2.1 Tanaman Bambu
Bambu merupakan bahan lokal yang sudah sangat dikenal di Indonesia dan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ini dapat dilihat dari banyaknya penggunaan bambu pada berbagai keperluan masyarakat kita sejak nenek moyang kita ada (Widjaja, 2000). Di Indonesia bambu hidup merumpun (symphodial), kadang-kadang ditemui berbaris membentuk suatu garis pembatas dari suatu wilayah desa yang identik dengan batas desa. Di Jawa, penduduk sering menanam bambu disekitar rumahnya dicampur dengan tanaman lain untuk berbagai keperluan (Dransfield dan Widjaja, 2000).
Tumbuhan bambu yang sering kita kenal umumnya berbentuk rumpun. Namun ada juga bambu yang tumbuh sebagai batang soliter (monopodial). Tumbuhan bambu yang tumbuh subur di Indonesia merupakan tumbuhan bambu yang simpodial, yaitu batang-batangnya cenderung mengumpul didalam rumpun karena percabangan rhizomnya di dalam tanah cenderung mengumpul (Agus dkk. 2006).
2.2 Morfologi Bambu 1. Akar bambu
Bambu memilki serabut akar (radix fibrilla) yaitu, cabang-cabang akar yang lebih halus dan berbentuk serabut, rambut-rambut akar (pillus radicalis) yaitu bagian akar yang sesungguhnya merupakan penonjolan sel-sel epidermis akar, tudung akar (calyptra) yaitu bagian akar yang letaknya paling ujung, merupakan jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda dan lemah (Muzayyinah, 2008).
2. Batang bambu
Batang-batang yang sudah tua, keras dan umumnya berongga, berbetuk silinder, memanjang dan terbagi dalam ruas-ruas. Pada bagian batang terdapat organ-organ daun yang menyelimuti batang yang disebut dengan pelepah batang. Biasanya pada batang yang sudah tua pelepah batangnya mudah gugur. Pada ujung pelepah batang terdapat perpanjangan tambahan yang berbetuk segi tiga dan disebut subang yang biasanya gugur terlebih dulu (Widjaja, 2001).
3. Daun
Daun bambu merupakan daun lengkap karena memiliki
bagian-bagian seperti pelepah daun, tangkai daun dan helaian daun. Bangun
daun berbentuk lanset, ujung daunnya meruncing, pangkal daun
daun bambu sejajar, yaitu mempunyai satu tulang ditengah yang besar
sedangkan tulang-tulang yang lainnya lebih kecil dan tampak sejajar
dengan ibu tulang daun. Permukaan daun bagian atas berbulu kasar,
bagian atas daun berwarna hijau cerah sedangkan permukaan bagian
bawahnya berwarna hijau gelap (Widjaja, 2001).
4. Rebung
Tunas atau batang-batang bambu muda yang baru muncul dari
permukaan dasar rumpun dan rimpang disebut rebung. Rebung tumbuh
dari kuncup rimpang di dalam tanah atau dari pangkal buluh yang tua.
Rebung dapat dipakai untuk membedakan jenis dari bambu karena
menunjukkan ciri khas warna pada ujungnya dan bulu-bulu yang
terdapat pada pelepahnya. Bulu pelepah rebung umumnya hitam, tetapi
ada pula yang coklat atau putih misalnya bambu cangkreh (Dinochloa
scandens), sementara itu pada bambu betung (Dendrocalamus asper)
rebungnya tertutup oleh bulu coklat (Widjaja, 2001).
5. Pelepah Buluh
Pelepah buluh merupakan hasil modifikasi daun yang menempel
pada setiap ruas, yang terdiri atas daun pelepah buluh, kuping pelepah
pelepah buluh. Pelepah buluh sangat berperan penting terutama ketika
masih muda. Ketika buluh tumbuh dewasa dan tinggi, pada beberapa
jenis bambu pelepahnya luruh, tetapi pada jenis lain ada pula yang
pelepahnya tetap menempel pada buluh tersebut, seperti pada jenis
bambu talang (Schizostachyum brachycladum) (Widjaja, 2001).
2.3 Klasifikasi Bambu
Klasifikasi bambu berdasarkan buku Identikit Jenis-Jenis Bambu di Jawa menurut Widjaja, 2001 adalah sebagai berikut :
Kongdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Classis : Monocotyledoneae Ordo : Graminales
Familia : Graminaceae
Genera : Bambusa, Fimbribambosa, Gigantochloa, Melocanna, Nastus, Neololeba, Schizostachyum.
2.4 Tipe Pertumbuhan
cenderung mengumpul dan tumbuh membentuk rumpun. Bambu tipe simpodial tersebar di daerah tropik, seperti yang terdapat di Indonesia, Philipina, Thailand, India, Amerika Selatan, Afrika. Beberapa jenis juga tumbuh dengan merambat pada pohon yang ada disekitarnya seperti layaknya rotan (Widjaja dkk., 2001).
Pada bambu tipe monopodial tunas bambu keluar dari buku-buku rimpang dan tidak membentuk rumpun dengan batang yang panjang dan lurus serta tumbuhnya sendiri-sendiri. Batang dalam satu rumpun menyebar sehingga tampak seperti tegakan pohon yang terpisah-pisah. Jenis bambu ini biasanya ditemukan di daerah yang memilki 4 musim, subtropics seperti di Jepang, Cina. Amerika dan Korea (Berlian, 1995).
2.5 Syarat Tumbuh
2.6 Pemanfaatan Tanaman Bambu
Tumbuhan bambu merupakan hasil hutan non kayu potensial untuk dikembangkan menjadi sumber bahan baku industri. Di bidang kehutanan tumbuhan bambu dapat meningkatkan kualitas hutan yang selama ini menjadi bahan baku industri perkayuan nasional melalui substitusi atau keanekaragaman bahan baku, mengingat potensi hutan kayu semakin langka sedangkan industri sudah telanjur ada dengan kapasitas besar, maka tuntutan pemenuhan bahan baku industri kehutanan menjadi agenda prioritas penyelamat aset kehutanan nasional (Dransfield, and Widjaja 1995). Secara tradisional umumnya bambu dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti alat-alat rumah tangga, kerajinan tangan dan bahan makanan. Sebagai bahan bangunan rumah banyak dipakai didaerah pedesaan, sedangkan di daerah perkotaan bambu merupakan bahan penting untuk rumah bangunan sementara untuk bangunan bertingkat (Widjaja dkk., 1994).
Konsumen barang-barang kerajinan bambu tidak hanya di dalam negeri. Masyarakat mancanegara juga meminatinya karena kenaturalan dan kecantikannya. Hasil kerajinan bambu di Indonesia dapat dengan mudah kita peroleh karena banyak sekali dijajakan dikaki lima atau pinggir jalan. Selain itu di pasar swalayan pun, kerajinan bambu dapat ditemukan. Aneka produk Bambu Berkah misalnya, dapat dijumpai di Plaza Indonesia di jantung kota Jakarta (Bapedal, 2010).
Gambar 1 ; a. Rumah tradisional (bahan bangunan yang digunakan dari bambu yaitu untuk dinding, usuk, dan saka), b. Rumah modern (semua dari bahan bambu dibuat lebih indah), c. Anyaman untuk dinding dan atap rumah.
Gambar 2:. a. mebel (kursi modern yaitu kursi yang dibuat lebih menarik),
b. Kursi yang sederhana.
a. b.
a. b.
Gambar 3 : Alat-alat rumah tangga, a. Piring, b. Tudung saji, c.Kipas/ilir, d. Tampah.
Gambar 4 : Berbagai macam alat musik, a. Suling, b. Kentongan, c. Angklung
Gambar 5 : arang bambu
Gambar 6 : a. Keranjang angkut (biasanya digunakan dengan menaikan pada kendaraan motor/sepeda), b. Bahan pembuat kertas, c.jembatan, d. Perahu getek.
a b
a b c
c
a b
d
Gambar 7 : Pembuat Kerajinan, a. lampu hias, b. Perahu hias, c. Vas bunga d. Bunga hias.
Gambar 8 : Berbagai macam mainan anak-anak, a. Tembakan, b. Tulup, c. Egrang, d. Layang-layang.
2.6.1 Kelebihan bambu;
- Bambu mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaaan secara khusus. Untuk melakukan budidaya bambu tidak diperlukan investasi yang besar, jika tanaman sudah mantap, hasilnya dapat diperoleh secara terus menerus tanpa menanam lagi. Budidaya bambu dapat dilakukan sembarang orang, dengan peralatan sederhana dan tidak memerlukan bekal pengetahuan yang tinggi. - Pada masa pertumbuhan, bambu tertentu dapat tumbuh vertikal 5 cm
perjam, atau 120 cm perhari. Bambu dapat dimanfaatkan dalam banyak hal. Berbeda dengan pohon kayu hutan yang baru siap tebang
a b c d
dengan kualitas baik setelah berumur 30-50 tahun, maka bambu dengan kualitas baik dapat diperoleh pada umur 3-5 tahun.
- Tanaman bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa, rumpun bambu yang terbakar masih bisa tumbuh lagi, bahkan pada saat Hiroshima dijatuhi bom atom sampai rata dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang masih dapat bertahan hidup. - Bambu berbentuk pipa sehingga momen kelembaman tinggi, oleh
karena itu bambu cukup baik untuk memikul momen lentur. Ditambah dengan sifat bambu yang elastis. Struktur bambu mempunyai ketahannan yang tinggi baik terhadap angin maupun gempa.
2.6.2 Kekurangan bambu
- Bambu menpunyai durabilitas yang sangat rendah sehingga sangat potensial untuk diserang kumbang bubuk.
- Kekuatan sambungan bambu yang pada umumnya sangat rendah karena perangkaian batang-batang struktur bambu sering kali dilakukan secara konvensional memakai paku, pasak, atau ijuk. - Sifat bambu mudah terbakar.
2.7 Kabupaten Cilacap
tersebar di 24 kecamatan, sedangkan kelurahan ada ditiga kecamatan kota administratif Cilacap. Kecamatan tersebut adalah Dayehluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu, Karang pucung, Sidareja, Gandrung mangu, Kedung reja, Patimuan, Cipari, Bantarsari, Kawungawanten, Jeruk legi, Kesugihan ,Maos, Sampang, Kroya, Adipala, Binangun, Nusawungu, Kampung laut, Cilacap utara, Cilacap tengah, Cilacap selatan, ibukota kabupaten Cilacap adalah Cilacap, yang terdiri atas kecamatan Cilacap utara, Cilacap tengah, Cilacap selatan.
Cilacap dulunya merupakan kota administratif, namun sejak diberlakukannya undang-undang no 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, tidak dikenal adanya kota administratif, dan kota administratif Cilacap kembali menjadi bagian dari wilayah kabupaten Cilacap. Diantara kota-kota kecamatan yang cukup signifikan di kabupaten Cilacap adalah : Sidareja, Majenang, Karangpucung dan Kroya. Majenang dan Sidareja menjadi pusat pertumbuhan kabupaten Cilacap di bagian barat. Kroya dan Sampang menjadi pusat pertumbuhan dibagian timur. Secara geografis kabupaten Cilacap terletak di antara 108.04’.30” -109.30’.30” Bujur timur
dan 07.30’.00” – 07.45’.20” Lintang selatan, sedangkan luas kabupaten
Cilacap adalah 225.360,840 Ha sudah termasuk pulau nusa kambangan 11.510,552 Ha (Wikipedia, Kab cilacap 2005).
2.8 Penelitian Terdahulu
Jember. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 11 jenis bambu yaitu; Bambusa Blumeana, Bambusa maculata, Bambusa vulgaris, Bambusa
vulgaris, Dendrocalamus asper, Gigantochloa apus, Gigantochloa atter, Gigantochloa pseudoarundinaceae, Gigantochloa sp, Shizostachyum