• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan prototipe buku cerita dan mewarnai tradisi Nglarung dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan prototipe buku cerita dan mewarnai tradisi Nglarung dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Pengembangan Prototipe Buku Cerita Dan Mewarnai Tradisi

Nglarung dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan

Veronica Renny Puspa Sari

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan tradisi nglarung dan diawali dengan melihat potensi dan masalah. Potensi dalam penelitian ini adalah tradisi nglarung memiliki nilai-nilai karakter kebangsaan. Peneliti melakukan wawancara kepada sembilan anak usia 8-9 tahun, masalah yang peneliti dapat anak-anak tidak memahami makna tradisi nglarung. Berdasarkan analisis kebutuhan kepada 28 anak di SD 1 Bantul, 89% anak menyebutkan bahwa mereka membutuhkan buku cerita. Peneliti mengembangkan prototipe buku cerita tradisi nglarung yang berkaitan dengan nilai pendidikan karakter kebangsaaan. Tujuannya untuk menjelaskan proses pengembangan dan mendeskripsikan kualitas dari prototipe tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) menggunakan enam langkah menurut Sugiyono, yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain dan (6) uji coba produk. Prototipe yang dihasilkan berbentuk buku cerita dan mewarnai dengan judul “Tradisi Nglarung” terdiri dari cover buku, kata

pengantar, 13 gambar rangkaian kegiatan tradisi nglarung, dan daftar pustaka. Prototipe tersebut divalidasi oleh seorang validator dengan nilai 4.9 sehingga sangat layak diujicobakan.

Uji coba terbatas dilakukan empat kali. Uji coba pertama dan kedua diujikan kepada 27 anak di Dusun Kauman, Klaten, Jawa Tengah. Uji coba ketiga diujikan kepada tiga anak di Dusun Kopenrejo, DIY. Uji coba keempat diujikan kepada 13 anak di Desa Grembyangan, Sleman, DIY. Setelah uji coba, peneliti mendapatkan data bahwa prototipe tersebut membantu anak untuk memahami tentang makna tradisi nglarung. Dari hasil uji coba prototipe terdapat 100% anak memahami tujuan tradisi nglarung untuk mengucap syukur, saling bergotong-royong, dan kebersamaan. Dengan demikian dapat dikatakan prototipe yang dikembangkan oleh peneliti selain membantu anak dalam memahami tradisi

nglarung juga dapat menanamkan nilai-nilai karakter kebangsaan.

Kata Kunci: pengembangan, buku cerita dan mewarnai, pendidikan karakter,

(2)

ix

ABSTRACT

The Development of Prototype Children Story and Coloring Book about

Nglarung in the Context of National Character Education

Veronica Renny Puspa Sari

Sanata Dharma University 2016

This research is a research-development project which related to nglarung tradition and begun with the existence of the potentials and problems. The potentials in nglarung is nglarung have the values of national character. The researcher did an interview with 8-9 years old children. The problem found is that the children do not understand the meaning of nglarung. Based on the need analysis of 28 children in SD 1 Bantul, 89% children say that they need a storybook. The researcher is

t

rying to develop prototype of nglarung which related to national character education. The purposes are to explain the process of development and describe the quality of the prototype.

This was research and development (R&D) which used six steps based on Sugiyono, namely (1) potential and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, and (6) product testing. The

prototype produced was in the form of a story and coloring book entitled “Tradisi Nglarung”. This prototype consisted of cover of the book, preface, 13 pictures

which showed the activities of nglarung, and bibliography. The prototype was validated by score 4.9, which meant that it was suitable to be tested.

The limited tests were done for four times. The first and second times were followed by 27 children in Dusun Kauman, Klaten. The third time was followed by three children in Dusun Kopenrejo, DIY. The fourth time was followed by 13 children in Desa Grembyangan, DIY. From the test results, all of the children know the purposes of nglarung such as to give thanks to God, work together, and strengthen togetherness. Therefore, it can be concluded that besides the product of this research can help the students in understanding nglarung, it can also build the values of national character.

Keywords: Development, Children Story and Coloring Book, Nglarung,

(3)

i

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA DAN MEWARNAI TRADISI NGLARUNG DALAM KONTEKS PENDIDIKAN KARAKTER

KEBANGSAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Veronica Renny Puspa Sari

121134029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, atas berkat dan kasihNya yang selalu

melimpah dalam hidupku.

2. Kedua orang tuaku, Bapak Y. Agung Suprihanto dan Ibu Clara Alberta

Wikansari yang selalu memberikan doa, motivasi, dan kasih.

3. Romo Charlie Pattrick Edward Burrows, OMI (Romo Carrolus Burrows, OMI)

yang selalu memberikan doa, motivasi, serta dukungan.

4. Setyo Ardiyan, Ambar, Angel, Laras, Siti, Nindya, dan Yuli yang selalu

mendukung dan memberi semangat.

5. Almamater tercinta, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Segala pihak yang terlibat yang membantu dan mendukung dalam setiap

proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa diucapkan satu

(7)

v MOTTO

Around here, however, we don't look backwards for very long. We keep moving forward,

opening up new doors and doing new things, because we're curious

and curiosity keeps leading us down new paths

– Walt Disney –

The mind is everything. What you think you become.

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

Pengembangan Prototipe Buku Cerita Dan Mewarnai Tradisi

Nglarung dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan

Veronica Renny Puspa Sari

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan tradisi nglarung dan diawali dengan melihat potensi dan masalah. Potensi dalam penelitian ini adalah tradisi nglarung memiliki nilai-nilai karakter kebangsaan. Peneliti melakukan wawancara kepada sembilan anak usia 8-9 tahun, masalah yang peneliti dapat anak-anak tidak memahami makna tradisi nglarung. Berdasarkan analisis kebutuhan kepada 28 anak di SD 1 Bantul, 89% anak menyebutkan bahwa mereka membutuhkan buku cerita. Peneliti mengembangkan prototipe buku cerita tradisi nglarung yang berkaitan dengan nilai pendidikan karakter kebangsaaan. Tujuannya untuk menjelaskan proses pengembangan dan mendeskripsikan kualitas dari prototipe tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) menggunakan enam langkah menurut Sugiyono, yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain dan (6) uji coba produk. Prototipe yang dihasilkan berbentuk buku cerita dan mewarnai dengan judul “Tradisi Nglarung” terdiri dari cover buku, kata pengantar, 13 gambar rangkaian kegiatan tradisi nglarung, dan daftar pustaka. Prototipe tersebut divalidasi oleh seorang validator dengan nilai 4.9 sehingga sangat layak diujicobakan.

Uji coba terbatas dilakukan empat kali. Uji coba pertama dan kedua diujikan kepada 27 anak di Dusun Kauman, Klaten, Jawa Tengah. Uji coba ketiga diujikan kepada tiga anak di Dusun Kopenrejo, DIY. Uji coba keempat diujikan kepada 13 anak di Desa Grembyangan, Sleman, DIY. Setelah uji coba, peneliti mendapatkan data bahwa prototipe tersebut membantu anak untuk memahami tentang makna tradisi nglarung. Dari hasil uji coba prototipe terdapat 100% anak memahami tujuan tradisi nglarung untuk mengucap syukur, saling bergotong-royong, dan kebersamaan. Dengan demikian dapat dikatakan prototipe yang dikembangkan oleh peneliti selain membantu anak dalam memahami tradisi

nglarung juga dapat menanamkan nilai-nilai karakter kebangsaan.

Kata Kunci: pengembangan, buku cerita dan mewarnai, pendidikan karakter,

(11)

ix

ABSTRACT

The Development of Prototype Children Story and Coloring Book about

Nglarung in the Context of National Character Education

Veronica Renny Puspa Sari

Sanata Dharma University 2016

This research is a research-development project which related to nglarung tradition and begun with the existence of the potentials and problems. The potentials in nglarung is nglarung have the values of national character. The researcher did an interview with 8-9 years old children. The problem found is that the children do not understand the meaning of nglarung. Based on the need analysis of 28 children in SD 1 Bantul, 89% children say that they need a storybook. The researcher is

t

rying to develop prototype of nglarung which related to national character education. The purposes are to explain the process of development and describe the quality of the prototype.

This was research and development (R&D) which used six steps based on Sugiyono, namely (1) potential and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, and (6) product testing. The prototype produced was in the form of a story and coloring book entitled “Tradisi Nglarung”. This prototype consisted of cover of the book, preface, 13 pictures

which showed the activities of nglarung, and bibliography. The prototype was validated by score 4.9, which meant that it was suitable to be tested.

The limited tests were done for four times. The first and second times were followed by 27 children in Dusun Kauman, Klaten. The third time was followed by three children in Dusun Kopenrejo, DIY. The fourth time was followed by 13 children in Desa Grembyangan, DIY. From the test results, all of the children know the purposes of nglarung such as to give thanks to God, work together, and strengthen togetherness. Therefore, it can be concluded that besides the product of this research can help the students in understanding nglarung, it can also build the values of national character.

Keywords: Development, Children Story and Coloring Book, Nglarung,

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan

limpahan kasih, rahmat, dan berkatNya, sehingga skripsi yang berjudul

Pengembangan Prototipe Buku Cerita dan Mewarnai Tradisi Nglarung dalam

Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan dapat peneliti selesaikan dengan baik.

Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyampaikan perhargaan dan ucapan terima kasih kepada semua

pihak yang telah banyak membantu serta memberikan motivasi dalam penyusunan

skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan kritik, saran, semangat, waktu, pikiran, dan tenaga untuk

membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

4. Wahyu Wida Sari, S.Si., M. Biotech., Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan kritik, saran, semangat, waktu, pikiran dan tenaga untuk

membimbing peneliti dalam menyelesaikan skrispi.

(13)
(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

2.1.1.3.1 Tata Cara Tradisi Nglarung ... 11

1. Kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan ... 11

2. Kegiatan-kegiatan pada saat pelaksanaan upacara nglarung ... 13

2.1.1.3.2 Nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi Nglarung... .. 14

2.1.2 Pendidikan Karakter Kebangsaan ... 15

2.1.2.1Arti Karakter ... 15

2.1.2.2Karakter Kebangsaan ... 16

(15)

xiii

2.1.3 Buku Cerita Anak ... 17

2.1.3.1Hakikat Buku Cerita Anak ... 17

2.1.3.2Macam-macam Bentuk Buku Cerita ... 18

2.1.3.3Tujuan Buku Cerita Anak ... 19

2.1.5.1Psikologi Perkembangan Anak... 21

2.1.5.2Tugas Perkembangan Anak Usia 8-9 tahun ... 22

2.2 Penelitian yang Relevan ... 23

2.3 Kerangka Berpikir ... 25

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN

3.3 Langkah-langkah Pengembangan ... 28

3.3.1 Potensi dan masalah ... 30

3.4 Instrumen Penelitian... 32

3.4.1 Intrumen pra-penelitian untuk anak ... 32

3.4.2 Intrumen validasi prototipe ... 32

3.4.3 Intrumen uji coba berupa refleksi untuk anak terhadap pemahaman tradisi nglarung melalui buku cerita dan mewarnai ... 32

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.6 Teknik Analisis Data ... 33

3.6.1Data kualitatif ... 33

3.6.2 Data Kuantitatif ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 35

4.1.1 Prosedur pengembangan prototipe buku cerita dan mewarnai ... 35

1. Potensi dan Masalah ... 35

2. Pengumpulan Data ... 37

3. Desain Prototipe ... 38

4. Validasi Prototipe ... 44

(16)

xiv

6. Uji Coba Prototipe ... 47

a. Uji coba prototipe di Dusun Kauman, Klaten ... 47

b. Uji coba produk di Dusun Kopenrejo, DIY ... 49

c. Uji coba produk di Desa Grembyangan, DIY ... 49

4.1.2 Deskripsi kualitas prototipe buku cerita dan mewarnai ... 50

4.2Pembahasan ... 51

a. Prototipe disusun untuk memfasilitasi anak memahami tradisi nglarung ... 51

b. Prototipe disusun dengan menonjolkan nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan di dalam tradisi nglarung ... 54

c. Prototipe disusun dala bentuk buku cerita dan mewarnai ... 55

d. Prototipe disusun sesuai dengan tahap perkembangan anak usia 8-9 tahun ... 56

4.3Kelebihan dan kelemahan prototipe ... 57

1. Kelebihan prototipe buku ... 57

2. Kelemahan prototipe buku ... 57

(17)

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.2.1 Penelitian yang Relevan ... 24 Bagan 3.3.1 Langkah-langkah Research and Development menurut Sugiyono ... 28 Bagan 3.3.2 Prosedur Pengembangan Buku Cerita dan Mewarnai

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skala Likert ... 34

Tabel 2. Hasil Rekap Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak ... 37

Tabel 3. Lembar Validasi Dosen ... 45

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sketsa Awal ... 39

Gambar 2. Sketsa Prtotipe Buku Cerita dan Mewarnai setelah Didesain oleh Ahli Desain Grafis ... 41

Gambar 3. Cover sebelum direvisi ... 46

Gambar 4. Cover setelah direvisi ... 46

Gambar 5. Hasil Refleksi Persepsi Anak ... 53

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

1.1 Surat Ijin Pra-Penelitian ... 64

1.2 Surat Ijin Uji Coba Prototipe Klaten ... 65

1.3 Surat Ijin Uji Coba Prototipe Sleman ... 66

Lampiran 2. Instrumen Penelitian 2.1 Instrumen Kuesioner Pernyataan Pra-Penelitian untuk Anak ... 67

2.2 Instrumen Uji Coba Prototipe berupa Refleksi Anak ... 68

Lampiran 3. Data Hasil Instrumen Penelitian 3.1 Data Kuesioner Pra-Penelitiam untuk Anak ... 70

3.2 Data Hasil Analisis Instrumen Pemahaman Anak tentang Tradisi Nglarung ... 71

Lampiran 4. Hasil Kreasi Anak Mewarnai Prototipe Buku Cerita ... 72

Lampiran 5. Hasil Refleksi Persepsi Anak tentang Tradisi Nglarung ... 74

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai (1) latar belakang masalah, (2)

rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi

prototipe yang dihasilkan, dan (6) definisi operasional.

1.1Latar Belakang Masalah

Budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sangatlah beragam, dimana

setiap budaya memiliki nilai-nilai kehidupan yang dapat dipelajari oleh warganya.

Salah satu bentuk kebudayaan di Indonesia, khususnya di Jawa adalah upacara

tradisional. Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan

kebudayaan (Purwadi, 2005:1). Dalam Sunjata (2013:76), Soepanto

mengungkapkan bahwa upacara adat Jawa merupakan suatu bentuk kegiatan

sosial yang melibatkan warga masyarakat di Jawa dengan tujuan untuk mencari

keselamatan secara bersama-sama. Salah satunya yaitu upacara atau tradisi

nglarung. Nglarung merupakan salah satu upacara tradisional yang ada di Jawa.

Namun, belum semua masyarakat Jawa memahami tradisi nglarung.

Nglarung berasal dari kata larung yaitu membuang sesuatu ke dalam air

(sungai atau laut). Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan tradisi nglarung

adalah memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa di satu tempat (Suyami,

2008:101). Tradisi nglarung merupakan salah satu kegiatan budaya yang sampai

sekarang masih diselenggarakan oleh masyarakat pendukungnya khususnya di

daerah Bantul. Tradisi tersebut pada umumnya dilakukan satu tahun sekali pada

(22)

2

kalender Jawa. Tujuan pelaksanaan upacara tersebut sebagai ungkapan syukur

kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang telah dilimpahkan

berupa melimpahnya hasil tangkapan ikan, disamping bentuk persembahan

kepada penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul (Sunjata, 2013:117). Kanjeng

Ratu Kidul merupakan tokoh mitos yang dipercaya masyarakat sebagai penguasa

laut selatan.

Peneliti melakukan wawancara kepada 9 anak usia 8-9 tahun ditiga kota

yang berbeda yaitu Yogyakarta, Purworejo dan Pekalongan. Tiga kota tersebut

peneliti pilih untuk mencari data awal tentang pemahaman anak di daerah pantai

dan pertanian tentang tradisi nglarung. Dari hasil wawancara tersebut peneliti

mendapat informasi bahwa mereka tidak memahami tradisi nglarung.

Memprihatinkan bila anak-anak sekarang tidak mengetahui nilai-nilai yang

terkandung dalam tradisi nglarung sebab mengandung nilai gotong royong, nilai

etos kerja, dan nilai ketaqwaan. Apabila disoroti dalam konteks pendikan karakter

kebangsaan, nilai gotong royong dan etos kerja memiliki kaitan dengan olah rasa

dan karsa. Nilai ketaqwaan memiliki kaitan dengan olah hati.

Pada tanggal 23 November 2015, peneliti membagikan kuesioner kepada

28 anak kelas III di SD 1 Bantul. Dari kuesioner tersebut didapat data bahwa: (1)

39% anak tidak memahami bahwa setelah membersihkan lingkungan, nelayan

bergotong royong memasang tenda di tepi pantai, (2) 39% anak tidak memahami

bahwa pada tradisi nglarung, para nelayan merefleksikan diri untuk menambah

motivasi nelayan dalam mengarungi kehidupan, (3) 29% anak tidak memahami

(23)

3

dan (4) 89% anak memerlukan buku tentang tradisi nglarung sebaiknya berupa

buku cerita dan mewarnai.

Berdasarkan persentase data tersebut peneliti mencoba mengembangkan

prototipe buku cerita anak tentang tradisi nglarung dalam konteks pendidikan

karakter kebangsaan. Buku tersebut berupa buku cerita dan mewarnai yang dapat

digunakan oleh anak untuk mengenal budaya Jawa, khususnya nglarung. Tujuan

dari buku cerita anak diantaranya yaitu (a) dapat membuat anak menjadi

terinspirasi, (b) membantu anak dalam perkembangan apresiasi kultural, (c)

memperluas pengetahuan anak, (d) menimbulkan kesenangan tersendiri bagi anak,

(e) mengembangkan imajinasi bagi anak, dan (f) dapat memotivasi anak untuk

lebih banyak menggali lliteratur. Sedangkan melalui kegiatan mewarnai

anak-anak diberi kebebasan memilih dan memadukan warna. Anak juga dapat

meningkatkan kemampuan fisik motorik halusnya. Hal ini dikarenakan melalui

kegiatan mewarnai gambar, akan melatih otot-otot jemari anak dan meningkatkan

konsentrasi anak terhadap suatu objek yang sedang diperhatikan oleh anak.

Hampir setiap anak gemar mewarnai, karena pada usia 3-9 tahun, anak mulai

mengekspresikan dunianya melalui kata-kata dan gambar (Murdiani,

2010:107-109)

Prototipe berupa buku cerita dan mewarnai dengan judul “Tradisi

Nglarung” bertujuan untuk membantu anak memahami tradisi nglarung dan

menanamkan nilai-nilai karakter kebangsaan. Buku cerita dan mewarnai tersebut

diperkuat dengan 13 gambar rangkaian kegiatan tradisi nglarung yang bisa

(24)

4

Prototipe Buku Cerita Anak Tradisi Nglarung dalam Konteks Pendidikan

Karakter Kebangsaan”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti menyusun rumusan

masalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana langkah-langkah pengembangan prototipe buku cerita dan

mewarnai tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter

kebangsaan?

1.2.2 Bagaimana kualitas prototipe buku cerita dan mewarnai dapat membantu

anak memahami tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter

kebangsaan?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengembangan buku cerita dan mewarnai tradisi

nglarung adalah sebagai berikut:

1.3.1 Menjelaskan langkah-langkah pengembangan prototipe buku cerita dan

mewarnai tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

1.3.2 Mendeskripsiskan kualitas prototipe buku cerita dan mewarnai dapat

membantu anak memahami tradisi nglarung dalam konteks pendidikan

(25)

5 1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1.4.1 Anak

Membantu anak usia 8-9 tahun dalam memahami makna tradisi nglarung

yang berisi nilai-nilai yang berkaitan dengan olah hati, olah pikir, olah

raga, olah rasa dan karsa.

1.4.2 Peneliti

Membantu peneliti untuk menuangkan ide mengembangkan prototipe

dalam upaya melestarikan tradisi nglarung.

1.4.3 Masyarakat Jawa

Mengajak masyarakat untuk tetap memiliki kebiasaan menjalankan tradisi

nglarung, karena mampu membuat masyarakat untuk selalu mengucap

syukur kepada Tuhan atas rejeki dan keselamatan, mencintai kebersamaan,

menjaga kebersihan, bersedia bergotong royong, dan kegigihan (best

practice)

1.5Spesifikasi Prototipe

Spesifikasi prototipe yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

1. Prototipe berupa buku cerita dan mewarnai berjudul “Tradisi Nglarung

2. Prototipe buku cerita dan mewarnai terdiri dari cover, kata pengantar, 13

gambar, dan daftar kepustakaan.

(26)

6

4. Prototipe buku cerita dan mewarnai terdiri dari 13 gambar rangkaian kegiatan

tradisi nglarung yang dapat membantu anak untuk memahami tradisi nglarung

dan menanamkan karakter kebangsaan.

5. Prototipe buku cerita dan mewarnai dapat membantu anak menyalurkan

kreativitasnya dalam hal mewarnai.

1.6Definisi Operasional

1.6.1 Prototipe

Merupakan bentuk asli dari produk yang akan dikembangkan dan bersifat

representatif.

1.6.2 Buku Cerita Anak

Merupakan cerita yang disajikan untuuk anak dan menggunakan cara

pandang anak dalam menggambarkan pengalamannya.

1.6.3 Tradisi Nglarung

Merupakan kegiatan budaya Jawa yang masih dilakukan oleh masyarakat

sekitar pantai dengan cara menghanyutkan sesaji ke tengah laut sebagai

bentuk ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

1.6.4 Pendidikan Karakter Kebangsaan

Merupakan kegiatan terencana untuk mewujudkan peserta didik yang

(27)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai (1) landasan teori, (2)

penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir dan (4) pertanyaan penelitian. Hal

tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

2.1Landasan Teoritis

Landasan teoritis merupakan pedoman yang digunakan oleh peneliti dalam

mengembangkan prototipe buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung. Teori-teori

yang digunakan merupakan definisi dan hasil analisa ahli. Hal tersebut akan

diuraikan sebagai berikut.

2.1.1 Tradisi Jawa

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengertian tradisi Jawa,

macam-macam tradisi Jawa, dan tradisi nglarung.

2.1.1.1Pengertian Tradisi Jawa

Tradisi Jawa atau upacara adat Jawa merupakan salah satu hasil budaya

Jawa yang masih dipertahankan keberadaannya sampai saat ini, karena upacara

adat merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi

berikutnya, dengan dilestraikannya suatu tradisi, maka generasi penerus bisa

mengetahui warisan budaya luhur (Sunjata, 2013:73). Soepanto dalam Sunjata

(2013:76) mengungkapkan bahwa upacara adat Jawa merupakan suatu bentuk

(28)

8

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tradisi Jawa

merupakan kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi selanjutnya

agar budaya yang dimiliki tidak luntur seiring perkembangan jaman.

2.1.1.2Macam-macam Tradisi Jawa 1. Nglarung

Nglarung berasal dari kata larung yaitu membuang sesuatu ke

dalam air (sungai atau laut). Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan

tradisi nglarung adalah memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa di

satu tempat (Suyami, 2008:101). Tradisi tersebut pada umumnya

dilakukan satu tahun sekali pada bulan Sura (Sunjata, 2013:75). Bulan

Sura merupakan bulan pertama menurut kalender Jawa. Dalam tradisi

nglarung terdapat nilai-nilai kebudayaan yang sesuai dengan nilai

pendidikan karakter kebangsaan.

2. Ruwatan

Menurut, Herawati (2010:3) ruwatan adalah tradisi ritual Jawa

sebagai sarana pembebasan dan penyucian atas kesalahan dan dosa

manusia yang bisa membawa bahaya, kesialan, dan pengaruh jahat di

dalam hidupnya. Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional khususnya

di wilayah Yogyakarta yang dilakukan sebagai upaya pembebasan diri

seseorang dari sukerta (sakit, kesialan, pengaruh jahat) yang dianggap

(29)

9

3. Nyadran

Upacara tradisi nyadran adalah rangkaian upacara adat yang sudah

menjadi tradisi masyarakat Jawa dan biasa dilakukan pada bulan Ruwah

menjelang bulan puasa (Herawati, 2010: 25). Tradisi ini dilakukan pada

tanggal 15 Ruwah (pembukaan nyadran), 17 Ruwah (Sadranan Pitulasan),

21 Ruwah (Sadranan Slikuran), 23 Ruwah (Sadranan Telulikuran), dan 25

Ruwah (Sadranan Penutup/Sadranan Slawean). Tujuannya adalah

mengingatkan pada kematian, hidup hanya mampir minum, dan kuburan

adalah rumah masa depan kita yang sesungguhnya (nilai berempati dan

nilai ketuhanan), menggambarkan betapa penting kita belajar untuk akrab

dengan kematian (nilai reflektif) dan juga bisa menyehatkan jiwa dan

kesadaran kita (nilai kesehatan) karena adanya kekuatan psikologis untuk

meneguhkan kembali jati diri dan identitas kita sebagai manusia (nilai

kemanusiaan) (Prasetyo, 2010:6).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tradisi nyadran

adalah upacara adat masyarakat Jawa yang dilakukan pada bulan Ruwah

menjelang bulan puasa yang bertujuan mengingatkan kita pada kematian.

4. Mitoni (Tujuh Bulanan)

Dalam tradisi Jawa mitoni merupakan rangkaian upacara yang saat

ini masih dilakukan oleh sebagian masyarakat jawa. Upacara mitoni

merupakan suatu upacara yang dilakukan pada seorang perempuan yang

hamil dan dilakukan pada saat usia kandungan menginjak tujuh bulan.

(30)

10

mengandung senantiasa memperoleh perlindungan dan keselamatan.

Upacara yang dilakukan pada saat mitoni antara lain siraman,

memasukkan telor ayam kampung ke dalam kain dari calon ayah ke calon

ibu, ganti busana, memasukkan kelapa gading, memutus lilitan lawe/lilitan

benang/janur, memecahkan periuk dan gayung, minum jamu sorongan,

dan nyolong endhog (Yana, 2012:50).

Dari pengertian tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa mitoni

merupakan salah satu tradisi Jawa yang digunakan untuk mendoakan ibu

dan calon bayinya agar sehat dan selalu dalam lindunganNya sampai lahir

di bumi.

Dari beberapa tradisi Jawa yang sudah dijelaskan, peneliti memilih tradisi

nglarung untuk diteliti secara lebih mendalam karena tradisi nglarung memiliki

nilai-nilai budaya yang harus diketahui oleh anak-anak generasi penerus bangsa.

2.1.1.3Tradisi Nglarung

Nglarung merupakan salah satu upacara tradisional yang ada di Jawa.

Nglarung berasal dari kata larung yaitu membuang sesuatu ke dalam air (sungai

atau laut). Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan tradisi nglarung adalah

memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa di suatu tempat (Suyami, 2008:

101). Tradisi nglarung merupakan salah satu kegiatan budaya yang sampai

sekarang masih diselenggarakan oleh masyarakat pendukungnya khususnya di

daerah Bantul. Tradisi tersebut pada umumnya dilakukan satu tahun sekali pada

bulan Sura (Sunjata, 2013:75). Bulan Sura merupakan bulan pertama menurut

(31)

11

nglarung merupakan tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat Jawa

khususnya di daerah pesisir pantai dengan melarung sesaji ke laut agar

memperoleh rejeki dan keselamatan. Tujuan pelaksanaan upacara tersebut sebagai

ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang telah

dilimpahkan berupa melimpahnya hasil tangkapan ikan, disamping bentuk

persembahan kepada penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul (Sunjata, 2013:

117). Kanjeng Ratu Kidul merupakan tokoh mitos yang dipercaya masyarakat

sebagai penguasa laut selatan.

2.1.1.3.1 Tata Cara Tradisi Nglarung

Tradisi nglarung dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada bulan Suro.

Tradisi tersebut berlangsung dua tahap tata cara, yaitu kegiatan-kegiatan yang

bersifat persiapan dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan upacara (Purwadi, 2005:86).

1. Kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan

Kegiatan yang bersifat persiapan adalah kegiatan yang dilakukan

sebelum upacara tradisi nglarung dimulai. Pamong desa bertugas sebagai

penanggung jawab acara bertugas menyiapkan tempat dan tenda untuk

menampung pengunjung yang datang pada saat pelaksanaan tradisi

nglarung serta menyiapkan pertunjukkan dan sebagainya. Pamong desa

memimpin warga yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai

nelayan untuk membersihkan dan mendirikan tenda di sekitar lingkungan

pantai. Warga lain saling melakukan pemberitahuan antar sesama warga

dan mengingatkan bahwa kegiatan nglarung sudah semakin dekat.

(32)

12

mereka yang nantinya akan digunakan untuk membawa sesaji yang akan

dilarung.

Masyarakat nelayan dan warga sekitar dengan suka rela

menyumbang bahan-bahan sesaji, baik yang berupa hewan kurban maupun

bumbu masak dan peralatan untuk keperluan upacara nglarung. Isi dari

sesaji yang akan dilarung antara lain beras dan beras ketan (yang

kemudian diolah menjadi jenang dan nasi tumpeng), kelapa, gula pasir,

kopi, teh, daun sirih, tembakau, pinang, injet, gambir, ayam, kerbau,

kambing, seikat kayu bakar, bunga-bunga, sayuran, dan bumbu masak.

Setiap sesaji dalam tradisi nglarung memiliki makna tersendiri.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai makna dari sesaji, antara lain

(1) Pisang sanggan, sebagai lambang bahwa raja dan ratu adalah yang

tertinggi, dalam tradisi sedekah laut ini pisang sanggan mempunyai

makna sebagai lambang raja atau ratu penguasa laut selatan. (2)

Ambengan (nasi ambeng), sebagai lambang permohonan keselamatan dari

Yang Maha Agung. (3) Ingkung ayam, diletakkan di atas nasi wudhuk.

Ingkung ayam dimaksudkan untuk menyucikan penduduk atau warga

daerah setempat atas kesalahan-kesalahan yang diperbuat baik disengaja

atau tidak. (4) Alat kecantikan dan pakaian wanita, melambangkan

kesukaan wanita dalam berdandan, sesaji alat kecantikan dan pakaian

wanita dipersembahkan untuk Kanjeng Ratu Kidul. (5) Bunga, sebagai

lambang permohonan dan keharuman. (6) Jenang merah, dibuat dari beras

(33)

13

agar memberi maaf kepada putra-putranya. Sedangkan warna merah

melambangkan keberanian para nelayan dalam mengarungi lautan. (7)

Jajan pasar, melambangkan pengharpan masyarakat selalu mendapatkan

berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. (8) Nasi tumpeng, sebagai ucapan

terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. (9) Hasil pertanian berupa

buah-buahan melambangkan kemakmuran yang dilimpahkan Tuhan

kepada warga masyarakat. (10) Kepala kerbau, melambangkan kebodohan.

Dalam tradisi nglarung, kepala kerbau dilarung agar nelayan dijauhkan

dan dihilangkan dari kebodohan. Setelah menyumbang bahan-bahan

sesaji, warga melakukan kegiatan selanjutnya.

Kegiatan persiapan selanjutnya yaitu malam tirakat. Kegiatan ini

berlangsung pada malam hari sebelum kegiatan nglarung dilaksanakan

pada keesokan harinya. Dimalam ini masyarakat nelayan dan warga

berbincang-bincang dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar

upacara nglarung berjalan dengan lancar dan tidak ada halangan. Doa

dipimpin oleh pemimpin upacara nglarung hingga fajar menyingsing.

2. Kegiatan-kegiatan Pada saat Pelaksanaan Upacara Nglarung

Pemimpin upacara nglarung membakar kemenyan sebagai tanda

bahwa kegiatan memasak dan menyiapkan sesaji dimulai. Masyarakat

nelayan dan warga secara bergotong royong menyiapkan sesaji antara lain

menyembelih korban (ayam, kerbau, dan kambing) kemudian memasak

(34)

14

sesaji. Mereka bekerja sama dengan penuh tanggung jawab, sehingga

semua kegiatan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Kegiatan selanjutnya yaitu sambutan secara resmi oleh Pemerintah

DaTi II Kabupaten yang kemudian dilanjutkan dengan mendoakan sesaji

oleh pemimpin upacara nglarung. Pemimpin upacara dan masyarakat

membakar kemenyan dan memanjatkan doa di depan sesaji, memohon

agar sesaji diterima oleh Kanjeng Ratu Kidul serta agar diberi keselamatan

dan murah rejeki.

Para nelayan mulai menggotong sesaji dan menaikkan sesaji ke

atas perahu setelah kegiatan doa selesai. Masyarakat dan pengunjung

mempersiapkan diri di tengah laut untuk berebut sesaji. Pemimpin upacara

menunjuk tempat untuk menggulingkan sesaji yang akan dilarung

kemudian diperebutkan oleh masyarakat. Mereka percaya bahwa dengan

memperebutkan sesaji akan menambah rejeki dan mampu mengobati

penyakit.

2.1.1.3.2 Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi nglarung

Tradisi Nglarung mengandung nilai-nilai budaya. Hal ini juga

diungkapkan oleh Sunjata (2013:110-112) bahwa dalam pelaksanaan upacara adat

nglarung mengandung nilai-nilai budaya antara lain: (a) nilai gotong royong,

tercermin mulai dari persiapan sampai akhir upacara melibatkan banyak orang; (b)

nilai etos kerja, menjadi salah satu bentuk pemacu motivasi dalam bekerja atau

etos kerja bagi masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan; (c) nilai

(35)

15

rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah

dilimpahkanNya, selain itu juga untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan

dalam mengarungi hidup ini. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi nglarung

memiliki kaitan dengan karakter kebangsaan. Nilai gotong royong dan nilai etos

kerja berkaitan dengan olah rasa dan karsa. Nilai ketaqwaan kepada Sang Pencipta

berkaitan dengan olah hati.

2.1.2 Pendidikan Karakter Kebangsaan

Berikut akan dijelaskan mengenai arti karakter, karakter kebangsaan, dan

pendidikan karakter kebangsaan.

2.1.2.1Arti Karakter

Koesoema (2007) mengungkapkan bahwa kata karakter berasal dari kata

bahasa Latin kharakter, kharassein, dan kharax yang berarti dipahat. Berkarakter

artinya mempunyai watak atau berkepribadian. Menurut Kementerian Pendidikan

Nasional (2010), interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter

masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa

hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang.

Menurut Kesuma (2011:11) karakter merupakan suatu nilai yang diwujudkan

dalam bentuk perilaku kepada anak. Sedangkan menurut Samani dan Hariyanto

(2013:41-42) mengungkapkan bahwa karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan

berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam

lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Karakter adalah perilaku

(36)

16

Indonesia (2010:07), karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai

kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik

terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam

perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah

raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter

merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai,

kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan

tantangan.

2.1.2.2Karakter Kebangsaan

Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas

baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku

berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa,

serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia

akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang

tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa

dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD

1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen

terhadap NKRI (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:07).

2.1.2.3Pendidikan Karakter Kebangsaan

Pendidikan karakter kebangsaan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan

peserta didik guna pembangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang khas-baik

(37)

17

dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian yakni olah hati, olah pikir,

olah raga, serta olah rasa dan karsa. Yang pertama adalah olah hati, berkenaan

dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan. Kedua olah pikir, berkenaan

dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis,

kreatif, dan inovatif. Ketiga olah raga, berkenaan dengan proses persepsi,

kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportifitas.

Serta yang keempat adalah olah rasa dan karsa, berkenaan dengan kemauan dan

kreativitas yang tercernin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan

(Pemerintah Republik Indonesia, 2010:28). Semua nilai tersebut akan mudah

dipahami oleh anak apabila disajikan dalam bentuk buku cerita anak.

2.1.3 Buku Cerita Anak

Berikut ini akan dijelaskan mengenai hakikat buku cerita anak,

macam-macam bentuk buku cerita, dan tujuan buku cerita.

2.1.3.1Hakikat Buku Cerita Anak

Hardjana (2006:02-03) mengungkapkan bahwa cerita anak adalah cerita

yang ditujukan untuk anak-anak, dan bukan cerita tentang anak. Dalam buku

cerita anak yang menjadi tokoh tidak harus terdiri dari anak, melainkan apa saja

atau siapa saja dapat dijadikan tokoh/pelaku dalam sebuah cerita tersebut. Orang

tua, kakek, nenek, pak guru, mahasiswa, anak remaja, binatang, bahkan peri atau

makhluk halus boleh menjadi tokoh cerita.

Kurniawan (2013:18) mengungkapkan cerita anak adalah cerita yang

(38)

18

sehari-hari, maka pengalaman itu harus ditulis dengan menggunakan sudut

pandang anak. Jika cerita adalah gambaran sehari-hari, maka gambaran kehidupan

itu harus ditulis dengan sudut pandang anak.

Dari pengertian menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa buku cerita

anak merupakan cerita yang ditujukan untuk anak dimana tokoh yang terdapat

dalam cerita tersebut bisa apa saja atau siapa saja dan disajikan menggunakan cara

pandang anak.

2.1.3.2Macam-macam Bentuk Buku Cerita

Dalam mengarang buku cerita anak dapat menggunakan bentuk atau

wadah: cerita pendek, novelet dan novel. Dalam ilmu kesusastraan ketiga bentuk

cerita tadi disebut fiksi. Kata fiksi yang dalam bahasa Inggris dinamakan fiction

diturunkan dari bahasa latin fictio yang berarti: membentuk, membuat,

mengadakan, menciptakan (Tarigan dalam Hardjana, 2006:4). Cerita fiksi adalah

cerita yang dibentuk, cerita yang dibuat, cerita yang diadakan atau yang

diciptakan. Itulah sebabnya cerita fiksi juga disebut sebagai cerita rekaan. Selain

fiksi ada juga cerita nonfiksi, kalau fiksi berdasar khayalan atau tidak nyata

sedangkan non fiksi merupakan nyata.

Menurut Hardjana (2006:5) perbedaan utama antara fiksi dengan nonfiksi

terletak dalam tujuan. Maksud dan tujuan narasi nonfiksi adalah untuk

menciptakan kembali sesuatu yang telah terjadi secara aktual. Karena itu dengan

kata lain dapat dikatakan sebagai berikut: (1) narasi nonfiksi mulai dengan

(39)

19

fiksi mulai dengan mengatakan: seandainya semua ini fakta, maka beginilah yang

akan terjadi.

2.1.3.3Tujuan Buku Cerita

Buku cerita anak memiliki tujuan yang berguna bagi anak-anak. Berikut

ini adalah tujuan dari buku cerita anak, (a) dengan buku cerita dapat membuat

anak menjadi terinspirasi, (b) membantu anak dalam perkembangan apresiasi

kultural, (c) memperluas pengetahuan anak, (d) menimbulkan kesenangan

tersendiri bagi anak, (e) mengembangkan imajinasi anak, dan (f) dapat

memotivasi anak untuk lebih banyak menggali literatur (Raines, 2002:vii). Buku

cerita anak akan lebih terlihat menarik bagi anak jika penyajiannya dikemas dalam

bentuk mewarnai gambar.

2.1.4 Media Gambar dan Mewarnai

Berikut ini peneliti akan menjelaskan mengenai pengertian media, media

gambar dan mewarnai gambar.

2.1.4.1Pengertian Media

Arsyad (2011:3) mengungkapkan bahwa, kata media berasal dari bahasa

latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam

bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada

penerima pesan. Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2011), apabila

dipahami secara garis besar media adalah manusia, materi dan kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini yang dimaksud media adalah guru,

(40)

20

mengungkapkan bahwa media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu

sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Sedangkan

menurut Smaldino (2008) (dalam Anitah, 2010:05) mengatakan bahwa media

adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi. Berasal dari bahasa Latin

yang berarti antara menunjuk pada segala sesuatu yang membawa informasi

antara sumber dan penerima pesan.

2.1.4.2Media Gambar

Menurut Sumanto (2005:05) menggambar merupakan suatu perbuatan

seseorang dalam usahanya untuk mengungkapkan buah pikiran, sehingga

bermakna visual pada suatu bidang dan hasilnya disebut gambar. Media gambar

memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media gambar

dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Gambar dapat pula

menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan dengan isi materi

pelajaran dengan dunia nyata (Sari, 2010:27). Pendapat yang sama dipaparkan

oleh Nur’aini (2010:12) menyatakan bahwa alam pikir anak adalah gambar.

Dengan kata lain, bahasa alam pikir anak adalah bahasa gambar. Semua informasi

yang dia terima, akan dia pikirkan di alam pikirannya dalam bentuk konkret,

bentuk yang sesuai dengan pemikirannya sendiri.

Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan media gambar adalah anak

dapat memahami isi gambar, sehingga anak lebih termotivasi dan lebih tertarik

untuk membaca dan mengetahui isi cerita bergambar (Sari, 2010:28).

(41)

21

Mewarnai gambar adalah kegiatan yang memberikan kesempatan kepada

anak melaksanakan tugas mewarnai gambar. Metode pemberian tugas mewarnai

gambar sangat berguna untuk peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak.

Hal ini dikarenakan melalui kegiatan mewarnai gambar, akan melatih otot-otot

jemari anak dan meningkatkan konsentrasi anak terhadap suatu objek yang sedang

diperhatikan oleh anak (Murdiani, 2010:108-109). Dengan mewarnai

gambar-gambar akan membantu anak untuk bernalar secara logis karena gambar-gambar-gambar-gambar

yang disajikan merupakan gambaran nyata dari kegiatan yang dilakukan

disekitarnya. Hal ini sesuai dengan tahap perkembangan anak seperti yang

diungkapkan oleh Piaget.

2.1.5 Perkembangan Anak Usia 8-9 tahun

Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan tentang psikologi perkembangan

anak, dan tugas perkembangan anak usia 8-9 tahun.

2.1.5.1Psikologi Perkembangan Anak

Santrock (2011:27-28) menyatakan bahwa anak-anak secara aktif

membangun pemahaman mereka mengenai dunia dan melalui empat tahap

perkembangan kognitif. Empat tahap perkembangan kognitif menurut Piaget: (1)

tahap sensorimotor (0-2 tahun), dalam tahap ini bayi membangun pemahaman

mengenai dunianya dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris

dengan tindakan fisik dan motorik. (2) tahap praoperasinal (2-7 tahun), dalam

tahap ini anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar. (3)

(42)

22

operasi yang melibatkan objek-objek dan juga dapat bernalar secara logis dan

diterapkan dengan contoh-contoh yang konkret. (4) tahap operasional formal

(11-15 tahun), dalam tahap ini individu melampaui pengalaman-pengalaman konkret

dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Dalam penelitian ini, peneliti akan

membahas perkembangan anak usia 8-9 tahun yang berada pada tahap

operasional. Djiwandono (2002:73) mengemukakan bahwa anak-anak yang

berada pada tahap operasional konkrit umumnya mampu berpikir logis, mampu

konkrit memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga dapat

menghubungkan dimensi ini satu sama lain, kurang egosentris, dan belum bisa

berpikir abstrak.

2.1.5.2Tugas Perkembangan Anak Usia 8-9 tahun

Anak usia 8-9 tahun masuk dalam kategori tahap perkembangan anak usia

6-12 tahun menurut Yusuf (2009:69) sebagai berikut: Pertama, belajar

memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan permainan. Kedua, belajar

membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.

Ketiga, belajar bergaul dengan teman-teman sebaya. Anak mulai belajar

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang disekitarnya. Keempat,

belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. Kelima, belajar

ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Anak-anak mulai

bersekolah karena dianggap sudah mampu untuk memperoleh ketrampilan dasar

membaca, menulis, dan berhitung. Keenam, belajar mengembangkan konsep

sehari-hari. Konsep yang diperoleh anak semakin bertambah. Konsep-konsep itu

(43)

23

dan sebagainya. Ketujuh, mengembangkan kata hati. Kedelapan, belajar

memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi. Kesembilan, mengembangkan sikap

yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga.

2.2Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan

terdahulu. Adapun penelitian tersebut adalah:

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Dicky Reza Romadhon (2013)

dengan judul “Menelisik Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Upacara Tradisi Larung

Sesaji di Telaga Sarangan Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan”. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai kearifan lokal dalam upacara tradisi

Larung Sesaji di Telaga Sarangan, Desa Sarangan, Kecamatan Plaosan,

Kabupaten Magetan. Dari penelitian peneliti dapat menyimpulkan nilai-nilai

kearifan lokal yang terkandung dalam upacara tradisi Larung Sesaji.

Penelitian kedua dilakukan oleh Mercia Berlian Anggara (2014) dengan

judul “Perancangan Buku Cerita Bergambar Interaktif Pendikan Karakter Untuk

Anak Usia 4-6 tahun”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana menciptakan

buku cerita bergambar interaktif yang mengandung pendidikan karakter untuk

anak usia 4-6 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menumbuhkan minat anak

dalam hal membaca buku, membuat anak merasa senang ketika berlajar dan

membaca, serta membuat anak paham akan nilai integritas secara sederhana yang

(44)

24

Dari dua penelitian sebelumnya, peneliti mendapatkan inspirasi: (1)

berkaitan dengan nilai-nilai kearifan lokal dalam upacara tradisi Larung Sesaji

adalah nilai religi, nilai kekerabatan, nilai rendah hari, dan nilai simbolik. Peneliti

mendapat masukan tentang nilai yang terkandung dalam tradisi larung sesaji. (2)

berdasarkan penelitian tentang menciptakan buku cerita bergambar interaktif yang

mengandung pendidikan karakter, peneliti mendapat masukan untuk membuat

sebuah buku cerita dan mewarnai.

Apabila dibuat dalam bentuk skema, maka konsepnya adalah sebagai

berikut:

“Menelisik Nilai – Nilai Kearifan Lokal dalam Upacara Tradisi Larung Sesaji Di Telaga Sarangan Desa Sarangan Kecamatan

Plaosan Kabupaten Magetan”

“Menciptakan buku cerita bergambar interaktif yang mengandung pendidikan

karakter”

Nilai–nilai kearifan lokal yang terkandung dalam upacara Larung Sesaji adalah nilai religi, nilai kekerabatan, nilai rendah hati,

nilai keindahan dan nilai simbolik

Menghasilkan media buku cerita bergambar interaktif yang mengandung pendidikan

karakter untuk anak usia 4-6 tahun.

(45)

25 2.3Kerangka Berpikir

Berdasarkan ide dari Dicky Reza Romadhon tentang nilai-nilai kearifan

lokal dalam upacara tradisi Larung Sesaji dan dari Mercia Berlian Anggara

tentang media buku cerita bergambar menginspirasi peneliti untuk

mengembangkan prototipe buku cerita dan mewarnai.

Prototipe yang peneliti kembangkan berupa buku cerita dan mewarnai

dengan judul “Tradisi Nglarung”. Prototipe buku cerita dan mewarnai tersebut

dapat dijadikan sarana pembelajaran bagi anak untuk memahami makna tradis

nglarung dan menanamkan nilai-nilai karakter kebangsaan.

Prototipe berisi 13 rangkaian cerita bergambar tentang tradisi nglarung

serta daftar kepustakaan yang berkaitan dengan tradisi nglarung. Gambar-gambar

yang terdapat dalam prototipe buku cerita dan mewarnai dapat diwarnai oleh anak

usia 8-9 tahun.

2.4Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana langkah-langkah penyusunan prototipe buku cerita dan

mewarnai tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter

kebangsaan?

2. Bagaimana kualitas prototipe buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung

(46)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai (1) jenis penelitian, (2) setting

penelitian, (3) prosedur pengembangan, (4) instrumen penelitian, (5) teknik

pengumpulan data, dan (6) teknik analisis data.

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian dan pengembangan, yang

dikenal dengan R&D (Research and Development). Research and Development

merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu (Sugiyono, 2012:297).

Penelitian ini akan mengembangkan sebuah prototipe buku cerita dan mewarnai

tradisi nglarung untuk anak usia 8-9 tahun dalam konteks pendidikan karakter

kebangsaan.

3.2Setting Penelitian

Berikut ini akan dijelaskan yang termasuk dalam setting penelitian,

meliputi tempat penelitian, subyek penelitian, objek penelitian dan waktu

penelitian.

3.2.1 Tempat Penelitian

Peneliti melakukan wawancara pra-penelitian di Prambanan, Pekalongan

dan Purworejo, penyusunan prototipe dilakukan di Lab. IPA Universitas Sanata

Dharma, dan pembagian kuesioner dilakukan di SD 1 Bantul. Uji coba prototipe

(47)

27

Klaten, Jawa Tengah. Uji coba prototipe yang ketiga dilaksanakan di Dusun

Kopenrejo, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Uji

coba prototipe yang keempat dilaksanakan di Desa Grembyangan, Madurejo,

Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

3.2.2 Subyek Penelitian

Peneliti memilih tujuh anak di Yogyakarta, satu anak di Pekalongan, dan

satu anak di Purworejo sebagai subjek wawancara pra-penelitian. Kemudian

peneliti melakukan pembagian kuesioner kepada 28 anak usia 8-9 tahun sejumlah

di SD 1 Bantul. Subjek uji coba prototipe pertama dan kedua sebanyak 23 anak

usia 5-6 tahun dan empat anak usia 8-9 tahun di Dusun Kauman, Ngrundul,

Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah. Subjek uji coba prototipe yang ketiga

berjumlah tiga anak usia 8-9 tahun di Dusun Kopenrejo, Maguwoharjo, Depok,

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Subjek uji coba keempat berjumlah lima

anak usia 5-6 tahun dan delapan anak usia 8-9 tahun di Desa Grembyangan,

Madurejo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

3.2.3 Objek Penelitan

Yang menjadi objek penelitian ini yaitu prototipe buku cerita dan

mewarnai tradisi nglarung untuk anak usia 8-9 tahun dalam konteks pendidikan

karakter kebangsaan.

3.2.4 Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian selama sembilan bulan, terhitung mulai dari

(48)

28

Langkah-langkah pengembangan prototipe buku cerita dan mewarnai

tentang tradisi nglarung mengikuti milik Sugiyono (2012:297) terdapat sepuluh

langkah prosedur pengembangan seperti (1) potensi dan masalah, (2)

pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji

coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pengembangan, (9) revisi produk, dan

(10) produksi masal. Langkah-langkah tersebut ditunjukkan pada bagan berikut

ini.

Bagan 3.3.1 Langkah-langkah R&D menurut Sugiyono (2012)

Namun peneliti hanya menggunakan enam dari sepuluh langkah dalam

langkah-langkah pengembangan buku cerita mewarnai tentang tradisi nglarung

untuk anak usia 8-9 tahun dalam konteks pendidikan karakter kebangasaan di

(49)

29

Bagan 3.3.2 Langkah-langkah Pengembangan yang digunakan oleh Peneliti Tahap 1

Potensi dan Masalah

Tahap 2 Pengumpulan Data

Potensi : Tradisi Nglarung memiliki nilai-nilai

 Masalah: anak kurang memahami tentang tradisi nglarung.

 Melakukan Wawancara dan penyebaran anget kuesioner

 Penggabungan draf cerita dan sketsa oleh ahli desain grafis

 Validasi prototipe oleh ahli Bahasa dan Sastra

 Revisi Prototipe Buku Cerita dan Mewarnai berdasarkan saran seorang ahli Bahasa dan Sastra

Tahap 6 Uji Coba Prototipe

 Uji coba prototipe dilakukan sebanyak empat kali di Dusun Kauman, Klaten, Dusun Kopenrejo, DIY, dan Desa Grembyangan, DIY

(50)

30 3.3.1 Potensi dan Masalah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh potensi dan masalah yang ditemukan

oleh peneliti. Potensi dalam penelitian ini adalah nilai-nilai yang terkandung

dalam tradisi nglarung. Masalah yang peneliti dapatkan yaitu anak-anak kurang

memahami tradisi nglarung yang memiliki nilai-nilai.

3.3.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara kepada anak

usia 8-9 tahun untuk mengetahui pemahaman anak mengenai tradisi nglarung.

Kemudian analisis data dengan membagikan lembar kuesioner kepada 28 anak di

SD 1 Bantul. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui kebutuhan anak

agar peneliti dapat merancang prototipe buku cerita dan mewarnai yang akan

membantu anak memahami tradisi nglarung.

3.3.3 Desain Prototipe

Diawali dengan menentukan gambar yang sesuai dengan tradisi nglarung.

Kemudian peneliti mulai membuat draf cerita yang akan membantu anak untuk

memahami tentang tradisi nglarung. Setelah itu peneliti mencoba membuat sketsa

kegiatan tradisi nglarung seperti menghias perahu, membersihkan lingkungan

pantai, mendirikan tenda dan membuat sesaji. Selanjutnya peneliti mulai

(51)

31 3.3.4 Validasi Prototipe

Validasi prototipe ini bertujuan untuk mendapat kritik dan saran serta

penilaian oleh ahli terhadap prototipe yang akan dikembangkan sehingga peneliti

dapat menyusun prototipe buku cerita dan mewarnai yang layak untuk dibaca dan

dipahami oleh anak.

3.3.5 Revisi Prototipe

Peneliti melakukan revisi pada prototipe setelah mendapat kritik dan saran

dari ahli. Hasil yang diperoleh akan menjadi acuan bagi peneliti untuk

memperbaiki kekurangan dari buku cerita dan mewarnai tentang tradisi nglarung

sehingga prototipe yang akan dikembangkan menjadi lebih baik dan mudah

dipahami oleh anak usia 8-9 tahun.

3.3.6 Uji Coba Prototipe

Uji coba prototipe dilakukan terhadap anak usia 8-9 tahun di Klaten dan

Yogyakarta. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah prototipe buku cerita

dan mewarnai tentang tradisi nglarung benar-benar layak dan mempunyai kualitas

yang baik untuk diberikan kepada anak sehingga anak mampu memahami tentang

tradisi nglarung. Setelah mendapat hasil dari uji coba prototipe, peneliti mengolah

data yang didapat untuk mengetahui apakah prototipe yang dikembangkan

(52)

32 3.4Instrumen Penelitian

Peneliti menyusun tiga jenis instrumen yaitu instrumen pra-penelitian

untuk anak, instrumen validasi prototipe, dan instrumen uji coba berupa refleksi

untuk anak terhadap buku cerita dan mewarnai.

3.4.1 Instrumen Pra-Penelitian untuk Anak

Peneliti menyusun instrumen pra-penelitian untuk anak agar dapat

menyusun prototipe yang dikembangkan. Penyusunan instrumen pra-penelitian

untuk anak disusun berdasarkan pada topik yang akan dikembangkan yaitu tradisi

nglarung. Peneliti memilih empat aspek penting yang kemudian dikembangkan

menjadi 13 item penyusun instrumen pra-penelitian untuk anak.

3.4.2 Instrumen Validasi Prototipe

Peneliti menyusun instrumen validasi prototipe yang akan digunakan oleh

ahli untuk menilai kualitas prototipe buku cerita dan mewarnai tentang tradisi

nglarung. Terdapat delapan item yang harus dinilai oleh validator dalam

instrumen validasi prototipe.

3.4.3 Instrumen Uji Coba berupa Refleksi untuk Anak terhadap Pemahaman Tradisi Nglarung melalui Buku Cerita dan Mewarnai

Peneliti menyusun instrumen uji coba untuk mengetahui pemahaman anak

terhadap tradisi nglarung melalui buku cerita dan mewarnai. Instrumen ini

nantinya berupa refleksi yang diisi oleh anak setelah menggunakan prototipe buku

cerita dan mewarnai tentang tradisi nglarung. Terdapat empat aspek dalam

(53)

33 3.5Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan

teknik non-tes yaitu dengan pengumpulan kuesioner yang dibagikan kepada 28

anak usia 8-9 tahun di SD 1 Bantul. Hasil pengumpulan data pada penelitian

berupa kuantitatif. Data atau informasi yang diperoleh kemudian dianalisis secara

deskriptif untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan anak tentang tradisi

nglarung.

3.6Teknik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif, dengan

penjelasan sebagai berikut.

3.6.1 Data Kualitatif

Data kualitatif berupa komentar pada validasi produk yang dikemukakan

oleh ahli bahasa dan sastra. Jumlah item pada lembar validasi produk tersebut

adalah delapan item. Data dianalisis secara deskriptif sebagai pedoman untuk

memperbaiki dan mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan.

3.6.2 Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa skor penilaian dari hasil validasi kuesioner pra

penelitian untuk anak dan hasil validasi prototipe oleh ahli. Data dianalisis sebagai

dasar dari kuesioner diubah menjadi data interval. Skala yang peneliti susun

dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan

tingkatan (Widoyoko, 2012:104). Skala penilaian terhadap pengembangan buku

(54)

34

tidak baik. Pilihan respon skala empat mempunyai variabilitas respon lebih baik

atau lebih lengkap dibandingkan skala tiga dan skala lima. Selain itu, tidak ada

peluang bagi responden untuk bersikap netral/cukup/ragu-ragu sehingga memaksa

responden untuk menentukan nilai terhadap pernyataan dalam instrument

(Widoyoko, 2012:104). Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan

menjadi data kualitatif menggunakan tabel konversi nilai skala empat berdasarkan

skala Likert (Widoyoko, 2012:112) sebagai berikut.

Tabel 1. Skala Likert

Rentang Skor Jawaban Klasifikasi Kelayakan

>4,0 s/d 5,0 Sangat Baik (SB)

>3,0 s/d 4,0 Baik (B)

>2,0 s/d 3,0 Tidak Baik (TB)

>1,0 s/d 2,0 Sangat Tidak Baik (STB)

Hasil dari penghitungan skor masing-masing validasi yang dilakukan akan

dicari rerata skor perolehannya kemudian dapat dikonversikan dari data kuantitatif

ke data kualitatif dalam kategori tertentu seperti yang tertera pada tabel kriteria

(55)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan menguraikan: Hasil penelitian mengenai: (1)

prosedur pengembangan prototipe buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung

dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan, (2) deskripsi kualitas prototipe

buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter

kebangsaan. Pembahasan yang berkaitan dengan hasil penelitian. Hal tersebut

akan diuraikan sebagai berikut.

4.1 Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai prosedur pengembangan

prototipe buku cerita dan mewarnai, serta akan dijelaskan pula mengenai deskripsi

kualitas prototipe buku cerita dan mewarnai.

4.1.1 Prosedur pengembangan prototipe buku cerita dan mewarnai

Prototipe buku cerita dan mewarnai “Tradisi Nglarung” yang peneliti

kembangkan mengadopsi enam dari sepuluh langkah pengembangan milik

Sugiyono (2012:298). Berikut akan dijelaskan langkah-langkah pengembangan

yang dilakukan oleh peneliti:

1. Potensi dan masalah

Potensi yang peneliti lihat dari tradisi nglarung yaitu nilai-nilai yang

terkandung dalam tradisi nglarung. Tradisi nglarung merupakan tradisi yang

masih dilakukan oleh masyarakat di sekitar pantai. Dalam tradisi nglarung

masyarakat memberikan sesaji kepada roh halus yang berkuasa di laut selatan,

Gambar

Tabel 1. Skala Likert  ...........................................................................................
Gambar 5. Hasil Refleksi Persepsi Anak  ............................................................
gambar dan mewarnai gambar.
gambar akan membantu anak untuk bernalar secara logis karena gambar-gambar
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Perlu diketahui penelitian yang di gunakan secara kuantitatif itu sangat berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan saat ini, penelitian saat ini penulis menggunakan

Berdasarkan hal yang dipaparkan diatas, maka akan dilakukan penelitian tentang pembuatan sabun dan penentuan karakteristik sabun terbaik dari limbah CPO dan

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengajarkan materi Perkembangan Teknologi kepada siswa SD kelas IV dengan mengaktifkan siswa secara langsung dalam

Kesimpulan yang dapat di tarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa untuk mendapatkan penghawaan alami yang optimal bagi ruangan hunian apartment perlu

Perusahaan perseroan PT Perkebunan Nusantara (PTPN VII) Unit Usaha Kedaton (UU Keda) dan Unit Usaha Way Berulu (UU Wabe) berada dalam kelompok perkebunan wilayah kerja

Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa gejala klinis pada hewan yang diinfeksi dengan isolat virus IBR lalu diberi deksametason juga menghasilkan urutan patogenitas

Kaidah pertama dari algoritma Boyer- Moore ini adalah masing-masing karakter dari pattern pencocokan harus mempunyai kode ASCII yang sama terhadap target karakter