• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

12 1. Teori

a. Signaling Theory

Secara garis besar signaling theory erat kaitannya dengan ketersediaan informasi. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor dipasar modal sebagi alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan, laporan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain.

Teori ini akan mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah dengan mengobservasi kepemilikan struktur pemodalannya serta menandai valuasi tinggi untuk perusahaan yang hightly levered. Ekuilibrium stabil karena perusahaan bernilai rendah tidak dapat meniru perusahaan yang lebih tinggi.

(2)

Kelebihan teori ini adalah kemampuan menjelaskan mengapa terjadi peningkatan harga saham sebagai tanggapan terhadap peningkatan financial leverage. Kelemahan dari model ini adalah ketidakmampuan dalam menjelaskan hubungan kebalikan antara profitabilitas dan leverage. Kelemahan lain adalah tidak dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan dan nilai intangible asset tinggi harus menggunakan lebih banyak hutang dari pada perusahaan yang mature (tangible asset tinngi) yang tidak menggunakan hutang, akan tetapi didalam teori diperlukan untuk mengurangi efek dari ketidaksimetrisan informasi.

Karena jika positif diharapkan pasar dapat bereaksi dan investor dapat mengambil keputusan untuk menentukan investasinya. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagi sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.

b. Agency Theory

Pada dasarnya agency theory merupakan teori mengenai struktur kepemilikan perusahaan yang dikelola oleh manajer bukan pemilik,

(3)

berdasarkan kenyataannya bahwa manajer profesional bukan agen yang sempurna dari pemilik perusahaan, dengan demikian belum tentu selalu bertindak untuk kepentingan pemilik. Dengan kata lain, manajer sebagai manusia rasional dalam pengambilan keputusan perusahaan akan memaksimalkan kepuasan dirinya sendiri.

Hubungan manajer dengan pemegang saham didalam agency theory digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal. Manajer sebagai agent dan pemegang saham sebagai principal. Manajer harus mengambil keputusan bisnis terbaik untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham.

Oleh karena itu pihak manajemen perusahaan berkeinginan untuk memberi sinyal berupa informasi akuntansi dan pelaporan sukarela (voluntary disclosure) kepada pasar untuk bersaing mendapatkan dana dari pihak investor. Dimana informasi akuntansi adalah produk dari sebuah akuntansi perusahaan dan sistem pelaporan eksternal yang menyediakan data kuantitatif berkenaan dengan kinerja perusahaan untuk suatu periode tertentu.

2. Pasar Modal

a. Definisi pasar modal

Menurut Kasmir (2010:207) pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Modal

(4)

yang diperdagangkan dalam pasar modal merupakan modal yang bila diukur dari waktunya merupakan modal jangka panjang.

Instrumen yang diperdagangkan dipasar modal merupakan instrumen jangka panjang (memiliki umur lebih dari 1 tahun), seperti obligasi (bonds), waran (warrant), reksa dana (mutual fund), saham (stock), dan berbagai instrumen derivatif seperti opsi (option), kontrak berjangka (futures), dan lain-lain (Triandaru dan Budisantoso, 2008 : 279) .

b. Fungsi pasar modal

Pasar modal memiliki dua fungsi yaitu: a. Fungsi Ekonomi

Karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer).

b. Fungsi Keuangan

Karena pasar modal memberikan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih

(5)

3. Harga Saham a. Pengertian Saham

Saham merupakan suatu surat bukti yang berharga atas kepemilikan dari bagian modal perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas. Semakin besar kepemilikan saham, maka semakin besar pula kekuasaan diperusahaan. (Kasmir, 2010:209)

b. Jenis-jenis saham

Menurut Kamir (2010:210) jenis-jenis saham dapat ditinjau dalam beberapa segi:

1. Dari segi cara peralihan

a. Saham atas unjuk (bearer stocks)

Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau tidak tertulis nama pemilik dalam saham tersebut.

b. Saham atas nama (registered stocks)

Didalam saham tertulis nama pemilik saham tersebut dan untuk dialihkan kepada pihak lain diperlukan syarat dan prosedur tertentu.

2. Dari segi hak tagih

a. Saham biasa (Common stock)

Bagi pemilik saham ini hak untuk memperoleh deviden akan didahulukan lebih dulu kepada saham preferen. Begitu pula dengan hak terhadap harta apabila perusahaan dilikuidasi.

(6)

b. Saham preferen (Preffered stock)

Merupakan saham yang memperoleh hak utama dalam deviden dan harta apabila pada saat perusahaan dilikuidasi.

c. Pengertian harga saham

Pengertian harga saham menurut Martono (2007:13) : “Harga saham merupakan refleksi dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan (termasuk kebijakan deviden) dan pengelolaan aset”.

Sawidji Widioatmodjo (2005:102) mendefinisikan harga saham sebagai berikut: “Harga pasar saham adalah adanya harga jual dari investor yang satu kepada investor yang lain setelah saham tersebut dicantumkan dibursa, baik bursa utama maupun OTC (Over the counter market)”.

Harga saham dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :

a. Harga saham perdana, yaitu harga saham yang ditawarkan kepada masyarakat dan dibayar penuh pada saat mengajukan formulir pesanan saham yang telah ditetapkan oleh underwriter atau emiten.

b. Harga saham sekunder, yaitu harga yang terjadi setelah saham tersebut dicatatkan (listing) dilantai bursa dan telah diperdagangkan, harga saham ini ditentukan oleh kondisi pasar.

(7)

Harga saham tercntum pada saham tersebut dengan harga atau nilai nominal atau nilai pari, karena ada peningkatan laba dan sebagian laba yang dihasilkan tidak dibagikan kepada pemegang saham maka nilai saham akan meningkat. Harga baru disebut harga buku, apabila saham ini diperjualbelikan di bursa efek maka harga saham disebut harga pasar (harga bursa karena saham).

Harga saham dipasar modal selalu berfluktuasi sesuai dengan sifatnya yang selalu dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran pasar. Naik turunnya harga pasar akan sangat menarik bagi para investor, karena naik turunnya harga saham akan memberikan keuntungan bagi para investor. Keuntungan itu dinamakan capital gain.

Dalam proses penilaian saham perlu dibedakan antara nilai (value) dan harga (price), yang termasuk dengan nilai adalah nilai intrinsik (intrinsik value).

Nilai intrinsik merupakan nilai nyata (true value) salah satu yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental perusahaan. Pengertian nilai intrinsik adalah nilai yang tercermin pada fakta (justified by the fact) seperti aktiva, pendapatan, deviden dan proses perusahaan.

Penilaian saham yang umumnya digunakan dalam analisis sekuritas yaitu :

(8)

a. Pendekatan Nilai Buku Ekuitas

Nilai buku per saham ini mencerminkan berapa besar jaminan yang diberikan terhadap pemegang saham jika perusahaan dilikuidasi. Nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Widoatmodjo (2005:59)

b. Pendekatan Earning Per Share (Laba Per Saham)

Pendekatan Earning Per Share adalah pendekatan yang sering digunakan oleh para investor dalam analisis sekuritas. Pendekatan ini digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan dalam setiap lembar sahamnya. Semakin tinggi nilai EPS menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan meningkatkan jumlah deviden yang diterima oleh para pemegang saham. Darmadji dan Fakhrudin (2008).

d. Metode menganalisis harga saham

Untuk menilai harga suatu saham tetapi dua pendekatan berikut yang paling banyak digunakan, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan portofolio modern.

(9)

a. Pendekatan tradisional, untuk menganalisis surat berharga saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua analisis yaitu :

1) Analisis teknikal, merupakan teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, dan faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Oleh karena itu, pendekatan ini juga disebut pendekatan analisis pasar (market analisys) atau analisis internal (internal analisys). Asumsi yang mendasari analisis teknikal adalah:

a) Terdapat ketergantungan sistematik di dalam keuntungan yang dapat dieksploitasi ke return ubnormal.

b) Pada pasar tidak efisien, tidak semua informasi harga masa lalu diamati ketika memprediksi distribusi keuntungan sekuritas. c) Nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan

penawaran.

2) Fundamental, pendekatan ini didasarkan pada anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para investor atau analisis. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang

(10)

sekarang (current market price). Harga pasar saham merupakan refleksi dari rata-rata nilai intrinsiknya.

b. Pendekatan Portofolio Modern

Pendekatan portofolio analisis banyak digunakan oleh para pengelola fund untuk mengembangkan portofolionya. Pendekatan ini biasanya melakukan optimalisasi imbal hasil (return) dan risiko, sehingga didapat bobot instrumen investasi yang seimbang dalam sekumpulan aset (portofolio). Tujuan pendekatan ini adalah untuk mendapatkan return optimal dengan risiko tertentu atau risiko yang paling kecil dengan return tertentu.

4. Return Saham

a. Pengertian Return Saham

Pengembalian Return Saham merupakan pengembalian suatu hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return saham menurut Jogiyanto (2008:195) adalah: “ Hasil yang diperoleh dari investasi”.

Sedangkan menurut Eduardus (2010:102) menyatakan bahwa: “Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya”.

Tingkat pengembalian (return) dapat berupa capital gain ataupun deviden untuk investasi pada saham dan pendapatan bunga untuk investasi pada surat hutang. Return tersebut menjadi indikator untuk meningkatkan

(11)

wealth para investor, termasuk di dalamnya para pemegang saham. Deviden merupakan salah satu peningkatan wealth pemegang saham. Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor potensial memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar investasi mereka.

b. Jenis-jenis Return Saham

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi dan return dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

a. Return realisasi (realized return), merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis.

b. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.

Dalam kaitannya antara keputusan investasi dengan return, bahwa dalam berinvestasi investor harus dapat membedakan antara realized return dengan expected return. Investor akan melakukan investasi untuk masa depannya dengan harapan memperoleh return maksimal, tetapi tidak jarang pula apa yang mereka harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Jadi, return yang didapat oleh investor bisa melebihi atau mungkin kurang dari harapan mereka. Oleh karena itu investor harus selalu mempertimbangkan resiko dari investasi.

(12)

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return Saham 1) Harga Saham

Harga saham merupakan harga atau nilai uang yang bersedia dikeluarkan untuk memperoleh kepemilikan atas suatu saham.

2) Penilaian Harga Saham

Penilaian dilakukan dengan mengamati dan menganalisa faktor-faktor ekonomi dan non-ekonomi, faktor inten maupun ekstern perusahaan yang sahamnya akan dibeli.

3) Indeks Harga Saham

Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakkan harga saham (Tjiptono dan Hendy, 2007 : 167)

d. Cara Mengukur Return Realisasi Saham

Return atau tingkat keuntungan saham adalah suatu timbal balik yang akan diperoleh oleh investor dalam investasinya. Menurut Jogiyanto (2008:195-196) return dari suatu sekuritas saham dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

= − − 1

− 1 Keterangan:

(13)

Pit = Harga saham satu pada periode t

Pit-1 = Harga saham satu pada periode t-1

Dari rumus diatas dapat disimpulkan bahwa keuntungan suatu saham merupakan selisih antara harga pada suatu periode diselisihkan dengan harga saham periode sebelumnya kemudian dibagi dengan harga saham periode sebelumnya.

5. Suku Bunga

a. Pengertian Suku Bunga

Menurut Karl dan Fair (2001:635) Suku Bunga merupakan pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.

Dalam penelitian ini, suku bunga yang dipakai adalah suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), dimana definisi SBI itu sendiri adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek yang diskonto. Oleh karena itu, data tingkat suku bunga SBI yang diperoleh dalam periode harian akan diubah menjadi periode bulanan dengan rumus sebagai berikut:

(14)

Rata-rata tingkat suku bunga SBI

=

b. Teori-teori mengenai suku bunga : a. Teori Suku Bunga Klasik

Menurut kaum klasik, suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan menyebabkan tabungan yang tercipta pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama yang dilakukan oleh pengusaha. Teori klasik mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan nilai balas jasa dari modal. Dalam teori klasik, stok barang modal dicampur-adukkan dengan uang dan keduanya dianggap mempunyai hubungan subtitutif.

b. Teori Suku Bunga Keynes

Keynes mempunyai pandangan yang berbeda dengan klasik. Tingkat bunga itu merupakan satu fenomena moneter. Artinya, tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (Gross National Product), sepanjang uang ini mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dengan demikian akan mempengaruhi Gross National Product (Nopirin,1992).

(15)

c. Teori Suku Bunga Hicks

Hicks mengemukakan teorinya bahwa tingkat bunga berada dalam keseimbangan pada suatu perekonomian apabila tingkat bunga ini memenuhi keseimbangan dua sektor yaitu sektor moneter dan sektor rill. Pandangan ini merupakan gabungan dari pendapat sebelumnya, klasik dan keynes, dimana mashab klasik mengatakan bahwa bunga muncul karena uang adalah produktif artinya adalah bahwa bila seseorang memiliki dana maka mereka dapat menambah alat produksinya supaya keuntungan yang mereka peroleh meningkat. Jadi uang dapat meningkatkan produktivitas sehingga orang ingin membayar bunga. Sedangkan menurut keynesian bahwa uang bisa produktif dengan metode spekulasi dipasar uang dengan kemungkinan memperoleh keuntungan, dan dengan keuntungan inilah yang membuat orang ingin membayar bunga.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecil besarnya penetapan suku bunga

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga menurut Kasmir (2008:137-140) adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan dana, faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman

(16)

meningkat, yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Namun, peningkatan suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya, apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit, maka bunga simpanan akan turun karena hal ini merupakan beban.

b. Target laba yang diinginkan, faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman.

c. Kualitas jaminan, Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman.

d. Kebijaksanaan pemerintah, dalam menentukan baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank tidak boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

e. Jangka waktu, faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko macet di masa mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif rendah.

(17)

f. Reputasi perusahaan, reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil.

g. Produk yang kompetitif, Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya diharapkan lancar.

h. Hubungan baik, Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada seseorang atau lembaga. Dalam praktiknya, bank menggolongkan nasabah antara nasabah utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan kepada bank. Nasabah yang memiliki hubungan baik dengan bank tentu penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.

i. Persaingan, dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus bersaing keras dengan bank lainnya. Untuk bunga pinjaman, harus berada di bawah bunga

(18)

pesaing agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan, meskipun margin laba mengecil.

j. Jaminan pihak ketiga, Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung segala risiko yang dibebankan kepada penerima kredit. Biasanya apabila pihak yang memberikan jaminan bonafide, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik, maupun loyalitasnya terhadap bank, bunga yang dibebankan pun juga berbeda. Begitu pun sebaliknya.

6. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu kondisi dimana harga-harga barang secara keseluruhan meningkat secara umum dan berlangsung terus menerus (Agus Budi Santosa 2008:39-53). Inflasi disebabkan karena kenaikan jumlah uang beredar dalam negeri, hal ini akan menyebabkan kelebihan penawaran uang, sehingga permintaan uang asing (dollar AS) meningkat.

b. Jenis-jenis inflasi

Menurut Iskandar Putong dan ND Andjaswati (2008:138-139) jenis-jenis inflasi adalah sebagai berikut:

(19)

a. Berdasarkan sifatnya inflasi digolongkan menjadi:

1. Inflasi merayap/rendah (creeping inflation) adalah inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun.

2. Inflasi menengah (galloping inflation) adalah inflasi yang besarnya antara 10-30% pertahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, 30% dan sebagainya.

3. Inflasi berat (High inflation) adalah inflasi yang besarnya antara 30-100% pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik bahkan menurut istilah ibu-ibu rumah tangga harga berubah.

4. Inflasi sangat tinggi (Hyperinflation) adalah inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.

b. Berdasarkan sebabnya inflasi digolongkan menjadi:

1. Demand Pull Inflation adalah inflasi yang timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi disatu pihak, dipihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment).

(20)

2. Cost Push Inflation adalah inflasi yang disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi.

c. Berdasarkan asalnya inflasi digolongkan menjadi :

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri, inflasi yang timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri, adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat karena naiknya harga barang impor.

c. Metode perhitungan inflasi

Menurut Iskandar Putong dan ND Andjaswati (2008:134) angka inflasi dapat dihitung berdasarkan angka indeks yang dikumpulkan dari beberapa macam barang yang diperjual belikan dipasar dengan masing-masing tingkat harga. Angka indeks yang memperhitungkan semua barang yang dibeli oleh konsumen pada masing-masing harganya disebut sebagai Indeks Harga Konsumen (IHK atau Consumer Price Index = CPI). Selain menggunakan IHK, tingkat inflasi juga dapat dihitung dengan menggunakan GNP atau PDB Deflator, yaitu membandingkan GNP atau PDB yang diukur berdasarkan harga berlaku (GNP atau PDB nominal) terhadap GNP atau PDB harga konstan (GNP atau PDB rill).

(21)

Adapun rumus untuk menghitung tingkat inflasi adalah : = X100% Atau = − − 1 − 1 Keterangan:

Inf = Tingkat inflasi

IHKn = Indeks harga konsumen tahun dasar

IHKn-1= Indeks harga konsumen tahun berikutnya

Dfn = GNP atau PDB deflator tahun berikutnya

Dfn-1= GNP atau PDB deflator tahun awal

7. Nilai Kurs Rupiah

a. Pengertian Nilai Kurs Rupiah

Nilai tukar asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain (Supriana, 2008 : 201). Kurs (exchange rate) antara dua negara merupakan tingkat harga yang telah disepakati oleh penduduk kedua negara tersebut, dan akan digunakan dalam melakukan perdagangan (Mankiw, 2006 : 128).

(22)

b. Jenis Nilai Tukar atau Kurs (Exchange Rate)

Kurs dibedakan menjadi dua jenis (Mankiw, 2006 : 128) , yaitu : 1. Kurs Nominal (Nominal Exchange Rate)

Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara.

2. Kurs Riil (Real Exchange Rate)

Kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara, yaitu kurs riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari negara lain. Kurs riil kadang-kadang disebut terms of trade.

c. Jenis-jenis transaksi valuta asing :

Kurs nominal sendiri dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing dibagi menjadi empat jenis (Dornbusch dan Fischer, 1997) yakni :

1. Selling rate (kurs jual), yakni kurs yang ditentukan oleh suatu Bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.

2. Middle rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu.

3. Buying rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

(23)

4. Flat rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveller cheque, dimana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan promosi dan biaya biaya.

8. Produk Domestik Bruto

a. Konsep Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Istilah lain pendapatan nasional antara lain : produk domestic bruto/PDB (gross domestic product/GDP), produk nasional bruto (gross national product/GNP) serta pendapatan nasional netto (nett national product/NNP). (Nurul Huda dkk, 2008)

PDB adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam suatu periode tertentu yang menjumlahkan semua hasil pendapatan dari warga negara bersangkutan ditambah warga Negara asing yang bekerja di negara bersangkutan (Iskandar Putong, 2010:45). PNB adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu Negara dalam suatu periode tertentu yang diukur dengan satuan uang (Iskandar Putong 2010:46). Ada beberapa pendekatan dalam menghitung pendapatan nasional adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan pendapatan dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added) dari semua faktor produksi seperti: sektor produksi pertanian, sektor produksi pertambangan dan penggalian, sektor

(24)

industry manufaktur, sektor industry listrik, gas, dan air minum, sektor produksi bangunan, sektor produksi perdagangan, hotel dan restoran, dan lain-lain. Perhitungan pendapatan dengan konsep nilai tambah bertujuan untuk terhindar dari perhitungan ganda (double-count).

GDP nominal (nominal GDP) adalah nilai barang dan jasa yang dikukur dengan harga yang berlaku.

Sedangkan GDP Rill (rill GDP) adalah nila barang dan jasa diukur dengan menggunakan harga konstan.

2. Pendekatan pengeluaran/GNP adalah perhitungan pendapatan nasional dengan melakukan penjumlahan akhir unit-unit ekonomi, yaitu: rumah tangga berupa konsumsi (consumption/C), perusahaan berupa investasi (investment/I), pengeluaran pemerintah (government/G), pengeluaran ekspor dan impor (export-import/X-M).

Perhitungan pendapatan nasional umumnya ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

GDP adalah nilai barang jadi yang diproduksi didalam negeri, sedangkan GNP adalah nilai barang yang diproduksi baik didalam

GDP Nominal = GDP Rill x Deflator GDP

GDP Rill = GDP Nominal GDP Deflator

(25)

negeri dan diluar negeri. Dari perbedaan tersebut maka ada tiga kondisi yang mungkin terjadi pada suatu negara yaitu:

1. Nilai GDP lebih besar dari nilai GNP (GDP>GNP) berarti penghasilan produk suatu negara yang bekerja di luar negeri akan lebih sedikit dibandingkan penghasilan orang asing di negara itu.

2. Nilai GDP lebih kecil dari GNP (GDP<GNP) berarti penghasilan produk suatu negara yang bekerja diluar negeri lebih besar dibanndingkan penghasilan orang asing yang bekerja di negara itu.

3. Nilai GDP sama dengan GNP (GDP = GNP) berarti penghasilan penduduk suatu negara yang bekerja di luar negeri akan sama besar dengan orang asing yang bekerja di negara itu. 3. Pendekatan pendapatan NNP adalah GNP yang dikurangi dengan penyusutan dari stok modal yang ada selama periode tertentu. Penyusutan modal adalah biaya dari hasil memproduksi output perekonomian. PDB merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya pendapatan masyarakat suatu negara (termasuk warga negara asing) dalam suatu tahun tertentu.

(26)

9. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang terkait inflasi, suku bunga, nilai kurs rupiah telah dilakukan oleh bebrapa peneliti di Indonesia, diantaranya sebagi berikut:

Tabel 2.1

Penelitian terdahulu yang dilakukan di Indonesia

Nama peneliti (tahun) Variabel yang digunakan

Judul penelitian Hasil penelitian

Suramaya suci kewal (2011) Inflasi, suku bunga, kurs, pertumbuhan PDB dan IHSG Pengaruh inflasi, suku bunga, kurs dan pertumbuhan PDB terhadap indeks harga saham gabungan

Hanya kurs yang berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG, sedangkan tingkat inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG Muhammad Furqan Amansyah (2011) Nilai tukar, cadangan devisa, PDB, indeks harga Analisis pengaruh nilai tukar, cadangan devisa, dan PDB terhadap Nilai Tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG, sedangkan

(27)

saham gabungan

indeks harga saham gabungan di

Indonesia tahun 2001-2011

cadangan devisa dan PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG Ummi Mardiyati dan Ayu Rosalina (2013) Nilai tukar, tingkat suku bunga, inflasi, dan indeks harga saham Analisis pengaruh nilai tukar, tingkat suku bunga, dan inflasi terhadap indeks harga saham perusahaan

properti yang terdaftar di bursa efek indonesia

Secara parsial nilai tukar memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham properti, sedangkan tingkat suku bunga dan inflasi memiliki

pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap indeks harga saham properti Anak Agung Gde Aditya Krisna dan Ni Gusti Putu Inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, IHSG Pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga SBI pada indeks harga saham gabungan di bursa efek

Secara simultan tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif signifikan pada indeks

(28)

Wirawati (2013)

indonesia harga saham di bursa

efek indonesia. Md. Mahmudul Alam and Md. Gazi Salah Uddin (2009) Interest rate and stock price Relationship between Interest Rate and Stock Price : Empirical Evidence from Developed and Developing Countries.

For all of the countries it is found that interest rate has significant negative relationship with share price and for six countries it is found that changes of interest rate has significant negative relationship with changes of share price. Sumber: Dari beberapa jurnal

Pada kesempatan ini, penelitian akan meneliti pengaruh inflasi, suku bunga dan nilai kurs rupiah terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang menurut sepengetahuan peneliti belum ditemukan sebelumnya.

B. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1. Pengaruh suku bunga terhadap return saham

Suta (2000) mengatakan bahwa Dengan meningkatnya tingkat suku bunga riil maka akan menyebabkan investor cenderung untuk mengurangi kegiatan investasinya. Dana investasi akan cenderung akan diendapkan dalam bentuk deposito dan tabungan karena return

(29)

yang akan ditawarkan deposito lebih besar dibandingkan dengan return yang ditawarkan pasar saham. Hal ini menyebabkan berkurangnya transaksi di pasar modal terutama pasar saham sehingga akan menyebabkan penurunan harga saham dan berkurangnya tingkat pengembalian saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Umi dan Ayu (2013) menyatakan bahwa suku bunga memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap indeks harga saham, sedangkan Suramaya (2011) dan AA.Gde Aditya dan Ni gusti (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Ha1= suku bunga berpengaruh terhadap return saham

2. Pengaruh inflasi terhadap return saham

Inflasi yang meningkat akan mengakibatkan penurunan dari nilai mata uang yang berarti penurunan daya beli masyarakat secara relatif. Penurunan daya beli ini akan menyebabkan transaksi pada pasar saham berkurang. Dengan berkurangnya transaksi di pasar saham tersebut maka akan menyebabkan turunnya harga saham dan berpengaruh terhadap berkurangnya tingkat pengembalian atau return saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Umi dan Ayu (2013) menyatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap indeks harga saham, sedangkan Suramaya (2011)

(30)

dan Entin, dkk (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Ha2= inflasi berpengaruh terhadap return saham.

3. Pengaruh kurs terhadap return saham

Menurut Suta (2000), terjadinya apresiasi rupiah memberikan dampak terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri terutama dalam persaingan harga. Apabila hal ini terjadi maka secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan, karena menurunnya nilai ekspor dibandingkan dengan nilai impor. Seterusnya, akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Memburuknya neraca pembayaran tentu akan berpengaruh terhadap cadangan devisa. Berkurangnya cadangan devisa akan dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham dipasar modal yang dapat berupa anjlloknya harga saham dan mengakibatkan berkurangnya tingkat pengembalian saham. Depresiasi Rupiah menyebabkan sumber dana mengalir dari pasar saham ke arah pasar uang asing. Investor akan menginvestasikan dananya pada pasar uang asing karena dinilai lebih memberi keuntungan.

Penelitian yang dilakukan oleh Suramaya (2011) dan Umi dan Ayu (2013) menyatakan bahwa nilai kurs memiliki pengaruh negatif

(31)

terhadap indeks harga saham, sedangkan AA.Gde Aditya dan Ni gusti (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa nilai kurs memiliki berpengaruh positif terhadap IHSG.

Ha3= kurs berpengaruh terhadap return saham

4. Pengaruh PDB terhadap return saham

Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tercermin pada Produk Domestik Bruto juga turut memberi pengaruh pada investasi. Besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan besarnya pertumbuhan dalam produksi barang dan jasa. Bila pertumbuhan ini terus berlangsung, maka kegiatan investasi sangat diperlukan untuk menunjang peningkatan dalam produksi, selanjutnya memberikan perkembangan yang baik bagi pasar modal sebagai sumber dana bagi pengembangan usaha yang akan meningkatkan tingkat pengembalian saham. (Suta, 2000). Produk Domestik Bruto yang memburuk akan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat secara riil. Hal ini berarti penurunan kemampuan masyarakat dalam menanamkan dananya pada pasar saham yang mengakibatkan penurunan transaksi pada pasar saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Suramaya (2011) menyatakan bahwa PDB tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Furqan

(32)

(2011) menyatakan bahwa PDB berpengaruh positif terhadap indekas harga saham.

Ha4= PDB berpengaruh terhadap return saham

5. Model Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian terdahulu serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan kerangka pemikiran teoritis yang dituangkan dalam kerangka penelitian seperti yang ditunjukan pada gambar berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Penelitian

Sumber: Diolah oleh penulis

Return Saham Perusahaan Industri

Manufaktur Suku Bunga

Inflasi

Nilai Kurs Rupiah

PDB

Ha1 Ha2 Ha3 Ha4

(33)

Variable dalam penelitian ini terdiri dari dua variable yaitu variable dependen dan variable independen. Variable dependen yaitu return saham perusahaan sedangkan variable independen yaitu adalah suku bunga, inflasi, kurs dan PDB.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu program kegiatan pada PNPM Mandiri Perdesaan yang memberikan fasilitas kredit yang mudah untuk perkembangan UMKM dengan memfokuskan pada pemberdayaan perempuan

Dari hasil pemetaan dengan cara pengambilan titik koordinat pada kuadran tiap spesies mangrove di tiga stasiun penelitian di Kelurahan Tongkaina, yaitu dengan

Sementara kewajiban penerima gadai ( murtahi&gt;n) adalah menjaga barang jaminan, selain itu mempunyai hak menuntut agar hutang tersebut dikembalikan oleh penggadai

A dapun tujuan kerja praktek yang dilakukan guna menciptakan hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia perguruan tinggi dan dunia kerja, Meningkatkan kepedulian

Pekan Budaya tionghoa (PBTY) akhirnya menjadi agenda tahunan masyarakat tionghoa Yogyakarta dan untuk membuat PBTY menjadi lebih baik, masyarakat tionghoa

Desain otomasi ini terdiri dari sensor Passive Infrared Receiver (PIR) yang berfungsi sebagai pendeteksi aktivitas manusia, sensor Light Dependent Resistor (LDR)

Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa analisa dari kegiatan terapi okupasi, meliputi: jenis kegiatan yang dilakukan seperti latihan gerak badan atau

Indonesia ( BNRI ) tetap berlaku, hanya yang pada saat UU No. 1 tahun 1995 berlaku pengumuman tersebut merupakan kewajiban Direksi PT yang bersangkutan tetapi