BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3. Desain Prototipe
3.3.1 Potensi dan Masalah
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh potensi dan masalah yang ditemukan
oleh peneliti. Potensi dalam penelitian ini adalah nilai-nilai yang terkandung
dalam tradisi nglarung. Masalah yang peneliti dapatkan yaitu anak-anak kurang
memahami tradisi nglarung yang memiliki nilai-nilai.
3.3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara kepada anak
usia 8-9 tahun untuk mengetahui pemahaman anak mengenai tradisi nglarung.
Kemudian analisis data dengan membagikan lembar kuesioner kepada 28 anak di
SD 1 Bantul. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui kebutuhan anak
agar peneliti dapat merancang prototipe buku cerita dan mewarnai yang akan
membantu anak memahami tradisi nglarung.
3.3.3 Desain Prototipe
Diawali dengan menentukan gambar yang sesuai dengan tradisi nglarung.
Kemudian peneliti mulai membuat draf cerita yang akan membantu anak untuk
memahami tentang tradisi nglarung. Setelah itu peneliti mencoba membuat sketsa
kegiatan tradisi nglarung seperti menghias perahu, membersihkan lingkungan
pantai, mendirikan tenda dan membuat sesaji. Selanjutnya peneliti mulai
31 3.3.4 Validasi Prototipe
Validasi prototipe ini bertujuan untuk mendapat kritik dan saran serta
penilaian oleh ahli terhadap prototipe yang akan dikembangkan sehingga peneliti
dapat menyusun prototipe buku cerita dan mewarnai yang layak untuk dibaca dan
dipahami oleh anak.
3.3.5 Revisi Prototipe
Peneliti melakukan revisi pada prototipe setelah mendapat kritik dan saran
dari ahli. Hasil yang diperoleh akan menjadi acuan bagi peneliti untuk
memperbaiki kekurangan dari buku cerita dan mewarnai tentang tradisi nglarung
sehingga prototipe yang akan dikembangkan menjadi lebih baik dan mudah
dipahami oleh anak usia 8-9 tahun.
3.3.6 Uji Coba Prototipe
Uji coba prototipe dilakukan terhadap anak usia 8-9 tahun di Klaten dan
Yogyakarta. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah prototipe buku cerita
dan mewarnai tentang tradisi nglarung benar-benar layak dan mempunyai kualitas
yang baik untuk diberikan kepada anak sehingga anak mampu memahami tentang
tradisi nglarung. Setelah mendapat hasil dari uji coba prototipe, peneliti mengolah
data yang didapat untuk mengetahui apakah prototipe yang dikembangkan
32 3.4Instrumen Penelitian
Peneliti menyusun tiga jenis instrumen yaitu instrumen pra-penelitian
untuk anak, instrumen validasi prototipe, dan instrumen uji coba berupa refleksi
untuk anak terhadap buku cerita dan mewarnai.
3.4.1 Instrumen Pra-Penelitian untuk Anak
Peneliti menyusun instrumen pra-penelitian untuk anak agar dapat
menyusun prototipe yang dikembangkan. Penyusunan instrumen pra-penelitian
untuk anak disusun berdasarkan pada topik yang akan dikembangkan yaitu tradisi
nglarung. Peneliti memilih empat aspek penting yang kemudian dikembangkan
menjadi 13 item penyusun instrumen pra-penelitian untuk anak.
3.4.2 Instrumen Validasi Prototipe
Peneliti menyusun instrumen validasi prototipe yang akan digunakan oleh
ahli untuk menilai kualitas prototipe buku cerita dan mewarnai tentang tradisi
nglarung. Terdapat delapan item yang harus dinilai oleh validator dalam
instrumen validasi prototipe.
3.4.3 Instrumen Uji Coba berupa Refleksi untuk Anak terhadap Pemahaman Tradisi Nglarung melalui Buku Cerita dan Mewarnai
Peneliti menyusun instrumen uji coba untuk mengetahui pemahaman anak
terhadap tradisi nglarung melalui buku cerita dan mewarnai. Instrumen ini
nantinya berupa refleksi yang diisi oleh anak setelah menggunakan prototipe buku
cerita dan mewarnai tentang tradisi nglarung. Terdapat empat aspek dalam
33 3.5Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
teknik non-tes yaitu dengan pengumpulan kuesioner yang dibagikan kepada 28
anak usia 8-9 tahun di SD 1 Bantul. Hasil pengumpulan data pada penelitian
berupa kuantitatif. Data atau informasi yang diperoleh kemudian dianalisis secara
deskriptif untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan anak tentang tradisi
nglarung.
3.6Teknik Analisis Data
Data penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif, dengan
penjelasan sebagai berikut.
3.6.1 Data Kualitatif
Data kualitatif berupa komentar pada validasi produk yang dikemukakan
oleh ahli bahasa dan sastra. Jumlah item pada lembar validasi produk tersebut
adalah delapan item. Data dianalisis secara deskriptif sebagai pedoman untuk
memperbaiki dan mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan.
3.6.2 Data Kuantitatif
Data kuantitatif berupa skor penilaian dari hasil validasi kuesioner pra
penelitian untuk anak dan hasil validasi prototipe oleh ahli. Data dianalisis sebagai
dasar dari kuesioner diubah menjadi data interval. Skala yang peneliti susun
dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan
tingkatan (Widoyoko, 2012:104). Skala penilaian terhadap pengembangan buku
34
tidak baik. Pilihan respon skala empat mempunyai variabilitas respon lebih baik
atau lebih lengkap dibandingkan skala tiga dan skala lima. Selain itu, tidak ada
peluang bagi responden untuk bersikap netral/cukup/ragu-ragu sehingga memaksa
responden untuk menentukan nilai terhadap pernyataan dalam instrument
(Widoyoko, 2012:104). Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan
menjadi data kualitatif menggunakan tabel konversi nilai skala empat berdasarkan
skala Likert (Widoyoko, 2012:112) sebagai berikut.
Tabel 1. Skala Likert
Rentang Skor Jawaban Klasifikasi Kelayakan
>4,0 s/d 5,0 Sangat Baik (SB)
>3,0 s/d 4,0 Baik (B)
>2,0 s/d 3,0 Tidak Baik (TB)
>1,0 s/d 2,0 Sangat Tidak Baik (STB)
Hasil dari penghitungan skor masing-masing validasi yang dilakukan akan
dicari rerata skor perolehannya kemudian dapat dikonversikan dari data kuantitatif
ke data kualitatif dalam kategori tertentu seperti yang tertera pada tabel kriteria
35 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan menguraikan: Hasil penelitian mengenai: (1)
prosedur pengembangan prototipe buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung
dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan, (2) deskripsi kualitas prototipe
buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter
kebangsaan. Pembahasan yang berkaitan dengan hasil penelitian. Hal tersebut
akan diuraikan sebagai berikut.
4.1 Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai prosedur pengembangan
prototipe buku cerita dan mewarnai, serta akan dijelaskan pula mengenai deskripsi
kualitas prototipe buku cerita dan mewarnai.
4.1.1 Prosedur pengembangan prototipe buku cerita dan mewarnai
Prototipe buku cerita dan mewarnai “Tradisi Nglarung” yang peneliti
kembangkan mengadopsi enam dari sepuluh langkah pengembangan milik
Sugiyono (2012:298). Berikut akan dijelaskan langkah-langkah pengembangan
yang dilakukan oleh peneliti:
1. Potensi dan masalah
Potensi yang peneliti lihat dari tradisi nglarung yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalam tradisi nglarung. Tradisi nglarung merupakan tradisi yang
masih dilakukan oleh masyarakat di sekitar pantai. Dalam tradisi nglarung
masyarakat memberikan sesaji kepada roh halus yang berkuasa di laut selatan,
36
satu tahun sekali pada bulan Sura. Bulan Sura merupakan bulan pertama dalam
kalender Jawa. Upacara tersebut memiliki tujuan yaitu untuk mengucapkan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang telah
dilimpahkan berupa melimpahnya hasil tangkapan ikan, disamping sebagai bentuk
persembahan kepada penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul (Sunjata,
2013:117). Kanjeng Ratu Kidul merupakan tokoh mitos yang dipercaya oleh
masyarakat sebagai penguasa Laut Selatan. Dalam tradisi nglarung terdapat nilai
etos kerja, nilai gotong royong, dan nilai ketuhanan. Apabila disoroti dalam
konteks pendikan karakter kebangsaan, nilai gotong royong dan etos kerja
memiliki kaitan dengan olah rasa dan karsa. Nilai ketaqwaan memiliki kaitan
dengan olah hati.
Dari potensi tersebut, peneliti menyoroti masalah yang terdapat di
masyarakat, khususnya anak-anak di daerah Yogyakarta. Berdasarkan wawancara
yang telah dilakukan peneliti terhadap anak usia 8-9 tahun peneliti mendapat hasil
bahwa anak-anak kurang memahami tentang tradisi nglarung tersebut. Kemudian
ketika melakukan analisis kebutuhan dengan membagikan kuesioner kepada anak
kelas III di SD 1 Bantul, Yogyakarta terlihat bahwa anak-anak tidak mengetahui
tentang tradisi nglarung yang memiliki nilai etos kerja, nilai gotong royong, dan
37
2. Pengumpulan Data
Berdasarkan pada kuesioner yang peneliti bagikan kepada 28 anak kelas
III di SD 1 Bantul, didapatkan data bahwa: (1) 39% anak tidak memahami bahwa
setelah membersihkan lingkungan, nelayan bergotong royong memasang tenda di
tepi pantai, (2) 39% anak tidak memahami bahwa pada tradisi nglarung, para
nelayan merefleksikan diri untuk menambah motivasi nelayan dalam mengarungi
kehidupan, (3) 29% anak tidak memahami bahwa setelah menghias perahu, para
nelayan membersihkan lingkungan pantai, dan (4) 89% anak menyatakan bahwa
mereka memerlukan buku tentang tradisi nglarung berupa buku cerita dan
mewarnai. Berikut ini akan disajikan hasil rekap kuesioner untuk anak dalam
bentuk tabel.
Tabel 2. Hasil Rekapan Kuesioner Pra-Penelitian untuk Anak
No Pernyataan Jumlah Responden Persentase Jawaban Ya Tidak Ya Tidak 1 Tradisi nglarung adalah kegiatan budaya yang dilakukan
masyarakat nelayan setiap satu tahun sekali pada bulan Sura dengan menghanyutkan sesuatu/sesaji ke dalam air (sungai atau laut).
24 4 86% 14%
2 Tujuan dari tradisi nglarung adalah untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas hasil laut yang didapat para nelayan.
26 2 93% 7%
3 Sebelum melaksanakan tradisi nglarung para nelayan
menghias perahu. 26 2 93% 7%
4 Setelah menghias perahu, para nelayan membersihkan
lingkungan pantai. 22 8 79% 29%
5 Setelah membersihkan lingkungan, nelayan bergotong
royong memasang tenda di tepi pantai. 17 11 61% 39% 6 Menjelang pelaksanaan tradisi nglarung para nelayan
bersama-sama membuat tempat sesaji. 26 2 93% 7% 7 Para nelayan menyiapkan kelengkapan sesaji di mana
segala macam sesaji tidak boleh basi dan harus baru. 26 2 93% 7% 8 Para nelayan mendoakan sesaji yang akan dilarung yang
dipimpin oleh pemuka agama. 25 3 89% 11%
9 Para nelayan dengan gigih mendorong perahu yang
38
10 Para nelayan melarung sesaji di tengah laut dan
memperebutkan sesaji. 24 4 86% 14%
11 Pada tradisi nglarung, para nelayan merefleksikan diri untuk menambah motivasi nelayan dalam mengarungi kehidupan.
17 11 61% 39%
12 Saya perlu buku yang berisi penjelasan tentang tradisi
nglarung. 24 4 86% 14%
13 Buku tentang tradisi nglarung sebaiknya berupa buku
cerita bergambar. 25 3 89% 11%
Tabel tersebut menunjukkan pemahaman awal anak mengenai tradisi
nglarung. Dari data yang diperoleh, peneliti memilih aitem nomor 4, 5, 11, dan 13
karena pada item tersebut menunjukkan bahwa anak-anak masih belum
memahami mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi nglarung dan
anak-anak memerlukan buku dalam bentuk buku cerita dan mewarnai, sehingga
penelitian ini relevan untuk diteliti. Buku cerita dan mewarnai tentang tradisi
nglarung dapat dijadikan sebagai panduan bagi anak-anak di daerah Yogyakarta
supaya dapat memahami makna tradisi nglarung dan menanamkan nilai-nilai
karakter kebangsaan.
3. Desain Prototipe
Prototipe buku cerita dan mewarnai yang peneliti kembangkan berjudul
“Tradisi Nglarung”. Peneliti menuangkan ide dan gagasan mengenai gambar yang
akan digunakan dalam prototipe buku cerita dan mewarnai dengan membuat
39
Gambar (1) Gambar (2)
Gambar (3) Gambar (4)
Gambar 1. Sketsa Awal Prototipe Buku Cerita dan Mewarnai
Dalam penyempurnaan sketsa gambar, peneliti dibantu oleh seorang ahli
desain grafis dan menghasilkan 13 gambar rangkaian kegiatan tradisi nglarung.
13 gambar tersebut yang akan digunakan oleh peneliti untuk mendukung cerita
yang disajikan dalam prototipe buku cerita dan mewarnai. Gambar 1 dan 4
memuat percakapan antara Kakek dan Andi sebagai tokoh dalam cerita. Gambar 2
memuat gambar masyarakat sedang menyaksikan tradisi nglarung. Gambar 3
40
gambar nelayan mendapat hasil tangkapan ikan yang melimpah. Gambar 6
memuat gambar nelayan sedang mengecat perahu. Gambar 7 memuat gambar
nelayan dan masyarakat sekitar pantai sedang membersihkan lingkungan pantai
dan memasang tenda. Gambar 8 memuat gambar para nelayan dan pemuka agama
sedang mendoakan sesaji. Gambar 9 memuat nelayan dan masyarakat berjalan
beriringan menuju pantai. Gambar 10 memuat gambar nelayan secara bergotong
royong mendorong perahu ke tengah laut. Gambar 11 memuat nelayan sedang
menghanyutkan sesaji di tengah laut. Gambar 12 memuat gambar nelayan dan
warga memperebutkan sesaji yang dilarung. Gambar 13 memuat gambar nelayan
dan warga membawa sesaji yang mereka dapat sewaktu kegiatan nglarung di
41
Gambar (1) Gambar (2)
42
Gambar (5) Gambar (6)
43
Gambar (9) Gambar (10)