• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Stress Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit Pagar Merbau PTPN II Tanjung Morawa Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Stress Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit Pagar Merbau PTPN II Tanjung Morawa Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik yaitu penelitian untuk melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek. Dari analisis korelasi dapat diketahui seberapa jauh kontribusi faktor resiko tertentu terhadap adanya suatu kejadian tertentu (efek).

Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional karena variabel bebas (faktor resiko) dan variabel terikat (efek) yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada saat situasi yang sama (Notoatmojo,2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pekerja bagian pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit desa Pagar Merbau III, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. 3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai selesai. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(2)

3.3.2 Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah keseluruhan pekerja bagian pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit desa Pagar Merbau III, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang yaitu sebanyak 32 orang dengan teknik pengambilan total sampling.

Teknik pengambilan sampel ini dilakukan bila jumlah populasi relative kecil atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiono, 2006).

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data mengenai pengukuran stress kerja dan kelelahan kerja yang diperoleh langsung dari responden menggunakan kuesioner dengan data responden (umur, pendidikan, masa kerja, gejala stress kerja dan gejala kelelahan kerja).

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder berupa data produksi perusahaan, tugas dan tanggungjawab serta struktur organisasi perusahaan diperoleh dari pihak manajemen yaitu PKS Pagar Merbau PTPN II .

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel independen dalam penelitian ini adalah stress kerja:

(3)

3.5.2 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja

Kelelahan kerja adalah kombinasi dari gejala-gejala termasuk menurunnya penampilan yang melemah dan perasaan subjektif dari rasa capek. Pada penelitian ini, kelelahan kerja diukur dengan menggunakan kuesioner.

3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Stress Kerja

Pengukuran tingkat stress kerja pada pekerja menggunakan kuesioner. Setiap pertanyaan kuesioner menggunakan Skala Likert dan tingkat stress pada pekerja diukur dengan menjumlahkan skor dari seluruh pertanyaan (Siregar, 2013).

Jumlah skor diberikan dengan penilaian sebagai berikut: a. Nilai 1 : tidak pernah merasakan

b. Nilai 2 : kadang-kadang merasakan (jika 1-2 hari terasa dalam satu minggu)

c. Nilai 3 : sering merasakan (jika 3-4 hari terasa dalam satu minggu) d. Nilai 4 : sangat sering merasakan (jika hamper tiap hari terasa)

Nilai untuk stress kerja adalah:

a. ringan, jika responden memperoleh total skor 30-52 b. sedang, jika responden memperoleh total skor 53-75 c. tinggi, jika responden memperoleh total skor 76-98

(4)

3.6.2 Kelelahan Kerja

Pengukuran tingkat kelelahan kerja dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Setiap pertanyaan kuesioner menggunakan Skala Likert dan tingkat kelelahan pada pekerja diukur dengan menjumlahkan skor dari seluruh pertanyaan (Siregar, 2013).

Jumlah skor diberikan dengan penilaian sebagai berikut: a. Nilai 1 : tidak pernah merasakan

b. Nilai 2 : kadang-kadang merasakan (jika 1-2 hari terasa dalam satu minggu)

c. Nilai 3 : sering merasakan (jika 3-4 hari terasa dalam satu minggu) d. Nilai 4 : sangat sering merasakan (jika hamper tiap hari terasa)

Nilai untuk kelelahan kerja adalah:

a. ringan, jika responden memperoleh total skor 30-52 b. sedang, jika responden memperoleh total skor 53-75 c. tinggi, jika responden memperoleh total skor 76-98

d. sangat tinggi, jika responden memperoleh total skor 99-120 (Tarwaka, 2015)

3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data

Seluruh data primer yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiata-kegiatan sebagai berikut:

(5)

2. Coding, pemberian code atau scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan entry data.

3. Entry data, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam program computer untuk selanjutnya akan diolah.

4. Cleaning, dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang masuk sebelum data dianalisis.

3.7.2 Analisis Data 1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat dalam penelitian ini berupa gambaran karakteristik berupa usia, pendidikan dan masa kerja, gejala stress kerja dan gejala kelelahan kerja..

2. Analisis Bivariat

(6)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran umum lokasi penelitian

4.1.1 Sejarah perusahaan

PTP Nusantara II merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sebelumnya perusahaan ini dikuasai oleh Veringe Dely My (VDM). VDM adalah salah satu maskapai Belanda yang terbatas pada sector perkebunan.

PKS Pagar Merbau diresmikan secara simbolis oleh Bapak Presiden Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 4 April 1977 dengan penandatanganan prasasti di Perkebunan Adolina PTPN IV. Dalam usaha peningkatan kapasitas pabrik dari 30 ton TBS per jam menjadi 50 ton TBS per jam telah dibangun secara bertahap instalasi kedua (second line) mulai tahun 1983 dan selesai tahun 1985.

Pada awalnya PKS Pagar Merbau dikelola oleh PTP IX yang kemudian menjadi PTP Nusantara II (Persero) yang dipimpin oleh seorang administrator. Namun, pada perkembangan selanjutnya dilakukan pemisahan antara kebun dan pabrik. Dimana untuk kebun dipimpin oleh seorang administrator, sedangkan untuk pabrik dipimpin oleh seorang manager pabrik sesuai SKPTS Direksi PTP Nusantara II No.II/KPTS/R.3/1/1999.

(7)

4.1.2 Uraian proses produksi

Secara garis besar, prosedur pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak dan inti sawit dibagi atas 6 tahapan,yaitu: penerimaan buah, perebusan, pembantingan, pengepresan, pengolahan biji dan pemurnian minyak. 1. Penerimaan buah

TBS hasil pemanenan dari tiap afdeling diangkut kepabrik dengan menggunakan truk. Selanjutnya dilakukan penimbangan buah untuk mengetahui jumlah TBS yang masuk dengan menggunakan jembatan timbang. Berat bersih TBS yang masuk didapat dengan menghitung selisih antara berat truk beserta isinya dengan berat truk dalam keadaan kosong.

Setelah itu, TBS dibawa kebagian penimbunan buah yaitu loading ramp. Sebelumnya, buah disortasi untuk mengetahui mutu buah yang akan diolah yang didasrkan pada jumlah buah yang membrondol sampai dim loading ramp yang dinyatakan sebagai fraksi. Dimana, fraksi merupakan derajat kematangan TBS yang diterima dipabrik yang ditunjukkan dengan tabel:

Tabel 4.1 Derajat kematangan Tandan Buah Segar Fraksi Derajat Kematangan Jumlah Berondolan

00 Sangat mentah Tidak ada berondolan yang sehat

0 Mentah 12,5% dari permukaan luar

1 Kurang matang 12.5%-25% dari permukaan luar

2 Matang I 25%-50% dari permukaan luar

3 Matang II 50%-75% dari permukaan luar

4 Lewat matang 75%-100% dari permukaan luar

(8)

Buah yang telah disortasi dimasukkan kedalam loading ramp dengan tujuan memuahkan masuknya buah kedalam lori atau basket. Lantai loading ramp dibuat dari plate baja dengan kemiringan 270 dan mempunyai 22 pintu. Pintu dari setiap ruangan dibuka secara mekanis dengan menggunakan tenaga hidrolik.

Cara kerja pengisian lori adalah:

a. Lori yang digunakan untuk mengangkut dan tempat perebusan buah sawit ditarik dan diposisikan didepan pintu loading ramp. Satu unit lori berkapasitas sekitar 2,5 ton TBS.

b. Pintu loading ramp dibuka satu persatu dan TBS masuk kedalam lori. c. Lori yang sudah penuh ditarik dengan capstand ke stasuin perebusan. 2. Perebusan

TBS yang ada didalam lori ditarik dengan menggunakan capstand ke transfer carriage dan selanjutnya dimasukkan kedalam sterilizer, yaitu bejana uap

tekan yang digunakan untuk merebus buah. Di PKS Pagar Merbau terdapat 4 unit sterilizer dan yang masih berfungsi ada 3 unit. Dimana kapasitas tiap sterilizer

adalah 10 lori dengan tekanan 2,6-2,8 kg/cm3 dan temperature sebesar 125-1300c. Proses perebusan beerlangsung sekitar 90-100 menit.

Sistem perebusan yang digunakan adalah perebusan dengan system 2 puncak. Jumlah puncak dalam proses perebusan ditunjukkan dari jumlah perebusan atau penutupan dari steam inlet.

Pada dasarnya tujuan perebusan adalah:

(9)

c. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan d. Mengendapkan protein sehingga memudahkan pemisahan minyak e. Menguraikan kadar air dalam buah

f. Menghidrolisa zat-zat karbohidrat yang berada sebagai koloid di dalam protoplasma menjadi glukosa yang dapat larut dan menghasilkan tekanan osmotis yang membantu memecahkan dinding sel sehingga minyaknya dapat keluar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perebusan: a. Tekanan uap dan lamanya perebusan

b. Pembuangan udara dan air kondensat, udara yang ada di dalam rebusan harus dikeluarkan karena menurunkan tekanan (panas tidak sempurna). Cara pengeluaran ini disebut dearasi dengan cara membuka penuh kran kondensat 5-10 menit.

3. Pembantingan

Setelah proses perebusan selesai, lori dalam sterilizer dikeluarkan dan ditarik dengan capstand menuju stasiun pembantingan. Stasiun pembantingan adalah stasiun pemisahan berondolan dengan tandan kosong. Di PKS Pagar Merbau terdapat 2 line stasiun pembantingan, yang setiap line terdiri dari:

a. Hoisting crane

Alat ini digunakan untuk mengangkot lori yang berisi buah masak dan dituangkan isi lori ke dalam hopper dan menurunkan kembali lori ke nail track.

(10)

Alat ini berupa tempat penampungan buah masak yang dituang dari lori sebelum dijalankan dengan automatic feeder. Pengisian hopper tidak terlalu penuh agar buah tidak terlalu padat dan penurunan ke automatic feeder tidak tersendat.

c. Automatic feeder

Setelah di hopper buah akan dijalankan ke automatic feeder yang akan mengatur pemasukan uah kedalam thresser, dimana kecepatannya diatur sesuai dengan kapasitas thresser.

d. Penebahan (stripper)

Alat ini digunakan untuk melepaskan dan memisahkan buah dari tandannya. Alat ini berbentuk drum yang berputar dengan kecepatan ±23-25 rpm. Dengan bantuan sudu-sudu yang ada didalam drum, buah terangkat dan jatuh terbanting sehingga buah berondolan lepas dari tandan. Melalui kisi-kisi drum, buah masuk kedalam fruit conveyor under thresser dan tandan kosong terdorong keluar dibawa ke empty bunch conveyor.

Pengisian yang baik tidak terlampau penuh agar berondolan terlepas sempurna dari tandannya sehingga losis pada tandan kosong tidak meningkat.

e. Empty bunch conveyor

Alat ini berfungsi membawa tandan kosong dari hasil bantingan ke dalam truk ataupun ketempat penumpukan sementara. Alat ini berupa rantai yang ditambahkan screpper.

(11)

Alat ini digunakan untuk mengangkut berondolan-berondolan ke fruit elevator dan terletak dibawah thresser.

g. Fruit elevator

Alat ini digunakan untuk mengangkut berondolan-berondolan kedalam distributing conveyor pada stasiun press. Alat ini menggunakan timba-timba yang

terikan pada rantai yang digerakkan oleh electromotor dan digunakan untuk mengangkut buah masak atau berondolan masak.

4. Pengepresan

Stasiun press adalah stasiun awal dalam pengambilan minyak dari buah dengan cara melumat dan mengempa buah. Stasiun press ini terdiri dari 2 line yang masing-masing line terdiri dari 5 alat yaitu:

a. Distributing conveyor

Alat ini digunakan untuk mendistribusikan buah atau berondolan yang diterima dari timba-timba buah fruit elevator ke masing-masing digester.

b. Ketel adukan (digester)

Alat ini digunakan untuk melumatkan berondolan sehingga daging buah teerpisah dari biji. Merupakan bejana silinder berdiri vertical yang di dalamnya terdapat pisau-pisau pengadul (stirring arms) sebanyak 6 tingkat yang terikat pada poros dan digerakkan oleh motor listrrik. Pisau bagian bawah disamping sebagai pengaduk juga dapat berfungsi sebagai pendorong cake keluar menuju talang dan pess cake. Dalam digester diperlukan temperatur 90-1100 untuk mempermudah proses pelumatan.

(12)

1. Pada saat beroperasi pengisian digester harus penuh atau ¾

2. Frekuensi pengadukan yang tidak terlalu tinggi sehingga minyak tidak banyak tergenang

3. Pipa minyak keluar dari bottom bearing harus tetap bersih agar minyak tetap lancer mengalir keoil gutter

4. Kebocoran minyak dihindari

5. Perawatan terhadap keran-keran dan pisau-pisau digaster c. Pengempa atau Press

Pengempaan bertujuan untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (pericarp) yang berasal dari digaster. Alat ini terdiri dari sebuah silinder (press cylinder) yang berlubang didalamnya dipasang dua buah ulir atau screw yang berputar berlawanan arah.

Tekanan pengepresan diatur oleh dua buah konus yang berada pada bagian ujung press, yang dapat bergerak maju mundur secara hidrolik. Adanya massa yang keluar dari digaster melalui talang masuk kedalam press silinder dan mengisi worm. Volume setiap space worm berbeda, semakin mengarah ke ujung as screw dengan volume semakin kecil sehingga cake tertekan dan minyak terperas. Minyak kasar akan terpisah dan keluar melalui lubang-lubang press silinder yang selanjutnya ditampung pada talang minyak (oil gutter) yang akan dilanjutkan ke vibro separator dan masuk ke crude oil tank, sedangkan cake keluar dari bagian muka atau sela-sela cone yang ditampung di cake breaker conveyor.

(13)

Alat ini berupa talang yang berisi pedal-pedal diikat pada poros yang berfungsi untuk mengaduk-aduk ampas dari pressan dengan cara berputar sambil mendorong ampas ke ujung talang untuk memisahkan biji dan serabut di pemisah biji (depericarper). Di dalam talang dilakukan pemanasan dengan menggunakan uap (steam) sehingga gumpalan ampas akan menjadi kering dan mudah teruirai. Disamping untuk pengeringan, pemanasan juga berfungsi untuk memudahkan pemisahan inti dengan cangkang. Biji akan diabwa ke stasiun pengolahan biji (kernel plant) sedangkan serabut dipergunakan untuk bahan bakar boiler.

e. Pemisah ampas dan biji (depericarper)

Alat ini digunakan untuk memisahkan ampas dan biji dan membersihkan biji dari sisa-sisa serabut yang masih melekat. Alat ini terdiri dari kolom pemisah (separating colomn) dan polishing drum. Ampas dan biji dari cake breaker conveyor masuk kedalam kolom pemisah. System pemisahan terjadi karena hampa udara didalam kolom pemisah yang disebabkan oleh isapan blower.

Ampas kering terhisap kedalam siklon ampas dan melalui air lock mesuk kedalam konveyor bahan bakar, sedangkan biji yang berat jenisnya lebih besar jatuh kebawah dan dihantar oleh konveyor ke dalam polishing drum. Drum pemolis ini berputar dengan kecepatan 32 rpm. Pada polishing drum biji akan saling bergesekan satu dengan yang lainnya atau bergesekan dengan blade-blade polishing drum, sehingga selama biji melewati polishing drum ,serabut-serabut halus yang masih menempel pada biji akan terlepas.

(14)

Untuk memperoleh inti sawit,pada bagian pengolahan ini biji diolah untuk diperam,dipecahkan dan dipisahkan antara inti dan cangkang. Inti yang diperoleh selanjutnya dikeringkan dalam kernel silo untuk dikirim dan cangkang digunakan sebagai bahan bakar pada boiler. Adapun rangkaian peralatan yang terdapat dalam stasiun ini adalah:

a. Nut Elevator

Nut elevator digunakan untuk mengangkut biji yang berasal dari pemisah biji dan ampas ke silo biji dan dari silo biji ke pemisah biji. Alat ini terdiri dari timba-timba yang dikaitkan pada rantai, dan digerakkan oleh electromotor dan berputar tegak.

b. Nut Silo

Alat ini berfungsi untuk memeram biji dengan tujuan mengurangi kadar air yang dikandung sehingga akan mudah terlepas dari cangkangnya. Dengan demikian akan mempermudah proses pemecahan biji dan diperoleh inti yang utuh dalam jumlah yang maksimal. Pada silo ini, kadar air akan berkurang dengan udara yang ditiupkan yang dialirkan melalui elemen panas. Suhu bagian atas sebesar 60°C, tengah sebesar 50°C dan bagian bawah sebesar 40°C. Pemanasan dan pemeraman dilakukan selama 8-9 jam sampai kadar air ±9%.

c. Nut Grading Drum

(15)

Cracker. Sampah-sampah halus jatuh pada bagian pangkal drum dan masuk ke penampungan untuk dibuang, sedangkan sampah-sampah kasar keluar dari bagian ujung drum.

d. Ripple Mill

Alat ini berfungsi untuk memecahkan biji sehingga inti terlepas dari cangkang. Ripple Mill terdiri dari dua bagian yaitu:

1. Rotating Rotor

Terdiri dari 30 batang rotor (ripple bar) yang terbuat dari high carbon steel. Dimana, 15 batang dipasang dibagian dalam dan 15 pasang lagi dibagian

luarnya.

2. Stationary Plate (Ripple Pad)

Merupakan plate bergerigi tajam dan terbuat dari high carbon steel. Alat ini dapat memecahkan biji melalui pemeraman dalam Nut Silo dengan proses perebusan yang dilaksanakan dengan baik.

e. Ligh Tenera Dust Separating (LTDS)

(16)

f. Clay Bath

Dalam clay bath terdapat pompa, dimana material yang telah bercampur dengan air dan kaolin dipompa ke cyclone. Karena perbedaan berat jenis, inti akan keluar dari atas permukaan cyclone dan cangkang keluar dari bagian bawah yang kemudian masing-masing fraksi akan mengalami pengolahan lebih lanjut yaitu cangkang diantarkan ke boiler dan inti akan masuk kesilo inti untuk dikeringkan.

g. Silo Inti

Silo inti berfungsi sebagai tempat untuk mengeringkan inti yang masih mengandung air sebesar 15-25%. Bentuk maupun cara kerja silo inti sama seperti pda silo biji, hanya pada silo inti yang dikeringkan adalah intinya. Pengeringan juga dilakukan dengan menggunakan blower pemanas. Kadar inti yang disyaratkan adalah 6-7%. Prroses pengeringan dalam silo ini ±7 jam dengan pemberian panas yang continue. Pemanasan dilakukan dengan menghembuskan udara panas ke silo. Udara yang masuk kebagian atas, tengah dan bawah silo dengan temperature masing-masing adalah 60°C-70°C pada bagian atas, 50v-60°C pada bagian tengah, dan 40°C-50°C pada bagian bawah. Setelah dirasakan cukup kering dan kadar air yang telah memenuhi syarat, inti dalam silo diturunkan untuk dikirim ke kernel bin (bucling).

6. Pemurnian minyak (clarification)

(17)

yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diharapkan. Adapun peralatan yang terdapat pada stasiun ini adalah:

a. Talang minyak (oil gutter)

Minyak hasil pengempaan srew press dialirkan ketalang minyak. Talang minyak ini dibawah srew press dan dialirkan oleh air panas ke vibro. Air untuk mengalirkan minyak kasar ini harus benar-benar panas dan cukup agar pemisahan minyak cepat terjadi.

b. Ayakan getar (vibro separator)

Alat ini berfungsi untuk memisahkan/menyaring kotoran-kotoran berupa srat-serat atau kotoran lainnya dari minyak kasar. Vibro separator ini menggunakan 2 buah saringan kawat dengan ukuran saringan atas 20 mesh dan saringan bawah 40 mesh. Bendaa-benda padat berupa ampas yang disaring pada saringan ini dikembalikan ke timba buah untuk diproses kembali. Sedangkan cairan minyak dari vibro separator ditampung dalam tangki minyak kasar (crude oil tank). Untuk memudahkan penyaringan, saringan getar tersebut disiram

dengan air panas.

c. Pompa minyak kasar (crude oil pump)

(18)

d. Tangki pemisah (continuous tank)

Merupakan tangki yang berfungsi untuk mengendapkan sludge yang terkandung kedalam crude oil. Untuk mempermudah proses pemisahan, maka temperature dipertahankan 900c-950c.

Tangki pemisah ini terdiri dari 3 ruang yaitu:

ruang pertama: untuk penampungan minyak dari pompa minyak kasar dan penambahan panas

ruang kedua: merupakan ruang pemisahan. Minyak yang mempunyai berat jenis kecil mengapung dan dialirkan kedalam oil tank, sedangkan sludge yang mempunyai berat jenis lebih besar daripada minyak masuk kedalam ruang ke tiga melalui lubang bawah sekat.

ruang ketiga: ruang penampungan sludge sebelum dialirkankedalam sludge tank..

e. Tangki masakan minyak (oil tank)

Minyak yang berasal dari tangki pemisah pada lapisan atas dialirkan ke oil tank sedangkan sludge yang masih mengandung 7-9% yang berada pada lapisan bawah dialirkan ke sludge tank. Minyak ditampung pada tangki ini untuk dipanasi lagi sebelum dioleh lebih lanjut. Pada tangki ini diusahakan agar tetap penuh untuk menjaga pemanasan tetap 950c-1000c. Tangki ini berbentuk silinder, dengan dasar berbentuk kerucut.

f. Sentrifusi minyak (oil purifer)

(19)

0.1-0.3%. kadar air dalam minyak setelah diproses oil perifer ini diusahakan 0.3-0.4% dan kadar kotoran 0.01-0.15% dengan temperature 900c-950c.

g. Transfer tangki

Tangki ini merupakan alat yang digunakan untuk menampung minyak dari oil perifer dan mmengatur jumlah minyak yang masuk kedalam tangki pompa

udara (vacuum drier) agar merata dan tetap. h. Pengeringan minyal (vacuum drier)

Merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan air dari minyak dengan cara penguapan hampa udara. Hasil yang diharapkan dari proses disini adalah minyak yang berkadar air 0.1-0.15% dengan kadar kotoran 0.013-0.015%. Alat ini merupakan tabung hampa udara yang mempunyai 3 tingkat steam injector. Tekanan vacuum drier ini langsung dikirim ke tangki timbun (storage tank) sebagai minyak produksi yang siap untuk dipasarkan (CPO)

i. Tangki timbun (storage tank)

Tangki ini merupakan alat panampungan minyak produksi (CPO) sebelum dipasarkan. Minyak dalam tangki ini harus selalu dipanaskan dengan cara dipasang pipa pemanas dengan uap dan temperature didalam storage tank diatur ±50oc-550c agar minyak yang terdapat didalamnya tidak membeku dan untuk menghindarkan kenaikan asam lemak bebas dan kadar air dalam minyak ditangki.

j. Tangki lumpur (sludge tank)

(20)

memanaskan dan mengencerkan sludge. Dengan temperature sludge tank ini diusasahan sekitar 900c-1000c.

k. Saringan berputar (brush strainer)

Dari sludge tank selanjutnya lumpur dialirkan ke brush strainer. Brush strainer ini berfungsi sebagai alat pemisah serabut-serabut, pasir dan kotoran-kotoran yang terdapat dalam sludge sebelum diolah di sludge separator. Alat ini terdiri dari tabung silinder yang berlubang-lubang halus dan dipasang sikat-sikat kawat baja sebanyak 5 pasang dan diikatkan pada poros yang berputar.

l. Sand cyclone

Sludge dari brush strainer diperkirakan masih mengandung pasir sehingga

harus dipompakan lagi ke sandd cyclone dimana pasir halus akan terpisah dengan adanya gaya sentrifugal dan di blow down stiap 20 menit sekali. Untuk mengambil minyak yang masih terkandung di sludge, selanjutkan sludge diproses pada sludge separator.

m. Sludge separator

(21)

n. Fat pit

(22)

4.1.3 Struktur organisasi PKS Pagar Merbau

Manager Ops. PKS

Kepala Dinas Teknik/Pengolahan

Kepala Dinas Tata Usaha

Ass. Pengolahan

Ass. Maintenance

Ass. Laboratorium

Kary. Pengolahan

BKL Umum

BKL Listrik

BKL Traksi

Serba-Serbi

Adm

(23)

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Lama Bekerja

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia (Tahun) 38-46 47-55 Jenis Kelamin Pria

Pendidikan SD SMP SMA

Lama Bekerja (Tahun) 15-22

23-30

10 22

32

1 9 22

21 11

31,2 68,8

100,0

3,1 28,1 68,8

65,6 34,4

(24)

4.2.2 Stress Kerja

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Stress Kerja

Pernyataan Sangat

6. Otot-otot tegang terutama pada leher

10.Tekanan darah tinggi 11.Keringat berlebihan 12.Salah urat

13.Gelisah

14.Daya ingat menurun 15.Kesalahan yang

sembrono

16.Gagal menyelesaikan pekerjaan

17.Sering salah paham 18.Kehilangan semangat 19.Sulit konsentrasi 20.Sulit membuat

keputusan

21.Hilangnya kreatifitas 22.Hilangnya gairah

dalam berpenampilan 23.Hilangnya gairah dan

(25)

atau mood cepat berubah-ubah

26.Kurang percaya diri 27.Gugup

28.Mudah tersinggung 29.Mudah marah (emosi

meledak-ledak) 30.Bersikap tertutup

(26)
(27)

yaitu sebanyak 15 orang (46,9%). Pada pernyataan 25, mayoritas responden menjawab sering mengalami mood yang cepat berubah-ubah yaitu sebanyak 12 orang (37,5%). Pada pernyataan 26, mayoritas responden menjawab sering mengalami kurang kepercayaan diri yaitu sebanyak 15 orang (46,9%). Pada pernyataan 27, mayoritas responden menjawab sering merasa gugup yaitu sebanyak 14 orang (43,8%). Pada pernyataan 28, mayoritas responden menjawab sering merasa mudah tersinggung yaitu sebanyak 18 orang (56,2%). Pada pernyataan 29, mayoritas responden menjawab sering merasakan emosi yang mudah meledak-ledak yaitu sebanyak 16 orang (50,0%). Pada pernyataan 30, mayoritas responden menjawab kadang-kadang bersikap tertutup terhadap orang lain yaitu sebanyak 14 orang (43,8%).

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Stress Kerja

Stress Kerja Frekuensi(n) Persentase (%) Ringan

Sedang Tinggi Sangat Tinggi

1 8 22

1

3,1 25,0 68,8 3,1

(28)

4.2.3 Kelelahan Kerja

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kelelahan Kerja

Pernyataan Sangat

1. Kepala anda terasa berat 2.Merasa lelah diseluruh badan

3.Kaki anda terasa berat 4. Frekuensi menguap 5. Pikiran anda kacau 6. Anda mengantuk

10. Merasa ingin berbaring 11.Merasa susah untuk 16. Cenderung untuk lupa 17. Kurang kepercayaan 18. Cemas terhadap sesuatu 22. Bahu terasa kaku 23. Merasa nyeri di bagian punggung

24. Sesak nafas/sulit untuk bernafas

(29)

berat

29. Gemetaran pada bagian tubuh tertentu

30. Merasa kurang sehat 2 1

6,2 3,1

11 14

34,4 43,8

15 13

46,9 40,6

4 4

12,5 12,5

(30)
(31)

sebanyak 18 orang (56,2%). Pada pernyataan 28, mayoritas responden menjawab sering merasakan kelopak mata yang terasa berat yaitu sebanyak 16 orang (50,0%). Pada pernyataan 29, mayoritas responden menjawab kadang-kadang merasa gemetaran pada bagian tubuh tertentu yaitu sebanyak 15 orang (46,9%). Pada pernyataan 30, mayoritas responden menjawab sering merasa kurang sehat yaitu sebanyak 14 orang (43,8%).

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja

Kelelahan Kerja Frekuensi(n) Persentase (%) Ringan responden. Mayoritas responden merasakan gejala kelelahan kerja tinggi yaitu sebanyak 20 orang (62,5%).

4.3 Analisis bivariat 4.3.1 Uji chi square Tabel 4.7 uji chi square

Kelelahan Total p

(32)

Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat hasil dari uji chi square. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang merasakan kelelahan tingkat ringan, tinggi dan sangat tinggi dengan gejala stress ringan dan responden yang merasakan gejala stress ringan yang merasakan kelelahan sedang yaitu sebanyak 1 orang (100%).

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang merasakan gejala stress tingkat sedang dengan tingkat kelelahan yang ringan yaitu sebanyak 1 orang (12,5%), gejala stress tingkat sedang dengan kelelahan sedang yaitu sebanyak 6 orang (75,0%), gejala stress tingkat sedang dengan tingkat kelelahan tinggi yaitu sebanyak 1 orang (12,5%) dan tidak ada yang merasakan kelelahan sangat tinggi dengan gejala stress tingkat sedang.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang merasakan kelelahan ringan dengan gejala stress tinggi, gejala stress tinggi dengan tingkat kelelahan sedang yaitu sebanyak 3 orang (13,6%), gejala stress tinggi dengan tingkat kelelahan tinggi yaitu sebanyak 19 orang (86,4%) dan tidak ada yang merasakan kelelahan yang sangat tinggi dengan gejala stress yang tinggi.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang merasakan kelelahan tingkat ringan, sedang, dan tinggi dengan gejala stress kerja sangat tinggi dan gejala stress sangat tinggi dengan tingkat kelelahan sangat tinggi yaitu sebanyak 1 orang (3,1%).

(33)
(34)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Stress Kerja

Stress kerja merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stress kerja timbul karena tuntutan lingkungan. Stress kerja yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stress kerja yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka (Anoraga, 2009).

Pengukuran stress kerja pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner menurut Herdjana berdasarkan gejala-gejala stress kerja yaitu menggunakan 30 item pertanyaan. Gejala-gejala stress kerja terbagi atas tiga aspek yaitu gejala fisik (pertanyaan 1-12), gejala perilaku (pertanyaan 13-23) dan gejala emosional (pernyataan 24-30). Jawaban untuk kuesioner tersebut terbagi menjadi 4 kategori yaitu sangat sering (SS) dengan diberi nilai 4, sering (S) dengan diberi nilai 3, kadang-kadang (K) dengan diberi nilai 2, dan tidak pernah (TP) dengan diberi nilai 1. Hasil menunjukkan bahwa semakin besar nilai total yang didapat maka semakin tinggi tingkat stress kerja yang dialami pekerja.

(35)

diteliti seluruhnya masuk kedalam kategori stress kerja meliputi kategori stress kerja ringan sebanyak 1 orang (3,1%), kategori stress kerja sedang sebanyak 8 orang (25,0%), kategori stress kerja tinggi sebanyak 22 orang (68,8%) dan kategori stress kerja sangat tinggi sebanyak 1 orang (3,1%).

Kategori stress kerja ringan merupakan tingkat stress dengan skor nilai berdasarkan skala gejala stress kerja sebesar 30-52. Kategori stress kerja sedang merupakan tingkat stress dengan skor nilai berdasarkan skala gejala stress kerja sebesar 53-75. Kategori stress kerja tinggi merupakan tingkat stress dengan skor nilai berdasarkan gejala stress kerja sebesar 76-98. Stress kerja sangat tinggi merupakan tingkat stress dengan skor nilai berdasarkan skala gejala stress kerja sebesar 99-120.

(36)

5.2 Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda pada setiap individu tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2015).

Pengukuran kelelahan pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner menurut skala Industrial Fatigue Research Committe yaitu menggunakan 30 item pertanyaan. Gejala-gejala kelelahan kerja terbagi atas tiga aspek yaitu pelemahan kegiatan (pertanyaan 1-10), pelemahan motivasi (pertanyaan 11-20) dan pelemahan fisik (pernyataan 21-30). Jawaban untuk kuesioner IFRC tersebut terbagi menjadi 4 kategori besar yaitu sangat sering (SS) dengan diberi nilai 4, sering (S) dengan diberi nilai 3, kadang-kadang (K) dengan diberi nilai 2, dan tidak pernah (TP) dengan diberi nilai 1. Hasilnya akan menunjukkan bahwa semakin besar nilai total yang didapat maka semakin tinggi tingkat kelelahan yang dialami pekerja.

(37)

Kategori kelelahan kerja ringan merupakan tingkat kelelahan dengan skor nilai berdasarkan skala IFRC sebesar 30-52. Kategori kelelahan kerja sedang merupakan tingkat kelelahan dengan skor nilai berdasarkan skala IFRC sebesar 53-75. Kategori kelelahan kerja tinggi merupakan tingkat kelelahan dengan skor nilai berdasarkan skala IFRC sebesar 76-98. Kelelahan kerja sangat tinggi merupakan tingkat kelelahan dengan skor nilai berdasarkan skala IFRC sebesar 99-120.

(38)

5.3 Hubungan Stress Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Bagian Pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit Pagar Merbau PTPN II Tanjung Morawa Tahun 2017

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji chi square didapatkan p value sebesar 0,001 yang artinya bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stress kerja (ringan, sedang, tinggi, sangat tinggi) dengan kelelahan kerja (ringan, sedang, tinggi, sangat tinggi) pada pekerja karena p<0,05. Hasil observasi peneliti dilapangan menunjukkan gejala streass kerja yang tinggi akan diikuti pula dengan gejala kelelahan yang tinggi.

(39)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 32 pekerja bagian pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit Pagar Merbau PTPN II Tanjung Morawa Tahun 2017 disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat 10 orang (31,2%) pekerja yang berusia 38-46 tahun dan terdapat 22 orang (68,8%) pekerja yang berusia 47-55 tahun.

2. Terdapat 1 orang (3,1%) pekerja dengan tingkat pendidikan terakhir SD, terdapat 9 orang (28,1%) pekerja dengan tingkat pendidikan terakhir SMP dan terdapat 22 orang (68,8%) pekerja dengan tingkat pendidikan terakhir SMA. 3. Terdapat 21 orang (65,6%) pekerja dengan lama bekerja selama 15-22 tahun

dan terdapat 11 orang (34,4%) pekerja dengan lama bekerja selama 23-30 tahun.

4. Terdapat 1 orang (3,1%) pekerja yang mengalami stress kerja ringan, terdapat 8 orang (25,0%) pekerja yang mengalami stress kerja sedang, terdapat 22 orang (68,8%) pekerja yang mengalami stress kerja tinggi dan terdapat 1 orang (3,1%) pekerja yang mengalami stress kerja sangat tinggi.

(40)

6. Adanya hubungan yang bermakna antara stress kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja (p=0,001).

6.2Saran

1. Manfaatkan waktu istirahat yang diberikan PKS Pagar Merbau PTPN II dengan sebaik-baiknya.

2. Turut serta dalam melaksanakan program-program yang diberikan PTPN II seperti olahraga dan relaksasi.

Gambar

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Lama Bekerja
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Stress Kerja
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Stress Kerja
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kelelahan Kerja
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dadang Ahmad Suriami harja M.Eng... N IXIA TEN RtAWARIJ,

Akulturasi Budaya dalam Arsitektur Bangunan Masjid Lautze

JUDUL : UNIT STROKE SARDJITO, TERBAKAR. MEDIA :

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap prosedur dealiasing untuk menentukan konstanta pasut dominan ditemukan beberapa hal menarik mengenai perilaku pasut, yaitu bahwa

This research was trying to develop a promotion media for Information Technology Faculty UKSW using video mapping technique that were projected at mock-up of Information

• Peningkatan kinerja logistik dapat dilakukan dengan cara: (1) Rencana Induk Sistem Transportasi dan Logistik Pusat dan Daerah, (2) Tata Ruang Logistik dan Ekonomi Lokal,

Adanya geodatabase kelautan akan dapat mengembangkan kinerja Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), khususnya Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

[r]