• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nn"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN

MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 KOTABUMI

SEMESTER GANJIL TP 2009/2010 (Skripsi)

Oleh :

Eka Ria Nanda Putri

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang mutlak bagi pembangunan

masyarakat suatu negara, sebab pendidikan merupakan dasar bagi

perkembangan pembangunan nasional yang harus didukung oleh manusia

cerdas, terampil, berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Berkaitan dengan tujuan pembangunan nasional maka pemerintah terus

menerus melakukan usaha perbaikan diantaranya peningkatan kualitas tenaga

pengajar melalui pendidikan profesi dan sertifikasi guru, serta perbaikan

sarana dan prasarana sekolah, sehingga mutu pendidikan pun dapat

meningkat secara bertahap sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan.

Untuk itu guru dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran

dengan sebaik-baiknya. Guru dalam menjalankan perannya sebagai

pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya

dituntut memahami perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, dengan

memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan

pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat:

1.Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.

(3)

3.Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling. 4.Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

5.Menciptakan iklim belajar yang kondusif. 6.Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. 7.Menilai hasil pembelajaran.’

(Fajar, 2002 : 27)

sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada

gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan

pendidikan di sekolah.

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10

ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi. Lebih lanjut dalam Undang-undang No. 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah

“kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”.

Dimensi kompetensi pedagogik menurut Rasto (2009:3) antara lain:

1. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran.

a.Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran, b.Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, c.Merencanakan pengelolaan kelas,

d.Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran;

e.Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

2. Kompetensi Melaksanakan Proses Pembelajaran

a.Menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran,

b.Mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan

pengajaran.

c.Berkomunikasi dengan siswa,

d.Mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan e.Melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.

(4)

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses

kegiatan pembelajaran. Tulus Tu’u (2004:75) berpendapat bahwa prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh

mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes, angka atau nilai yang

diberikan guru .

Dalam proses pencapaiannya, prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi tersebut berasal dari

diri siswa (intern) dan dari luar dirinya (ekstern). Persepsi siswa tentang

kompetensi pedagogik guru dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah

satu faktor dari luar diri siswa yang diduga dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa. Hal ini diperkuat oleh Diana Nur (2009:22) berpendapat bahwa

Persepsi adalah proses seseorang untuk mengetahui, menginterpretasikan, dan

mengevaluasi orang lain tentang sifat, kualitas, dan keadaan lain yang ada

dalam diri seseorang yang dipersepsikan. Dalam hal ini, kompetensi

pedagogik guru merupakan objek yang dipersepsi oleh siswa. Apabila

persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru positif, maka tidak

menutup kemungkinan akan berbengaruh positif terhadap siswa yang nampak

dalam prestasi belajar siswa.

Selain persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru, motivasi siswa

juga diduga merupakan faktor yang mempengaruhi proses belajar. Secara

harfiah, motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang

secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan

(5)

seseorang atau sekelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin

mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan

perbuatannya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:593)

Namun demikian pada kenyataannya persepsi siswa kelas XI IPS di SMA

Negeri 2 Kotabumi tentang kompetensi pedagogik guru geografi rata-rata

masih negatif, terbukti pada saat penelitian pendahuluan, peneliti melakukan

wawancara terhadap 10 orang siswa yang terdiri dari 5 siswa kelas XI IPS 1, 5

siswa kelas XI IPS 2 yang hasil tes geografinya belum memenuhi Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM), peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang

berkaitan dengan persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi

dan motivasi belajar geografi kelas XI IPS SMA Negeri 2 Kotabumi yaitu :

1. Guru sering menggunakan media pembelajaran yang bervariasi saat proses

pembelajaran berlangsung?

2. Apakah guru selalu memberikan apersepsi pada setiap kegiatan belajar?

3. Apakah guru rutin memberikan uji blok setiap satu kompetensi dasar

(KD)?

4. Apakah anda senang belajar geografi ?

5. Apakah anda selalu mengulang pelajaran geografi dirumah?

6. Apakah anda senang jika mendapat pujian dari teman-teman jika nilai anda

tinggi ?

Rata-rata siswa memiliki persepsi yang negatif terhadap kompetensi

pedagogk guru geografi , artinya siswa yang memiliki prestasi belajar

geografi yang rendah, rata-rata meliki persepsi yang masih negatif terhadap

(6)

motivasi belajar, jawaban-jawaban siswa cenderung menunjukkan motivasi

belajar yang masih rendah rendah, artinya siswa yang memiliki prestasi

belajar geografi yang rendah rata-rata memiliki motivasi belajar yang rendah.

Berdasarkan rekapitulasi hasil wawancara (lampiran, hal90) diketahui bahwa

rata-rata siswa yang nilainya rendah cenderung memiliki penilaian/ persepsi

yang negatif terhadap kompetensi pedagogik guru geografi kelas XI IPS

SMA Negeri 2 Kotabumi serta memiliki motivasi belajar yang masih rendah.

Dengan adanya persepsi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi

tentang kompetensi pedagogik guru geografi yang masih negatif dan motivasi

belajar yang masih rendah diduga menyebabkan prestasi belajar geografi

siswa di kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP

2009/2010 masih rendah. Dari hasil wawancara, peneliti menduga bahwa

rendahnya prestasi belajar geografi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2

Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010 dikarnakan dalam proses

pembelajaran geografi, guru geografi belum sepenuhnya menguasi

kompetensi pedagogik sehingga pembelajaran hanya berfokus pada guru

sebagai pentransfer ilmu. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh

Fajar (2002:92) yang menyatakan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) Geografi masih berfokus pada guru sebagai sumber utama

pengetahuan kemudian ceramah dan model penugasan menjadi pilihan utama

strategi belajar di samping bidang pembelajaran yang terdiri atas materi yang

banyak dan berupa hafalan belaka, sehingga prestasi belajar geografi siswa

sulit mengalami peningkatan . Padahal Kedudukan dan fungsi Geografi saat

(7)

prinsip-konsep dan teorinya saja, melainkan telah terjun ke bidang-bidang praktis

dalam memanfaatkan sumber daya dan lingkungan untuk kesejahteraan umat

manusia secara seimbang. Maka sudah selayaknya guru geografi harus dapat

pandai menggunakan media. Hal ini diperkuat oleh pendapat Manihah Ulya

(2007:17) Dengan adanya kemajuan teknologi informasi sekarang ini,

pendekatan yang sesuai untuk dikembangkan adalah dengan menyajikan

informasi geografis dalam berbagai alat peraga, seperti gambar, denah, peta

dan diagram. Siswa diharapkan dapat memulai dengan bantuan berbagai

perangkat hingga mereka mampu menerangkan gagasan yang berkaitan

dengan informasi keruangan dalam bentuk peraga.

Untuk merealisasikan hal tersebut guru harus menguasai kompetensi

pedagogik yang berkenaan dengan proses pembelajaran dikelas, serta tidak

luput dari pemahaman mengenai psikologi dan perilaku peserta didik dengan

segala aspeknya. dengan ini diharapkan dapat mengembangkan potensi serta

kompetensi yang dimiliki siswa, baik potensi kognitif, afektif maupun

psikomotor untuk menghadapi lingkungan hidupnya.

Berdasarkan hasil Tes yang dilakukan pada siswa-siswi kelas XI IPS SMA

Negeri 2 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara, prestasi belajar Geografi

siswa kelas XI IPS semester Ganjil tahun pelajaran 2009/2010, dapat dilihat

(8)

Tabel 1. Distribusi Jumlah Siswa Berdasarkan Nilai Hasil Tes pada Kelas XI IPS 1 dan IPS 2 di SMA Negeri 2 Kotabumi Semester Ganjil TP 2009/2010.

Sumber : Dokumentasi Guru Geografi SMA Negeri 2 Kotabumi tahun 2009

Rendahnya prestasi belajar siswa tersebut diduga berhubungan dengan

persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan keadaan prestasi belajar siswa-siswi kelas XI IPS SMA Negeri 2

Kotabumi Kabupaten Lampung Utara di atas, maka penulis tertarik untuk

meneliti dan mengkaji mengenai Apakah ada hubungan antara Persepsi siswa

tentang kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar dengan prestasi

belajar geografi siswa kelas XI IPS di SMA NEGERI 2 kotabumi semester

ganjil TP 2009/2010?

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian dapat diidentifikasi

sebagai berikut :

1. Pembelajaran Geografi masih berfokus pada guru sebagai sumber utama

pengetahuan.

2. Metode ceramah dan model penugasan masih menjadi pilihan utama

strategi belajar dalam pembelajaran geografi.

3. Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi di SMA

(9)

4. Rendahnya motivasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2

Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010.

5. Rendahnya prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS XI IPS di SMA

Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010.

C. BATASAN MASALAH

Mengingat keterbatasan peneliti, baik waktu, biaya, fikiran, tenaga dan

lain-lain, maka penelitian ini dibatasi pada kajian tentang :

a. Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi masih

rendah(X1)

b. Motivasi belajar siswa yang rendah(X2)

c. Prestasi Belajar Geografi masih rendah (Y)

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah

di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik

guru geografi dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMA

Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010?

2. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar

Geografi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP

(10)

3. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik

guru dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI

IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010?

E. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru

geografi dengan prestasi Geografi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2

Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010 .

2. Hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas

XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010.

3. Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru

geografi dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas

XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010 .

F. KEGUNAAN PENELITIAN

Kegunaan Peneliti ini yaitu :

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam rangka meningkatkan prestasi

belajar Geografi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi.

2. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Program

Studi Pendidikan Geografi Jurusan IPS FKIP Universitas Lampung.

3. Memberikan masukan bagi berbagai pihak terutama bagi guru geografi

untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya dalam upaya

(11)

G. RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. Ruang lingkup subyek penelitian

Ruang lingkup subyek penelitian ini adalah siswa kelas siswa kelas XI IPS

di SMA Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010.

2. Ruang lingkup obyek penelitian

Ruang lingkup obyek penelitian ini adalah nilai Geografi semester ganjil

siswa kelas siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi.

3. Ruang lingkup tempat penelitian

Ruang lingkup tempat penelitian ini di SMA Negeri 2 Kotabumi.

4. Ruang lingkup waktu penelitian

Ruang lingkup waktu penelitian yaitu saat dilaksanakan penelitian ini yaitu

tahun pelajaran 2009/2010.

5. Ruang lingkup ilmu penelitian

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran a. Belajar

Sebelum menjelaskan tentang prestasi belajar Geografi, maka akan

dijelaskan terlebih dahulu pengertian tentang belajar dan pembelajaran

menurut beberapa ahli. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut

akan terlihat dalam seluruh aspek tingkah laku.

Slameto (2003 : 2) mendefinisikan belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang lain

secara keseluruhan sebagaimana pengalaman individu itu sendiri dalam

berintraksi dengan lingkungan. Pendapat ini didukung oleh Abdillah

dalam Aunurrahman (2008 : 27) mengemukakan bahwa belajar adalah

suatu usaha latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif,

afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.

Dari keseluruhan pendapat tentang pengertian belajar, pada dasarnya

mengacu pada suatu tujuan yaitu belajar merupakan proses dari tidak tahu

menjadi tahu menjadi tahu, sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar

(13)

berupa perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan tingkah laku

yang diperoleh melalui latihan/pengalaman individu dari lingkungannya,

berdasarkan pendapat diatas, belajar merupakan kegiatan yang hanya

dialami oleh individu yang belajar serta memiliki tujuan atau hasil belajar

yang ingin dicapai oleh individu yang belajar.

Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut

Slameto (2003;54) adalah sebagai berikut:

1. Faktor Intern

a. faktor Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh)

b. Faktor Psikologis (intelegensi,perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c. faktor Kelelahan 2. Faktor Ekstern

a. Faktor keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan).

b. faktor sekolah (Metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin secular alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah). c. Faktor Masyarakat(kegiatan siswa dalan masyarakat, mass media,

teman bergaul, bentuk kehidupan ,masyarakat).

b. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan dalam belajar yang dilakukan oleh guru

sebagai fasilitator dan siswa sebagai pebelajar, sehingga kegiatan belajar

dapat berjalan dengan baik.

Rogers dalam Dimiyati dan Mudjiono (2006 :17) mengemukakan saran

tentang langkah-langkah pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru.

Saran pembelajaran itu meliputi hal berikut :

a. Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar

secara terstruktur.

(14)

c. Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery learning).

d. Guru menggunakan metode simulasi

e. Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan mampu berpartiipasi dengan kelompok lain.

f. Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.

g. Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta

peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas (Snelbecker, 1974:483-494; Skager, 1984: 33; Bergan dan Dunn, 1976; 122-128).

Menurut Abdillah dalam Aunurrahman (2008 : 26) mengemukakan bahwa:

pembelajaran adalah suatu upaya mengubah siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.

Lebih lanjut Nasution (1997:37) mengemukakan bahwa:

pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap.

Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan

dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:9):

1. Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku

siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif diperkuat dan perilaku negatif diperlemah atau dikurangi.

2. Membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai siswa dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.

3. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya.

4. Membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku dan evaluasi.

Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran adalah jalan yang harus

ditempuh oleh seorang pelajar, untuk mengerti suatu hal yang sebenarnya

(15)

telah mengerti suatu hal bila ia juga dapat menerapkan apa yang telah ia

pelajari. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses

belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses

belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu

menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

C. Pembelajaran IPS Geografi

Geografi adalah mata pelajaran dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang

diajarkan dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat sekolah menengah.

Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi

warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta

warga dunia yang cinta damai. Disamping itu mata pelajaran IPS juga

dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki

kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara

sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju

kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan

pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh

pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang

(16)

Hakekat Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan

perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dalam

konteks keruangan. Konsep geografi yang diketengahkan di awal secara

jelas menegaskan bahwa yang menjadi objek studi geografi tidak lain

adalah geosfer, yaitu permukaan bumi yang hakikatnya merupakan bagian

dari bumi yang terdiri atas atmosfer (lapisan udara), litosfer (lapisan

batuan, kulit bumi). Pada konsep ini, geosfer atau permukaan bumi tadi

ditinjau dari sudut pandang kewilayahan yang menampakkan persamaan

dan perbedaaan. Persamaan dan perbedaan tadi tidak terlepas dari adanya

relasi keruangan dari unsur-unsur geografi yang membentuknya. Di sini

studi geografi melihat dan mempelajari wilayah-wilayah di permukaan

bumi yang tersebar membentuk lingkungan-lingkungan geografi tertentu

yang menunjukkan sistem kewilayahan (regional system) dan sistem

kelingkungan (ekosistem) tertentu. Dari sekian jumlah sistem kewilayahan

dan sistem kelingkungan tadi sudah pasti ada persamaan dan perbedaan

gejala, bahkan keunikan di wilayah-wilayah atau ekosistem. Geografi juga

mengkaji mengenai manusia sebagai salah satu unsur geografi yang juga

menjadi objek studi geografi, ada dalam konteks biosfer. Dengan

demikian, apapun yang menjadi objek studi (udara, batuan, air, makhluk

hidup) selalu dihubungkan dengan kedudukan dan kepentingan umat

manusia.

Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, dapat

diketengahkan disini bahwa geografi dan studi geografi berkenaan dengan:

(17)

kondisi fisik wilayah Indonesia, biosfer), (3) umat manusia dengan

kehidupannya (antroposfer), (4) penyebaran keruangan gejala alam dan

kehidupan termasuk persamaan dan perbedaan, dan (5) analisis hubungan

keruangan gejala-gejala geografi di permukaan bumi. Dengan demikian,

dapat diketengahkan disini bahwa pembelajaran geografi hakikatnya

adalah pembelajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi

yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia

dan variasi kewilayahannya. Dengan perkataan lain, pembelajaran

geografi yang diajarkan di sekolah disesuaikan dengan tingkat

perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-masing

(Sumaatmadja.1997:12).

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Geografi masih

berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian

ceramah dan model penugasan menjadi pilihan utama strategi belajar di

samping bidang pengajaran yang terdiri atas materi yang banyak dan

berupa hafalan belaka. Padahal Kedudukan dan fungsi Geografi saat ini,

tidak lagi hanya terbatas kepada ilmu yang mengembangkan

prinsip-konsep dan teorinya saja, melainkan telah terjun ke bidang-bidang praktis

dalam memanfaatkan sumber daya dan lingkungan untuk kesejahteraan

umat manusia secara seimbang (Fajar 2002:92).

Untuk merealisasikan hal tersebut perlu adanya metode pembelajaran yang

diharapkan dapat mengembangkan potensi serta kompetensi yang dimiliki

(18)

lingkungan hidupnya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Manihah Ulya

(2007:17) Dengan adanya kemajuan teknologi informasi sekarang ini,

pendekatan yang sesuai untuk dikembangkan adalah dengan menyajikan

informasi geografis dalam berbagai alat peraga, seperti gambar, denah,

peta dan diagram. Siswa diharapkan dapat memulai dengan bantuan

berbagai perangkat hingga mereka mampu menerangkan gagasan yang

berkaitan dengan informasi keruangan dalam bentuk peraga.

B. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Pedagogik Guru

Proses pembelajaran terjadi ketika seorang guru berdiri didepan kelas

menyampaikan materi pelajaran, pada diri siswa terjadi pengamatan terhadap

guru didalam kelas yang dipengaruhi oleh komponen kognitif siswa, sehingga

siswa dapat memberi tanggapan tentang objek yang diamati. Proses

pengamatan inilah yang dinamakan dengan persepsi, seperti yang dikemukakan

oleh Slameto (3003:72):

persepsi yaitu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusi “. Lebih lanjut Slameto menjelaskan bahwa persepsi Manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya hubungan ini dilakukan lewat panca indra, penglihatan, pendengaran, perabaan, perasaan, dan penciuman.

Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Gulo (1982) dalam Moedijarto

(1998:6) bahwa:

(19)

Berdasarkan beberapa pengertian tentang persepsi tersebut, maka dapat

dikatan bahwa persepsi merupakan suatu pendapat yang didahului oleh proses

penginderaan dan diteruskan ke pusat syaraf,sehingga individu dapat mengenal

dan memaknakan suatu objek yang ada dilingkungannya.

Setiap orang mempunyai persepsi terhadap berbagai macam objek, misalnya

seorang siswa mempunyai beragam pendapat terhadap kompetensi guru yang

mengajarnya, begitu pula dengan tipe-tipe guru yang yang diinginkannya,

sehingga akan didapat beragam persepsi siswa tentang kompetensi guru.

Untuk melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran, guru harus memiliki

seperangkat kompetensi yang harus dikuasai dan dimiliki.

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10

ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi. Lebih lanjut dalam Undang-undang No. 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah

“kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”.

Dimensi kompetensi pedagogik menurut Rasto (2009:3) antara lain:

1. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran.

Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran menurut Joni (1984:12)

dalam Rasto (2009:3) antara lain:

1. Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran,

2. Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, 3. Merencanakan pengelolaan kelas,

4. Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran;

5. Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan

(20)

Lebih dalam Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan

rencana pembelajaran meliputi:

1. Mampu mendeskripsikan tujuan,

2. Mampu memilih materi,

3. Mampu mengorganisir materi,

4. Mampu menentukan metode/strategi pembelajaran,

5. Mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran,

6. Mampu menyusun perangkat penilaian,

7. Mampu menentukan teknik penilaian, dan

8. Mampu mengalokasikan waktu.

Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program pembelajaran

merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa

selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan,

menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar

mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan

penilaian penguasaan tujuan.

2. Kompetensi Melaksanakan Proses Pembelajaran

Melaksanakan proses pembelajaran merupakan tahap pelaksanaan program

yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut adalah

keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar

sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil

keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan pembelajaran

dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu

diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran. Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar

mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan

(21)

penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan

keterampilan menilai hasil belajar siswa.

Sebagaimana pendapat Yutmini (1992:13) mengemukakan bahwa:

persyaratan kemampuan yang harus di miliki guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran, meliputi kemampuan:

1. Menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran,

2. Mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran.

3. Berkomunikasi dengan siswa,

4. Mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan

5. Melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.

Pada pelaksanaan proses pembelajaran, dalam menyampaikan materi

pelajaran harus dilakukan secara terencana dan sistematis, sehingga tujuan

pembelajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien.

Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran terlihat dalam mengidentifikasi karakteristik dan

kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon

setiap perubahan perilaku siswa.

Lebih lanjut Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi

melaksanakan proses pembelajaran meliputi :

1. Membuka pelajaran,

2. Menyajikan materi,

3. Menggunakan media dan metode,

4. Menggunakan alat peraga,

5. Menggunakan bahasa yang komunikatif,

6. Memotivasi siswa,

7. Mengorganisasi kegiatan,

8. Berinteraksi dengan siswa secara komunikatif,

9. Menyimpulkan pelajaran,

(22)

11. Melaksanakan penilaian, dan

12. Menggunakan waktu.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses

pembelajaran merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung hubungan

antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong

keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan

proses pembelajaran adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang

dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.

3. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Pembelajaran

Sutisna (1993:212) mengemukakan bahwa:

Penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan.

Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar

adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat

pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil

belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian,

melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas

guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai

tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar

(23)

Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penilaian belajar peserta

didik, meliputi:

1. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran,

mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda,

2. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid,

3. Mampu memeriksa jawab,

4. Mampu mengklasifikasi hasil-hasil penilaian,

5. Mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian,

6. Mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian, 7. Mampu menentukan korelasi soal berdasarkan hasil penilaian, 8. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian,

9. Mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis. 10.Mampu menyusun program tindak lanjut hasil penilaian

11.Mengklasifikasi kemampuan siswa

12.Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian

13.Mampu melaksanakan tindak lanjut

14.Mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut

15.Mampu menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian.

Berdasarkan uraian di atas kompetensi pedagogik guru tercermin dari

indikator yaitu kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta

didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan

peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dapat diartikan sebagai

tanggapan atau pendapat seorang siswa tentang kemampuan seorang guru

dalam melaksanakan kewajibannya sebagi pentransfer ilmu . agar persepsi

siswa tentang kompetensi pedagogik guru tersebut baik, maka guru harus

meningkatkan kompetensi pedagogiknya, sebab kompetensi pedagogik

adalah kompetensi yang memiliki pengaruh terhadap siswa. Hal ini

diperkuat oleh Diana Nur (2009:22) bahwa Persepsi adalah proses

(24)

orang lain tentang sifat,kwalitas, dan keadaan lain yang ada dalam diri

seseorang yang dipersepsikan. Dalam hal ini, kompetensi pedagogik guru

merupakan objek yang dipersepsi oleh siswa. Apabila persepsi siswa

tentang kompetensi pedagogik guru baik, maka tidak menutup

kemungkinan akan berbengaruh positif terhadap siswa yang nampak dalam

motivasi belajar dan prestasi belajar siswa.

Saat ini, kebanyakan siswa belum memahami secara teoritis tentang segala

sesuatu yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru, tapi pada

prakteknya siswa sudah mampu menilai guru manakah yang memiliki

kompetensi dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pegajar.

Tanggapan positif atau negatif yang terjadi pada siswa merupakan

perasaan yang dihasilkan dari pengamatan sehari-hari ketika seorang guru

mengajar di kelas, tindak lanjutnya setelah proses pembelajaran selesai

sampai pada pembagian hasil evaluasi pada siswa. Tanggapan yang baik

akan diberikan kepada guru yang dinilainya telah berkompeten dan secara

tidak langsung siswapun pada akhirnya akan termotivasi untuk

meningkatkan prestasi belajarnya, demikian sebaliknya, apabila tanggapan

siswa kurang baik terhadap kompetensi pedagogik guru maka siswapun

akan sulit termotivasi untuk meningkatkan prestasinya.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan persepsi siswa tentang

kompetensi pedagogik guru adalah suatu proses dimana siswa mengamati

dan memberikan tanggapan atas kompetensi pedagogik yang dimiliki

(25)

pentingnya persepsi siswa yang baik terhadap kompetensi guru dalam hal

ini kompetensi pedagogik guru. Maka seorang guru harus memiliki

kompetensi yang menunjang. Persepsi siswa tentang kompetensi

pedagogik guru akan timbul dari proses saat kegiatan pembelajaran

berlangsung. Jadi cukup jelas, persepsi siswa tentang kompetensi

pedagogik guru erat hubungannya dengan prestasi belajar yang dicapai

siswa , karena guru yang berkompeten akan lebih mampu menciptakan

lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu

mengelola kelasnya, sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar dan

meningkatkan prestasinya.

C. Motivasi Belajar

Sebelum membahas tentang motivasi belajar perlu dibahas terlebih dahulu

mengenai motif. Menurut Slameto (2003 :171) mendefinisikan sebagai

berikut “Motif yaitu faktor-faktor yang membangkitkan dan mengarahkan

tingkah laku”. Motivasi sangat bermakna dalam sebuah proses belajar

mengajar. Selain dari dalam diri, keberhasilan siswa dalam belajar salah

satunya juga tergantung pada usaha guru dalam membangkitkan motivasi

siswanya untuk belajar. Motivasi akan menyebabkan terjadinya perubahan

energi pada diri manusia. Motivasi dapat dikatakan serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga orang mau dan ingin

melakukan sesuatu. Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi

motivasi itu tumbuh di dalam diri siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa

(26)

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin

kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar tercapai.

(Sardiman,2000:73)

Secara harfiah, motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri

seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan

dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi berarti usaha yang dapat

menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tergerak melakukan sesuatu

karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan

dengan perbuatannya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:593)

Dimyati dan Mudjiono (2006:80) mengemukakan bahwa:

motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar.

Slameto (2003:170) mengemukakan bahwa:

motivasi adalah suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia.

Sesuai dengan pendapat para ahli di atas, bahwa motivasi adalah kemampuan

memberikan semangat pada diri sendiri maupun kepada siswa guna

melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini terkandung

adanya unsur harapan dan optimisme yang tinggi, sehingga memiliki

kekuatan semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, misalnya dalam

(27)

melakukan proses belajar, dengan motivasi yang tinggi, diharapkan akan

meraih prestasi belajar yang memuaskan.

Gage&Berliner (1979) dalam Slameto (2003:176) menyarankan cara

meningkatkan motivasi siswa, tanpa harus melakukan reorganisasi kelas

secara besar-besaran.Cara tersebut sebagai berikut:

a. Pergunakan pujian verbal

b. Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana

c. Bangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannya untuk mengadakan eksplorasi

d. Sekali-kali pengajar melakukan hal-hal yang luar biasa,misalnya

meminta siswa siswa menyusun soal-soal tes

e. Merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan pada siswa sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha untuk belajar

f. Pergunakan materi-materi yang sudah dikenal sebagai contoh

g. Terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik h. Mintalah siswa untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari

sebelumnya

i. Pergunakan simulasi dan permainan

j. Perkecil daya tarik sistem motivasi yang bertentangan

k. Perkecil konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan dari

keterlibatan siswa.

l. Pengajar perlu memahami dan mengawasi suasana sosial di lingkungan sekolah

m. Pengajar perlu memahami hubungan kekuasaan antara guru dan siswa

Sardiman (2000:90) mengemukakan bahwa ada beberapa cara untuk

menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu

a. Memberi angka (simbol dari nilai kegiatan belajarnya)

(28)

Thursan Hakim (2000:30-31) mengatakan bahwa motivasi belajar seorang

siswa dapat dibangkitkan dengan mengusahakan agar siswa memiliki motif

intrinsik dan motif ekstrinsik dalam belajar. Adapun cara menimbulkan motif

intrinsik antara lain sebagai berikut:

a. Memahami manfaat-manfaat yang diperoleh dari setiap pelajaran

b. Memilih bidang studi yang paling disenangi dan paling sesuai dengan minat

c. Memilih jurusan bidang studi yang sesuai dengan bakat pengetahuan

d. Memilih bidang studi yang paling menunjang masa depan

Sedangkan cara membangkitkan motif ekstrinsik dapat dilakukan dengan

memiliki berbagai keinginan yang perlu dimiliki untuk membangkitkan

motivasi belajar.

Berbagai keinginan yang perlu dimiliki untuk membangkitkan motivasi belajar,

diantaranya sebagai berikut:

a.Keinginan mendapat nilai ujian yang baik b.Keinginan menjadi juara kelas atau juara umum c.Keinginan naik kelas atau lulus ujian

d.Keinginan menjaga harga diri atau gengsi

e.Keinginan untuk menang bersaing dengan orang lain f. Keinginan menjadi siswa teladan

g.Keinginan untuk dapat memenuhi persyaratan dalam memasuki

pendidikan lanjutan

h.Keinginan untuk menjadi sarjana

i. Keinginan untuk dikagumi sebagai orang yang berprestasi

j. Keinginan untuk menutupi atau mengimbangi kekurangan tertentu yang ada dalam diri sendiri

k.Keinginan untuk melaksanakan anjuran/dorongan dari orang lain seperti orangtua, kakak, teman akrab, guru dan orang lain yang disegani serta mempunyai hubungan erat.

Menurut Sardirman (2000:83) ada tiga fungsi motivasi, yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi

(29)

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Berdasarkan definisi di atas bahwa fungsi motivasi adalah sebagai penggerak

manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan dan menyeleksi perbuatan

tersebut. Pembagian motivasi itu sendiri dapat dibagi menjadi dua, seperti yang

dikemukakan oleh Sardiman (2000:87), yaitu:

a.Motivasi Intrinsik

motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

b.Motivasi ekstrinsik

Adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.

Berdasarkan definisi di atas, bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa dipengaruhi oleh

pihak lain yang biasa di sebut motivasi intrinsik dan motivasi yang dipengaruhi

oleh pihak lain atau motivasi ekstrinsik.

D. Prestasi Belajar Geografi

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia prestasi berarti hasil yang telah

dicapai dari yang telah dilakukan. Sedangkan belajar adalah proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2003:2). Sedangkan menurut Tulus

Tu’u (2004:75) prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan

yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai

(30)

Lebih lanjut Nasution (1996:17) mengungkapkan bahwa:

prestasi belajar adalah “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”

Sedangkan menurut Slameto (1995:54-71) faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

1. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar, yaitu faktor jasmaniah (faktor kesehatan, cacat tubuh), faktor

psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,

kesiapan), serta faktor kelelahan.

2. Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, yaitu faktor

keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana

rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang

kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa-siswa, disiplin sekolah.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai oleh seseorang atau siswa yang didapat setelah siswa mengikuti tes

yang dapat dilihat dalam bentuk angka atau nilai.

Bintarto dan Hadisumarno (1987 : 10) menyatakan bahwa geografi adalah

suatu ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari

berbagai sifat (yang beraneka ragam) di permukaan bumi. Sedangkan

menurut hasil seminar dan lokakarya di semarang (1998) Geografi adalah

ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai persamaan dan perbedaan

(31)

antara manusia dengan lingkungannya dalam konteks keruangan dan

kewilayahan. Dari definisi-definisi para pakar tentang belajar, prestasi belajar

dan ilmu Geografi di atas, bahwa prestasi belajar geografi adalah hasil yang

dicapai oleh siswa yang diberikan oleh guru selama mengikuti pelajaran

geografi yang dapat dilihat dalam bentuk nilai atau angka yang dihasilkan

setelah mengerjakan tes atau tugas.

E. KERANGKA PIKIR

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang dioperasionalkan, yaitu dua

variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y). Variabel bebas yang pertama

(X1) persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru, yang kedua (X2)

adalah motivasi belajar, sedangkan variabel terikat (Y) adalah prestasi belajar

Geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Kotabumi semester Ganjil tahun

pelajaran 2009/2010.

Prestasi belajar Geografi adalah hasil dari belajar Geografi. Prestasi belajar dari

masing-masing siswa tentunya tidak sama hal tersebut berhubungan dengan

persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar siswa.

Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik gurugeografi cenderung

berhubungan dengan prestasi belajar geografi yang akan diraih oleh siswa

tersebut. kompetensi pedagogik guru meliputi keahlian - keahlian yang

dimiliki oleh guru dalam melakukan proses belajar mengajar. jika persepsi

siswa tentang kompetensi pedagogik guru baik, maka akan cenderung

(32)

sebaliknya, jika persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru geografi

buruk maka prestasi belajar geografi siswa akan rendah pula. Sesuai dengan

pedapat Diana Nur (2009:22) bahwa Persepsi adalah proses seseorang untuk

mengetahui, menginterpretasikan, dan mengevaluasi orang lain tentang

sifat,kwalitas, dan keadaan lain yang ada dalam diri seseorang yang

dipersepsikan. Dalam hal ini, kompetensi pedagogik guru merupakan objek

yang dipersepsi oleh siswa. Apabila persepsi siswa tentang kompetensi

pedagogik guru baik, maka tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh

positif terhadap siswa yang nampak dalam prestasi belajar siswa.

Secara harfiah, motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri

seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan

dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi berarti usaha yang dapat

menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tergerak melakukan sesuatu

karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan

dengan perbuatannya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:593)

Jika dalam belajar siswa memiliki motivasi yang tinggi, maka prestasi belajar

cenderung akan mengalami peningkatan. dan sebaliknya, jika motivasi belajar

siswa rendah, maka prestasi belajar cenderung akan rendah. Karena bagaimana

mungkin seseorang dapat memperoleh sesuatu tanpa ada dorongan dari dalam

diri sendiri dan dari luar dirinya atau tanpa ada keinginan untuk memperoleh

sesuatu. Dengan demikian, diperkirakan bahwa persepsi siswa tentang

kompetensi pedagogik guru geografi dan motivasi belajar siswa sangat erat

(33)

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini adalah:

Gambar 1. Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Kompetensi

Pedagogik Guru dan Motivasi Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa kelas XI IPS 1 dan IPS 2 SMA Negeri 2 Kotabumi Semester Ganjil TP 2009/2010.

Gambar1: Bagan Kerangka Pikir

F. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1.Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara persepsi siswa

tentang kompetensi pedagogik guru geografi dengan prestasi belajar

Geografi siswa kelas XI IPS-1 dan XI IPS-2, SMA Negeri 2 Kotabumi

semester ganjil TP 2009/2010. Semakin positif persepsi siswa tentang

kompetensi pedagogik guru, maka ada kecenderungan semakin tinggi pula

(34)

2.Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara motivasi belajar

dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS-1 dan XI IPS-2, SMA

Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010. Semakin tinggi motivasi

belajar siswa, maka ada kecenderungan semakin tinggi pula prestasi belajar

geografi siswa

3.Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara persepsi siswa

tentang kompetensi pedagogik guru geografi dan motivasi belajar siswa

dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS-1 dan XI IPS-2, SMA

Negeri 2 Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010. Semakin baik persepsi

siswa tentang kompetensi pedagogik guru dan semakin tinggi motivasi

(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 2 Kotabumi Jalan Raya Prokimal

Kecamatan KotabumiUtara, Lampung Utara.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah ex post facto., Penelitian ex post facto adalah suatu

penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan

kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

menimbulkan kejadian tersebut (Sugiyono,2004:7). Bila dilihat dari tingkat

eksplanasi penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif

merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel atau lebih (Sugiyono,2004:11)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono(2008:117)mendefinisikan populasi sebagai berikut:

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

(36)

Sedangkan menurut S. Margono (2004:118) mengatakan bahwa populasi

adalah Seluruh data yang menjad perhatian kita dalam suatu ruang lingkup

dan waktu yang kita tentukan .

Oleh karena itu, dari beberapa pendapat di atas bahwa populasi merupakan

obyek atau subyek yang meliputi seluruh karakteristik pada suatu wilayah

yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Populasi sasaran pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS-1dan XI

IPS-2, SMA Negeri 2 Kotabumi yang berjumlah 67siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono,2004:73). Teknik pengambilan sampel menggunakan

simple random sampling, yaitu pengambilan sampel dari populasi secara

acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut

(Sugiyono,2004:74).

Penentuan siswa yang akan dijadikan sampel untuk setiap kelas dilakukan

dengan cara undian yang merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan

dalam menarik sampel dengan menggunakan simpel random sampling (M.

Nazir,1999:336). Dalam penelitian ini besarnya sampel ditentukan dengan

rumus Taro Yamane sebagai berikut :

N n =

N.d² +1

Keterangan :

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

(37)

Maka pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

proporsional maka dicari masing-masing kelas dengan alokasi

proporsional (jalaluddin Rahmat,1997:82). Hal ini dilakukan dengan

rumus :

Jumlah sampel

Jumlah sampel tiap kelas = X jumlah siswa tiap kelas

Jumlah Populasi

Maka perhitungan proporsional sampling masing-masing kelas adalah :

34x 57

Agar lebih jelas, sampel penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut :

(38)

D. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto(2002:97) bahwa variabel adalah objek

penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian.

Dalam penelitian ini ada tiga variabel yaitu dua variabel bebas dan satu

variabel terikat.

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

1. Independent Variable atau Variabel Bebas,

Yaitu Persepsi Siswa Kompetensi Pedagogik Guru (X1) dan Motivasi

Belajar (X2)

Persepsi siswa tentang kompetensi Pedagogik Guru (X1)

Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dapat diartikan sebagai

tanggapan atau pendapat seorang siswa tentang kemampuan seorang guru

dalam melaksanakan kewajibannya sebagi pentransfer ilmu . agar persepsi

siswa tentang kompetensi pedagogik guru tersebut baik, maka guru harus

meningkatkan kompetensi pedagogiknya, sebab kompetensi pedagogik

adalah kompetensi yang memiliki pengaruh terhadap siswa.

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen

pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional

yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Lebih lanjut dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan

(39)

Dimensi kompetensi pedagogik ini antara lain:

1. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran.

2. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar

3. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar

kompetensi pedagogik guru tercermin dari indikator yaitu kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi

pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik

untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Dengan

demikian, yang dimaksud dengan persepsi siswa tentang kompetensi

pedagogik guru adalah suatu proses dimana siswa mengamati dan

memberikan tanggapan atas kompetensi pedagogik yang dimiliki seorang

guru/ sebagai objek melalui panca inderanya.

Motivasi Belajar (X2)

Menurut Elliott, et.al. (1996) dalam jamaluddin (2005:71) yang

mengatakan motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

proses dan hasil belajar. Hal ini ditegaskan oleh Houston (1985) dalam

jamaluddin (2005:72) bahwa motivasi merupakan faktor yang

memprakarsai, memperkuat, dan mempertahankan perilaku.

Sesuai dengan pendapat para ahli di atas, bahwa motivasi adalah

kemampuan memberikan semangat pada diri sendiri maupun kepada siswa

guna melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini

(40)

memiliki kekuatan semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu,

misalnya dalam hal belajar.

Jadi motivasi belajar adalah kemampuan atau semangat untuk melakukan

proses belajar, dengan motivasi yang tinggi, diharapkan akan meraih

prestasi belajar yang memuaskan.

2. Dependent Variable atau Variabel Terikat Yaitu Prestasi Belajar Geografi

(Y), menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia prestasi berarti hasil yang

telah dicapai dari yang telah dilakukan. Sedangkan belajar adalah proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2003:2).

Sedangkan Menurut Tulus Tu’u (2004:75) , prestasi adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan

guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai oleh seseorang atau siswa yang didapat setelah siswa mengikuti tes

yang dapat dilihat dalam bentuk angka atau nilai.

Bintarto dan Hadisumarno (1987 : 10) menyatakan bahwa geografi adalah

suatu ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari

berbagai sifat (yang beraneka ragam) di permukaan bumi. Sedangkan

(41)

Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai

persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan di muka bumi

( gejala geosfer ) serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya

dalam konteks keruangan dan kewilayahan.

Dari definisi-definisi para pakar tentang belajar, prestasi belajar dan ilmu

Geografi di atas, bahwa prestasi belajar Geografi adalah hasil yang dicapai

oleh siswa yang diberikan oleh guru selama mengikuti pelajaran Geografi

yang dapat dilihat dalam bentuk nilai atau angka yang dihasilkan setelah

mengerjakan tes atau tugas.

E. Definisi Operasional Variabel

Untuk mempermudah pengukuran di lapangan, maka konsep dalam penelitian

ini dapat dioperasionalkan yaitu:

1. Persepsi siswa tentang Kompetensi pedagogik guru (X1)

Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dapat diartikan sebagai

tanggapan atau pendapat seorang siswa tentang kemampuan seorang guru

dalam melaksanakan kewajibannya sebagi pentransfer ilmu . agar persepsi

siswa tentang kompetensi pedagogik guru tersebut baik, maka guru harus

meningkatkan kompetensi pedagogiknya, sebab kompetensi pedagogik

adalah kompetensi yang memiliki pengaruh terhadap siswa.

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal

10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang

(42)

Lebih lanjut dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik”. Dari pengertian tersebut, maka

indikator kompetensi pedagogik guru adalah:

1. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran, yang meliputi :

a. Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran,

b. Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, c. Merencanakan pengelolaan kelas,

d. Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran;

e. Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan

pengajaran.

2. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar, yang meliputi : a.Berkomunikasi dengan siswa

b.Sistematis dalam menjelaskan materi c.Menggunakan alat bantu/media

d.Memberikan umpan balik pada siswa

e.Mendorong siswa untuk akif didalam kelas f. Memotivasi semangat belajar

g.Menarik kesimpulan

3. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar, yang meliputi :

a. Memberikan uji blok untuk setiap kompetensi dasar b. Memberi soal / tes formatif

c. Memberikan soal pre/posttest

d. Memberikan remedial

e. Memberikan tugas mandiri dan tugas kelompok

Variabel persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru ini diukur

dengan menggunakan skor yang diperoleh dari hasil kuesioner pilihan ganda

yang berjumlah 15 butir, setelah itu dilakukan uji validitas instrument ke

non sampel, ternyata kesemuanya valid, hanya saja setelah melalukan

diskusi dengan guru mata pelajaran geografi mengenai kuisioner tersebut ,

maka penulis disarankan untuk merevisi kalimat pada beberapa soal agar

lebih mudah dipahami. Adapun tiap jawaban yang bersifat positif skornya 2.

(43)

total tertinggi adalah 30 dan skor total terendah adalah 15. Jumlah alternatif

jawaban untuk semua pertanyaan adalah 2 buah. Langkah berikutnya

menggolongkan tingkatan persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik

guru menurut kategori sebagai berikut: Tinggi dan rendah.

Rumus interval yang digunakan untuk menentukan kategori kompetensi

pedagogik menurut Soegyarto mangkuatmodjo (1997:37) menggunakan

kriterium strurgess yaitu:

Jadi, skor kompetensi pedagogik adalah:

24- 29 = kompetensi pedagogik tinggi 16-23= kompetensi pedagogik rendah

2. Motivasi Belajar (X2)

Menurut Sardirman (2000:73), motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah

pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendakioleh subyek belajar

dapat tercapai. Dari pengertian tersebut, maka indikator motivasi belajar

(44)

1. Motivasi Intrinsik

a. Keinginan memperoleh nilai yang baik

b. Keinginan memperoleh informasi

e. Dorongan guru,teman dan rang tua.

Variabel Motivasi belajar siswa ini diukur dengan menggunakan skor yang

diperoleh dari hasil kuesioner pilihan ganda yang berjumlah 15 butir, setelah

itu dilakukan uji validitas instrument ke non sampel,ternyata kesemuanya

valid. Adapun tiap jawaban yang bersifat positif skornya 2. Sedangkan

untuk jawaban yang bersifat negatif skornya 1. sehingga skor total tertinggi

adalah 30 dan skor total terendah adalah 15. Jumlah alternatif jawaban untuk

semua pertanyaan adalah 2 buah. Langkah berikutnya menggolongkan

tingkatan motivasi belajar siswa menurut kategori sebagai berikut: Tinggi

dan rendah.

(45)

Jadi, skor kompetensi pedagogik adalah:

24 - 29 = Motivasi belajar tinggi 16– 23= Motivasi belajar rendah

3. Prestasi Belajar (Y)

Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan guru (Tulus Tu’u,2004:75). Pada penelitian ini, prestasi belajar

Geografi diperoleh dari nilai hasil tes yang diperoleh dari pengambilan nilai

tes secara langsung oleh peneliti di kelas kelas XI IPS di SMA Negeri 2

Kotabumi semester ganjil TP 2009/2010.

Prestasi yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu nilai hasil TES

dengan kategori prestasi belajar geografi sebagai berikut:

Tabel 3. Kategori Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS 1 dan IPS 2 di SMA Negeri 2 Kotabumi Semester Ganjil TP 2009/2010.

No Prestasi Belajar Prestasi Belajar IPS

1. Rendah (0,0 – 6,4)

3. Tinggi (6,5 – 10)

Sumber: Dokumentasi peneliti tahun 2010

F. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk

penelitian ini, yaitu:

1. Teknik Dokumentasi

(46)

Dokumentasi digunakan untuk mendapat data yang sudah tersedia tentang

keadaan siswa dan keadaan umum sekolah mengenai sejarah berdirinya

SMA Negeri 2 Kotabumi.

2. Teknik Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006:127).

Instrument tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan

pencapaian atau prestasi. Di dalam penelitian digunakan jenis tes prestasi

yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah

mempelajari sesuatu. Tes prestasi ini diberikan setelah peserta telah

mempelajari hal-hal sesuai dengan yang akan diteskan. Bentuk tes yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu tes obyektif yang berjenis pilihan

ganda. Untuk mengetahui validitas dan reabilitas instrument yang akan

diteskan maka dilakukan uji coba instrument tes terlebih dahulu, setelah

diketahui kevaliditan dan kereliabelan instrument tes baru dilakukan tes.

Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengetahui prestasi siswa kelas

XII IPS di SMA NEGERI 2 Kotabumi.

3. Tehnik wawancara

(47)

Tehnik ini digunakan untuk mengetahui keadaan persepsi siswa mengenai

kompetensi pedagogik guru dan mengetahui bagaimana motivasi belajar

siswa kelas XI IPS di SMA NEGERI 2 Kotabumi. Pada saat penelitian

pendahuluan, penulis melakukan wawancara terhadap beberapa anak yang

hasil tesnya tidak memenuhi standar KKM, penulis mengajukan 6

pertanyaan yang terdiri dari 3 pertanyaan yang menyangkut persepsi siswa

tentang kompetensi pedagogik guru dan tiga pertanyaan yang menyangkut

motivasi belajar siswa yang melatarbelakangi skripsi ini.

4. Teknik Kuesioner

Dalam bukunya Suharsimi (2006 : 225) berpendapat bahwa kuesioner

adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang ia ketahui. Jenis kuesioner yang akan digunakan pada penelitian

ini adalah kuesioner tertutup, artinya jawaban sudah disediakan sehingga

responden tinggal memilih. Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk

mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah yang berkaitan

dengan responden. Uji coba kuesioner telah dilakukan pada hari senin

tanggal 14 Desember 2009 sebanyak 11 siswa yang merupakan populasi

dari kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Kotabumi dan jumlah kuesioner

sebanyak 30 butir pertanyaan. Dalam penelitian ini teknik kuesioner

digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai Persepsi siswa tentang

kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar siswa kelas XI IPS di

(48)

G. Uji Persyaratan Instrumen

Untuk memperoleh data yang lengkap, maka alat instrumen yang berupa

angket harus memenuhi 2 persyaratan dalam suatu alat penelitian, yaitu harus

valid dan reliabel. Untuk itu, alat instrumen harus diuji terlebih dahulu

dengan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrument yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid

berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto, 2006 :136).

Untuk mengukur validitas suatu instrument digunakan rumus Korelasi

Product Moment sebagai berikut :

N.XY – (X) (Y)

r

xy =

{N.X² - (X)²} {N.Y² - (Y)²}

Keterangan :

r

xy = Koefisien Korelasi

N = Jumlah Responden

X = Jumlah Skor Item

Gambar

Tabel 1. Distribusi Jumlah Siswa Berdasarkan Nilai Hasil Tes  pada
Gambar 1. Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik   Guru dan Motivasi Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa kelas XI IPS 1 dan IPS 2 SMA Negeri 2 Kotabumi Semester Ganjil TP 2009/2010
Tabel  2 : Perhitungan Besar Sampel Penelitian Siswa Kelas
Tabel 3. Interpretasi Nilai r

Referensi

Garis besar

Nn

Dokumen terkait

Fuzzifikasi merupakan proses mengubah variabel tegas menjadi variabel fuzzy [4]. Variabel ditentukan berdasarkan proses yang akan dilakukan. Himpunan fuzzy pada metode

bahwa di pasar ASEAN Indonesia tidak mengalami dampak negatif dari perdagangan bebas tersebut yang ditunjukkan oleh peningkatan pangsa pasar untuk produk tertentu. Namun

Dalam hal gubernur menyatakan hasil evaluasi Raperda sebagaimana dimaksud pada angka 1 telah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang

Penentuan karakter seleksi didapatkan bahwa karakter tinggi tanaman, jumlah gabah isi per malai, dan produktivitas dapat dijadikan sebagai karakter seleksi untuk padi sawah tadah

Secara umum, uraian di atas memberi gambaran bagi eksistensi preangerplanters sebagai keluarga atau kelompok orang kaya (baru) yang memiliki pengaruh di

Abstrak ─ Penelitian ini bertujuan untuk m engetahui pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan pendekatan ICARE

2.Terbitnya Permenkes No.1109/Menkes/ Per/ IX/ 2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Kedokteran Komplementer- Alternatif di fasilitas pelayanan

Grup Musik De Tradisi dan Sanggar Kulcapi Grup di Kabanjahe Kabupaten Karo sebagai seniman musik tradisional produktif yang telah bersedia diberikan sosialisasi serta