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul: Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Usaha Tenun Ikat (Studi Kasus Usaha Tenun di Desa Ohaem I Kecamatan Amfoang Selatan Kabupaten Kupang).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui usaha tenun ikat di Desa Ohaem I Kecamatan Amfoang Selatan Kabupaten Kupang?

(6)

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui usaha tenun ikat di Desa Ohaem I Kecamatan Amfoang Selatan Kabupaten Kupang.

D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat Desa Ohaem I.

2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sama atau penelitian lanjutan.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaannya, jenis pestisida yang kompatibel dengan lainnya dapat diaplikasikan baik secara bergantian/berselang-seling maupun bersamaan ( tank mixed ). Namun, data

Setelah menyimak video https://youtu.be/RQNf3GdEsoU, yang dikirim melalui WAG kelas siswa mampu menjelaskan hubungan simbol dengan makna sila ketiga Pancasila

Efektivitas Metode Mind Map ® dalam Meningkatkan Daya Ingat Peserta didik pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MTs Darul Karomah Singosari Malang. Bahrun

Dalam penelitian ini kegiatan observasi dianalisis secara deskriptif dan komperatif. Hasil observasi yang telah dilakukan diolah dan dianalisis secara.. deskriptif dan komperatif

Persyaratan dan metode untuk menentukan f ya dijabarkan sebagai berikut: a Untuk komponen struktur tekan yang menerima beban aksial dan komponen struktur lentur dengan nilai 

Ketiga, peneliti akan mengukur efektifitas penerapan metode hafalan- dan–tabel dengan cara mengukur hasil belajar siswa yang diajar dengan metode hafalan-dan-tabel dalam

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis faktor-faktor pendukung produktivitas alat gali muat seperti cycle time alat gali muat,

nilai intellectual capital akan terindentifikasi nilai yang hilang (hidden value).