• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diabetes Mellitus - EVI DWI KUSUMA PUTRI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diabetes Mellitus - EVI DWI KUSUMA PUTRI BAB II"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Diabetes Mellitus

a. Definisi

Menurut ADA (2005) diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin. Diabetes melitus merupakan kondisi hiperglikemia persisten yang disebabkan oleh defek pada sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya (Konsensus, 2015). Diabetes melitus merupakan penyakit jangka panjang apabila kadar gula tidak terkontrol dan tidak ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan komplikasi penyakit yang menyerang seluruh anggota tubuh. Salah satu komplikasi yang berbahaya adalah terjadinya hipoglikemia (kadar gula darah sangat rendah) yang dapat diakibatkan karena penderita tidak patuh pada jadwal makanan (diet) yang telah ditetapkan (Rinto, 2008). Penyakit diabetes militus dapat disertai berbagai komplikasi sebagai penyebab kematian (David B Suck, 2011).

b. Diagnostic kriteria DM berdasarkan Konsensus (2009):

1). Adanya gejala klinis seperti polyuria, polidspia, polifagia, berat badan yang menurun, serta kadar glukoasa darah sewaktu >200 mg/dL.

2). Ditemukannya kadar gula darah sewaktu >200m/dL atau kadar glukosa puasa lebih tingi dari normal dengan tes toleransi glukosa yang terganggu pada lebih dari satu kali pemeriksaan pada penderita yang asimtomatis.

c. Klasifikasi

Klasifikasi diabetes mellitus dikelompokan menjadi beberapa kategori berdasarkan ADA tahun 2015 yaitu:

1) Diabetes Tipe 1

(2)

5 Pada diabetes tipe 1 dikarenakan adanya kerusakan sel β, biasanya disebabkan karena kekurangan Insulin.

2) Diabetes Tipe 2

3) Diabetes melitus gestasional (GDM)

4) Tipe spesifik diabetes karena penyebab lain, misalnya monogenic diabetes sindrom (diabetes neonatal dan maturity-onset diabetes of young (MODY), penyakit eksokrin pancreas ( seperti cyistic fibrosis) dan penggunaan obat- obatan atau bahan kimia yang dapat menyebabkan diabetes (seperti pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ)

d. Patofisiologi

1). Diabetes melitus tipe 1

Diabetes tipe 1 diperkirakan kurang dari 5-10 % dari keseluruhan penderita diabetes mellitus. Pada pendertia diabtes mellitus tipe 1 terjadi karena adanya ganguan insulin yang disebabkan kerusakan sel beta pulau lengerhans pada pancreas yang ditimbulkan akibat adnya reaksi aotoimun. Reaksi aoutoimun secara selektif dapat menghancurkan sel sel beta yang mengakibatkan terjadinya defisiensi sekresi Insulin serta fungsi sel alfa pada pancreas menjadi tidak normal (Depkes, 2005).

2). Diabetes tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena adanya resistensi insulin dimana sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal. Selain resistensi insulin dapat juga disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatic yang berlebihan. Namun defisiensi fungsi insulin pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat relative. Sekresi kelenjar beta pancreas terjadi melalui 2 fase. Pada fase pertama sekresi insulin terjadi segera setelah stimulus atau rangsangan glukosa yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah sedangkan fase kedua terjadi 20 menit sesudahnya. Pada awal diabetes mellitus tipe 2 sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin sehinga apabila tidak ditangani dengan baik maka dapat mengalami

(3)

6 kerusakan sel-sel beta pancreas secara progressif yang mengakibatkan defisiensi insulin sehingga penderita diabetes memerlukan insulin eksogen untuk mengatasi defisiensi Insulin (Depkes, 2005).

Diabetes melitus tipe 2 merupakan kondisi dimana terjadi hiperglikemia persisten defek pada sekresi, aksi insulin atau keduanya yang menghasilkan resistensi insulin dan defisiensi insulin relative. Keseimbangan glukosa dalam tubuh tergantung pada sekresi insulin oleh sel beta pancreas dan aktivitas insulin didalam jaringan. Jika terjadi toleransi glukosa terganggu maka dapat memperburuk resistensi insulin. (Konsensus, 2015).

3). Diabetes mellitus Gastasional

Pada diabetes gastasional merupaka diabetes yang terjadi dengan adanya in toleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan yang berlangsung sementara atau temporer. Diabetes melitus pada ibu hamil dapat mengakibatkan dampuk buruk pada bayi yaitu malformasi kongenital, peningkatan berat badan bayi serta meningkatkan mortalitas perninatal. Sedangkan pada wanita yang pernah mengaami diabetes gastisional dapat beresiko terkena diabetes lagi dimasa depan. Sehingga untuk mencegah resiko tersebut sebaiknya dilakukan control metabolisme yang ketat. (Depkes, 2005).

e. Faktor Resiko

Berdasarkan Depkes (2005) faktor resiko diabetes mellitus tipe 2 diantaranya:

1) Faktor Riwayat seperti diabetes dalam keluarga, diabetes gastasional, melahirkan bayi dengan BB >4kg, kista ovarium, IFG (Impaired fasting Glucose), IGT (Impaired Glucose Toleranse). 2) Obesitas

Salah satu faktor resiko terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah berat badan >120 % berat badan ideal.

(4)

7 3) Umur

Pada umur 20-59 sekitar 8,7 % beresiko terjadi diabetes mellitus. > 65 tahun beresiko sekitar 18% beresiko terjadinya diabetes mellitus 4) Etnik/ Ras

5) Hipertensi 6) Hyperlipidemia

f. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Penatalaksanaan diabetes melitus bertujuan untuk menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal serta mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes (Depkes, 2005).

Penatalaksanaan terapi pada diabetes melitus dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan penagturan pola makan dan olahraga sedangkan pada terapi farmakologi dengan antitiabetik oral dan insulin ataupu kombinasi keduanya. (Depkes, 2005)

2. Gula Darah

a. Kadar gula darah puasa adalah sebuah parameter yang menggambarkan konsentrasi glukosa di dalam plasma darah yang diukur pada subyek yang berpuasa selama 8-12 jam (Syauqy, 2015). Rachmawati (2015) menyebutkan bahwa dengan melakukan control kadar gula darah puasa secara teratur dapat mengurangi jumlah pasien yang mempunyai nilai kadar gula darah buruk.

b. Kadar Diagnostik Gula darah

Berikut kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/ml) (Konsesus, 2015)

(5)

8 Tabel 1. Diagnostik DM

Bukan DM Belum pasti

Hipoglikemia merupakan suatu kondisi dimana kadar glukosa darah pasien <50mg/dL. Kadar gluosa yang rendah dapat mengakibatkan sel- sel otak tidak mendapatkan pasokan energy sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya dan dapat rusak. Hipoglikemia sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali perminggu (Depkes, 2005)

d. Hipergilkemia

Hiperglikemia terjadi karena meningkatnya kadar gula darah secara tiba-tiba. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat mengakibatkan ketoasidosis diabetic. Untuk mencegah terjadinya hiperglikemia dapat dilakukan dengan control kadar gula darah yang ketat (Depkes, 2005)

3. Kepatuhan

Kepatuhan merupakan suatu perilaku yang dilakukan oleh pasien untuk menjaga dan mematuhi aturan dosis obat terhadap obat yang diberikan oleh dokter dari suatu penyakit yang diderita (Wijaya dalam Hussar, 2015). Salah satu penyebab yang menimbulkan kegagalan terapi pada pasien adalah ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan terapi yang diberikan. Faktor- faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan pada pasien biasanya dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang penggunaan obat dalam menajalankan terapinya. Pengobatan pada pasien diabetes mellitus dapat menyebabkan kejenuhan pada pasien karena penggunaan obat yang banyak selain penggunaan obat antidiabetik karena terjadinya komplikasi (Wijaya, 2015)

(6)

9

Tabel 2. Metode pengukuran Kepatuhan

Test Kelebihan Kekurangan

Terapi Observasi Langsung Paling akurat Tidak praktis untuk penggunaan rutin

Pengukuran kadar obat atau hasil metabolisme dalam darah

Objektif Variasi metabolisme & white coat adherence dapat memberikan kesan salah, kurang ekonomis

Pengukuran tanda biologis dalam darah

Objektif Membutuhkan pengujian kuantitatif yang mahal

Metode tidak langsung

Kuesioner patient self report Sederhana,

ekonomis, metode paling berguna pada area klinik

Rentan terhadap kesalahan, hasilnya mudah didistorsi oleh pasien

Catatan harian pasien Membantu

mengatasi recaal yang buruk

Mudah dipengaruhi oleh pasien

Bila pasien anak-anak menggunakan kuesioner pada orsng tua atau guru

Sederhana, objektif Rentan terhadap ditorsi data

Pengukuran tanda fisiologis Mudah untuk dilaksanakan

Pertanda mungkin tidak ditemukan karena sebab lain, contohnya meningkatknya metabolisme, absorbs yang buruk dan kurangnya respon Sumber: Osterberg (2005)

4. Insulin

Insulin merupakan suatu hormone dalam tubuh yang dikeluarkan oleh pancreas yang berfungsi untuk mengubah glukosa menjadi energy yang dibutuhkan oleh sel untuk menjalankan fungsinya. Pada penderita diabetes mellitus tipe 1 pankreas tidak dapat memproduksi insulin sehingga pemberian insulin dibutuhkan sedangkan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 untuk mengatasi resistensi insulin dapat dengan pemberian insulin. (Rismayanthi, 2010). Berdasarkan hasil penelitian (ejeta fikadu, 2015) alasan dalam ketidakpatuhan penggunaan insulin adalah daerah pemakain, menyebabkan sakit, beban saat sibuk bekerja, timbulnya reaksi obat yang merugikan.

(7)

10 Tabel 3. Berikut Jenis Insulin dan Cara Kerjanya

Jenis Insulin Onset Puncak diguanakan bersamaan dengan jenis insulin longer-acting

Digunakan untuk mencukupi insulin selama setengah hari atau sepanjang malam. Dapat dikombinasi dengan rapid acting atau short acting

Long acting 1/2 – 3 jam

6-20 jam 20-36 jam

Digunakan untuk mencukupi insulin untuk seharian. Dapat dikombinasi dengan rapid acting atau short acting.

Pre-Mixed 10-30 1/2 – 12 jam

14-24 jam

Digunakan 2x sehari sebelum makan. Merupakan proporsi kombinasi spesifik dari insulin intermediet acting dan short insulin di satu botol atau insulin pen Sumber (Rismayanthi, 2010)

Menurut AACE/ACE, (2009) Ketika tiga terapi kombinasi oral gagal mencapai control glukosa maka terapi insulin diperlukan. Terapi insulin yang dapat digunakan seperti insulin basal, premix, prandial, atau basal bolus insulin.

Tabel 4 Regimen and frequency Insulin

Regimen Insulin Komponen dan frekuensi administrasi Injeksi per hari Basal Glargir atau Determir (sehari atau 2x sehari) 1 atau 2 Premixed Novolog Mix atau Humalog Mix (biasanya 2x sehari,

occasionally digunakan sehari atau 3 kali sehari)

2

Prandial Novolog, Humalog or Aprida biasanya 3 kali sehari) 3 Basal- bolus

(Multiple daily injection)

Novolog, Humalog or Aprida biasanya 3 kali sehari) pada kombinasi dengan glargin atau detemir (daily)

4

Continous

subcutaneous insulin infusion

Novolog, Humalog, or Apidra Berkelanju tan

Sumber: AACE/ACE, 2009

5. Diet

Diet merupakan penatalaksanaan yang penting untuk pasien Diabetes Mellitus. Makanan yang dikonsumsi harus dibagi merata sepanjang hari, ini harus konsisiten dari hari ke hari.dan sangat penting bagi pasien yang menerima insulin dikoordinasikan antara makanan yang masuk dengan aktivitas insulin. Pada orang dengan DM tipe 2 yang cenderung mengalami kegemukann, dimana ini berhubungan dengan resistensi insulin dan hiperglikemia. Toleransi glukosa sering membaik dengan penurunan berat badan (Courtney, 2012).

(8)

11 Berdasarkan dari hasil penelitian Wofram (2011) menyebutkan bahwa diet mewakili dalam perawatan dan management diabetes melitus tipe 2. Diet dapat menimbulkan efek positif pada control kadar gula darah serta kadar lemak dalam darah pada orang dengan prediabetes dan diabetes. Dari hasil tersebut dilihat melalui penilaian terhadap peranan dan efektivitas diet tinggi serat, diet rendah lemak, dan diet sayur pada penanganan pasien diabetes tipe 2.

Salah satu kunci penatalaksanaan terapi diabetes mellitus adalah dengan adanya terapi gizi medis (TGM). Dengan prinsip pengaturan pola makan penderita diabetes mellitus dengan makanan yang seimbang dan sesuai kebutuhan kalori serta zat gizi pada masing-masing individu. Pada penderita diabetes mellitus perlu diperhatikan pengaturan makan dalam jadwal makan, jenis serta jumlah makanan terutama bagi mereka yang menggunakan obat-obatan penurun kadar gula dan insulin (PERKENI, 2006)

Prinsip dalam melakukan perencanaan makan anjuran makan seimbang dengan makan sehat pada umumnya, membatasi makanan sesuai dengan kebutuhan kalori (tidak berlebih), teratur dalam jadwal jumlah dan jenis makan. Porsi makan diusahakan tersebar di sepanjang hari disarankan porsi terbagi menjadi makan pagi, makan siang, makan malam yang diselingi makanan selingan. (Depkes RI, 2008)

Tabel 5 Berikut jenis makanan penukar dan kandungan karbohidrat. Kelompok makanan penukar Porsi KH G KH/item

Pati/tepung I unit 15 g KH

Buah 1 unit 15 g KH

Susu 1unit 12 g KH

KH lain(kudapan) 1unit 15 g KH

Sayur 1/3 unit 5 g KH

Daging 0 unit 0 g KH

Lemak 0 unit 0 g KH

Sumber: Brosur Kemenkes RI, 2011

Pasien harus mengkonsumsi makanan penukar dengan jumlah dan waktu yang sama setiap harinya. Apabila pengobatan menggunakan insulin makanan dan snack harus dikoordinasikan dengan mula kerja aktivitas puncak, lama kerja insulin. Karbohidrat harus tersedia pada

(9)

12 segala aktivitas insulin untuk mencegah terjadinya hipoglikemia (Courtney, 2012).

Dalam menggunakan daftar penukar dapat dilakukan langkah langkah sebagai berikut (Courtney, 2012):

a. Dengan menghitung kebutuhan Kkal setiap harinya

b. Bagi kkal yang diijinkan diantara protein, karbohidrat dan lemak biasanya protein diberikan 12-20% (0,8g/kg BB) karbohidrat 50-60% dan lemak 30 % dari total kkal.

c. Menentukan beberapa penukar dari daftar yang dapat memenuhi jumlah karbohidrat, protein dan lemak yang diinginkan.

d. Buat penukar makanan dan snack didistribusikan sepanjang hari. Pasien harus mengkonsumsi makanan penukar dalam jumlah yang sama dan pada waku yang sama setiap harinya. Untuk memperlambat pencernaan dan absorbs setiap kali makan harus mengandung karbohidrat dengan lemak atau protein. Pada pasien yang menggunakan insulin makanan dan snack harus di koordinasikan dengan mula kerja, aktivitas puncak, dan lama kerja insulin. Karbohidrat harus ada pada segala aktivitas insulin untuk mencegah terjadinya hipoglikemia.

Pengaturan jenis makan berdasarkan KEMENKES RI: 1). Bahan makanan yang dianjurkan diantaranya:

a) Sumber protein hewani ayam tanpa kulit, ikan telur rendah klesterol atau putih telur, daging tidak berlemak.

b) Sumber protein nabati seperti tempe tahu kacang hijau kacang merah, kacang tanah, kacang kedelai.

c) Sayuran diantaranya sayur tinggi serat seperti kangkung, daun kacang, oyong, ketimun, tomat, labu air, kembang kol, lobak, sawi, salada, seledri, terong.

d) Buah-buahan seperti jeruk, apel, papaya, jambu air, salak, belimbing (sesuai kebutuan).

(10)

13 2). Bahan makanan yang dibatasi diantaranya

a) Semua sumber karbohidrat dibatasi seperti nasi, bubur, roti, mie, kentang, singkong, ubi, sagu, gandum, pasta, jagung, talas, havermout, sereal, ketan macaroni.

b) Sumber protein hewani seperti hewani tinggi lemak jenuh ( kornet, sosis, sarden, otak, jeroan, kuning telur,)

c) Sayuran seperti bayam, buncis, daun melinjo, labu siam, daun singkong, daun ketela, jagung muda, kapri, kacang panjang, pare, wortel, daun katuk

d) Buah- buahan seperti nanas, anggur, manga, sirsak, pisang, alpukat, sawo, semangka, nangka masak.

3).Makanan yang dihindari:

a. Sumber protein hewani seperti keju, abon, dendeng, susu full cream

b. Buah- buahan yang manis dan diawetkan misalnya durian, nangka alpukat, kurma, manisan buah.

c. Minuman yang mengandung alcohol, susu kental manis, soft drink, es krim, yoghurt, susu.

6. Dukungan Keluarga

a. Definisi

Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari kelurga. Selain itu keluarga merupakan kelompok individu yang tinggal bersama atau tidak adanya hubungan darah, pernikahan adopsi dan tidak hanya terbatas pada keanggotaan dalam suatu rumah tangga. Dukungan keluarga merupakan suatu proses yang terjadi selama hidup dengan sifat dan jenis dukungan yang bervariasi pada masing- masing tahap kehidupannya yang memungkinkan berfungsi secara optimal dan dapat meningkatkan adaptasi dalam kesehatan keluarga (Friedman, 2010).

(11)

14 Anggota keluarga merupakan sumber dukungan yang berlangsung terus menerus dan merupakan bagian dari perjuangan untuk membantu dalam melakukan perawatan kesehatan. Keterlibatan anggota keluarga dalam proses DSME/S setidaknya dapat membantu sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang positif (Powers, 2015)

Dukungan keluarga adalah salah satu sumber manajemen diabetes mellitus yang intensive. Dengan adanya dorongan dari keluarga dan teman diperlukan sebagai penegas komitmen dalam perawatan diabetes secara intensive. Dan tim kesehatan keluarga dapat memberikan bantuan teknis ketika menjawab pertanyaan yang muncul sehingga pasien meyakinkan pasien untuk melakukan hal yang benar dan memutuskan dengan bijak selain itu membantu dalam hal keuangan pasien (ADA, 2011)

b. Keluarga sebagai system.

System merupakan suatu unit kesatuan atau bagian dari fungsional untuk mencapai tujuan dengan cara berinteraksi dan bergantung antara satu dengan lainnya yang dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu. System keluarga adalah suatu kelompok yang memiliki hubungan erat satu sama lainnya yang saling berinteraksi dengan saling tergantung sama lainnya yang tertata dalam unit tunggal untuk mencapai suatu tujuan (Setyowati, 2008).

c. Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) diantaranya: 1) Fungsi efektif

Fungsi mempertahankan kepribadian: memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga. Fungsi afektif membantu untuk mengurangi ketegangan dan mempertahankan moral. Fungsi tersebut berkaitan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terrhadap sosioemosianal pada semua anggota keluarganya.

2) Fungsi social berperan dalam memfasilitasi sosialisasi primer anggota keluarga yang bertujuan untuk menjadikan anggota

(12)

15 keluarga yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga.

3) Fungsi reproduksi berperan dalam mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk kelangsungan hidup masyarakat.

4) Fungsi ekonomi berperan dalam menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.

5) Fungsi perawatan kesehatan berperan dalam menyediakan kebutuhan fisik, makanan, pakaian dan tempat tinggal serta perawatan kseshatan.

d. Dimensi dukungan keluarga

Menurut Hensring (2009) dimensi dukungan keluarga diantaranya: a) Dimensi emosional atau empati

Dukungan ini berkaitan dengan ekspresi, dan rasa empati serta perhatian kepada seseorang sehingga membuatnya merasa lebih baik dan mendapatkan lagi keyakinannya, merasa dimilik dan dicintai pada saat stress. Pada dimensi emosional anggota yang menderita DM mendapatkan adanya dukungan keluarga, serta pengertian dari anggota kelurga yang lain. Pada dimensi ini diukur dengan persepsi pasien tentang dukungan keluarga berupa pengertian, serta kasih saying dari angota keluarga lain. (Yusra, 2010)

Pada penderita diabetes mellitus dapat memberika dampak psikologis karena pada penyakit diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan dan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi. Pada kondisi seperti ini dapat mempengaruhi seseorang dalam mengendalikan emosi. Apabila terjadi depresi pada pasien diabetes mellitus dukungan keluarga berperan untuk memberikan pasien dorongan agar dapat mengendalikan emosi dan waspada terhadap hal yang mungkin saja terjadi (Yusra, 2010)

(13)

16 b) Dimensi Penghargaan

Dimensi penghargaan dapat diberikan dengan ekspresi berupa sambutan yang positif dengan orang- orang disekitarnya dorongan atau pernyataan setuju terhadap ide-ide atau perasaan individu. Sehingga pada dukungan dimensi penghargaan dapat menjadikan seseorang merasa berharga, kompeten dan dihargai. Bentuk dukungan keluarga ini dapat dilakukan dengan pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuan dan prestasi yang dimiliki seseorang. Serta dapat dengan penerimaan dan penghargaan terhadap keberdaan seseorang secara total meliputi kelebihan dan kekurangan yang dimilki (Yusra, 2010).

c) Dimensi Instrumental

Dukungan instrumentaf bersifat nyata, dimana pada dukungan ini dilakukan dengan memberikan bantuan langsung. Serta dapat juga melalui bantuan mengerjakan tugas tertentu pada saat stress (Yusra, 2010)

d) Dukungan Informasi

Dukungan informasi diberikan melalui pemberian saran percakapan atau umpan balik mengenai bagaimana seseorang melakukan sesuatu, misalnya saat seseorang mengalami kesulitan dalam pengambilan suatu keputusan, kemudian melalui dukungan ini dia akan menerima saran serta umpan balik mengenai ide-ide dari keluarganya. Pada pasien DM dibutuhkan dukungan keluarga berupa dukungan informasi. Dukungan ini dapat diberikan melalui informasi terkait dengan kondisi yang dialami dan bagaimana cara perawatannya (Yusra, 2010)

7. Pengendalian Gula Darah

Dengan melakukan kontrol gula darah dengan baik maka dapat mencegah resiko komplikasi pada pasien DM (Kurniawan, 2010). Kontrol gula darah meliputi 4 aspek yaitu control diet, upaya pengobatan, olahraga, dan kontrol gula darah. Kontrol kadar gula darah berperan untuk melihat

(14)

17 pengaruh dari pola makan, olahraga, dan pengobatan yang telah dilakukan sehingga jika gula darah pasien tinggi dan pasien melakukan kebiasaan yang dapat membuat gula darah tinggi maka pasien dapat mengalami komplikasi (Alfiah, 2015). Menurut Konsesus Nasional Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 1, (2009) beberapa pemeriksaan untuk mengontrol glikemik yang lebih baik yaitu pemeriksaan kadar gula darah, Glycated hemoglobin (misalnya Hba1c) Glycated serum protein (missal fruktosamin). Informasi yang didapat dari hasil glukosa darah dapat dikaitkan dengan kadar Hba1c serta parameter klinis lainnya untuk merubah dan memperbaiki tata laksana terapi DM untuk memperbaiki dan menjaga control metabolic tetap normal).

Gambar

Tabel 1.  Diagnostik DM
Tabel 2. Metode pengukuran Kepatuhan
Tabel 4 Regimen and frequency Insulin
Tabel 5 Berikut jenis makanan penukar dan kandungan karbohidrat.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan temuan tersebut saran yang dapat disampaikan untuk mengurangi ketimpangan pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Sukoharjo adalah menerapkan kebijakan

This study discusses the personality changes of Sister Regina, the main character in Lavyrle Spencer’s Then Came Heaven. The novel was firstly published in 1997. This study aimed

Sejauhmana pengaruh penguasaan materi Geometri tentang segi empat (jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium) terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal

Berdasarkan ketuntasan belajar individu dan rata-rata hasil evaluasi tes, peserta didik dapat dikatakan tuntas atau lulus apabila nilai rata-rata peserta didik di atas

yaitu mengenai bentuk perlindungan dari orang tua terhadap anak. yang mengalami kekerasan dan mengenai kewajiban orang

‡ Knowledge of thermal expansion is required in long span bridge girders, high rise buildings subjected to variation of temperatures, in calculating thermal strains in chimneys,

Saudara diharapkan membawa Dokumen Asli Perusahaan dan menyerahkan Fotocopynya antara lain : Dokumen Penawaran, Jaminan Penawaran, Surat Dukungan Keuangan Dari Bank, Ijin Usaha :

Membuat pernyataan yang tidak benar bukan hanya dapat mengakibatkan konsekuensi hukum serius bagi Anda dan perusahaan, melainkan juga mempengaruhi kemampuan Cargill untuk