commit to user
UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
DEVI SETIYANA SARI NIM F1309021
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(Q.S. AR RA’D: 11)
“Anyone who has never made a mistake has never tried anything new”
(Albert Einstein)
“Success is not only about how much money you have won, but also
about what experience you have got”
(Anonim)
Tidak ada kata yang sia-sia dalam setiap proses yang kita lalui, jatuh bangun
dalam proses mencapai finish akan menjadi pelajaran berharga dalam hidup
(Penulis)
Manis pahitnya sebuah proses kita tetap harus menjalaninya dengan senyum, just
enjoy it and do the best
(Penulis)
Karya ini penulis persembahkan teruntuk;
Bapak-Ibu, Kakak-Adik Dan Keluarga Besar yang telah memberikan
semabgat dan dukungan dalam penyusunan tulisan ini
Guru-guru dan dosen yang telah mentrnasfer ilmunya sehingga dapat
memudahkan saya dalam menyelasaikan tulisan ini
commit to user Assalamualikum WR.WB.
Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT
atas limpahan Rahmat, Hidayah Dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Perdana Perusahaan Go Public di
Bursa Efek Indonesia)” dengan baik sebagai persyaratan guna melengkapi
tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperolah gelar Sarjana Ekonomi
jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret.
Dalam menyelesaikan skripsi penulis menyadari tidak lepas dari bantuan
banyak pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Wisnu Untoro, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak, selaku ketua jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Ibu Setyaningtyas H, Dra, MM, selaku Dosen Pembimbing yang selalu
meluangkan waktu dan memberikan pengarahan dengan sabar kepada
penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak, Ibu tersayang, yang tiada hentinya memberikan do’a setiap waktu,
bantuan, dukungan, dan semangat serta kasih sayang setiap waktu.
5. Segenap Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang
telah memberikan ilmu dan bantuannya kepada penulis.
6. Kakak-kakakku, adik-adikku, dan keluarga besar atas dorongan, semangat,
commit to user
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Sistematika Penulisan ... 9
II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 11
1. Pengertian Pasar Modal ... 11
2. Peranan Pasar Modal ... 12
3. Macam-Macam Pasar Modal ... 17
commit to user
5. Pengertian IPO ... 19
6. Syarat-Syarat Go Pulic ... 20
7. Proses Go Public ... 21
8. Manfaat Go Public ... 27
9. Konsekuensi Go Public ... 29
10.Lembaga yang Terlibat di Pasar Modal ... 30
11.Pengertian Underpricing ... 32
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing ... 34
C. Penelitian Terdahulu ... 36
D. Penentuan Hipotesis ... 40
E. Kerangka Pemikiran ... 41
III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
B. Data dan Sumber Data ... 42
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 43
D. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik ... 45
a) Uji Normalitas ... 46
b) Uji Multikolinearitas ... 46
c) Uji Autokorelasi ... 47
d) Uji Heteroskedastisitas ... 48
2. Regresi Linier Berganda ... 49
3. Pengujian Hipotesis ... 50
commit to user
c) Uji Statistik t ... 51
IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data Penelitian ... 52
B. Hasil Analisis Data ... 57
1. Uji Asumsi Klasik ... 57
a) Uji Normalitas ... 57
b) Uji Multikolinearitas ... 58
c) Uji Autokorelasi ... 59
d) Uji Heteroskedastisitas ... 60
2. Regresi Linier Berganda ... 62
3. Pengujian Hipotesis ... 64
a) Uji Koefisian Determinasai ... 64
b) Uji Statistik F ... 65
c) Uji Statistik t ... .66
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67
V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 73
B. Keterbatasan Penelitian ... 74
C. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA
commit to user DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
IV.1 Perolehan Sampel Penelitian ... 53
IV.2 Descriptive Sattistic ... 54
IV.3 Uji Normalitas One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 57
IV.4 Uji Multikolinearitas ... 59
IV.5 Uji Autokorelasi ... 60
IV.6 Koefisien Regresi ... 62
IV.7 Nilai Koefisien Determinasi ... 64
IV.8 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 65
commit to user
GAMBAR HALAMAN
II.1 Prosedur Pendaftaran Sekuritas di BEI ... 23
II.2 Kerangka Pemikiran ... 41
IV.1 Scatterplot Uji Normalitas ... 58
commit to user ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN GO PUBLIK
DI BURSA EFEK INDONESIA
DEVI SETIYANA SARI F1309021
Tujuan dari penelitian ini adalah: menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing saham perdana perusahaan go public di bursa efek indonesia. Analisa faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap underpricing baik secara parsial maupun simultan.
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive sampling dengan kriteria perusahaan yang mengalami underpricing tahun 2007 - 2010. Terdapat 46 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda (t-test) dan menggunakan analisis regresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap underpricing antara lain financial leverage, reputasi underwriter, return on assets dan current ratio. Secara simultan faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap underpricing ternyata berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
commit to user ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE LEVEL UNDERPRICING PRIME STOCK, COMPANY WHICH GO PUBLIC
IN STOCK EXCHANGE INDONESIA
DEVI SETIYANA SARI F1309021
The purpose of this study are: analyzes the factors that influence the level of underpricing the IPO company go public on stock exchanges Indonesia. Analysis of the factors thought to influence the underpricing either partially or simultaneously.
The sample in this study were obtained by the method of purposive sampling with the criteria that companies underpricing years of 2007 to 2010. There are 46 companies that meet the criteria of the study sample. The method of analysis used in this study were different test (t-test) and using regression analysis.
The results showed that: Factors thought to affect the underpricing among others, financial leverage, reputation underwriter, return on assets and current ratio. Simultaneously the factors that supposedly influence the underpricing was significant effect on underpricing.
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat seiring
dengan perkembangan dan pertumbuhan perusahaan, hal ini mengharuskan
pihak manajemen untuk memperoleh tambahan dana baru. Jika manajemen
memutuskan untuk menambah jumlah kepemilikan saham maka dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain menjual kepada pemegang saham
yang sudah ada, menjual langsung kepada pemilik tunggal secara privat,
menjual kepada karyawan melalui ESOP (employee stock ownership plan),
menambah saham melalui dividen yang tidak dibagi (dividen reinvestment
plan), atau menawarkan kepada publik (Hartono, 2000) dalam (Ardiansyah,
2004).
Sebelum perusahaan menawarkan sahamnya di pasar sekunder
(secondary market), perusahaan harus melalui tahap penawaran saham pada
pasar perdana (primary market) yang lebih dikenal sebagai Initial Public
Offering (IPO) atau go-public. Perusahaan akan melakukan go-public apabila
dengan melakukan go-public tersebut perusahaan akan memperoleh
keuntungan. Harga yang ditawarkan pada pasar penawaran perdana (IPO)
belum memiliki harga pasar sekunder. Di dalam kegiatan penawaran umum
perdana (IPO) terdapat suatu fenomena menarik yang disebut dengan
commit to user
rendah dibandingkan dengan harga saham ketika diperdagangkan di pasar
sekunder.
Fenomena underpricing di dalam IPO ini dikenal hampir diseluruh dunia.
Penelitian tentang underpricing telah banyak dilakukan antara lain oleh Yasa
(2002), Ardiansyah (2004), Trisnaningsih (2005), Yolana dan Martini (2005),
Handayani (2008), Boulton, et all. (2010), Islam, et all. (2010), dengan hasil
yang inkonsisten antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lainnya.
Masalah yang dihadapi ketika perusahaan pertama kali melakukan
penawaran sahamnya ke pasar modal adalah penentuan harga di pasar perdana
tersebut. Ketepatan penentuan harga penawaran pada pasar perdana akan
memiliki konsekuensi langsung terhadap peningkatan kesejahteraan
perusahaan emiten. Perusahaan emiten tidak ingin menjual kepemilikan
sahamnya dengan harga terlalu murah (mengalami underpricing) kepada
investor, sedangkan investor ingin memperoleh capital gains dari pembelian
saham perdana tersebut. Harga saham pada penawaran perdana ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan underwiter
(penjamin emisi efek). Underwriter dalam hal ini memiliki informasi lebih
baik mengenai permintaan terhadap saham-saham emiten, dibandingkan emiten
commit to user
3
Adanya perbedaan informasi antara underwriter dengan emiten,
perbedaan kepentingan antara emiten dengan investor, mengindikasikan
terjadinya underpricing saham pada penawaran perdana (IPO). Underpricing
merupakan kondisi dimana harga saham di pasar sekunder lebih tinggi dari
harga perdananya atau dengan kata lain, saham perdana (offering price)
ditawarkan lebih rendah (Kartini dan Payamta, 2002). Underpricing bisa
dikatakan sebagai selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan
harga saham perdana dan merupakan initial return bagi investor.
Menurut Carter dan Manaster (1990) dalam Kartini dan Payamta (2002),
keadaan underpricing adalah merugikan bagi perusahaan emiten, karena
perusahaan tidak dapat memperoleh dana lebih besar. Terjadinya underpricing
karena perusahaan dinilai lebih rendah dari kondisi sesungguhnya oleh
underwriter dalam rangka untuk mengurangi tingkat resiko yang harus
dihadapi karena fungsi penjaminnanya. Di lain pihak emiten tidak mengetahui
harga pasar modal yang sungguhnya. Dalam hal ini underwriter sebagai pihak
yang sering berhubungan dengan pasar modal yang sesungguhnya.
Underwriter sebagai pihak yang sering berhubungan dengan pasar modal
mempunyai informasi yang lebih baik mengenai pasar modal dibandingkan
dengan calon emiten. Adanya asimetri informasi inilah maka harga saham pada
penawaran perdana lebih rendah dari harga saham di pasar sekunder.
Harga saham yang ditawarkan pada saat penawaran di pasar perdana
merupakan faktor penting yang menentukan berapa jumlah dana yang akan
diperoleh perusahaan (emiten). Hal inilah yang mengakibatkan emiten
commit to user
dana lebih banyak. Akan tetapi disisi lain investor sebagai pembeli
menginginkan harga perdana yang rendah sehingga dapat memperoleh “return”
pada pasar sekunder yang berupa “agio saham”. Harga perdana yang tinggi
akan mengurangi atau bahkan menghilangkan return awal (initial return) yang
bisa diperoleh investor di bursa efek.
Perbedaan kepentingan tersebut, dimana emiten ingin memperoleh dana
yang lebih besar dan investor menginginkan return yang tinggi mengakibatkan
terjadinya underpricing. Underpricing merupakan selisih positif antara harga
saham di pasar sekunder dengan harga perdana yang disebut sebagai initial
return bagi investor. Bagi emiten underpricing ini tentunya merugikan karena
perusahaan tidak memperoleh dana lebih besar. Bagaimana terjadinya
fenomena underpricing ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi underpricing yaitu Financial Leverage (FL), Reputasi
Underwriter, Return on Assets (ROA) dan Current Ratio (CR).
Meskipun studi tentang underpricing telah banyak dilakukan, namun
penelitian di bidang ini masih dianggap masalah yang menarik untuk diteliti
karena adanya inkonsistensi hasil penelitian, serta kebanyakan penelitian lebih
memfokuskan pada informasi non keuangan. Banyak rasio-rasio keuangan
yang mungkin mempengaruhi underpricing. Hal inilah yang mendorong
penelitian dilakukan di bidang ini. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian
ini menggunakan variabel rasio keuangan dan non keuangan guna mengukur
tingkat underpricing.
Variabel rasio keuangan yang digunakan disini adalah Return on Assets,
commit to user
5
digunakan raputasi underwriter. Ada berbagai macam teknik untuk
menganalisis kinerja keuangan perusahaan. Salah satunya adalah dengan cara
menganalisis rasio-rasio pada laporan keuangan emiten. Selain dengan
menganalisis kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba perlu
diperhitungkan juga kemampuan perusahaan untuk bertahan dan membayar
hutang. Salah satu rasio tersebut adalah rasio financial leverage. Penelitian
Ardiansyah (2004) menemukan bahwa financial leverage suatu perusahaan
tidak berpengaruh terhadap initial return (underpricing). Adapun hasil
penelitian ini inkonsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih
(2005) yang menyatakan bahwa variabel financial leverage berpengaruh
signifikan positif terhadap initial return (underpricing). Hasil berbeda
ditunjukkan oleh Ghozali dan Mansyur (2002) dalam Trisnaningsih (2005)
yang menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh signifikan negatif
terhadap underpricing.
Pengukuran profitabilitas perusahaan dapat dilihat melalui Return on
Assets (ROA) emiten tersebut. ROA merupakan suatu rasio penting yang dapat
dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba dengan asset yang dimilikinya. Investor yang hendak menanamkan
modalnya dapat mempergunakan rasio ini sebagai bahan pertimbangan apakah
emiten dalam operasinya nanti dapat memperoleh laba. Dengan kemampuan
emiten yang tinggi untuk menghasilkan laba atas asetnya maka akan terlihat
bahwa resiko yang akan dihadapi investor akan kecil. Ini berarti bahwa
perusahaan dapat memanfaatkan seluruh asetnya dalam memperoleh laba
commit to user
Ghozali dan Mansyur (2002) dalam Trisnaningsih (2005) menunjukan bahwa
ROA berpengaruh signifikan positif terhadap underpricing. Hasil penelitian
tersebut dikuatkan oleh penelitian Trisnaningsih (2005) yang menyatakan
bahwa ROA berpengaruh signifikan positif terhadap underpricing. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah (2004) memberikan hasil berbeda
yaitu bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap underpricing.
Ghozali dan Mansyur (2002) dalam Trisnaningsih (2005), menyatakan
bahwa reputasi underwriter berpengaruh signifikan negatif terhadap
underpricing dengan signifikansi 10%. Hasil yang berbeda didapat oleh
Ardiansyah (2004) yang menyatakan bahwa reputasi underwriter tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Adapun faktor-faktor
yang menpengaruhi underpricing di atas memiliki inkonsistensi hasil penelitian
diantara penelitian terdahulu, baik yang dilakukan di Indonesia maupun di luar
negeri, sehingga masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap
variabel-variabel tersebut.
Ardiansyah (2004), dalam penelitiannya menemukan bahwa current ratio
tidak berepngaruh secara signifikan terhadap underpricing. Karena untuk
current ratio belum banyak digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya
maka perlu diuji lagi konsistensinya.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Trisnaningsih (2005) yang
menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap underpricing pada saham
perdana, yang meliputi variabel financial leverage, reputasi underwriter, dan
Return on Assets; dengan periode pengamatan tahun 2002 sampai 2004.
commit to user
7
(2004) yang menguji pengaruh variabel keuangan terhadap return awal dan
return 15 hari setelah IPO, yang meliputi variabel return on asset, financial
leverage, earning per share, ukuran perusahaan, pertumbuhan laba, current
ratio, besaran perusahaan, umur perusahaan, reputasi auditor, penjamin emisi,
jenis industri dan kondisi perekonomian, dengan periode pengamatan tahun
1995 sampai 2000.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya pada periode
pengamatan, penelitian ini menggunakan tahun 2007 sampai 2010. Dalam
penelitian ini hanya mengambil beberapa variabel yang diduga berpengaruh
terhadap tingkat underpricing saham perdana, yaitu : financial leverage,
reputasi underwriter, return on assets dan current ratio terhadap tingkat
underpricing.
Karena dari beberapa penelitian terdahulu terdapat inkonsistensi hasil
penelititan baik dari luar negeri maupun Indonesia. Hal ini menunjukkan
perlunya dilakukan penelitian kembali terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat underpricing pada penawaran saham perdana. Maka
dari itu, penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul ” ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI
commit to user B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh financial leverage, reputasi underwriter, return on
assets dan current ratio secara simultan terhadap tingkat
underpricing?”.
2. Apakah ada pengaruh financial leverage, reputasi underwriter, return on
assets dan current ratio secara parsial terhadap tingkat underpricing?”.
3. Apakah ada pangaruh yang paling dominan di antara faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat underpricing.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh financial leverage, reputasi underwriter,
return on assets dan current ratio secara simultan terhadap tingkat
underpricing.
2. Untuk mengetahui pengaruh financial leverage, reputasi underwriter,
return on assets dan current ratio secara parsial terhadap tingkat
underpricing.
3. Untuk mengetahui pangaruh yang paling dominan di antara faktor-faktor
commit to user
9
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap penawaran saham perdana, terutama kepada:
1. Investor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
informasi mengenai hal-hal yang berpengaruh secara signifikan initial
return (tingkat underpricing) yang diterima saat IPO, sehingga dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
untuk berinvestasi di saham perdana.
2. Emiten. Diharapkan bermanfaat dalam menentukan harga yang tepat
dalam penawaran saham perdana, sehingga perusahaan akan memperoleh
modal dengan biaya yang relatif murah.
3. Ilmu pengetahuan. Diharapkan dapat menambah wawasan pustaka bagi
yang berminat mengadakan penelitian mengenai bidang pasar modal,
khususnya fenomena underpricing dalam saham perdana.
E.Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi penelitian ini, sistematika penulisan yang
digunakan terdiri dari lima bab dan pada masing-masing bab tersebut dapat
diuraikan seperti berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
commit to user BAB II : LANDASAN TEORI
Berisi tentang penggambaran teori yang melandasi penelitian ini
meliputi: tinjauan pustaka, faktor-faktor yang mempengaruhi
underpricing, penelitian terdahulu, penentuan hipotesis dan
kerangka pemikiran.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Terdiri dari populasi dan sampel, data dan sumber data, definisi
operasional dan pengukuran variabel, metode analisis data dan
pengujian hipotesis.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pembahasan secara rinci tentang analisis data serta pembahasan
hasil yang diperoleh secara teoritik baik secara kuantitatif dan
statistik.
BAB V : PENUTUP
Berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran untuk
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan
yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan
semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat
berharga yang beredar (Kepmenkeu RI No.1548/KMK/90, tentang
Peraturan Pasar Modal). Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar
(tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan
saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai
jasa para perantara pedagang efek.
Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal no.8
tahun 1995:
”Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.”
Menurut Sunariyah (2000), pasar modal adalah tempat pertemuan
antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para
pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai
kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga
commit to user
(entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara
listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten.
Menurut Mishkin dan Eatkins (200:16) dalam Setyaningrum (2005),
pengertian pasar modal adalah sebagai berikut:
“Capital market is the market which longer term debt (originaly maturity of
year or greater) and equity instrument are treaded”.
2. Peranan Pasar Modal
Menurut Sunariyah (2000), pasar modal mempunyai peranan penting
dalam suatu negara, yang pada dasarnya peranan tersebut mempunyai
kesamaan antara satu Negara dengan Negara yang lain. Hampir semua
Negara di dunia mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan
fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi
permintaan dan penawaran modal. Terkecuali dalam Negara dengan
perekonomian sosialis atupun tertutup, pasar modal bukanlah suatu
keharusan. Seberapa besar peranan pasar modal pada suatu negara dapat
dilihat dari 5 (lima) aspek berikut ini:
a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual
untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang
diperjual-belikan. Di tinjau dari segi lain, pasar modal memberikan kemudahan
dalam melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan
penjual bertemu secara tidak langsung). Kemudahan tersebut dapat
dilakukan dengan lebih sempurna setelah adanya sistem perdagangan
commit to user
13
b. Pasar modal member kesempatan kepada para investor untuk memperoleh
hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut mendorong perusahaan
(emiten) untuk memenuhi keinginan para investor untuk memperoleh
hasil yang diharapkan. Jadi, pasar modal menciptakan peluang bagi
perusahaan (emiten) untuk memuaskan keinginan para investor melalui
kebijakan deviden dan stabilitas harga sekuritas yang relative normal.
Pemuasan yang diberikan kepada pemegang saham tercermin dalam
harga sekuritas. Tingkat kepuasan hasil yang diharapkan akan
menentukan bagaimana investor menanam dananya dalam surat berharga
(sekuritas), sedangkan tingkat harga sekuritas dipasar mencerminkan
kondisi perusahaan.
c. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali
saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan
beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga
yang dimiliki tersebut setiap saat. Apabila pasar modal tidak ada, maka
investor terpaksa harus menunggu pencairan surat berharga yang
dimilikinya sampai dengan saat perusahaan dlikuidasi. Keadaan
semacam ini akan menjadikan investor kesulitan mendapat uangnya
kembali, bahkan tertunda-tunda dan berakibat menerima risiko rugi yang
sulit diprediksi sebelumnya. Eksistensi operasi pasar modal memberikan
kepastian dalam menghindarkan risiko rugi, yang pada dasarnya tidak
satupun investor yang bersedia meanggung kerugian tersebut. Jadi,
operasi pasar modal dapat menghindarkan ketidakpastian dimasa yang
commit to user
d.Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu pererkonomian. Masyarakat
umum mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan alternatif cara
penggunaan uang mereka. Selain menabung, mereka dapat melakukan
investasi melalui pasar modal, yaitu dengan membeli sebagian kecil
saham perusahaan publik. Apabila saham masyarakat tersebut
berkembang dan meningkat jumlahnya, maka ada kemungkinan bahwa
masyarakat dapat memiliki saham mayoritas.
e. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
Bagi para investor, keputusan investasi harus didasarkan pada
tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Pasar modal
dapat menyediakan kebutuhan terhadap informasi bagi para investor
secara lengkap, yang apabila hal tersebut harus dicari sendiri akan
memerlukan biaya sangat mahal. Dengan adanya pasar modal tersebut,
biaya memperoleh informasi ditanggung oleh seluruh pelaku pasar
modal, dengan demikian biayanya akan lebih murah.
Kelima aspek tersebut diatas memperlihatkan aspek mikro yang
ditinjau dari sisi kepentingan para pelaku pasar modal. Namun demikian,
peranan pasar modal dalam perekonomian nasional (tinjauan secara Makro
Ekonomi) lebih luas jangkauannya. Peranan pasar modal dalam suatu
perekonomian Negara adalah sebagai berikut:
a.Fungsi Tabungan (Savings Function).
Menabung dapat dilakukan dibawah bantal, celengan atau di bank.
commit to user
15
yang akan datang. Bagi penabung, metode yang akan digunakan sangat
dipengaruhi oleh kemungkinan rugi sebagai akibat penurunan nilai mata
uang, inflasi dan risiko hilang. Apabila seseorang ingin mempertahankan
nilai sejumlah uang yang dimilikinya, maka perlu mempertimbangkan
agar kerugian yang akan dideritanya tetap minimal.
Dengan melihat gambaran tersebut para penabung perlu
memikirkan alternatif selain menabung yaitu investasi. Surat berharga
yang diperdagangkan di pasar modal member jalan yang begitu murah
dan mudah, tanpa risiko adanya penurunan nilai mata uang untuk
menginvestasikan dana. Dana tersebut dapat digunakan untuk
memperbanyak jasa dan produk-produk disuatu sektor perekonomian
Dengan membeli surat berharga, masyarakat diharapkan bisa
mengantisipasi standar hidup yang lebih baik. Hal tersebut akan
mempertinggi standar hidup suatu masyarakat.
b. Fungsi Kekayaan (Wealth Function)
Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam
jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut
dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu
tidak mengalami depresiasi (penyusutan) seperi aktiva lain. Contohnya,
mobil, gedung, kapal laut, dan aktiva lainnya. Semakin bertambah umur
kekayaan tersebut akan semakin besar nilai penyusutannya Akan tetapi
obligasi, saham, deposito, dan instrument sura berharga lainnya tidak
akan mengalami depresiasi. Surat berharga mempunyai kekuatan beli
commit to user c. Fungsi Likuiditas (Liquidity Function)
Kekayaan yang disimpan dalam surat berharga, bisa dilikuidasi
melalui pasar modal dengan risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan
aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah
dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market
untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga.
Bagaimanapun uang sebagai alat denominasi mudah terganggu oleh
inflasi dari waktu ke waktu. Hampir semua mata uang Negara-negara
yang ada di dunia mengalami inflasi structural, yang mengakibatkan daya
beli uang semakin menurun (devaluasi). Oleh karena itu, masyarakat
lebih memilih instrument pasar modal sampai mereka memerlukan dana
untuk dicairkan kembali.
d. Fungsi Pinjaman (Credit Function)
Terakhir, pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi
atau investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar
modal bagi suatu perekonomian Negara merupakan sumber pembiayaan
pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari msyarakat. Pemerintah
lebih mendorong pertubuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang
labih mudah dan murah. Karena, melihat kenyataan bahwa pinjaman dari
bank dunia mempunyai tingkat bunga yang lebih tinggi. Selain itu,
perusahaan juga menjual obligasi di pasar modal untuk mendapatkan
dana dengan biaya bunga rendah dibandingkan dengan bunga dari bank.
Dana tersebut dapat dipakai untuk ekspansi atau sebagai jaminan dividen
commit to user
17
3. Macam-Macam Pasar Modal
Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk
pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual-belikan. Janis-jenis pasar
modal tersebut ada beberapa macam (Sunariyah, 2000), yaitu:
a. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang
menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang
ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut
diperdagangkan di pasar sekunder (Menurut Paket Desember 1987,
tentang Pasar Modal Indonesia). Pengertian tersebut menunjukkan,
bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan
saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya
(penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa.
Harga saham dipasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan
perusahaan yang akan go public (emiten) berdasarkan analisis
fundamental perusahaan yang bersangkutan. Peranan penjamin emisi
pada pasar perdana selain menentukan harga saham, juga melaksanakan
penjualan saham kepada masyarakat sebagai calon investor. Dari uraian
diatas menegaskan bahwa pada pasar perdana, saham yang bersangkutan
untuk pertama kalinya diterbitkan emiten dan dari hasil penjualan saham
commit to user b. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah
melewati masa penawaran pasar perdana. Jadi, pasar sekunder
merupakan pasar dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan
secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga
saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran
antara pembeli dan penjual. Besarnya permintaan dan penawaran
dipengaruhi oleh dua factor yaitu:
Faktor internal perusahaan, merupakan factor yang berhubungan
dengan kebijakan internal pada suatu perusahaan beserta kinerja yang
telah dicapai. Hal ini berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dapat
dikendalikan oleh manajemen.
Faktor eksternal perusahaan, yaitu hal-hal diluar kemampuan
perusahaan atau diluar kemampuan manajemen untuk mengendalikan.
Perdagangan pasar sekunder mempunyai volume perdagangan yang jauh
lebih besar jika dibandingkan dengan perdagangan pasar perdana. Namun
demikian hasil penjualan saham disini biasanya tidak lagi masuk modal
perusahaan, melainkan masuk kedalam kas para pemegang saham.
c. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain
diluar bursa. Di Indonesia, pasar ketiga ini disebut bursa parallel. Bursa
parallel merupakan suatu system perdagangan efek yang terorganisasi
commit to user
19
dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan
diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal.
d. Pasar keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar investor
atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke
pemegang saham lainnya tanpa mealui perantara pedagang efek.
4. Pengertian Saham
Saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan
terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten (Sunariyah,2000). Pemilik
saham merupakan pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Ada dua jenis
pemilikan saham yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk. Sekarang ini
saham yang diperdagangkan di Indonesia adalah saham atas nama, yaitu
saham yang nama pemilik tertera diatas saham tersebut.
5. Pengertian IPO
Saat perusahaan membutuhkan tambahan modal, perusahaan dapat
melakukan penerbitan sekuritas yang di pasarkan kepada masyarakat umum
(disebut go public), dan IPO merupakan penawaran saham di pasar perdana
yang dilakukan perusahaan yang hendak go public atau belum mempunyai
sekuritas di pasar modal. Perusahaan yang melakukan IPO secara otomatis
perusahaan tersebut telah go public di pasar modal. Penawaran perdana ini
dilakukan setelah mendapat ijin dari BAPEPAM dan sebelum sekuritas
tersebut diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek)
Pengertian IPO menurut Carter & Manaster (1990) dalam Hartono
commit to user
modal publik yang dilakukan untuk pertama kalinya. Dengan melakukan
IPO suatu perusahaan akan berubah statusnya dari perusahaan tertutup
(privat company) menjadi perusahaan terbuka (public company). Dalam
penelitian ini penawaran perdana (IPO) dikhususkan dalam bentuk
penawaran saham pertama kali, untuk emiten adalah perusahaan yang telah
melakukan IPO dan terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia.
6. Syarat-Syarat Go Public
Tidak semua perusahaan dapat menjadi perusahaan publik. Terdapat
beberapa persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk suatu
perusahaan agar dapat menjadi perusahaan publik, syarat-syarat tersebut
antara lain yaitu:
a. Setiap Perseroan Terbatas (PT) yang telah beroperasi sekurang-kurangnya
12 bulan, memiliki aktiva bersih sekurang-kurangnya Rp.
5000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
b. Laporan keuangan auditan tahun buku terakhir memperoleh opini wajar
tanpa pengecualian dari akuntan publik yang terdafar di Bapepam.
c. Menjual sekurang-kurangnya 50.000.000 (lima puluh juta) saham atau 35
(tiga puluh lima) persen dari jumlah saham yang diterbitkan (mana yang
lebih kecil).
d. jumlah pemegang saham publik sekurang-kurangnya 500 (lima ratus)
pihak dapat menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan
di bursa.
Untuk membantu kelancaran penyiapan berbagai dokumen yang
commit to user
21
perusahaan publik menunjuk underwriter yang bertugas membantu semua
persiapan yang diperlukan hingga saham perusahaan dapat diperdagangkan
di bursa. Calon perusahaan terbuka dapat menunjuk satu atau lebih
underwriter untuk menunjang proses go public.
7. Proses Go Public
Sesuai dengan ketentuan SK Ketua Badan Pengawas Pasar Modal:
KEP-03/PM/1995, yang dapat melakukan penawaran umum adalah emiten
yang telah menyampaikan pendaftaran kepada Bapepam untuk menjual atau
menawarkan efek kepada masyarakat. Selain itu, pernyataan pendaftaran
tersebut telah efektif. Dalam mengajukan pernyataan pendaftaran emisi efek
hal-hal yang harus dipersiapkan calon emiten dalam rangka go public yaitu
(Sunariyah, 2000) :
a. Manajemen perusahaan menetapkan rencana penggunaan dana yang
diperoleh dari penjualan saham melalui go public.
b. Persetujuan pemegang saham pendiri melalui rapat umum pemegang
saham (RUPS).
c. Menunjuk profesi penunjang dan lembaga penunjang untuk membantu
menyiapkan kelengkapan dokumen.
Penjamin emisi (underwriter), adalah pihak yang bertindak sebagai
penjamin dan membantu emiten dalam proses emisi.
Profesi penunjang, yang terdiri dari
Akuntan public (auditor independen), untuk melakukan audit atas
commit to user
Notaris, untuk melakukan perubahan anggaran dasar, membuat
akta perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga
notulen-notulen rapat.
Konsultan hukum, untuk member pendapat dari segi hokum.
Perusahaan penilai, untuk melakukan penilaian atas aktiva yang
dimiliki emiten.
Lembaga penunjang
Wali amanat akan bertindak selaku wali bagi kepentingan
pemegang obligasi (untuk emisi obligasi)
Penanggung (Guarantor)
Biro administrasi efek
Tempat penitipan harta
d. Mempersiapkan kelengkapan dokumen emisi
Dengan koordinasi dengan underwriter, perusahaan menyiapkan
berbagai dokumen yang diperlukan seperti :
Laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan public yang terdaftar di
Bapepam-LK;
Anggaran dasar berikut amandemennya yang disiapkan notaries dan
disahkan oleh instansi yang berwenang;
Legal audit dari konsultan hukum yang terdaftar di Bapepam-LK;
Laporan penilai independen, jika ada;
Prospektus penawaran umum; dan beberapa dokumen lain
commit to user
23
e. Membuat kontrak pendahuluan dengan bursa efek.
f.Mengadakan public expose, kepada masyarakat luas.
g. Membuat penanda-tanganan berbagai perjanjian-perjanjian emisi.
h. Khusus penawaran obligasi atau efek lain yang bersifat hutang, terlebih
dahulu harus memperoleh peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga
peringkat efek.
i.Menyampaikan pernyataan pendaftaran beserta dokumen-dokumennya
kepada Bapepam
Prosedur pendaftaran sekuritas di BEI secara ringkas dapat dijelaskan
commit to user
Untuk menjadi perusahaan publik yang sahamnya dicatatkan dan
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, perusahaan perlu memperoleh
persetujuan dari BEI dengan mengajukan permohonan pencatatan kepada
BEI dengan melampirkan dokumen-dokumen yang diperlukan. Sepanjang
dokumen-dokumen dan informasi yang disampaikan telah mencukupi dan
lengkap, BEI hanya memerlukan waktu 10 hari bursa untuk memberikan
persetujuan pencatatan.
Jika memenuhi syarat, BEI memberikan surat persetujuan prinsip
pencatatan yang dikenal dengan istilah perjanjian pendahuluan pencatatan
efek. Setelah mendapat perjanjian pendahuluan dari BEI, calon perusahaan
terbuka tersebut mengajukan pernyataan pendaftaran ke badan pengawas
pasar modal lembaga keuangan (BAPEPAM-LK) untuk melakukan
penawaran umum. Jika pernyataan pendaftaran calon emiten telah
dinyatakan efektif oleh BAPEPAM-LK, maka calon emiten tersebut
melakukan penawaran umum.
Pada umumnya keseluruhan proses penawaran umum hanya
memerlukan waktu kurang lebih 10 hari kerja, tergantung berapa lama masa
penawaran kepada public yang ditentukan oleh calon perusahaan terbuka
dan underwriter. Setelah masa penawaran umum tersebut berakhir, maka
perusahaan resmi menjadi perusahaan terbuka yang sahamnya dicatatkan
dan diperdagangkan di bursa.
Untuk memperjelas proses penawarana umum, tahapan dalam
commit to user
25
a. Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan awal dalam mempersiapkan segala sesuatu
yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Hal yang pertama kali
dilakukan oleh Calon Perusahaan Tercatat adalah melakukan Rapat
Umum Pemegang Saham untuk meminta persetujuan para pemegang
saham dalam rangka Penawaran Umum saham. Setelah mendapat
persetujuan, Calon Perusahaan Tercatat Melakukan penunjukan Lembaga
dan Profesi Penunjang Pasar Modal, antara lain:
Penjamin Emisi (Underwriter) merupakah pihak yang paling banyak
terlibat dalam membantu Calon Perusahaan Tercatat dalam rangka
penerbitan saham dengan menyiapkan berbagai dokumen, membantu
membuat Prospektus dan memberikan Penjaminan atas penerbitan
Efek.
Akuntan Publik (Auditor Independen) merupakan pihak yang bertugas
untuk melakukan audit atau pemeriksaan atas Laporan Keuangan
Perusahaan Tercatat dan Calon Perusahaan Tercatat.
Penilai Independen yang merupakan pihak yang melakukan penilaian
atas Aktiva Calon Perusahaan Tercatat dan memenentukan nilai wajar
dari Aktiva tersebut.
Konsultan Hukum merupakan pihak yang memberikan pendapat dari
segi hukum (legal opinion).
Notaris merupakan pihak yang membuat akta-akta perubahan
Anggaran Dasar, akta perjanjian-perjanjian dalam rangka Penawaran
commit to user
Biro Administrasi Efek, bertugas untuk mengadministrasikan
pemesanan saham dan mengadministrasikan kepemilikan saham.
b. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Dalam tahap ini, Calon Perusahaan Tercatat melengkapi dokumen
pendukung untuk menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada
Bapepam dan LK sampai dengan Bapepam dan LK menyatakan bahwa
Pernyataan Pedaftaran telah menjadi efektif.
c. Tahap Penawaran Saham
Tahap ini merupakan tahap utama karena Calon Perusahaan
Tercatat menawarkan sahamnya kepada masyarakat (investor). Investor
dapat membeli saham melalui agen penjual yang telah ditunjuk. Masa
penawaran umum ini paling kurang 1 hari kerja dan paling lama 5 hari
kerja. Perlu diingat bahwa seluruh keinginan investor atas saham Calon
Perusahaan Tercatat dapat dipenuhi seluruhnya dalam hal terjadi
kelebihan permintaan (oversubsribe). Sebagai contoh, saham yang
ditawarkan ke masyarakat melalui Pasar Perdana sebanyak 100 juta
saham, sementara permintaan pembelian saham dari seluruh investor
sebesar 150 juta saham. Dalam hal investor tidak mendapatkan saham
yang dipesan melalui Pasar Perdana, maka investor tersebut dapat
membeli saham tersebut di Pasar Sekunder yaitu pasar dimana saham
tersebut telah dicatatkan dan diperdagangakan di Bursa Efek.
d. Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek
Setelah selesainya penjualan saham di Pasar Perdana, selanjutnya
commit to user
27
8. Manfaat Go Public
Di negara-negara maju, salah satu indikator keberhasilan perusahaan,
adalah apabila perusahaan tersebut dicatat dan diperdagangkan di pasar
modal. Dengan penawaran perdana saham kepada masyarakat umum (go
public) memberikan beberapa manfaat, antara lain yaitu :
a. Memperoleh sumber pendanaan baru.
Sumber pendanaan baru tersebut digunakan baik untuk
penambahan modal kerja maupun untuk ekspansi usaha. Kendala
pendanaan akan lebih mudah dielesaikan yaitu dengan cara: Perolehan
dana melalui hasil penjualan saham kepada publik; dengan menjadi
perusahaan publik akan mempermudah akses kepada perbankan;
mempermudah akses perusahaan untuk masuk ke pasar uang melalui
penerbitan surat hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Memberikan competitive advantage untuk pengembangan usaha. Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan akan memperoleh
banyak competitive advantage untuk pengembangan usaha di masa yang
akan datang, yaitu antara lain : Melalui penjualan saham kepada publik
perusahaan berkesempatan untuk mengajak para partner kerjanya seperti
pemasok dan pembeli untuk turut menjadi pemegang saham perusahaan;
dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan dituntut oleh banyak
pihak untuk dapat selalu meningkatkan kualitas kerja operasionalnya,
seperti dalam hal pelayanan kapada pelanggan ataupun kepada para
commit to user
c. Melakukan merger atau akuisisi dengan perusahaan lain dengan pembiayaan melalui penerbitan saham baru.
Hal tersebut banyak diminati untuk mempercepat pengembangan
skala usaha perusahaan.
d. Peningkatan Kemampuan Going Concern
Kemampuan going concern bagi perusahaan adalah kemempuan
untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun termasuk dalam kondisi
yang dapat mengakibatkan bangkrutnya perusahaan, seperti terjadinya
kegagalan pembayaran hutang kepada pihak ketiga, perpecahan diantara
pemegang saham pendiri, atau bahkan karena adanya perubahan
dinamika pasar yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk
tetap dapat bertahan di bidang usahanya.
e. Meningkatkan Citra Perusahaan
Dengan go public suatu perusahaan akan selalu mendapat
perhatian media dan komunitas keuangan. Hal ini berarti bahwa
perusahaan tersebut mendapat publikasi secara cuma-cuma, sehingga
dapat meningkatkan citranya.
f. Meningkatkan Nilai Perusahaan
Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya
diperdagangkan di Bursa, setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap
nilai perusahaan. Setiap penigkatan kinerja operasional dan kinerja
keuangan akan mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang
commit to user
29
9. Konsekuensi Go Public
Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan publik, pada dasarnya
harus siap dengan berbagai konsekuensinya, yaitu memenuhi ketentuan
yang berlaku dalam perundang-undangan beserta aturan yang mengikutinya.
Beberapa konsekuensi yang harus dipenuhi oleh perusahaan go public
yaitu:
a. Keharusan untuk keterbukaan (full disclosure)
Sebagai perusahaan publik yang sahamnya telah dimiliki oleh
masyarakat, harus menyadari keterbukaan sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan. Oleh karena itu, emiten harus memenuhi persyaratan
keterbukaan dalam berbagai aspek sesuai dengan kebutuhan pemegang
saham dan masyarakat serta peraturan yang berlaku.
b. Keharusan untuk wajib memberi laporan
Setelah perusahaan go publik mencatatkan efeknya di bursa, maka
emiten sebagai perusahaan publik wajib menyampaikan laporan secara
rutin maupun laporan lain jika ada kejadian kepada Bapepam dan BEI.
Kewajiban pelaporan ini dimaksudkan untuk membantu penyediaan
informasi, sehingga informasi tersebut dapat sampai secara tepat waktu
dan tepat guna bagi investor.
c. Perubahan hubungan dari informal ke formal
Sebelum go publik manajemen tidak mempunyai kewajiban untuk
menghasilkan laporan apapun, tetapi sesudah go publik manajemen harus
mempunyai komunikasi dengan pihak luar, misalnya Bapepam, akuntan
commit to user d. Kewajiban membayar dividen
Investor membeli saham karena mengharapkan ada keuntungan,
dalam hal ini dividen yang dibagi setiap periode. Perusahaan mempunyai
kewajiban untuk membayarkan dividen tersebut kepada investor. Apabila
hal tersesbut tidak terpenuhi, kredibilitas perusahaan akan turun. Oleh
karena itu,manajemen harus bekerja keras untuk meyakinkan para
investor, yang selanjutnya berkewajiban membayar dividen secara teratur
dan konstan atau naik.
e. Berusaha meningkatkan pertumbuhan perusahaan
Selain kewajiban membayar dividen, perusahaan harus
menunjukkan kemampuannya untuk bertahan dalam dunia persaingan,
selanjutnya berusaha keras untuk memenangkan persaingan. Hal itu
semua memerlukan dana. Di damping itu, perusahaan harus mencapai
titik yang optimal supaya dapat membagi dividen yang memadai dan
dapat melakukan investasi secara fisik sesuai dengan lingkungan bisnis.
10. Lembaga yang Terlibat di Pasar Modal
Adapun pihak-pihak yang terkait dalam pasar modal sesuai dengan
Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 adalah sebagai
berikut:
a. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
BAPEPAM merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai
tugas yaitu: pertama mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal
sehingga saham (efek) dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara
commit to user
31
masyarakat umum; kedua melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap lembaga dan profesi-profesi penunjang yang terkait dengan
pasar modal; ketiga memberi pendapat kepada Menteri Keuangan
mengenai pasar mosal beserta kebijakan operasional.
b. Pelaksana Bursa
Bursa Efek menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal merupakan pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk
mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan
tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
c. Perusahaan yang Go Public (Emiten)
Perusahaan yang Go Public (Emiten) merupakan pihak yang
melakukan emisi atau yang telah melakukan penawaran umum surat
berharga.
d. Perusahaan Efek
Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah memperoleh izin
usaha untuk beberapa kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara
pedagang efek, manajer investasi atau penasehat investasi.
e. Lembaga Kliring dan Penyelesaian Penyimpanan
Lembaga Kliring dan Penyelesaian Penyimpanan adalah suatu
lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yang
terjadi di bursa efek, serta menyimpan efek dan penitipan harta untuk
commit to user f. Reksa Dana (Investmen Fund)
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan Reksa Dana adalah wadah
yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal
yang selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi. Jadi, perusahaan Reksa Dana adalah pihak yang kegiatan
utamanya melakukan investasi.
g. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Lembaga penunjang pasar modal meliputi tempat penitipan harga,
biro administrasi efek, wali amanat, atau penanggung yang menyediakan
jasanya.
h. Profesi Penunjang Pasar Modal
Terdiri dari akuntan, notaris, perusahaan penilai (appraisal), dan
konsultan hukum.
i. Pemodal (Investor)
Pemodal (investor) adalah pihak perorangan atau lembaga yang
menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan di pasar
modal.
11. Pengertian Underpricing
Menurut Kartini dan Payamta (2002), underpricing merupakan
kondisi dimana harga saham di pasar sekunder lebih tinggi dari harga
perdananya atau dengan kata lain, saham perdana (offering price)
ditawarkan lebih rendah. Underpricing bisa juga dikatakan sebagai selisih
commit to user
33
dan merupakan initial return bagi investor. Bagi emiten keadaan
underpriced adalah merugikan, karena perusahaan tidak dapat memperoleh
dana lebih besar.
Terjadinya underpricing karena adanya perbedaan kepentingan antara
emiten dengan investor, dimana emiten menginginkan harga yang lebih
tinggi agar dapat memperoleh dana lebih besar. Akan tetapi di sisi lain,
investor sebagai pembeli menginginkan harga perdana yang rendah
sehingga dapat memperoleh “return” pada pasar sekunder berupa “agio
saham”. Harga perdana yang tinggi akan mengurangi atau bahkan
menghilangkan return awal (initial return) yang bisa diperoleh oleh investor
di bursa, dari sisi emiten kondisi underpricing yang tinggi akan merugikan.
Fenomena underpricing dikarenakan adanya mispriced di pasar
perdana sebagai akibat adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak
underwriter dengan pihak perusahaan (Trisnaningsih, 2005). Dalam
literature keuangan masalah tersebut disebut dengan adanya asymmetry
informasy. Di Indonesia fungsi penjaminan hanya ada satu yaitu full
commitment sehingga pihak underwriter berusaha untuk mengurangi risiko
dengan jalan menekan harga di pasar perdana agar terhindar dari kerugian.
Hal tersebut yang mengakibatkan adanya mispriced yaitu perusahaan
dinilai lebih rendah dari kondisi yang sesungguhnya oleh underwriter dalam
rangka untuk mengurangi tingkat resiko yang harus dihadapi karena fungsi
penjaminannya.
Dalam hal asymmetry informasy, underwriter mempunyai informasi
commit to user
emiten, di lain pihak tidak mengetahui keadaan pasar modal yang
sesungguhnya. Dalam hal ini underwriter sebagai pihak yang lebih sering
berhubungan dengan pasar modal mempunyai informasi lebih banyak
mengenai pasar modal bila dibandingkan dengan calon emiten. Adanya
asimetri informasi inilah maka harga saham pada penawaran perdana lebih
rendah dari pada harga saham di pasar sekunder. Jadi, underwriter
menggunakan ketidaktahuan emiten mengenai pasar modal untuk
mengurangi risiko yang harus ditanggungnya apabila saham yang dijamin
di pasar perdana tidak laku terjual dan harus membelinya.
B.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing 1. Financial leverage
Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
membayar hutangnya dengan total aset yang dimilikinya. Apabila financial
leverage ini tinggi menunjukkan resiko suatu perusahaan dan tentunya
investor dalam menanamkan modalnya akan mempertim-bangkan hal ini.
Financial leverage yang tinggi akan mengurangi minat investor dalam
menanamkan modalnya. Perusahaan yang mempunyuai financial leverage
tinggi akan meningkatkan ketidakpastian perusahaan, jika ketidakpastian
tinggi maka underpricing tinggi.
2. Reputasi underwriter
Dalam menentukan harga penawaran untuk saham yang baru pertama
kali diterbitkan, underwriter berhadapan dengan ketidakpastian
commit to user
35
menyeluruh tentang potensi perusahaan, baik finansial maupun
non-finansial dan kondisi pasar modal di saat saham perusahaan tersebut akan
diterbitkan. Underwriter sebagai pihak luar yang menjembatani
kepentingan emiten dan investor diduga berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya underpricing. Berhubungan dengan harga saham yang ditentukan
oleh emiten dan underwriter sebagai penjamin emisi, sudah selayaknya
menggunakan underwriter yang berkualitas akan mengurangi tingkat
ketidakpastian yang tidak dapat diungkapkan oleh informasi yang terdapat
dalam prospektus dan menandai bahwa informasi privat dari emiten
mengenai prospektus perusahaan di masa mendatang tidak menyesatkan
(Hidayah dkk., 2006).
3. Return On Assets (ROA)
ROA merupakan salah satu rasio profibalitas, yaitu rasio yang
menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga
menghasilkan keuntungan atau laba bagi peruusahaan. ROA digunakan
untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Nilai ROA yang
semakin tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan
laba di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi penting bagi
investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Profitabilitas
yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi
investor sehingga akan menurunkan tingkat underpricing (Ghozali, 2002)
dalam Trisnaningsih (2005). Hal ini berarti kemungkinan investor untuk
commit to user 4. Current ratio (CR)
Current ratio merupakan rasio yang menunjukkan likuiditas suatu
perusahaan. Semakin tinggi current ratio suatu perusahaan berarti semakin
kecil kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Akibatnya risiko yang akan ditanggung pemegang saham juga semakin
kecil. Jadi semakin besar current ratio mengkibatkan semakin kacil initial
return (underpricing).
C.Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
underpricing telah banyak dilakukan diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Nurhidayati dan Indriantoro (1998), yang berjudul, “Analisis
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Underpricing pada
Penawaran Perdana”. Variabel-variabel yang digunakan yaitu: auditor,
underwriter, stock retention, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari semua variabel tidak ada yang
berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.
Kusuma (2001), yang meneliti tentang prospektus perusahaan dan
keputusan investasi. Dalam penelitiannya variabel dependen yang digunakan
yaitu initial return positif dan rata-rata initial return 15 hari setelah IPO. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel persentase penawaran saham, waktu
listing, dan standar deviasi return secara signifikan berpengaruh terhadap
commit to user
37
leverage, dan standar deviasi return berpengaruh terhadap rata-rata return 15
hari setelah IPO.
Penelitian Yasa (2002), yang berjudul, “Penyebab Underpricing Pada
Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini
digunakan variabel-variabel : repurtasi auditor, reputasi underwriter,
persentase saham yang ditawarkan kepada publik, umur perusahaan,
profitabilitas perusahaan (ROA), solvability ratio dan financial leverage. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya variabel reputasi underwriter dan
ROA yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Reputasi
underwriter signifikan positif terhadap tingkat underpricing dan untuk ROA
signifikan negatif terhadap tingkat uunderpricing.
Ardiansyah (2004), yang meneliti tentang pengaruh variabel keuangan
dan non keuangan terhadap return awal dan return 15 hari setelah IPO.
Variabel keuangan dan non keuangan yang digunakan yaitu: ROA, FL, EPS,
ukuran penawaran saham, pertumbuhan laba, current ratio, ukuran perusahaan,
umur perusahaan repurasi auditor, reputasi underwriter, jenis industri dan
kondisi perekonomian. Hasil penelitian menyatakan bahwa EPS dan kondisi
perekonomian yang berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Untuk EPS
signifikan negatif terhadap initial return dan untuk kondisi perekonomian
signifikan positif terhadap initial return.
Penelitian Yolana dan Martini (2005), yang berjudul, “Variabel-Variabel
yang Mempengaruhi Fenomena Underpricng Pada Penawaran Saham Perdana
di Bursa Efek Jakarta Tahun 1994-2001”. Dengan variabel raputasi
commit to user
penelitian menyatakan bahwa hanya reputasi underwriter yang tidak
berpengaruh terhadap underpricing. Untuk rata-rata kurs dan ROE
berpengaruh signifikan positif terhadap underpricing. Ukuran perusahaan dan
jenis industry berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing
Sulistio (2005), yang meneliti tentang pengaruh informasi akuntansi dan
non akuntansi terhadap initial return. Variabel dependen yang digunakan
adalah initial return sedangkan varibel independen yang digunakan adalah
ukuran perusahaan, EPS, PER, tingkat leverage, persentase pemegang saham
lama, reputasi auditor, reputasi underwriter. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap initial return
dan persentase pemegang saham lama berpengaruh positif signifikan terhadap
initial return. Berbeda dengan penelitian Daljono (2000) dalam Sulistio (2005),
dengan variabel independen umur perusahaan, persentase kepemilikan saham
yang ditawarkan kepada public, ROA, FL dan solvability ratio dan variabel
dependen adalah initial return. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
reputasi underwriter dan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap
initial return.
Trisnaningsih (2005), yang meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi underpricing saham perdana pada perusahaan go public di BEJ.
Sampel sebanyak 23 emiten, dengan hasil penelitian bahwa reputasi
underwriter, financial leverage, dan return on assets (ROA) berpengaruh
secara simultan terhadap tingkat underpricing, untuk reputasi underwriter dan
financial leverage secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap
commit to user
39
Penelitian yang dilakukan oleh Takarini dan Kustini (2007), yang
berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing
pada Penawaran Saham Perdana (IPO) pada Perusahaan yang Go Public di
BEJ”. Dengan variabel reputasi underwriter, stock offering, stock retention,
dan listing time. Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel reputasi
underwriter berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat underpricing dan
untuk variabel listing time berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat
underpricing.
Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008), yang berjudul,
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran
Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan Keuangan yang Go Publik di
Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2006). Dengan variabel DER, ROA, EPS,
umur perusahaan, ukuran perusahaan, persentase penawran saham. Hasil
penelitian menyatakan bahwa hanya variabel EPS, persentase penawaran dan
ukuran perusahaan yang berpengaruh signifikan positif terhadap underpricing.
Boulton dkk. (2010), yang meneliti tentang : “IPO Underpricing and
International Corporate Governance”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
reputasi underwriter dan proporsi kepemilikan perusahaan mempunyai
pengaruh terhadap tindakan underpricing saham perdana.
Penelitian Islam,A.et.all. (2010), yang berjudul “An Empirical
Investigation of the Underpricing of Initial Public Offerings in the Chittagong
Stock Exchange”. Studi ini menganalisis tingkat underpricing dalam IPO dan
faktor penentu dari Chittagong Stock Exchange (CSE). Tingkat underpricing