• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalu Lintas - Fathudin Muflih BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalu Lintas - Fathudin Muflih BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lalu Lintas

Fungsi dasar dari Jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu

lintas dan sebagai akses kerumah-rumah. (silvia Sukirman, 1994). Arus lalu lintas pada suatu

lokasi tergantung pada beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi daerah setempat .

(Clark H. Oglesby ; R. Gary Hicks,1993). Penetapan lalu lintas merupakan bagian dari proses

untuk meramalkan arus keseimbangan dalam jaringan transportasi perkotaan yang

bersangkutan dengan langkah-langkah yang mengikuti distribusi dan pembagian mode dari

lalu lintas. (Edward K. Morlok ; Johan K. Hainim, 1985). Cara pengaturan dan pengendalian

lalu lintas telah berkembang sejalan dengan perkembangan angkutan beroda serta

konsekuensi sosial dan komersial penggunaanya. Penggunaan tanah dan rencana distribusi

spasialnya merupakan penentu dasar bagi kebutuhan lalu lintas. Jumlah dan jenis lalu lintas

yang terbangkitkan oleh suatu guna tanah dapat diukur. Tiap guna tanah, baik sebagai

sekolah, pabrik , perumahan atau taman adalah pembangkit lalu lintas. (F.D. Hobbs, 1995).

2.1.1. Volume Lalu Lintas

Sebagai pengukur jumlah dari arus lalu lintas digunakan “volume’’. Volume lalu

lintas menunjukan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu-satuan

waktu (hari,jam,menit) satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan adalah :

a. Lalu lintas harian rata- rata (LHR)

b. Volume jam perencanaan (VJP)

(2)

2.1.1.1. Lalu lintas harian rata-rata

Lalu lintas harian rata-rata adalah volume lalu lintas rata-rata dalam satu hari. Dari

cara memeperoleh data tersebut dikenal dua jenis lalu lintas harian rata-rata yaitu alu lintas

harian rata-rata tahuanan (LHRT) dan lalu lintas harian rata-rata (LHR).

LHRT adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang melewati satu jalur jalan

selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahun penuh.

LHRT =

Untuk dapat menghitung LHRT haruslah tersedia jumlah data kedaraan yng terus

menerus selama satu tahun penuh. Mengingat akan biaya yang diperlukan dan

membandingkan dengan ketelitian yang dicapai serta tidak semua tempat di indonesia

mempunyai data volume lalu lintas selama satu tahun, maka untuk kondisi tersebut dapat

dipergunaka satuan lalu lintas harian rata-rata (LHR). LHR adalah hasil bagi jumlah

kendaraan yang diperoleh selama pengamatan dengn lamanya pengamatan. (Silvia Sukirman,

1994).

LHR =

2.1.1.2. Volume jam perencanaan

LHR dan LHRT adalah volume lalu lintas dalam satu hari, merupakan volume harian,

sehingga nilai LHR dan LHRT itu tidak dapat memberikan gambaran tentangfluktuasi arus

lalu lintas lebih pendek dari 24 jam, arus lalu lintas bervariasi dari jam ke jam berikutnya

dalam satu hari, maka sangat cocoklah jika volume lalu lintas dalam satu ja digunakan untuk

perencanaan . volume dalam satu jam yang dipakai untuk perencanaan dinamakan “volume

(3)

VJP= k x LHR ...(2.3.)

Dengan k merupakan faktor VJP yang dipengaruhi oleh jam sibuk . (Silvia Sukirman, 1994).

2.1.2. Komposisi lalu lintas

Pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari campuran kendaraan cepat,

kendaraan lambat, kendaraan berat, kemdaraan ringan dan kendaraan tak bermotor.

Dalam hubunganya dengan kapasitas jalan, pengaruh dari setiap jenis kendaraan

tersebut terhadap keseluruhan arus lalu lintas, diperhitungkan dengan mebandingkan terhadap

pengaruh dari suatu mobil penumpang. Pengaruh mobil penumpang dalam hal ini dipakai

sebgai satuan dan disebut “ satuan mobil penumpang” atau disingkat “smp”.

Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 untuk jalan perkotaan menentukkan satuan

mobil penumpang kedalam nilai emp (ekuivalen mobil penumpang) sepertu tercantum pada

tabel berikut :

Tabel 2.1. Nilai EMP untuk jalan perkotaan terbagi satu arah Tipe jalan :

Jalan satu arah dan terbagi

Arus lalu lintas per lajur (kend/jam)

Emp

HV MC LV

Dua lajur satu arah (2/1) dan empat lajur terbagi (4/2D)

0 – 1.050

≥1.050 1,3 1,2

0,4 0,25

1,0 1,0

Tiga lajur satu arah (3/1) dan enam lajur terbagi (6/2D)

0 – 1.100

≥1.100 1,3 1,2

0,4 0,25

1,0 1,0

(4)

Dengan :

LV : Kendaraan ringan (Light Vehicle) : kendaraan bermotor dua as beroda empat dengan

jarak as 2,0 – 3,0 m (Termasuk mobil penumpang, mikrobus, pik-up, dan truk kecil sesuai

sistem klasifikasi Bina marga)

HV : Kendaraan berat (Hight Vehicle) : kendaraan bermotor dengan jarak lebih dari 3,5

meter, biasanya beroda lebih dari empat (termasuk bus, truk 2 as, truk 3 as dan truk

kombinasi sesuai sitem klasifikasi Bina Marga).

MC : Kendaraan motor (Motor Cycle) : kendaraan bermotor beroda dua atau tiga roda (

termasuk sepeda motor dan kendaraan beroda tiga sesuai sistem klasifikasi Bina Marga)

2.1.3. Pertumbuhan Lalu lintas

Jumlah kendaraan yang memakai jalan bertambah dari tahun ke tahun. Faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan lalu lintas adalah perkembangan daerah, bertambahnya

kesejahteraan masyarakat, naiknya kemampuan membeli kendaraan dan sebagainya. Faktor

pertumbuhan lalu lintas dinyatakan dalam persen (%) per tahun. (Silvia Sukirman, 1994).

2.2. Kapasitas jalan

Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum yang melewati suatu titik dijalan per

satuan jam dalam kondisi tertentu. Kapasitas untuk jalan dua lajur dua arah didefinisikan

untuk arus dua arah ( kedua arah kombinasi), tetapi untuk jalan dengan banyak ajur, arus

(5)

Faktor – faktor yang mempengaruhi nilai kapasitas jalan adalah :

2.2.1. Faktor Geomterik jalan, yaitu :

1. Lebar jalur lalu lintas

Pertambahan jalur lalu lintas akan menyebabakan peningkatan lalu lintas sehingga

kapasitas jalanpun meningkat pula. Jalur lalu lintas (travelled way = carriage way) adalah

bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas kendaraan. Jalur lalu lintas

terdiri dari beberapa lajur (lane) kendaraan. Lajur kendaraan yaitu bagian jalur lalu lintas

yang khusus untuk dilewati oleh satu rangkaian kendaraan beroda empat atau lebih dalam

satu arah. Lebar lajur lalu lintas adalah bagian yang paling menentukan lebar melintang

jalan secara keseluruhan. Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar kendaraan ditambah

dengan ruang bebas atara kendaraan yang besarnya sangat ditentukkan oleh keamanan

dan kenyamanan yang diharapkan. Jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kecepatan

tinggi, membutuhkan ruang bebas untuk menyalip dan bergerakn yang lebih besar

dibandingkan dengan jalan untuk kecepatan rendah (Silvia Sukirman, 1994)

2. Lebar bahu jalan

Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang

berfungsi sebagai berikut :

a. Ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar

berhenti.

b. Ruangan untuk tempat menghindarkan diri dari saat – saat darurat, sehingga dapat

(6)

c. Memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan dapat meningkatkan kapasitas jalan

yang bersangkutan.

d. Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasana dari arah samping.

e. Ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan

jalan atau untuk penempatan alat- alat, dan penimbunana bahan material.

f. Ruangan untuk lintasan endaraan – kendaraan patroli, ambulans yang sangat

dibutuhkan pada keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaaan.

2.2.2. Faktor lalu lintas

Faktor lalu lintas meliputi : distribusi arah dan komposisi lalu lintas. Komposisi lalu

lintas terdiri dai jumlah kendaraan ringan ( misal jeep, pik-up, dan mikrobus), jumlah

kendaraan berat ( misal Bus, truk kombinasi dan truk 2 as dan 3 as), jumlah sepeda

motor dan kendaraan tidak bermotor (misal sepeda, becak, kereta kuda dan lain-lain).

(MKJI, 1997)

2.2.3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan : seperti daerah pasar, tempat pelayanan jasa, daerah industri,

daerah pemukiman yang menyebabakan aktifitas hambatan samping segmen jalan.

(MKJI, 1997)

2.2.4. Tingkat pelayanan jalan

Tingkat pelayanan (Level Of Service) umumnya digunakan sebagai ukuran adanya

pengaruh yang membatasi akibat peningkatan volume. Tolak ukur terbaik untuk melihat

tingkat pelayanan pada suatu kondisi lalu lintas arus terganggu adalah kecepatan operasi atau

kecepatan perjalanan dan perbandingan antara volume dan kecepatan, serta kepadatan lalu

(7)

Menurut MKJI 1997, tingkat pelayanan ditentukan oleh kecepatan dan derajat

kejenuhan yang digunakan sebagai indikator perilaku lalu lintas.

Higway Caaciy Manual mendefinisikan tingkat pelayanan jalan atas enam keadaan, yaitu :

1. Tingkat pelayanan A

Arus lalu lintas bebas hambatan, volume dan kepadatan lalu lintas rendah.

2. Tingkat pelayanan B

Arus lalu lintas stabil, kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas tetapi

dapat dipilih sesuai kehendak pengemudi.

3. Tingkat pelayanan C

Arus lalu lintas stabil, kecepatand dan kemampuan bergerak dipengaruhi oleh

besarnya volume lalu lintas.

4. Tingkat pelayanan D

Arus lalu lintas sudah mulai tidak stabil perubahan volume lalu lintas sangat

mempengaruhi besarnya kecepatan perjalanan

5. Tingkat pelayanan E

Arus lalu lintas sudah tidak stabil, volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan, sering

terjadi kemacetan.

6. Tingkat pelayanan F

Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah, seringkali terjadi kemacetan.

(8)

Nilai – nilai standar DS = Q/C untuk LOS (Level Of Service) adalah :

Tabel 2.2. Tingkat pelayanan jalan

Tigkat pelayanan jalan DS

LOS A LOS B LOS C LOS D LOS E LOS F

≤ 0,35 0,35 - 0,54 0,54 – 0,77 0,77 – 0,93 0,93 – 1,0 ≥ 1,0

Sumber : MKJI 1997

2.2.5. Kinerja Ruas Jalan

Kinerja ruas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk melayani kebutuhan arus lalu

lintas sesuai dengan fungsinya yang dapat diukur dan dibandingkan dengan standar tingkat

pelayanan jalan. Nilai tingkat pelayanan jalan dijadikan sebagai parameter kinerja ruas jalan

(Suwardi, Jurnal Teknik Sipil Vol. 7 No. 2, Juli 2010).

2.2.6. Parkir Badan Jalan (On street Parking)

Parkir pada badan jalan sering disebut (curb parking). Pada dasarnya parkir ini

memanfaatkan sebagian ruas jalan baik satu sisi maupun dua sisi sehingga menyebabkan

terjadinya pengurangan lebar efektif jalan yang akan mempengaruhi volume lalu lintas

kendaraan yang dapat ditampung oleh ruas jalan tersebut. (Imam T, Jurnal Dampak Kegiatan

(9)

2.3.LANDASAN TEORI

2.3.1 Kinerja Jalan

Tingkat kinerja jalan berdasarkan MKJI 1997 adalah ukuran kuantitatif yang

menerangkan kondisi operasional. Nilai kuantitatif dinyatakan dalam kapasitas, derajat

kejenuhan, kecepatan rata-rata dan waktu tempuh. Ukuran kualitatif yang menerangkan

operasional dengan arus lalu lintas dan presepsi pengemudi tentang kualitas perkendaraan

dinyatakan dengan tingkat pelayanan jalan.

a. Kapasitas

Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimal melalui suatu titik dijalan yang

dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua lajur dua

arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua

arah ( kombinasi dua arah ), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan

per arah dan kapasitas dipisahkan per lajur.

Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas yaitu :

C = Co x FCw x FCsp x FCsf ...(2.4.)

Dengan :

C = kapasitas sesungguhnya ( smp/jam )

Co = kapasitas dasar ( smp/jam )

FCw = faktor penyesuaian akibat jalur lalu lintas

FCsp = faktor penyesuaian pemisahan arah ( untuk jalan tak terbagi )

(10)

Kapasitas dasar (Co) ditentukan berdasarkan tipe jalan sesuai dengan tabel 2.3.

sebagai berikut :

Tabel 2.3. Kapasitas Dasar ( Co ) Jalan Luar Kota

Tipe Jalan Kapasitas dasar

( smp/jam )

Catatan

Empat lajur terbagi

1650

Per lajur Empat lajur tak terbagi

1500

Per lajur Dua lajur tak terbagi

- 2900

Total kedua arah

Sumber: MKJI 1997

Faktor penyesuaian lebar jalan berdasarkan lebar jalur lalu lintas efektif yang dapat

dilihat pada tabel 2.4. sebagai berikut :

Tabel 2.4. Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas ( FCw )

Tipe Jalan

Lebar Jalur Lalu Lintas (Wc )

( smp/jam )

FCw

Empat lajur terbagi Empat lajur terbagi

Per lajur

Empat lajur tak terbagi Per lajur

3,00

Dua lajur tak terbagi Total kedua arah

(11)

Faktor penyesuaian pembagian arah jalan didasarkan pada kondisi dan distribusi lalu

lintas dari kedua arah jalan atau untuk tipe jalan tanpapembatas median. Faktor penyesuaian

pemisah jalan dapat dilihat pada tabel 2.5. sebagai berikut :

Tabel 2.5. Faktor Penyesuaian Untuk Pemisah Arah ( FCsp ) Untuk Jalan Dua Arah (2/2)

Dan Empat Lajur Dua Arah (4/2) Yang Tak Terbagi

Pemisah Arah SP %-% 50 – 50 55 – 45 60 - 40 65 – 35 70 - 30

FCsp Dua lajur (2/2) 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88

Empat lajur(4/2) 1,00 0,96 0,92 0,88 0,84

Sumber : MKJI 1997

Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping untuk ruas jalan yang

memiliki kereb didasarkan pada dua faktor yaitu lebar kereb (WK) dan kelas hambatan

samping. Nilai faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping ini dapat dilihat pada

tabel 2.6. sebagai berikut :

Tabel 2.6. Faktor penyesuaian kapasitas hambatan samping dan lebar bahu (FCsf)

Tipe Jalan Kelas Hambatan Samping

(12)

b. Hambatan Samping

Hambatan samping yaitu aktifitas samping jalan yang dapat menimbulkan

konflik dan berpengaruh terhadap pergerakan arus lalu lintas serta menurunkan

kinerja jalan. Adapun tipe kejadian hambatan samping, adalah :

 Pejalan kaki (PED)

 Pemberhentian angkutan umum dan kendaraan lain (PSV)

 Kendaraan lambat

 Kendaraan masuk dan keluar dari lahan di samping jalan (EEV)

Tingkat hambatan samping dikelompokan ke dalam lima kelas dari yang rendah

sampai sangat tinggi sebagai fungsi dari frekuensi kejadian hambatan samping sepanjang

segmen jalan yang diamati. Menurut MKJI 1997 kelas hambatan samping dikelompokan

seperti yang ada pada tabel 2.7. sebagai berikut :

Tabel 2.7. Kelas Hambatan Samping

Kelas Hambatan

Samping

Frekuensi berbobot dari kejadian (kedua sisi)

Kondisi khusus

Sangat rendah VL <100 Daerah prmukiman ;

jalan dengan jalan

samping

Rendah L 100 – 299 Daerah pemukiman ;

beberapa kendaraan

umum dan sebagainya.

Sedang M 300 – 499 Daerah industri, beberapa

toko disisi jalan.

Tinggi H 500 – 899 Daerah komersial,

aktivitas sisi jalan tinggi.

Sangat tinggi VH >900 Daerah komersial degan

aktivitas pasar samping jalan.

(13)

c. Volume lalu lintas

Pengolahan data volume lalu lintas dilakukan dengan cara mengkonversikan

setiap jenis kendaraan yang dicatat kedalam satuan mobil penumpang (smp) sesuai

dengan nilai emp nya masing- masing berasarkan ketentuan MKJI 1997. Selanjutnya

data disajikan dalam bentuk grafis supaya dapat dilihat fluktuasinya setiap jam secara

jelas. Adapun rumus Volume lalu lintas dengan persamaan berikut ini :

Q = ……….(2.5.)

Dimana :

Q = Volume (smp/jam)

N =Jumlah Kendaraan (smp)

T =Waktu Pengamatan (jam)

d. Derajat kejenuhan

Derajat kejenuhan ( DS ) didefinisikan sebagai rasio arus jalan terhadap

kapasitas, yang digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja

simpang dan segmen jalan. Nilai DS menunjukan apakah segmen jalan tersebut

mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Persamaan dasar untuk menentukan drajat

kejenuhan (DS) adalah sebagai berikut :

DS =

...

(2.6.)

DS = Derajat Kejenuhan

Q = Volume lalu lintas ( smp/jam)

C = Kapasitas jalan ( smp/jam )

Jika derajat kejenuhan (DS) > 0,75 berarti jalan tersebut mendekati lewat

(14)

Kemungkinan untuk menambah kapasitas jalan bisa dilakukan dengan pelebaran jalan

dan penambahan lebar bahu jalan.

e. Kecepatan Arus Bebas

Kecepatan arus bebas (FV) didefinisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus

nol, sesuai kecepatan yang akan dipilih pengemudi seandainya mengendarai

kendaraan bermotor tanpa halangan kendaraan bermotor lain di jalan ( yaitu saat arus

= 0).

FV = (Fvo + FVw) x FFVsf x FFVcs ...(2.7.)

Dengan :

FV : Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan (km/jam)

Fvo : Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang diamati (km/jam)

FVw : Faktor penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan yang diamati (km/jam)

FFVsf : Faktor penyesuaian kecepatan untuk hambatan samping dan lebar bahu atau jarak

kerb penghalang.

FFVcs : Faktor penyesuaian untuk ukuran kota

Tabel 2.8. Kecepatan Arus bebas dasar FVo untuk jalan perkotaan

tipe jalan

kecepatan arus bebas dasar Fvo (km/jam)

Kendaraan

ringan LV

Kendaraan

berat HV

Sepeda motor

MC

semua kendaraan

rata-rata

Enam lajur terbagi (6/2D) atau

tiga lajur satu arah (3/1) 61 52 48 57

Empat lajur terbagi (4/2D) atau

dua lajur satu arah (2/1) 57 50 47 55

Empat lajur tak terbagi (4/2D) 53 46 43 51

Dua lajur tak terbagi 44 40 40 42

(15)

Tabel 2.9. Faktor penyesuaian kecepatan untuk pengaruh lebar jalur lalu lintas (FVw)

Tipe jalan Lebar jalur lalu lintas efektif (We)

(meter)

FVw (km/jam)

Empat lajur terbagi

atau jalan satu arah

(16)

Tabel 2.10. Faktor penyesuaian kecepatan untuk pengaruh hambatan samping dan lebar bahu

(FFVsf)

Tipe jalan Kelas Hambatan

samping (SFC)

Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan

lebar bahu

Lebar bahu efektif rata-rata Ws

≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2 m

Tabel 2.11. penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota pada kecepatan arus bebas kendaraan

ringan (FFVcs), jalan perkotaan.

Ukuran kota (juta penduduk) Faktor penyesuaian untuk ukuran kota

(17)

2.3.2. Krakteristik parkir

2.3.2.1. Data Volume Parkir

Volume parkir adalah jumlah kendaraan yang telah menggunakan ruang parkir

pada suatu lokasi dalam satuan waktu tertentu. Volume parkir dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Vparkir = Ei + X ……….(2.5.)

Dimana :

Ei =Entry (Kendaraan yang masuk ke lokasi/ area on street parking)

Gambar

tabel berikut :
Tabel 2.2. Tingkat pelayanan jalan
Tabel 2.4. Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas ( FCw )
tabel 2.6. sebagai berikut :
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hingga saat ini belum ada sumber-sumber baik secara lisan maupun tertulis yang secara lengkap dapat memberikan informasi tentang keberadaan kesenian Bali di Kota

Skripsi berjudul Hubungan Penyakit Gondok dengan Tingkat Intelegensia Pada Siswa Sekolah Dasar di (SDN) Darsono 2 Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember telah diuji

media tersebut terhadap isu-isu yang berkembang di khalayak masyarakat muslim. 12 Berbeda dengan penelitian-penelitian di atas, penulis akan meneliti dengan rumusan

a. Dalam sistem akuntansi penerimaan kas, fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari penjualan air pada PDAM Tirtanadi Cabang Medan Kota belum memadai, karena

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai Tokugawa Nariaki dan ideologi Son’nou Joui - nya sebagai salah satu pemikiran yang mendasari tindakan para

Hasil penelitian menunjukan bahwa orangtua dan warga sekolah memiliki aspirasi positif pada mutu pendidikan serta sekolah yang bermutu adalah yang berprestasi,

Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa : (1) Jenis bonggol produksi menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan bonggol anakan dilihat pada variabel jumlah daun,

Gambar atau diagram lissajous adalah sebuah penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan perbedaan atau perbandingan antara beda fase, frekuensi dan