• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa - Haniva Hanum BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa - Haniva Hanum BAB II"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

A. Gangguan Jiwa

1. Pengertian Gangguan Jiwa

(2)

menderita ialah manusia secara utuh bukan hanya badan, jiwa atau lingkungannya.

2. Penyebab Gangguan Jiwa

Ada banyak teori dan pendapat ahli mengenai penyebab gangguan jiwa. Menurut Yoseph (2011) penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara terus menerus saling terkait dan saling mempengaruhi, yaitu:

a. Faktor-faktor somatik atau organobiologis, seperti neroanatomi, nerofisiologi, nerokimia, tingkat kematangan dan perkembangan organik, dan faktor-faktor pre dan peri-natal.

b. Faktor-faktor psikologik atau psikoedukatif, seperti interaksi ibu dan anak, persaingan yang terjadi antara saudara kandung, hubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari, kehilangan yang menyebabkan depresi atau rasa malu/rasa bersalah, pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya, dan tingkat perkembangan emosi.

c. Faktor-faktor sosial-budaya atau sosiokultural, seperti kestabilan keluarga, tingkat ekonomi, masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan keagamaan.

(3)

interaksi dengan orang lain, kondisi fisik pasien, putus asa, dan percaya diri yang kurang, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan kritikan yang mengarah kepada penghinaan.

3. Patogenesis dan Patofisiologi Gangguan Jiwa a. Patogenesis Gangguan Jiwa

Kondisi saat sebelum sakit pada pasien gangguan jiwa berlangsung kurang lebih selama 1 bulan. Gangguan yang terjadi dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku yang terkadang disertai dengan kelainan neurokimiawi. Penderita gangguan jiwa biasanya mengalami minimal 2 gejala, yaitu gangguan afek dan gangguan peran. Serangan yang terjadi pada gangguan jiwa biasanya terjadi secara berulang (Yoseph, 2011).

(4)

motorik, proses berpikir, persepsi atau penginderaan, dan kemampuan bicara dan bahasa.

Pada proses pemulihan yang terjadi pada penderita gangguan jiwa terdapat 5 tahapan, antara lain:

(1) Tahap I: Perasaan terjebak (stuck) dimana penderita merasa tidak mau atau tidak mampu dalam menerima bantuan ataupun menghadapi masalah.

(2) Tahap II: Bersedia menerima bantuan. Pada tahap ini penderita ingin menjauh atau menghindar dari masalah dan berharap orang lain akan bisa membantu dalam mengatasi masalah. (3) Tahap III: Percaya. Pada tahap ini penderita mulai percaya

bahwa mereka dapat membuat perubahan atau perbaikan dalam hidupnya. Penderita mulai melihat ke masa depan tentang apa yang diinginkan serta menjauh dari hal-hal yang tidak diinginkan. Penderita mulai melakukan hal-hal atas keinginan sendiri untuk mencapai tujuan mereka dan tetap bersedia menerima bantuan orang lain.

(4) Tahap IV: Belajar mengenai bagaimana membuat pemulihan diri penderita dapat menjadi suatu kenyataan. Ini adalah proses trial and error dimana dukungan dan semangat merupakan hal yang dibutuhkan dalam tahap ini.

(5)

dimana mereka mampu mengelola sesuatu tanpa bantuan dari orang lain (Tirtojiwo, 2012).

Ketika pada penderita gangguan jiwa yang telah melalui proses pemulihan, mereka akan memasuki tahap recovery dimana mereka mampu menerima dan mengakui dirinya sendiri sebagai mana adanya. Selain itu, penderita gangguan jiwa juga sudah mampu untuk bersikap terbuka dan sportif, memiliki semangat dan motivasi, percaya diri, mampu mengendalikan emosi, mampu bersosialisasi dengan masyarakat dan tidak takut untuk menghadapi tantangan serta berusaha mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah yang dihadapi (Tirtojiwo, 2012).

b. Patofisiologi Gangguan Jiwa

(6)

Kelainan pada struktur otak atau kelainan yang terjadi pada sistem kerja bagian tertentu dari otak juga dapat menimbulkan gangguan pada kejiwaan. Sebagai contoh, masalah komunikasi di salah satu bagian kecil dari otak dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi secara luas. Hal ini akan diikuti oleh kontrol kognitif, tingkah laku, dan fungsi emosional yang diketahui memiliki keterkaitan erat dengan masalah gangguan kejiwaan. Beberapa jenis gangguan pada struktur otak yang berakibat pada gangguan jiwa, antara lain:

(1) Gangguan pada cortex cerebral yang memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan, pemikiran tinggi, dan penalaran dapat dilihat pada penderita waham.

(2) Gangguan pada sistem limbik yang berfungsi mengatur perilaku emosional, daya ingat, dan proses dalam belajar terlihat pada penderita perilaku kekerasan dan depresi.

(3) Gangguan pada hipotalamus yang berperan dalam mengatur hormon dalam tubuh dan perilaku seperti makan, minum, dan seks dapat terlihat pada penderita bulimia, anoreksia, dan disfungsi seksual.

(7)

(1) Kerusakan pada lobus frontalis yang menyebabkan kesulitan dalam proses pemecahan masalah dan perilaku yang mengarah pada tujuan, berfikir abstrak, perhatian dengan manifestasi gangguan psikomotorik.

(2) Kerusakan pada Basal Gangglia dapat menyebabkan distonia dan tremor.

(3) Gangguan pada lobus temporal limbic akan meningkatkan kewaspadaan, distractibility, gangguan memori (short time). 4. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Tanda-tanda umum yang sering dijumpai pada pendertita dengan gejala gangguan jiwa menurut Yoseph (2011), yaitu:

a. Gangguan Kognisi

Gangguan kognisi yang meliputi gangguan sensasi dan gangguan persepsi. Gangguan sensasi terdiri dari hiperestesia (suatu keadaan dimana gangguan kepekaan terhadap proses penginderaan baik panas, dingin, nyeri atau perabaan mengalami peningkatan), anestesia (suatu keadaan dimana tidak adanya perasaan pada

(8)

luar), dan halusinasi (suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar).

b. Gangguan perhatian

Beberapa jenis gangguan perhatian yaitu distraktibiliti (perhatian yang mudah dialihkan oleh rangsang yang tidak berarti), aproseksia (ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun

terhadap situasi atau keadaan), dan hiperproseksia (keadaan yang memusatkan perhatian yang berlebihan).

c. Gangguan ingatan

Gangguan ingatan terdiri dari amnesia (ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman yang ada atau kondisi sebelumnya), hipernemsia (keadaan dimana seseorang dapat menjelaskan kembali kejadian yang telah lalu dengan sangat terperinci), dan paramnesia (gangguan penyimpangan terhadap ingatan yang telah lalu yang dikenal secara baik).

d. Gangguan pikiran

Beberapa jenis gangguan pikiran yaitu gangguan bentuk pikiran (pemikiran yang mengalami penyimpangan, tidak rasional dan logis, dan terarah pada suatu tujuan), gangguan arus termasuk cara dan laju proses asosiasi dalam pemikiran, dan gangguan isi pikiran baik secara verbal maupun non verbal.

e. Gangguan kesadaran

(9)

(1) Kesadaran kuantitatif, yang terdiri dari dua jenis, yaitu:

a) Kesadaran yang menurun (tingkat kesadaran dimana kemampuan persepsi, perhatian, dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan)

b) Kesadaran yang meninggi (keadaan reaksi yang meningkat akibat adanya suatu rangsang).

(2) Kesadaran kualitatif dimana terjadinya perubahan dalam kualitas kesadaran, baik yang disebabkan oleh toksik, organik atau psikogen.

f. Gangguan kemauan

Beberapa macam gangguan kemauan yaitu abulia (keadaan seseorang yang tidak sanggup dalam membuat keputusan maupun memulai suatu perbuatan), negativisme (ketidaksanggupan seseorang dalam bertindak/melakukan sesuatu, kekakuan atau ketidakmampuan dalam memutuskan untuk mengubah suatu tingkah laku), dan kompulsi (keadaan seseorang yang merasa didorong dalam melakukan suatu tindakan).

g. Gangguan emosi dan afek

(10)

labil (ketidakstabilan yang berlebihan dan emosional), cemas dan

depresi (gejala yang dapat dilihat dari ekspresi wajah atau tingkah

laku), dan emosi yang tumpul dan datar (pengurangan atau tidak ada sama sekali tanda-tanda ekspresi afektif).

5. Jenis-jenis Gangguan Jiwa

Menurut International Classification of Diseases (ICD) seperti yang tercantum dalam Depkes (2003) menggolongkan gangguan jiwa menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Gangguan mental organik

Gangguan mental organik adalah suatu kelompok gangguan jiwa yang disebabkan oleh adanya gangguan yang terjadi pada organ lain diluar otak tetapi gangguan tersebut mempengaruhi fungsi dan kerja otak (Admin, 2011).

b. Gangguan mental dan perilaku akibat gangguan mental simptomatik yang merupakan komponen psikologi yang diikuti gangguan fungsi secara badaniah.

c. Skizofrenia

(11)

kurang merawat diri dan menjaga kebersihan diri, dan sering berhalusinasi.

d. Gangguan suasana perasaan (Depresi)

Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan kejiwaan yang mendapat perhatian khusus karena jumlah penderitanya yang bertambah setiap waktunya. WHO memprediksikan pada tahun 2020 di negara-negara berkembang depresi akan menjadi penyakit mental yang paling banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kedua setelah serangan jantung (Lubis, 2009). Beberapa ciri yang khas pada penderita depresi, antara lain tidak ingin bersosialisasi dengan orang lain (menarik diri), kehilangan semangat hidup dan tidak ada harapan akan masa depan, merasa bersalah dan rendah diri, dan terkadang merasa lebih baik mati sehingga sering mencoba melakukan tindakan bunuh diri (Patel, 2001).

e. Ansietas atau kecemasan

(12)

sehingga terkadang kehilangan kontrol diri, menghindari penyebab cemas, sulit tidur, dan cenderung memikirkan kecemasan tersebut dalam waktu yang lama.

f. Gangguan makan, gangguan tidur, dan disfungsi seksual g. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa h. Retardasi mental

Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan kejiwaan seseorang yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai dengan terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara keseluruhan, seperti kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.

i. Gangguan brevaza, gangguan membaca, gangguan berhitung, dan autisme.

j. Gangguan hiperkinetik dan gangguan tingkah laku. 6. Dampak Gangguan Jiwa

Menurut Admin (2010), dampak yang ditimbulkan oleh gangguan jiwa cukup besar, baik bagi pasien, bagi keluarga maupun bagi masyarakat dan lingkungan. Dampak tersebut, antara lain:

a. Sebagai penyebab paling utama dari disabilitas kelompok usia produktif.

(13)

d. Biaya perawatan yang tinggi.

7. Rehabilitasi Gangguan Jiwa

Rehabilitasi adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikososial dan latihan vokasional sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian diri secara optimal serta mempersiapkan p;enderita gangguan jiwa secara fisik, mental, sosial dan vokasional untuk suatu kehidupan penuh sesuai dengan kemampuannya. Tujuan dilakukannya rehabilitasi yaitu untuk mencapai perbaikan baik secara fisik maupun secara mental seoptimal mungkin, penyaluran dalam pekerjaan dengan kapasitas maksimal dan penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan sosial sehingga bisa berfungsi sebagai anggota masyarakat yang mandiri (Nasution, 2006).

Keterampilan penting dalam rehabilitasi pasien gangguan jiwa menurut Abroms dalam Stuart (2006) menekankan pada 4 keterampilan, yaitu:

a. Orientation (Orientasi)

(14)

b. Assertion

Assertion adalah kemampuan penderita dalam mengekspresikan

perasaannya sendiri secara benar dan tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong penderita untuk mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan dan masyarakat.

c. Accuption

Accuption adalah kemampuan penderita untuk mendapatkan rasa

percaya diri dan berprestasi melalui keterampilan membuat kerajinan tangan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan aktifitas kepada penderita dalam bentuk kegiatan sederhana untuk mengembangkan keterampilan fisik seperti menyulam, membuat bunga, melukis dan sekaligus untuk meningkatkan manfaat interaksi sosial.

d. Recreation (Rekreasi)

(15)

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan

Penerimaan masyarakat terhadap gangguan jiwa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengetahuan masyarakat, persepsi masyarakat, dan sikap masyarakat (Sears, 1999 dalam Adilamarta, 2011).

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai haisl penggunaan panca inderanya, yang berbeda dengan kepercayaan, takhayul dan penerangan lain yang keliru (Soekanto, 2006). Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang yang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2007) tingkat pengetahuan dalam domain kognitif meliputi 6 tahapan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah dimana tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk pula mengingat kembali (recall) sesuatu yang bersifat spesifik dari seluruh materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari diantaranya menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.

b. Memahami (Comprehention)

(16)

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi dan obyek tersebut secara benar. Individu ini mampu untuk menjelaskan, memberikan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan obyek yang dipelajari. c. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisa (Analysis)

Analisa merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih berkaitan antara satu dengan yang lain.

e. Sintesis (Sintesys)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang bersifat keseluruhan sehingga dapat membentuk formulasi yang baru dari formulasi yang telah ada sebelumnya.

f. Evaluasi

(17)

Dalam memahami sesuatu perlu adanya pengetahuan yang mana pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Notoatmodjo (2003) faktor-faktor tersebut, yaitu:

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seorang individu, meskipun tidak bersifat mutlak namun semakin tinggi tingkat pendidikan individu maka akan se makin tinggi pula tingkat pengetahuannya.

b. Sosial Ekonomi

Hal ini masih memiliki kaitan dengan tingkat pendidikan seseorang. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi seseorang maka semakin besar kemungkinan orang tersebut dalam mendapatkan pendidikan sehingga pengetahuan yang didapatkan bertambah dengan baik.

c. Sumber informasi

(18)

majalah juga dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang hal-hal baru.

d. Pengalaman

Pengalaman dalam hal ini bisa berarti pengalaman hidup maupun pengalaman kerja yang bisa dijadikan sebagai sumber pengetahuan. Pengalaman dapat memberikan pelajaran dan pengetahuan tentang kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

e. Umur

Semakin bertambah usia seorang individu maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2. Persepsi

(19)

tertentu (Baihaqi dkk, 2007). Menurut Maramis (2004) persepsi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

a. Kepercayaan b. Sikap

c. Pendidikan atau pengetahuan d. Lingkungan

e. Budaya

Proses terjadinya persepsi pertama kali dimulai dari objek yang menimbulkan stimulus yang ditangkap oleh alat indera atau reseptor, dimana proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera kemudian dilanjutkan oleh saraf sensorik menuju otak sehinggan proses ini dinamakan proses fisiologi. Kemudian rangsangan yang telah diterima tersebut di proses di dalam otak sehingga individu dapat menyadari sesuatu yang diterima dengan reseptor itu, sebagai akibat dari stimulus yang diterima. Proses yang terjadi di otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari persepsi adalah individu menyadari tentang sesuatu yang diterima melalui alat indera atau reseptor (Sunaryo, 2004).

(20)

a. Keyakinan atau kepercayaan yang menganggap bahwa gangguan jiwa itu disebabkan oleh guna-guna, tempat dan benda pusaka yang bersifat keramat, roh jahat, kutukan, dan kekuatan gaib atau supranatural.

b. Keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupaknan penyaki seumur hidup yang tidak dapat disembuhkan.

c. Keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang tidak termasuk dalam urusan medis.

d. Keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang selalu diturunkan.

3. Sikap

(21)

seseorang dihadapkan dengan suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi dari orang tersebut. Reaksi evaluatif merupakan bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai munculnya sikap didasari oleh proses evaluasi yang terjadi dalam diri individu segingga akan menghasilkan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk dan nilai baik-buruk, positif-negatif atau menyenangkan-tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2005).

Sikap mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu komponen kognitif yang merupakan kepercayaan seseorang mengenai hal yang berlaku atau benar, komponen afektif yang berkaitan dengan keadaan emosional seseorang terhadap suatu hal, dan komponen perilaku yang menunjukkan kecenderungan perilaku seseorang yang berkaitan dengan objek atau hal yang sedang dihadapi (Azwar, 2005). Sedangkan Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa sikap mempunyai 4 tingkatan, yaitu:

a. Menerima yang berarti mau memperhatikan dan memahami stimulus yang ada secara otomatis.

b. Merespon stimulus saat diberikan rangsangan seperti menjawab bila ditanya atau mengerjakan sesuatu saat diperintah.

c. Menghargai dengan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan stimulus yang diberikan.

(22)

C. Penerimaan

1. Pengertian Penerimaan

Penerimaan adalah hubungan yang terjalin antara dua belah pihak atau lebih dimana pihak-pihak tersebut saling menerima satu sama lain dengan baik sehingga tercipta suasana yang hangat, nyaman, dan tentram serta pemenuhan kebutuhan saling menghargai terpenuhi (Surya, 1998 dalam Soleh, 2011).

2. Unsur-unsur Penerimaan

Soleh (2011) menyebutkan beberapa hal yang merupakan unsur dari penerimaan, antara lain:

a. Perhatian

b. Perlakuan yang baik dan positif c. Pemberian kesempatan

3. Prinsip-prinsip Penerimaan

(23)
(24)

D. Kerangka Teori

Bagan 2. 1 Kerangka Teori modifikasi dari Yoseph (2011) dan Sears (1999) Faktor-faktor penerimaan:

spiritual), antara lain neroanatomi, nerofisiologi, nerokimia, persaingan antara saudara kandung, hubungan sosial di kehidupan sehari-hari, tingkat perkembangan emosi, tingkat ekonomi, pendidikan, masalah kelompok minoritas, dan pengaruh buruk organisasi keagamaan.

Faktor Presipitasi, antara lain kondisi lingkungan yang kurang baik, interaksi dengan orang lain, kondisi fisik pasien, putus asa, dan percaya diri yang kurang, rasa kehilangan, dan kritikan yang mengarah kepada penghinaan.

Psikopatologi Gangguan Jiwa

Dampak Gangguan Jiwa 1. Disabilitas kelompok usia produktif.

2. Penderita mengalami penolakan, pengucilan, dan diskriminasi.

(25)

E. Kerangka Konsep

Bagan 2.2. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

1. Ada pengaruh antara tingkat pengetahuan masyarakat Desa Kedondong tentang gangguan jiwa dengan penerimaan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa.

2. Ada pengaruh antara persepsi masyarakat Desa Kedondong tentang gangguan jiwa dengan penerimaan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa.

3. Ada pengaruh antara sikap masyarakat Desa Kedondong terhadap gangguan jiwa dengan penerimaan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa.

Faktor-faktor penerimaan:

1. Pengetahuan

2. Persepsi masyarakat 3. Sikap masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan gelar kebangsawanan; penggunaan jabatan; penggunaan gelar disertai dengan jabatan; penggunaan ndara; penyebutan nama kawula;

Diusulkan wilayah- wilayah baru tersebut menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK), yang telah memiliki potensi untuk dikembangkan segera. Prasyarat pengembangan KEK adalah pertama,

Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa peranan pustakawan pada layanan referensi untuk aktif memberikan bantuan informasi mengenai koleksi- koleksi layanan

Beberapa senyawa kompleks dari ion logam Zn(II), Cd(II) dan Hg(II) dengan ligan monodentat dari unsur golongan 15, terutama nitrogen, dan Hg(II) dengan ligan

Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangakan potensial elektroda sangat tergantung pada pH.. Beberapa

Konsentrasi merupakan bagian dari kemampuan kognitif seseorang. Konsentrasi menyebabkan seseorang dapat terfokus dalam mengerjakan sesuatu dalam jangka waktu

dalam upaya peningkatan pemahaman teks bacaan bahasa arab pada mata kuliah Bahasa Arab I Tahun Akademik 2015/2016 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Kelas