ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT
UNDERPRICING
PADA PERUSAHAAN
GO
PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA
Studi Empiris pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2007-2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Teodora Uthari Dadara Tarigas NIM : 092114071
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT
UNDERPRICING
PADA PERUSAHAAN
GO
PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA
Studi Empiris pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2007-2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Teodora Uthari Dadara Tarigas NIM : 092114071
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
- Thomas Alva
Edison-Apa pun tugas hidup anda, lakukan dengan baik. Seseorang semestinya melakukan pekerjaannya sedemikian baik sehingga mereka yang masih hidup, yang sudah mati, dan yang belum lahir tidak mampu melakukannya lebih baik lagi.
- Martin Luther
King-Kupersembahkan untuk :
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulisan mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Romo Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.
2. Dr. H. Herry Maridjo, M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. YP. Supardiyono, M. Si., Akt., QIA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M. Acc selaku dosen pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Yusef Widya Karsana, M.Si.,Akt.,QIA dan Dr. Fr. Reni Anggraini, M. Si selaku dosen penguji yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menyelesaikan skripsi.
vii
7. Sahabat-sahabatku Tia, Ketrin, Ika, Eka, Risa, Reza, Sam dan Petric serta teman – teman angkatan 2009 dan pihak – pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan terbaiknya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 2 Juli 2013
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vi
HALAMAN DAFTAR ISI ... viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ... x
HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xi
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A. Penawaran Umum Perdana atauInitial Public Offering(IPO) 11 B. Underpricing... 14
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TingkatUnderpricing... 15
1. ReputasiUnderwriter 15 2. Financial Leverage 17 3. Book Value to Earning 18 D. Perumusan Hipotesis Penelitian 18 1. ReputasiUnderwriter... 19
2. Financial Leverage... 20
3. Book Value to Earning... 20
BAB III METODE PENELITIAN... 22
A. Jenis Penelitian ... 22
B. Populasi Dan Sampel 22 C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 23 1. Variabel Independen 23 a. ReputasiUnderwriter 23 b. Financial Leverage 24 c. Book Value to Earning 25 2. Variabel Dependen (Underpricing) 25 D. Jenis dan Sumber Data ... 26 E. Metode Pengumpulan Data 27
F. Statistik Deskriptif 27
G. Metode Analisis Data 28
2. Pengujian Asumsi Klasik 28
a) Autokorelasi 28
b) Multikolinearitas 29
c) Heteroskedastisitas 29
3. Pengujian Hipotesis (Uji t) 30
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 33
A. Deskripsi Data 33 B. Kriteria Pengambilan Sampel 33 C. Perhitungan Data yang Diteliti 34 D. Statistik Deskriptif ... 35
E. Analisis Data 36 1. Pengujian Normalitas 36 2. Pengujian Asumsi Klasik 37 a) Autokorelasi 37 b) Multikolinearitas 38 c) Heteroskedastisitas 40 3. Pengujian Hipotesis (Uji t) 41 F. Pembahasan Hasil Analisis ... 43
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Kriteria Pengambilan Sampel... 33
Tabel 4.2. Statistik Deskriptif... 35
Tabel 4.3. Uji Normalitas 37
Tabel 4.4. Uji Autokorelasi 38
Tabel 4.5. Uji Multikolinieritas 39
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Perhitungan TingkatUnderpricing 54
Lampiran 2. Tabel Perhitungan ReputasiUnderwriter 57
Lampiran 3. TabelBig Ten UnderwriterBerdasarkanTotal Transaction Value 60
Lampiran 4. TabelFinancial Leverage(FL) danBook Value to Earning 62
xiii ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICINGPADA PERUSAHAANGO PUBLICDI BURSA EFEK
INDONESIA
Studi Empiris pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2007-2011
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing yaitu reputasi underwriter, financial leverage, dan book value to earning pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2011. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena underpricing
pada saat perusahaan go public dan masih adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu.
Jenis penelitian adalah studi empiris. Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian adalah pengujian normalitas, pengujian asumsi klasik, dan pengujian hipotesis (Uji t). Dari hasil uji t, variabel reputasi underwriter, dan book value to earning tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan variabel
financial leverage tidak berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
underpricing.
xiv ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE LEVEL OF GO PUBLIC COMPANIES UNDERPRICING IN INDONESIA STOCK EXCHANGE Empirical Study on Companies that Engaging IPO in the Indonesia Stock Exchange
in The Year of 2007-2011
Teodora Uthari Dadara Tarigas NIM: 092114071 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
This study aims to examine the factors that affect the level of underpricing which includes underwriter reputation, financial leverage, and book value to earning on companies that listed in the Indonesian Stock Exchange in the year 2007-2011. This research is motivated by the underpricing phenomenon when companies go public and the inconsistent this results from previous studies.
This type of research is an empirical study. Documentation as data collection technique. The data analysis technique that were used in this study is normality test, the classical assumption test, and hypothesis testing (t-test). Results of the t-test, showed that underwriter reputation and book value to earning variables are not significantly had negative effect on the level of underpricing. While the financial leverage variable had not significantly positive effect on the level of underpricing.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk
memperluas dan mengembangkan usahanya. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengadakan ekspansi usaha. Untuk melakukan ekspansi ini perusahaan
memerlukan tambahan modal yang cukup besar. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan modal yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang diambil dari
dalam perusahaan tidak cukup. Salah satu alternatif untuk pendanaan yang
dapat digunakan oleh perusahaan yang membutuhkan dana yaitu dengan cara
penerbitan saham baru pada masyarakat yang disebut dengan go public
penawaran umum (IPO).
Penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) atau
yang lebih dikenal dengan istilah go public adalah kegiatan penjualan saham
perdana oleh suatu perusahaan kepada masyarakat (public) di pasar modal.
Pasar modal disini mencakup pasar perdana (primary market) dan pasar
sekunder (secondary market). Dalam proses go public sebelum saham
diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek), terlebih dahulu saham
perusahaan yang akan go public dijual di pasar perdana yang biasa disebut
Pasar perdana adalah pasar di mana untuk pertama kalinya saham baru
dijual kepada investor oleh perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut,
agar emiten mendapatkan dana sebesar nilai saham yang ditawarkan
(Handayani, 2008). Handayani (2008) juga menyatakan bahwa pasar perdana
tidak akan berfungsi dengan baik tanpa ada pasar sekunder, karena melalui
pasar sekunder saham yang dikeluarkan di pasar pedana dapat diperjualbelikan
antar investor sehingga aktivitas di pasar sekunder dapat dilakukan oleh
masyarakat dengan bantuan jasa pialang. Tujuan utama dari pasar ini adalah
menyelenggarakan perdagangan saham yang sudah ada di tangan investor,
sehingga investor yang ingin menjual dan atau membeli sejumlah saham dapat
terlaksana. (Handayani, 2008)
Menurut Widiyanti (2006) seperti dikutip oleh Sari (2011) IPO
merupakan salah satu strategi manajemen perusahaan untuk mendapatkan
dana dari masyarakat dengan harapan akan menghasilkan kinerja perusahaan
yang lebih baik. Oleh karena itu, IPO diharapkan akan berakibat pada
membaiknya prospek perusahaan yang terjadi karena ekspansi yang akan
dilakukan dan selanjutnya menyebabkan harga saham yang ditawarkan
menjadi lebih tinggi (Handayani, 2008). Kinerja perusahaan sebelum IPO
merupakan informasi bagi investor untuk memprediksi pertumbuhan kinerja
perusahaan sesudah IPO. Investor berharap bahwa kinerja perusahaan sesudah
IPO dapat dipertahankan atau bahkan dapat lebih ditingkatkan (Handayani,
Harga saham pada penawaran perdana didasarkan pada kesepakatan
antara perusahaan emiten dengan underwriter, sedangkan harga saham di
pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar (berdasarkan penawaran dan
permintaan saham di pasar). Walaupun emiten dan underwriter secara
bersama-sama mengadakan kesepakatan dalam menentukan harga perdana
saham, namun sebenarnya mereka masing-masing mempunyai kepentingan
yang berbeda.
Saat perusahaan melakukan IPO terjadi masalah dalam menentukan
harga saham. Masalah yang seringkali timbul dari kegiatan IPO adalah
terjadinya underpricing yang menunjukkan bahwa sebenarnya harga saham
pada waktu penawaran perdana relatif lebih rendah dibanding pada saat
diperdagangkan di pasar sekunder. Pada saat perusahaan melakukan IPO,
harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan
antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter), sedangkan harga
yang terjadi di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar yang telah
ada melalui kekuatan permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar
modal. Apabila harga saham pada saat IPO secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama,
maka terjadi underpricing (Kim, et al. ,1995 seperti dikutip oleh Handayani
2008).
Menurut Handayani (2008), kondisiunderpricingini dapat merugikan
perusahaan yang melakukan IPO, karena dana yang diperoleh dari publik
merugi, karena mereka tidak menerima initial return (return awal). Initial
return adalah keuntungan yang didapat pemegang saham karena perbedaan
harga saham yang dibeli di pasar perdana dengan harga jual saham yang
bersangkutan di pasar sekunder (Handayani, 2008). Para pemilik perusahaan
menginginkan agar meminimalisasikan situasiunderpricing, karena terjadinya
underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran dari pemilik
perusahaan kepada para investor (Beatty, 1989 dalam Handayani 2008).
Fenomena underpricing terjadi di berbagai pasar modal di seluruh
dunia karena adanya asimetri informasi yaitu suatu kondisi di mana ada
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai
penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan
stakeholder sebagai pengguna informasi (user). Asimetri informasi bisa
terjadi antara emiten dan penjamin emisi, maupun investor. Untuk
mengurangi adanya asimetri informasi maka perusahaan menerbitkan
prospektus, yang berisi informasi dari perusahaan yang ingin menerbitkan
saham perdananya. Informasi yang tercantum dalam prospektus terdiri dari
informasi yang sifatnya keuangan dan non keuangan. Informasi yang dimuat
dalam prospektus akan membantu investor dalam membuat keputusan yang
rasional mengenai resiko nilai saham sesungguhnya yang ditawarkan emiten
(Kim,et al.1995 dalam Handayani 2008).
Menurut Trisnaningsih (2005), untuk menciptakan harga saham yang
ideal, ada beberapa faktor yang mempengaruhi gejalaunderpricing yang perlu
public terhadap kerugian karena underestimate atas nilai pasar sahamnya.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi gejala underpricing antara lain
adalah reputasi underwriter, financial leverage, dan price earning ratio
(PER).
Dalam menentukan harga penawaran untuk saham perusahaan yang
baru pertama kali diterbitkan,underwriterberhadapan dengan ketidakpastian
pasar (Himawan, 2012). Himawan (2012) juga menyatakan bahwa
perusahaan yang menggunakan underwriter yang berkualitas akan
mengurangi tingkat ketidakpastian yang tidak dapat diungkapkan oleh
informasi yang terdapat dalam prospektus dan menunjukkan bahwa informasi
privat dari emiten mengenai prospek usaha perusahaan tidak memberikan
informasi yang salah kepada investor. Dengan adanya reputasi underwriter
maka dapat mengurangi resiko terjadinya underpricing dimana reputasi
underwriter juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinyaunderpricing(Himawan, 2012).
Financial leverage mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian
modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Financial leverage
yang tinggi menunjukkan resiko financial atau resiko kegagalan perusahaan
untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya.
Penelitian Trisnaningsih (2005) menyatakan bahwa financial leverage
mempengaruhi tingkat underpricing. Financial leverage yang tinggi
melakukan keputusan investasi dengan mempertimbangkan informasi
financial leverage. Tetapi tidak mendukung pernyataan Besley dan Bringham
(1996) dalam Sari (2011) bahwa leverage yang tinggi dapat mengurangi
resiko terjadinya underpricing, karena pemegang saham lebih menyukai
leverageyang tinggi karena diharapkan dapat meningkatkan laba.
Hasil penelitian Sari (2011) menunjukkan bahwa price earning ratio
(PER) berpengaruh positif signifikan terhadapunderpricing. PER yang tinggi
menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang
akan datang. Denganprice earningyang tinggi diharapkan dapat menurunkan
tingkatunderpricingpasar perdana sehingga PER berpengaruh positif dengan
tingkat underpricing. Menurut Walsh (2003) dalam Hamka (2012)
menyatakan bahwa antar harga saham dan PER memiliki hubungan yang
kuat, karena dapat menunjukkan pertumbuhan laba, dan investor akan tertarik
pada pertumbuhan laba tersebut sehingga pada akhirnya akan memberikan
efek terhadap pergerakan harga saham.
Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing telah
banyak dilakukan. Rosyati dan Sabeni (2002), hasil penelitiannya menyatakan
bahwa reputasi underwriter mempengaruhi tingkat terjadinya underpricing.
Perusahaan yang menggunakan underwriter yang berkualitas dapat
mengurangi terjadinya tingkat underpricing. Hasil penelitian ini juga
mendukung temuan Trisnaningsih (2005) dan Ghozali dan Mansur (2002)
yang menyatakan reputasi underwriter berpengaruh terhadap tingkat
leverage mempengaruhi tingkat underpricing. Tetapi tidak mendukung
penelitian Sari (2011) yang menyatakan bahwa financial leverage tidak
berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing. Amalia dan Devi (2007)
menyatakan PER berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Dengan PER
yang tinggi maka di mata investor perusahaan memiliki prospek yang baik
dalam menghasilkan laba di masa datang. Temuan ini berbeda dengan
Setyoningsih (2006) dalam Amalia dan Devi (2007) yang menyimpulkan
bahwa PER tidak memiliki pengaruh terhadapreturnsaham (underpricing).
Fenomena ini menarik untuk diteliti lebih lanjut, berdasarkan latar
belakang dan dari berbagai penelitian yang sudah ada, ada beberapa hasil
penelitian yang tidak selalu konsisten. Berdasarkan hal ini maka masih perlu
dilakukan penelitian kembali terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat underpricing seperti reputasi underwriter, financial leverage, dan
price earning ratio (PER). Dikarenakan PER sebelum perusahaan IPO tidak
ada maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan perhitungan book value
to earningsebagai penggantinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap tingkat
underpricingpada perusahaan yanggo publicdi Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah financial leverage berpengaruh positif terhadap tingkat
3. Apakah book value to earning berpengaruh negatif terhadap tingkat
underpricingpada perusahaan yanggo publicdi Bursa Efek Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas
adalah:
1. Untuk mengetahui apakah reputasi underwriter berpengaruh negatif
terhadap tingkatunderpricing.
2. Untuk mengetahui apakahfinancial leverage berpengaruh positif terhadap
tingkatunderpricing.
3. Untuk mengetahui apakah book value to earning berpengaruh negatif
terhadap tingkatunderpricing.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak- pihak
yang berkepentingan seperti:
1. Bagi investor dan calon investor.
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan referensi untuk
2. Bagi emiten.
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan khususnya berkaitan
dengan masalah keterbukaan informasi dalam melakukan penawaran
perdana (IPO) untuk memperoleh harga yang baik.
3. Bagi mahasiswa.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
tentang pasar modal.
E. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisi mengenai landasan teori yang
digunakan sebagai dasar penelitian dan pengolahan data.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisi mengenai populasi dan sampel yang
digunakan, jenis dan sumber data, metode penelitian data,
dan metode analisis data.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi mengenai analisis deskripsi data,
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan dalam
11 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penawaran Umum Perdana atauInitial Public Offering(IPO)
Penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) atau yang
lebih dikenal dengan istilah go public adalah kegiatan penjualan saham
perdana oleh suatu perusahaan kepada masyarakat (public) di pasar modal.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
mendefinisikan bahwa :
“ Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh
Emitan untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang
diatur dalam Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya.”
Penawaran Umum Perdana (IPO) merupakan suatu persyaratan yang harus
dilakukan bagi emiten yang baru pertama kali menjual sahamnya di Bursa
Efek. Keputusan perusahaan untuk menjadi perusahaan go public merupakan
keputusan yang tidak tanpa perhitungan karena perusahaan dihadapkan pada
beberapa risiko yang menguntungkan (benefits) maupun yang merugikan
(cost). Alasan dilakukan go public adalah karena dorongan atas kebutuhan
modal (capital need). Perusahaan yang go public adalah perusahaan yang
mengalami pertumbuhan yang pesat. Karena pertumbuhan yang pesat,
perusahaan dituntut untuk mampu menyediakan dana untuk keperluan
Dengan melakukan go public, perusahaan dapat menikmati berbagai
manfaat, baik finansial maupun nonfinansial. Menurut Sitompul (2000), hal
menguntungkan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
melaksanakan penawaran umum antara lain bahwa melalui go public,
perusahaan akan mendapatkan dana segar yang dapat digunakan sebagai
modal untuk jangka panjang dan juga sangat berguna untuk mengembangkan
perusahaan, membayar hutang dan tujuan-tujuan lainnya. Dengan melakukan
go public, dapat pula meningkatkan nilai pasar dari perusahaan karena
umumnya perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik, likuiditasnya
akan lebih meningkat bila dibandingkan dengan perusahaan yang masih
tertutup.
IPO yang dilakukan oleh perusahaan juga akan meningkatkan kekayaan
bersih perusahaan, tanpa perlu membayar kembali atau meminta tambahan
pinjaman. Disamping itu citra dan perkembangan perusahaan akan meningkat
karena suatu perusahaan yang semula lingkup usahanya hanya bersifat
nasional akan lebih mudah untuk dapat melakukan ekspansi ke tingkat
internasional seiring dengan penjualan sahamnya. Dan apabila penawaran ini
sukses, maka peningkatan citra perusahaan itu dengan sendirinya akan
menyertai pula (Handayani, 2008).
Di samping keuntungan-keuntungan di atas dapat pula disebutkan satu
keuntungan lain yaitu setelah perusahaan memasuki pasar modal dan
menunjukkan kinerja yang baik, maka selanjutnya tambahan modal akan
institusional lainnya. Terlepas dari berbagai manfaat yang dapat dinikmati,
terdapat pula hal-hal yang kurang menguntungkan dari IPO ini. Diantaranya
adalah biaya proses, pelaksanaan, mencakup biaya untuk membayar auditor,
penjamin emisi (underwriter), percetakan, promosi, penasehat hukum, dan
biaya sesudah IPO. Biaya ini harus dipertimbangkan sebagai suatu hal yang
penting, karena biaya penawaran umum dan biaya setelah beroperasi sebagai
perusahaan publik merupakan pengeluaran yang cukup besar. Kerugian lain
adalah adanya kewajiban perusahaan untuk menyajikan informasi secara
lengkap(full disclosure)tentang segala hal yang sekiranya memiliki nilai atau
dapat mempengaruhi penilaian calon investor. Hal ini di sisi lain akan dapat
menguntungkan pesaing perusahaan (Handayani, 2008).
Selain itu, terdapat pula berbagai tanggung jawab dan beban yang harus
ditanggung oleh perusahaan tersebut setelah menjadi perusahaan publik, yaitu
tugas manajemen menjadi semakin berat, karena manajemen tidak lagi
semata-mata bertanggung jawab terhadap beberapa pemegang saham tetapi
juga tarhadap pemegang saham publik. Fleksibilitas ruang gerak manajemen
menjadi berkurang, berbagai langkah yang akan dilakukan seringkali
membutuhkan persetujuan pemegang saham publik, khususnya apabila
keputusan yang akan diambil dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan
tersebut. Perusahaan juga harus patuh kepada berbagai peraturan yang
B. Underpricing
Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham pada saat
penawaran perdana lebih rendah dibandingkan dengan ketika diperdagangkan
di pasar sekunder (Prastiwi, 2001). Bagi perusahaan yang mengeluarkan
saham, apabila terjadi underpricing berarti kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan dana maksimal. Sebaliknya bila terjadi overpricing perusahaan
akan berhasil menghimpun dana lebih murah, sehingga akan mendapatkan
dana yang maksimal.
Fenomena underpricing dikarenakan adanya mispriced di pasar perdana
sebagai akibat adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak underwriter
dengan pihak perusahaan. Dalam literatur keuangan masalah tersebut disebut
adanya asymetry informasy. Di Indonesia, fungsi penjamin hanya ada satu
yaitu full commitment, sehingga pihak underwriter berusaha untuk
mengurangi risiko dengan jalan menekan harga di pasar perdana agar
terhindar dari kerugian (Rosyati dan Sabeni, 2002).
Studi tentang IPO secara internasional menyatakan bahwa 9 dari 10
penelitian menyimpulkan telah terjadi underpricing (Aggarwal et al., 1994
dalam Umbara 2008). Underpricing juga terjadi karena ex–ante uncertainty
harga saham pada saat penawaran perdana. Kondisi ini mendorong permintaan
terhadap auditor yang berkualitas. Untuk mengurangi ex–ante uncertainty,
underwriter meminta laporan keuangan perusahaan emiten agar diaudit oleh
Fenomena underpricing terjadi di berbagai negara dan tingkat
underpricingyang terjadi juga berbeda-beda antara satu negara dengan negara
lainnya. Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk meneliti mengenai
fenomenaunderpricingdan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi tingkatUnderpricing
Telah dijelaskan bahwa ketika suatu perusahaan melakukan IPO maka
secara rata-rata biasanya harga saham pertama yang diperdagangkan di pasar
sekunder cenderung mengalami underpricing (Handayani, 2008). Handayani
(2008) juga menambahkan fenomena terjadinyaunderpricingdijumpai hampir
pada semua pasar modal yang ada di dunia. Setidaknya ada beberapa faktor
yang mempengaruhiunderpricing, yaitu :
1. ReputasiUnderwriter
Menurut Hartono (2000), underwriter adalah perusahaan yang
membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi
kepentingan emiten, dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek
yang terjual. Peran dari underwriter adalah untuk mengurangi
ketidakpastian. Dalam melakukan penawaran saham perdana, untuk
mengurangi risiko yang akan dihadapi, maka emiten akan meminta
underwriter untuk menjamin penjualan saham tersebut. Underwriter
melakukan tugas yang cukup berisiko, kesepakatan emiten dengan
penjamin emisi akan diikat dalam suatu perjanjian yang dibuat bersama
Menurut Suyatmin dan Sujadi (2006), pada dasarnya perusahaan
dapat saja menerbitkan efeknya kepada beberapa investor tertentu tanpa
menggunakan jasa penjamin emisi (private placement). Namun karena
prosesnya begitu rumit dan memerlukan pengetahuan yang sangat spesifik,
maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak mungkin memasuki pasar
modal tanpa bantuan penjamin emisi (underwriter). Pengetahuan dan
kemampuan dari underwriter merupakan jaminan bagi perusahaan bahwa
proses penawaran umum akan ditangani dengan baik. Selain itu,
manajemen perusahaan juga mendapatkan kesempatan dengan belajar dari
pengalaman dan pengetahuanunderwriter.
Menurut Hartono (2000), dalam menentukan harga saham perdana
underwriter cenderung mengambil risiko kecil, yaitu dengan menetapkan
harga saham perdana lebih rendah dibanding dengan harga pasar sekunder
pada saham yang sama. Kurangnya pengalaman emiten dalam
menerbitkan saham merupakan salah satu faktor yang dapat menjelaskan
mengapa saham yang dijualnya terjadi underpricing. Ketika underwriter
tidak memiliki reputasi yang tinggi atau berpengalaman, maka saat
penentuan harga saham perdana harga yang ditetapkan dapat menjadi lebih
rendah bahkan lebih tinggi. Sehingga reputasi underwiter ini sangat
2. Financial Leverage
Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan. Dalam
arti harafiah, leverage berarti pengungkit/tuas. Sumber dana perusahaan
dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber dana intern dan sumber dana
ekstern. Sumber dana intern berasal dari laba yang ditahan, pemilik
perusahaan yang tercermin pada lembar saham atau prosentasi
kepemilikan yang terlihat dalam neraca. Sementara sumber dana ekstern
merupakan sumber dana perusahaan yang berasal dari luar perusahaan,
misalnya hutang (liabilities). Kedua sumber dana ini terlihat dalam neraca
pada sisi kewajiban.
Menurut Weston Besley dan Bringham (1996) seperti dikutip oleh
Susanto (2006), financial leverage adalah pembiayaan perusahaan dengan
menggunakan hutang. Untuk mengukur presentase dana yang disediakan
oleh kreditor (rasio hutang) dapat dilakukan dengan membagi antara total
hutang dengan total aktiva.
Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
membayar hutangnya dengan equity yang dimilikinya (Tambunan, 2007
dalam Kristiantari 2012). Menurut Kim et al. (1993) seperti dikutip oleh
Handayani (2008), secara teoritis, financial leverage menunjukkan risiko
suatu perusahaan dan kondisi ketidakpastian. Apabila financial leverage
tinggi, berarti risiko suatu perusahaan tinggi sehingga para investor akan
(Trisnawati, 1998). Semakin besar financial leverage suatu perusahaan,
akan menimbulkan ketidakpastian harga saham perdana yang besar pula,
yang pada akhirnya akan mempengaruhiunderpricing.
3. Book Value To Earning
Book value to earning dijadikan tolok ukur untuk menilai tinggi
rendah atau mahal murahnya saham perusahaan. Book value to earning
adalah salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan
nilai intrinsik saham. Jika nilai instrinsik saham lebih tinggi dibandingkan
dengan harga pasarnya maka saham tersebut undervalued sehingga
sebaiknya dibeli. Bila nilai intrinsik saham lebih rendah dibandingkan
dengan harga pasarnya, maka saham tergolongovervaluedsehingga saham
tersebut sebaiknya tidak dibeli dan investor yang memiliki saham akan
menjual saham tersebut (Tandelilin, 2001).
Book value to earning yang tinggi menunjukkan ekspektasi
investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang. Dengan
book value to earning yang tinggi diharapkan dapat menurunkan tingkat
underpricingpada pasar perdana (Nugraheni,2006).
D. Perumusan Hipotesis Penelitian
Dengan mengacu pada teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang
1. Reputasiunderwriter
Dalam menentukan harga penawaran untuk saham perusahaan
yang baru pertama kali diterbitkan, underwriter berhadapan dengan
ketidakpastian pasar. Perusahaan yang menggunakan underwriter yang
berkualitas akan mengurangi tingkat ketidakpastian yang tidak dapat
diungkapkan oleh informasi yang terdapat dalam prospektus dan
menunjukkan bahwa informasi privat dari emiten mengenai prospek usaha
perusahaan tidak memberikan informasi yang salah kepada investor.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ghozali dan Mansur (2002)
membuktikan bahwa reputasi underwriter berpengaruh terhadap tingkat
underpricing. Dalam proses IPO, underwriter bertanggung jawab atas
terjualnya saham. Underwriter yang mempunyai reputasi tinggi akan
memberikan harga saham yang tinggi pada saham yang dijaminnya
sebagai konsekuensi dari kualitas, sehingga dapat mengurangi tingkat
underpricing. Sebaliknya, underwriter yang belum mempunyai reputasi
akan menetapkan harga yang rendah untuk menghindari resiko membeli
saham yang tidak laku terjual.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian merumuskan sebagai
berikut:
H1 : Reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap tingkat
2. Financial leverage
Trisnaningsih (2005) menyatakan financial leverage berpengaruh
terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini juga mendukung
temuan dari Ghozali dan Mansur (2002). Apabila financial leverage
tinggi maka menunjukkan risiko suatu perusahaan tinggi pula. Para
investor dalam melakukan keputusan investasi mempertimbangkan
informasi financial leverage. Jika terjadi ketidakpastian informasi
mengenai financial leverage, maka akan mempengaruhi para investor
dalam mengambil keputusan. Oleh sebab itu tingkat ketidakpastian yang
semakin tinggi menyebabkan semakin tingginya tingkat underpricing
sehingga terdapat pengaruh pada financial leverage terhadap tingkat
underpricing.
H2 : Financial leverage berpengaruh positif terhadap tingkat
underpricing.
3. Book Value To Earning
Hasil penelitian Sari (2011) menunjukkan bahwa book value to
earningberpengaruh positif signifikan terhadapunderpricing. Hal tersebut
menandakan bahwa tingkat book value to earning perusahaan yang tinggi
mengakibatkan tingkatunderpricingmenjadi tinggi.Book value to earning
yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan
diharapkan dapat menurunkan tingkat underpricing pasar perdana karena
jika ekspektasi investor terhadap satu jenis saham tinggi, maka permintaan
terhadap saham tersebut juga akan tinggi sehingga harga saham di pasar
juga relatif tinggi. Hal ini menyatakanbook value to earning berpengaruh
negatif dengan tingkatunderpricing.
H3 : Book value to earning berpengaruh negatif terhadap tingkat
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi empiris yaitu studi yang
dilakukan berdasarkan data eksperimental hasil pengamatan, pengalaman, trial
dan error (uji coba) dan bukan secara teoritis maupun spekulasi, lebih untuk
ilmu pengetahuan dan penelitian. Studi empiris dilakukan pada
perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007
hingga tahun 2011.
B. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2010:117). Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan
penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu
mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud
dan tujuan penelitian. Pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut :
2. Harga penawaran saham perusahaan pada saat IPO lebih rendah bila
dibandingkan dengan harga saat penutupan di pasar sekunder di hari
pertama.
3. Kelengkapan data yang diperlukan yaitu harga penawaran saham
perusahaan pada saat IPO. Harga pada saat penutupan di pasar sekunder
hari pertama serta reputasiunderwriter, financial leverage, dan book value
to earning.
C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab timbulnya variabel dependen. Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah reputasiUnderwriter, Financial Leverage, dan
Book Value to Earning.
Pengukuran variabel independen, sebagai berikut :
a. ReputasiUnderwriter
Reputasi underwriter adalah skala kualitas underwriter dalam
menawarkan saham emiten. Penggunaanunderwriteryang mempunyai
reputasi yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian harga saham
perusahaan. Dalam penelitian ini, variabel reputasi underwriter
merupakan variabel yang berskala kategori (dummy).
Reputasi underwriter diukur berdasarkan peringkat dari total
pada 10 besar dari total transaction value setiap tahunnya dan
bereputasi rendah jika berada di luar 10 besar totaltransaction value.
Menurut Suyatmin dan Sujadi (2006) dalam Sipayung (2009),
untuk perusahaan yang dijamin oleh underwriter bereputasi tinggi
diberi angka 1, sedangkan untuk perusahaan yang dijamin oleh
underwriterbereputasi rendah diberi angka 0.
b. Financial Leverage (FL)
Financial Leverage (leverage ratio) menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam membayar utangnya dengan ekuitas yang
dimilikinya. Apabila financial leverage ini tinggi menunjukkan resiko
suatu perusahaan tinggi pula karena perusahaan dianggap memiliki
utang yang besar, seperti resiko tidak terbayarnya pinjaman.
Berdasarkan pada penelitian Ghozali dan Mansur (2002) yaitu apabila
tingkat hutang emiten semakin besar, maka tingkat underpriced
semakin kecil sehinggafinancial leverageberhubungan negatif dengan
tingkat underpricing. Hal ini menunjukkan bahwa investor pasar
modal Indonesia, khususnya yang membeli saham di pasar perdana
adalah investor jangka pendek bukan investor jangka panjang.
Financial Leverage merupakan perbandingan antara total hutang
c. Book Value To Earning
Menurut Sari (2011),book value to earningmenunjukkan seberapa
banyak investor bersedia membayar per dollar laba yang dilaporkan.
Untuk perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang kuat,
nilai book value to earning -nya akan lebih tinggi bila dibandingkan
dengan perusahaan yang lebih beresiko,book value to earningdihitung
dengan membagi antara harga saham dengan laba per saham.
Menurut Halim (2005) dalam Susanto (2006) dalam Sipayung
(2009), PER merupakan ukuran yang paling banyak digunakan oleh
para investor dalam menentukan apakah investasi yang telah dilakukan
menguntungkan atau tidak. Tetapi dalam penelitian ini menggunakan
book value to earning.
Book value to earning yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor
tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi,
dirumuskan:
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau merupakan
akibat dari variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam
Pengukuran variabel dependen (underpricing), sebagai berikut :
Yolana dan Martani (2005) dalam Sipayung (2009) menjelaskan bahwa
underpricing adalah selisih positif antara harga saham di pasar sekunder
dengan harga saham di pasar perdana. Selisih harga inilah yang dikenal
sebagai initial return (IR) atau positif return bagi investor. Dalam
penelitian ini, variabel underpricing diwakili dengan initial return dan
diukur dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
IR = Intial Return (return awal)
CP = Closing Price (harga penutupan pada hari pertama
perdagangan di pasar sekunder)
OP = Offering Price(harga penawaran perdana)
D. Jenis dan Sumber Data
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui
data yang diperoleh dari website IDX dan pojok BEI atau laporan keuangan
di BEI dengan akhir tahun pembukuan pada tanggal 31 Desember 2007, 2008,
2009, 2010, dan 2011. Sumber data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Nama dan jenis perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO, diperoleh
dariIndonesian Capital Market Directory (ICMD)atau IDX.
2. Harga penawaran saham perdana dan harga pasar saham pada penutupan
hari pertama penawaran umum masing-masing perusahaan sampel yang
diperoleh dariIndonesian Capital Market Directory (ICMD)atau IDX.
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah
dokumentasi. Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
melihat dan mempelajari arsip dan catatan perusahaan. Data yang diambil
adalah data harga saham pada saat IPO dan harga saham pada saat listing
pertama kali di pasar sekunder, underwriter perusahaan, total transaction
value yang dijamin oleh underwriter, dan data yang berhubungan dengan
penelitian.
F. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dilakukan sebagai gambaran atau deskripsi suatu data
seperti mean, sum, standar deviasi, variance, range, serta untuk mengukur
G. Metode Analisis Data
1. Pengujian Normalitas
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai
residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang
terdistribusi secara normal. Untuk menguji normalitas data yaitu dengan
menggunakan uji One Sample Kolomogorov Smirnov. Dalam hal ini
untuk mengetahui apakah distribusi residual terdistribusi normal atau
tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0,05.
2. Pengujian Asumsi Klasik
a) Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
liniear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Ada cara
yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah
autokorelasi yaitu menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Pada
umumnya suatu model regresi dinyatakan terbebas dari gejala
autokorelasi jika nilai durbin watson test-nya terletak di daerah tidak
b) Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel-variabel independen. Jika variabel-variabel-variabel-variabel saling berkorelasi, maka
variabel-variabel tidak orthogonal. variabel orthogonal adalah variabel
bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas adalah nol.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi antar
variabel-variabel independen yang akan digunakan dalam persamaan regresi
dengan menghitung nilai tolerance dan VIF (Variance Information
Factors). Apabila nilai VIF dibawah 10, maka dapat disimpulkan tidak
terjadi multikolinearitas dan apabila nilai tolerance tidak kurang dari
0,1 maka dapat dikatakan bahwa model terbebas dari multikoliniaritas
(Ghozali, 2009:95).
c) Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian variabel dependen dalam model
tidak equal terhadap variabel independen. Konsekuensi adanya
heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang
diperoleh tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar.
Diagnosis adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat
diidentifikasi dari pola scatter plot diagram. Apabila tidak ada pola
tertentu dalam scatter plot diagram, maka tidak ada gejala
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang
ditunjukkan variabel independen (reputasi underwriter, financial
leverage, dan PER) terhadap variabel dependen (underpricing).
Langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Perumusan Hipotesis:
a) Hipotesis Nihil
H0:β1 ≤ 0 artinya reputasi underwriter tidak
berpengaruh negatif terhadap tingkatunderpricing.
H0:β2 ≤ 0 artinya financial leveragetidak berpengaruh
positif terhadap tingkatunderpricing.
H0:β3 ≤ 0 artinya book value to earning tidak
berpengaruh negatif terhadap tingkatunderpricing.
b) Hipotesis Alternatif
Ha :β1>0 artinya reputasi underwriter berpengaruh
negatif terhadap tingkatunderpricing.
Ha :β2>0 artinya financial leverage berpengaruh
positif terhadap tingkatunderpricing.
Ha :β3>0 artinya book value to earning berpengaruh
2) Menentukan t hitung
Dalam penelitian ini akan digunakan program SPSS 20.0 untuk
mengetahui t hitung danp-value.
3) Menentukanp-valuedengan level of significant (α) = 5%
4) Membuat keputusan
Setelah menghitung uji statistik t maka diambil keputusan
dengan kriteria sebagai berikut:
a) H0diterima jika nilai p-valuepada kolom signifikan > 0,05
(α) atau t hitung ≤ t tabel.
b) H0 ditolak jika nilai p-value pada kolom signifikan < 0,05
(α) atau t hitung > t tabel.
5) Menarik Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pengujian ini adalah:
a) Jika H0lebih kecil atau sama dengan nol maka:
1) Reputasi underwriter tidak berpengaruh negatif
terhadap tingkatunderpricing.
2) Financial leverage tidak berpengaruh positif terhadap
tingkatunderpricing.
3) Book value to earning tidak berpengaruh negatif
terhadap tingkatunderpricing.
b) Jika H0lebih besar dari nol maka:
1) Reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap
2) Financial leverageberpengaruh positif terhadap tingkat
underpricing.
3) Book value to earning berpengaruh negatif terhadap
33 BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2007 hingga tahun 2011 di Bursa Efek Indonesia. Terdapat 106 perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2007 hingga tahun 2011. Kriteria pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling.
B. Kriteria Pengambilan Sampel
Tabel 4.1 Kriteria Pengambilan Sampel
Kriteria pengambilan sampel Jumlah sampel perusahaan Perusahaan yang melakukan IPO di
BEI tahun 2007-2011
106 Perusahaan yang tidak mengalami
underpricing
(18) Perusahaan yang datanya tidak
lengkap
(5)
DataOutlier (3)
Total perusahaan yang menjadi sampel penelitian
80 Sumber: Data diolah
C. Perhitungan Data yang Diteliti
Dalam penelitian ini data sampel (underpricing, reputasi underwriter, financial leverage,danprice earning ratio)yang diteliti meliputi :
1. Perhitungan tingkatunderpricing(UP) terdapat pada lampiran 1 Ace Hardware Indonesia (2007) :
2. Perhitungan reputasiunderwriter(UW) terdapat pada lampiran 2 Ace Hardware Indonesia (2007) :
CLSA Indonesia yang termasuk dalam Big Ten Underwriter berdasarkan TotalTransaction Valuesebesar Rp 110.227.000.000,- dan diberi nilai 1 3. Perhitunganfinancial leverage(FL) terdapat pada lampiran 3
Ace Hardware Indonesia (2007) :
4. Book value to earning terdapat pada lampiran 3 Ace Hardware Indonesia (2007) :
D. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dilakukan sebagai gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum variabel dalam penelitian ini. Perhitungan statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
IR :Initial Return(Underpricing) UW : ReputasiUnderwriter
FL :Financial Leverage BVE :Book Value To Earning
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa nilai rata-rata dari UW pada perusahaan yang melakukan IPO yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2007-2011 adalah 0,2750 dengan standar deviasi sebesar 0,44933. Nilai UW minimum adalah sebesar 0 dan nilai UW tertinggi adalah 1.
Nilai rata-rata FL pada perusahaan yang melakukan IPO yang terdaftar di BEI periode 2007-2011 adalah 45,7988% dengan standar deviasi 21,77949%. Nilai FL minimum adalah sebesar 11,22% yang
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation IR 80 1,39 173,08 33,2156 29,91415
UW 80 ,00 1,00 ,2750 ,44933
dimiliki oleh Laguna Cipta Griya Tbk pada tahun 2007. Sedangkan nilai FL maksimum adalah 91,88% yang dimiliki oleh Bank Sinarmas Tbk pada tahun 2010.
Nilai rata-rata BVE pada perusahaan yang melakukan IPO yang terdaftar di BEI periode 2007-2011 adalah 18,07333% dengan standar deviasi 40,71704%. Nilai BVE minimum adalah sebesar -61,42% yang dimiliki oleh Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk pada tahun 2011. Sedangkan nilai BVE maksimum adalah 255,95% yang dimiliki oleh Benakat Petroleum Energy Tbk pada tahun 2007.
E. Analisis Data
Dalam penelitian ini, data diolah menggunakan bantuan program SPSS 20.0 dengan variabel dependen yaitu tingkat underpricing (IR) dan variabel independen yaitu reputasi underwriter (UW), financial leverage (FL), dan book value to earning(BVE).
1. Pengujian Normalitas
Hasil pengujian normalitas sebagai berikut: Tabel 4.3
Uji Normalitas
Besarnya nilai Kolmogrov-Smirnov adalah 0,990 dan signifikan pada 0,281 > 0,05 hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal.
2. Pengujian Asumsi Klasik
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi linier berganda dan uji hipotesis menggunakan uji t. Sebelum menganalisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk mengetahui gangguan-gangguan atau persoalan-persoalan pada regresi linier berganda.
a. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Ada cara yang
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 80
Normal Parametersa,b MeanStd. Deviation 29,252799230E-7 Most Extreme Differences a. Test distribution is Normal.
dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah autokorelasi yaitu menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).
Hasil pengujian autokorelasi sebagai berikut: Tabel 4.4
Uji Autokorelasi
Dari hasil perhitungan pada tabel 4.4 menunjukkan uji autokorelasi dengan nilai Durbin Watson sebesar 2,006 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi dalam model regresi ini.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel-variabek independen.
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson 1 ,209a ,044 ,006 29,82457 2,006 a. Predictors: (Constant), BVE, FL, UW
Pengujian multikolinieritas didapatkan output sebagai berikut: BVE :Book Value To Earning
Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas. Hasil perhitungan nilaiVariance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel bebas dalam model regresi.
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 40,980 8,777 4,669 ,000
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variancedari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas adalah varian variabel dependen dalam model tidak equal terhadap variabel independen. Konsekuensi adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang diperoleh tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar. Diagnosis adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat diidentifikasi dari pola scatter plot diagram. Apabila tidak ada pola tertentu dalam scatter plot diagram, maka tidak ada gejala heteroskedastisitas dari model regresi yang digunakan.
Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas Sumber : Data diolah
pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.
3. Pengujian Hipotesis a. Uji t
Uji statistik t menunjukkan apakah terdapat pengaruh yang ditunjukkan variabel independen (reputasi underwriter, financial leverage, dan book value to earning) terhadap variabel dependen
(underpricing) secara individu. 1) Rumusan hipotesisnya:
a) Hipotesis Nihil
H0:β1 ≤ 0 artinya reputasi underwriter tidak
berpengaruh negatif terhadap tingkatunderpricing.
H0:β2 ≤ 0 artinya financial leveragetidak berpengaruh
positif terhadap tingkatunderpricing.
H0:β3 ≤ 0 artinya book value to earning tidak
berpengaruh negatif terhadap tingkatunderpricing. b) Hipotesis Alternatif
Ha :β1>0 artinya reputasi underwriter berpengaruh
negatif terhadap tingkatunderpricing.
Ha :β2>0 artinya financial leverage berpengaruh
Ha :β3>0 artinya book value to earning berpengaruh
negatif terhadap tingkatunderpricing.
2) Menentukan nilai t hitung dengan menggunakan SPSS 20.0 Dari output didapat t hitung sebesar -1,743 (reputasi underwriter),-0,564 (FL), dan -0,029 (book value to earning). 3) Menentukanp-valuedenganlevel of significant(α) = 5% 4) Uji statistik t
Tabel 4.6 Hasil Output uji t
5) Membuat keputusan
Setelah menghitung maka diambil keputusan dengan kriteria sebagai berikut:
H0diterima jika nilai p-valuepada kolom signifikan > 0,05 (α) atau t hitung ≤ t tabel.
H0 ditolak jika nilai p-value pada kolom signifikan < 0,05 (α) atau t hitung ≤ t tabel.
(Constant) 40,980 8,777 4,669 ,000 UW -13,314 7,638 -,200 -1,743 ,085
FL -,089 ,157 -,065 -,564 ,575
BVE -,002 ,086 -,003 -,029 ,977
6) Menarik Kesimpulan
1) Untuk variabel reputasiunderwriter
Karenap value> 0,05 maka H0diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa reputasi underwriter tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing.
2) Untuk variabelfinancial leverage
Karenap value> 0,05 maka H0diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa financial leverage tidak berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing.
3) Untuk variabelbook value to earning
Karenap value> 0,05 maka H0diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa book value to earning tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing.
F. Pembahasan Hasil Analisis
Interpretasi hasil persamaan regresi terhadap masing-masing variabel sebagai berikut:
berarti reputasi underwriter tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing. Hasil analisis ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan, yang menyatakan bahwa reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Tetapi hasil analisis berpengaruh pada tingkat signifikansi 0,085 sehingga berpengaruh negatif signifikan jika tingkat signifikansinya sebesar 0,1 (10%).
ditanggung oleh underwriter sehingga underwriter akan berusaha menawarkan harga yang rendah bagi penetapan harga saham perdana emiten. Semakin rendah harga saham emiten pasti akan berhubungan positif terhadap initial return dan semakin tinggi initial return maka semakin tinggi pula tingkatunderpricing.
2. Analisis pengaruhfinancial leverageterhadap tingkatunderpricing.
Variabel financial leverage memiliki nilai signifikansi sebesar 0,575 yang nilainya lebih besar dari taraf signifikan 0,05 yang berarti FL tidak berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing. Hasil analisis ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan, yang menyatakan financial leverageberpengaruh positif terhadap tingkatunderpricing.
underpricing. Financial leverage yang tinggi menunjukkan resiko suatu perusahaan tinggi pula, sehingga para investor melakukan keputusan investasi dengan mempertimbangkan informasi financial leverage. Semakin besar financial leverage suatu perusahaan, maka akan menimbulkan ketidakpastian harga saham perdana yang besar pula dan yang dapat berdampak pada return saham yang nantinya akan diterima investor, yang akhirnya akan mempengaruhiunderpricing.
3. Analisis pengaruhbook value to earningterhadap tingkatunderpricing. Variabel book value to earning memiliki nilai signifikansi sebesar 0,977 yang lebih besar dari taraf signifikan 0,05 yang berarti book value to earning tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing. Hasil analisis ini tidak sesuai dengan hipotesis yang
diajukan, yang menyatakan book value to earning berpengaruh negatif terhadap tingkatunderpricing.
48 BAB V
PENUTUP
Dari analisis data yang telah dilakukan pada penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Perusahaan Go
Public di Bursa Efek Indonesia”, dapat disampaikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran-saran oleh penulis sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data pada perusahaan sampel dengan bantuan program
SPSS 20.0, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa reputasi underwriter tidak berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Hal ini menunjukkan bahwa underwriter yang berreputasi tinggi tidak
mempengaruhi tingkatunderpricingmenjadi rendah.
2. Hasil pengujian menunjukkan bahwa financial leverage tidak
berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing. Hal ini menunjukkan bahwa financial leverage perusahaan yang tinggi
mempengaruhi tingkatunderpricingmenjadi rendah.
3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa book value to earning
menunjukkan bahwa book value to earning perusahaan yang tinggi tidak mempengaruhi tingkatunderpricingmenjadi rendah.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki beberaa keterbatasan. Adapun keterbatasan
dalam penelitian ini adalah:
1. Sampel penelitian ada 80 perusahaan.
2. Peringkat terhadap underwriter didasarkan pada besarnya total
transaction value yang diperoleh dari IDX STATISTICS 2007-2011, karena di Indonesia tidak mempunyai suatu lembaga tetap yang bergerak untuk memberikan pemeringkatan terhadap underwriter di
Indonesia.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini, saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagi calon investor, pemegang saham, dan para pelaku bisnis lainnya yang
berminat menanamkan modal di pasar modal yang berkaitan dengan IPO dan membeli saham di pasar perdana sebaiknya memperhatikan
2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan faktor-faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi tingkat underpricing baik informasi
dalam perusahaan maupun diluar perusahaan.
3. Penelitian selanjutnya perlu mencari teori atau ukuran yang lebih akurat
51
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Dewi dan Devi, Prima Citra. 2007, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Studi Empiris pada Perusahaan Publik di Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, April.
Ghozali, Imam dan Mansur Al, M. 2002, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, April.
Handayani, Sri Retno. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Underpricing pada Penawaran Umum Perdana: Studi Kasus Pada Perusahaan Keuangan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2006. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.
Hartono, Jogiyanto. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Himawan, Aldio Rendy. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TingkatUnderpricing pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.
IDX STATISTICS periode tahun 2007 – 2011.
Kristiantari, I Dewa Ayu. (2012). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia. Tesis, Universitas Udayana Denpasar.
Nugraheni, Rizki. 2006, ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Underpricing Saham di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Priyatno, Duwi. 2011. Cara Kilat Belajar SPSS 20.0. Yogyakarta: ANDI.
Rosyati, dan Sabeni, Arifin. 2002,” Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham pada Perusahaan di BEJ”. SNA 5, Halaman 286-296, September.
Sari, Etri Winda. 2011, “Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Tingkat
Underpricing Perusahaan yang Melakukan Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009”. Skripsi, Universitas Stikubank Semarang.
Penawaran Umum Perdana”. Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tandenlilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta:BPFE.
Trisnaningsih, Sri. 2005, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Underpricing”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, September.
Umbara, Christian Aditya. 2008. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi