BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pesatnya perkembangan zaman dan adanya era globalisasi menuntut setiap manusia untuk siap menghadapi persaingan dengan manusia lain. Pendidikan
merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena kemajuan suatu bangsa dimungkinkan
oleh perluasan pendidikan bagi setiap anggota bangsa sehingga pendidikan seharusnya bersifat semesta, menyeluruh dan terpadu.
Diera globalisasi sekarang ini pendidikan sangat diperlukan oleh semua manusia sebagai mahkluk individu. Pendidikan bagaikan paru-paru dalam perkembangan bagi setiap bangsa, baik itu secara formal maupun non formal,
berkaitan dengan pendidikan non formal keluaraga adalah langkah awal seseorang merasakan yang namanya peendidikan, tidak ada satu manusia yang hidup di dunia ini yang tidak merasakan yang namanya pendidikan, sejak kita lahir maka mulai dari
situlah kita merasakan pendidikan yang diawali dari keluarga, sampai akhirnya kita merasakan yang namanya pendidikan formal atau sekolah.
Menurut Abdul Rahmat (2010:24) pada tingkat dan skala makro, pendidikan merupakan gejalah sosial yang mengandalkan manusia sebagai sesama (subjek) yang masing-masing bernilai setara. Pendidikan pula dapat diibaratkan sebagai kunci yang
Pendidikan memiliki berbagai teori yang diterapkan sebagai dasar dalam pendidikan.
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS mengemukakan bahwa bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriaman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Sejarah manusia adalah sejarah pendidikan, sejak manusia lahir sejak ituiah pendidikan menunjukan eksistensinya karena pendidikan tidak lain adalah sebuah
proses interaksi individu dengan subjek lain seperti manusia, masyarakat, maupun alam sekitar.
Pendidikan dapat diibaratkan seperti sebuah harta bersejarah yang
ditinggalkan oleh para nenek moyang kita kepada kita secara turun temurun, dan bahkan akan sampai kepada anak cucu kita. Seperti seorang anak yang lahir dalam
suatu keluarga yang memiliki suatu kebiasaan atau budaya tertentu yang diperkenalkan oleh para keluarganya, dan Dilingkungan masyarakat. Larangan, anjuran, dan ajakan tertentu seperti yang dikehendaki oleh masyarakat akan menjadi
suatu pendidikan pertaama yang didapatkan oleh seorang manusia, Hal-hal tersebut mengenai banyak hal seperti bahasa, cara menerima tamu, makanan, istirahat,
Sistem pendidikan menjadi bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan
dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat sebagai suprasistem. Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam pembangunan bangsa. Karakter suatu bangsa
dibangun melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang bermutu, suatu bangsa menyongsong masa depan yang lebih baik. Banyak faktor yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan proses pendidikan. Salah satunya adalah kualitas guru yang akan terjun langsung di institusi pendidikan.
Berbicara tentang guru, sering kita kenal sebagai sosok yang patut diteladani
karena jasa seorang guru yang tak akan pernah mudah untuk dilupakan, dari tangan seorang gurulah dapat menciptakan seorang kepala negara, seorang kepala daerah,
dan para kaum intelektual, untuk itu peran guru sangat diperlukan dalam dunia pendidikan. Tidak jarang pula kita sering mendengar dan melihat dimedia masa bagaimana pelanggaran-pelanggaran hukum yang tidak sepantasnya dilakukan oleh
seorang guru, ini merupakan cerminan dari pada bobroknya mental dan pengetahuan seorang guru. Oleh karena itu guru diharapkan memiliki kemampuan yang memadai
dan memenuhi standar kompetensi sebagai seorang guru yang salah satunya adalah kompetensi ilmu pengetahuan tentang ilmu kependidikan. Ilmu kependidikan yang perlu dikuasai cukup banyak meliputi ilmu pendidikan, filsafat pendidikan, psikologi
mahasiswa sebagai calon guru untuk menunjang keberhasilan proses pendidikan itu
sendiri.
Guru merupakan seorang pendidik, bukan hanya sekedar pengajar belaka.
Karena itu seorang guru bertugas untuk membuat siswanya mengetahui cara belajar yang terbaik dan mengaplikasikan cara belajar tersebut. Sehingga guru harsus tahu
benar bagaimana cara mengelolah dan mengoptimalkan potensi dan kompetensi murid baik secara kognitif, afektif dan psikomotor. Rahmat ( 2011 : 5)
Menurut John Dewey (dalam Riant Nugroho 2008 : 19), bahwa pendidikan dapat dipahami sebagai sebuah upaya “konservatif” dan “progresif” dalam bentuk
pendidikan sebagai pendidikan sebagai formasi, sebagai rekapitulasi dan retrospeksi,
dan sebagai rekonstruksi.
Menurut Michael Rutz (dalam Riant Nugroho 2008: 20), bahwa pendidikan berawal dari fakta bahwa manusia mempunyai kekurangan. Pendidikan merupakan jawaban untuk membuat manusia menjadi lengkap. Dikatakan Rutz “ (karena) setiap
pribadi selalu mempunyai defisit (maka) pendidikan adalah suatu proses
kompensatoris yang dapat membantu anak didik untuk sedapat-dapatnya menutupi defisit tersebut”.
Dari penjelasan beberapa ahli di atas tentang pendidikan dengan demikian
mencapai suatu kedewasaan dengan melakukan suatu pembelajaran yang terencana
dan terstruktur yang melibatkan seorang orang guru dan murid.
Berkaitan dengan kesimpulan tentang pendidikan di atas peneliti lebih
mengarah pada proses pendidikan formal atau yang lebih kita kenal dengan dunia sekolah. Berbicara tetang sekolah maka yang ada dipikiran kita adalah guru dan
murid. Sosok guru adalah orang yang identik dengan pihak dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Ditangan parah gurulah para tunas-tunas bangasa ini terbentuk sikap dan moralitasnya sehingga mampu memeberikan yang
terbaik untuk anak negeri ini di masa datang.
Guru memiiki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memeperbaiki kualitas belajarnya. Hal ini menuntut
perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakterristik guru dalam mengelolah proses
belajar-mengajar. Sehinga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan efisien, siswa mampu menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Siswa mampu menjawap pertanyaan yang diberikan guru
dan siswa lain, siswa bisa mengerjakan tugas dengan baik yang telah diberikan guru, siswa bisa lebih mandiei dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan dan mampu
Proses belajar mengajar yang ada di SMA Negeri 1 Sang tombolang ini
seharusnya berlangsung menarik, efisien, kreatif, dan mandiri sehingganya bisa meningkatkan hasil belajar para siswa. Namun yang terjadi proses belajar mengajar
yang dilakukan khususnya pada mata pelajaran PPKn itu lebih mengarah pada pemberian materi oleh guru. Sehingganya siswa yang seharusnya lebih aktif dalam
proses pembelajaran itu kini lebih pasif dalam proses pembelajaran. Karena kurangnya model atau model pembelajaran dalam proses pembelajaran
Dari hasil observasi awal hasil belajar siswa PPKn yang dilakukan oleh
peneliti di kelas XII IPA/3 SMA Negeri 1 Sang Tombolang kabupaten Bolaang Mongonow pada pertengahan semester tahun ajaran 2013-2014, menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa tidak tuntas hasil belajar pada KKM 75. Secara rinci dari jumlah siswa 21 orang, siswa yang memperoleh nilai 80 - 100 sebanyak 1 siswa atau 5%, nilai 75-79 sebanyak 4 siswa atau 19% dan memperoleh nilai 60 – 74 sebanyak 6
siswa atau 29%, 55 – 59 sebanyak 7 siswa atau 33% dan 0 – 54 sebanyak 3 siswa atau 14%. Jadi, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 5 orang atau 24% siswa,
sedangkan sisanya 16 orang atau 76% mendapat nilai dibawah 75 sehingga dinyatakan tidak tuntas.
Faktor yang menyebabkan kurang menariknya proses belajar mengajar dalam
kelas lebih mengarah pada cara mengajar guru yang tidak berubah setiap kali pertemuan. Guru yang ada di SMA Negeri 1 Sang Tombolang, khususnya guru pada
pemberian materi saja, setelah proses pembelajaran selesai tidak ada umpan balik dari
guru untuk mengetahui apakah siswa sudah paham dengan materi yang telah diberikan, yang lebih memprihatinkan adalah guru yang mengajar pada mata
pelajaran PPKn itu tidak sesuai dengan besiknya sendiri, dengan kata lain guru yang mengajar bukan lulusan dari mata pelajaran PPKn, melainkan dari jurusan lain.
Dari beberapa hal yang telah dijelaskan peneliti juga mengamati ternyata semua permasalahan di atas tidak lepas dari penggunaan metode/model pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran guru lebih
sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab ditambah lagi dengan jam mata pelajaran PPKn yang selalu di akhir jam sekolah maka timbul kebosanan dalam
siswa dalam menerima materi dari guru, sehingganya hasil belajar siswa tidak maksimal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rendahnya hasil belajar siswa kelas XII IPA/3 semuanya tidak terlepas dari penggunaan model pembelajaran yang
tidak berfariatsi.
Berdasarkan penjelasan, maka pemasalahan yang muncul adalah bagaimana
seorang guru dapat menciptakan suasana proses belajar mengajar menjadi lebih menarik pembelajaran yang lebih melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Melihat hal tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah, dengan
pendekatan pendekatan pembelajaran dengan membuat siswa lebih aktif dan paham
terhadap materi pelajaran yang akan diajarkan.
Model pembelajaran Kumon adalah sistem belajar yang memberikan program
belajar secara perseorangan sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang memungkinkan siswa menggali potensi dirinya dan mengembangkan kemampuannya
secara maksimal. Selain itu, pembelajaran kumon adalah pembelajaran yang mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan.
Berdasarkan pada permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan merumuskan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kumon Di Kelas
XII IPA/3 SMA Negeri 1 Sang Tombolan”.
1.2Identifikasi Masalah
1. Metode pembelajaran yang sering dipakai selama ini kurang berdampak
positif pada hasil pembelajaran siswa.
2. Model pembelajaran yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran lebih mengarah pada pemberian materi
Berdasarkan uraian dan penjelasan latar belakang serta identifikasi masalah
diatas, maka diperoleh rumusan masalah yaitu : Apakah melalui penerapan model pembelajaran kumon dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di kelas XII IPA/3 SMA
negeri 1 Sang Tombolang?
1.4Pemecahan Masalah
Dengan adanya penerapan model pembelajara kumon pada proses pembelajaran mata pelajaran PPKn diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar
siswa SMA Negeri 1 Sang Tombolang kelas XII IPA/3. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa model pembelajaran kumon merupakan suatu model
pembelajaran yang memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah, siswa mampu berfikir secara kritis, melatih siswa untuk mandiri dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, membuat siswa lebih disiplin dan berfikir secara terstruktur, para
siswa bisa lebih aktif dan fokus pada proses pembelajaran, siswa yang cara berfikirnya masih lambat dibimbing oleh guru.
Penggunaan model pembelajaran kumon dalam proses pembelajaran PPKn dilaksanakan dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru memberikan materi pokok dan menjelaskan garis-garis besar dari
2. Setelah itu guru memberikan tugas kepada siswa mengenai materi
yang telah dijelaskan siswa diharapkan untuk bekerja mandiri.
3. Guru langsung memeriksa pekerjaan peserta didik yang telah selesai
mengerjakan tugasnya, dan memberikan penilaian terhadap tugas siswa.
4. Jika terdapat kesalahan ataupun kekeliruan dalam tugas siswa, guru mengembalikan tugas siswa untuk diperbaiki kembali.
5. Apa bila peserta didik mengalami kesalahan atau kekeliruan sebanyak
lima kali, maka guru wajib untuk membimbing peserta didik. 1.5Tujuan Penilitian
Adapun tujuan dari pada penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Kumon Di Kelas XII IPA/3 SMA Negeri 1 Sang Tombolang.
1.6Manfaat Penelitian a. Bagi Sekolah
Dapat memberikan masukan terhadap sekolah dan tambahan utntuk penelitian tindakan kelas.
b. Bagi Guru
Dapat memberikan suatu masukan sekaligus solusi terhadap permasalahan yang ditemui dalam menjalankan proses pengajaran khususnya untuk
c. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar dan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran.
d. Bagi Peneliti
Dapat menembah pengetahuan dan wawan keilmuan yang dimiliki peneliti