• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Akses Media Sosial, Gaya Pengasuhan dan Kekerasan Verbal Orang Tua Terhadap Karakter Siswa SMK di Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Akses Media Sosial, Gaya Pengasuhan dan Kekerasan Verbal Orang Tua Terhadap Karakter Siswa SMK di Bogor"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AKSES MEDIA SOSIAL, GAYA PENGASUHAN

DAN KEKERASAN VERBAL ORANG TUA TERHADAP

KARAKTER SISWA SMK DI BOGOR

SUDI HERLIN RAHMAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul; “Pengaruh Akses Media Sosial, Gaya Pengasuhan dan Kekerasan Verbal Orang Tua Terhadap Karakter Siswa SMK di Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

SUDI HERLIN RAHMAWATI. Pengaruh Akses Media Sosial, Gaya Pengasuhan dan Kekerasan Verbal Orang Tua Terhadap Karakter Siswa SMK Di Bogor. Dibimbing oleh DWI HASTUTI dan TIN HERAWATI.

Media sosial dan keluarga adalah lingkungan terdekat bagi remaja, yang memiliki peran penting pada pembentukan karakter remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh akses media sosial, gaya pengasuhan dan kekerasan verbal orang tua terhadap karakter siswa SMK di Bogor. Penelitian dilakukan pada Bulan Oktober hingga Desember 2013 di dua sekolah yaitu SMK swasta di Kota dan SMK swasta di Kabupaten Bogor. Populasi dari penelitian adalah seluruh siswa di SMK terpilih yang memiliki siswa terlibat kenakalan remaja seperti tawuran, penggunaan obat terlarang, dan seks bebas berdasarkan data dari Dinas Pendidikan kota Bogor. Jumlah contoh sebanyak 100 siswa terdiri atas 50 remaja laki-laki dan 50 perempuan yang duduk di kelas 1 dan 2. Teknik penarikan contoh dilakukan secara simple random sampling. Penelitian ini merupakan bagian dari studi Hastuti et al. (2013).

Penelitian menunjukkan bahwa intensitas remaja dalam mengakses media sosial cukup tinggi, hal ini terlihat dari banyaknya remaja yang mengakses media sosial setiap hari dan menuliskan aktifitasnya setiap saat pada media sosial, serta tetap membuka situs media sosial walaupun sedang mencari tugas sekolah. Intesitas remaja juga terlihat dari lamanya remaja dalam mengakses media sosial. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa remaja perempuan lebih sering mengakses media sosial dibandingkan laki-laki. Remaja contoh juga banyak yang membuka situs facebook, games-online, dan youtube yang bermuatan pornografi dan bahasa tidak sopan. Terdapat perbedaaan nyata akses remaja pada muatan pornografi, dimana remaja laki-laki lebih sering mengakses muatan pornografi dibandingkan remaja perempuan.

Pengasuhan otoritatif paling banyak diterapkan orang tua kepada remaja contoh. Di sisi lain orang tua membedakan gaya pengasuhan kepada remaja laki-laki dan perempuan. Remaja laki-laki-laki-laki mendapatkan pengasuhan lebih permisif dibandingkan perempuan dan remaja perempuan mendapatkan pengasuhan yang lebih otoriter dibandingkan laki-laki. Terdapat perbedaan nyata gaya pengasuhan permisif dan otoritatif orang tua pada remaja. Orang tua juga melakukan kekerasan verbal kepada remaja contoh. Terdapat perbedaan nyata kekerasan verbal orang tua kepada remaja laki-laki dan perempuan. Ayah cenderung lebih sering melakukan kekerasan verbal kepada remaja perempuan dibandingkan laki-laki, namun ibu tidak membedakan kekerasan verbal kepada remaja laki-laki dan perempuan.

(5)

media sosial ketika belajar walaupun orang tua dan guru meminta untuk mematikannya, meniru pemakaian bahasa tidak sopan dari media sosial kepada orang tua dan guru serta tidak menghiraukan orang tua dan guru yang sedang berbicara karena sedang mengakses media sosial. Remaja contoh juga terbiasa berkata dengan nada keras pada orang lain, memalsukan tandatangan orang tua pada kertas nilai ulangan yang jelek serta tidak memperhatikan guru dikelas.

Hasil analisis menemukan bahwa terdapat hubungan antara intensitas dan muatan pornografi serta bahasa tidak sopan dengan karakter. Semakin tinggi intesitas remaja pada media sosial dan semakin sering remaja mengakses muatan pornografi dan bahasa tidak sopan maka karakter tanggungjawab, hormat dan santun remaja semakin rendah. Analisis regresi (R2=0.253) menunjukkan bahwa jenis kelamin, muatan media sosial yang diakses remaja dan pengasuhan permisif ibu menjadi variabel yang paling berpengaruh terhadap karakter remaja. Remaja perempuan memiliki karakter yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Semakin sering remaja mengakses media sosial dengan muatan pornografi dan bahasa tidak sopan didalamnya, serta orang tua terutama ibu mengasuh remaja dengan gaya permisif, maka karakter remaja semakin rendah.

(6)

SUMMARY

SUDI HERLIN RAHMAWATI. The Influence of Social Media Acces, Parenting Styles, and Parent’s Verbal Violence on Character of High School Students in Bogor. Supervised by DWI HASTUTI and TIN HERAWATI.

Social media and family as microsystem plays important role for shaping the character of teenagers. The aim of this study was to analyse the influence of social media acces, parenting style and parent’s verbal violence to the teenager character on high school students. The observation was conducted from October to December 2013 in two private vocational high schools in Bogor. The research population was students from selected schools which recorded involve with juvenile delinquency such as gang fight, drugs and free-sex based on the data from Education Official of Bogor. The sample is selected random. Total sample were 100 students consist of 50 male and 50 female students at 10st and 11nd grade. This research is part of research conducted by Hastuti et al. (2013).

Based on analysis, social media intensity of adolescent sample was very high. It was shown that many adolescents always accessing social media every day and up-date the status every time. Adolescents were also frequently access social media although being browsing the literature for a school assignment via the internet. There were differences between male and female adolescents in related to the intensity of accessing social media, where female were more intensive than male. The research also found the differences on accessing pornography contents between male and female adolescents; where male tend to be more frequently access the pornography than female.

Based on result authoritative parenting style was the most parenting style practice by parent at home. On the other hand parents distinguish their parenting style to the male and female adolescents. Parents do more permissive to male than female, beside parents was more authoritarian to female than male. There were significant differences on permissive and authoritative parenting style to male and female adolescents. Based on analysis, parents also do verbal violence to adolescents, there were significant differences on parental verbal violence to male and female adolescents, that wich fathers tend to be more frequent verbal violence to female than male adolescent, but mother does not distinguish verbal violence to the adolescent.

(7)

The analysis found, there was a relationship between the intensity and pornography also impolite words with adolescent’s character. The higher intensity of adolescents on accesing social media and pornography also impolite words therefore the character of responsibility, respect and courtesy of adolescents’ sample was lower. Regression analyses found that student’s sex, access to social media content and mother’s permissive parenting style are recognized as dominat variable which influence to adolescent’s character (R2=0.253).

Keywords: adolescent, character, parenting style, parent’s verbal violence, social

media,

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

PENGARUH AKSES MEDIA SOSIAL, GAYA PENGASUHAN

DAN KEKERASAN VERBAL ORANG TUA TERHADAP

KARAKTER SISWA SMK DI BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(10)
(11)

Judul Tesis : Pengaruh Akses Media Sosial, Gaya Pengasuhan dan Kekerasan Verbal Orang Tua Terhadap Karakter Siswa SMK di Bogor Nama : Sudi Herlin Rahmawati

NIM : I251120051

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Dwi Hastuti, M.Sc Ketua

Dr Tin Herawati, SP, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

Dr Ir Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

(tanggal pelaksanaan ujian tesis)

Tanggal Lulus:

(tanggal penandatanganan tesis oleh Dekan Sekolah

(12)

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’alaamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

segala karunia, rahmat dan hidayah yang diberikan sehingga tesis ini berhasil

diselesaikan. Judul tesis ini adalah “Pengaruh Akses Media Sosial, Gaya Pengasuhan dan Kekerasan Verbal Orang Tua Terhadap Karakter Siswa SMK di

Bogor” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Dwi Hastuti M.Sc selaku ketua komisi pembimbing, dan Ibu Dr Tin Herawati, SP, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, saran, motivasi serta bantuan yang tiada henti selama pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis.

Penulis ucapkan terimakasih kepada kepala sekolah dan para pengajar SMK YAPIS dan SMK Widya Dharma atas izin yang diberikan untuk melakukan penelitian serta bantuan dan kemudahan selama pelaksanaan penelitian. Kepada tim penelitian STRANAS (Dila, Herni, Lia, Nisa dan Andin) atas kerjasama yang baik selama waktu penelitian. Kepada Eka Wulida Latifah S.Si, dan Elmanora S.Si atas bantuan dan kesediaan membantu dalam analisis data penelitian. Ucapan terimakasih kepada Mustika Dewanggi S.Si atas kerjasama dan bantuannya selama penyelesaian tesis. Kepada rekan-rekan mahasiswa Pascasarajana program studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak angkatan 2012 disampaikan terimakasih atas dukungan dan bantuan selama perkuliahan dan penelitian.

Terimakasih kepada kedua orang tua, Mami atas do’a yang tiada pernah berhenti dan dukungan yang sangat besar kepada penulis, Bapak (alm), serta mbak dan adik; mbak Yani (alm), mas Heri, mas Songko, dan Ani. Kepada suami

Akhmad Rizali atas do’a yang selalu dipanjatkan, atas kesempatan, dukungan, motivasi, kepercayaan dan semangat yang diberikan kepada penulis tiada henti.

Penelitian ini didanai dan merupakan bagian dari Penelitian Strategi Nasional 2012 (STRANAS) yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc berjudul

“Model Harmonisasi Peran Keluarga dan Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Mulia Remaja bagi tercapainya Visi Insan Cerdas Komprehensif Tahun 2014”

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan berguna bagi yang memerlukannya

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... . viii

1 PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

3 KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

4 METODE PENELITIAN ... 11

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh ... 12

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 12

Pengolahan dan Analisis Data ... 13

Definisi Operasional ... 14

5 Artikel 1 ... 16

ANALISIS INTENSITAS DAN MUATAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SMK DI BOGOR ... 16

Abstrak ... 16

Abstract. ... 16

Pendahuluan ... 17

Tujuan Penelitian ... 18

Manfaat Penelitian ... 18

Metode Penelitian ... 19

Hasil dan Pembahasan ... 20

Hasil ... 20

Karakteristik Siswa dan Orang Tua ...20

Media Sosial ... 20

Karakter ... 23

Hubungan Karakteristik Remaja, Karakteristik Orang Tua dan Media Sosial dengan Karakter Remaja ... 24

Pembahasan ... 25

Simpulan dan Saran ... 28

Simpulan ... 28

Saran ... 28

Daftar Pustaka ... 28

6 Artikel 2 ... 30

PENGARUH AKSES MEDIA SOSIAL, GAYA PENGASUHAN DAN KEKERASAN VERBAL ORANG TUA PADA KARAKTER SISWA SMK DI BOGOR ... 30

Abstrak ... 30

Abstract ... 30

Pendahuluan ... 31

(14)

Manfaat Penelitian ... 32

Metode Penelitian ... 33

Hasil dan Pembahasan ... 34

Hasil ... 34

... Karakteristik Siswa dan Orang Tua 34 ... Akses Media Sosial ... 35

... Gaya Pengasuhan ... 36

... Kekerasan Verbal Orang Tua ... 37

... Karakter ... 38

... Pegaruh Akses Media Sosial, Gaya Pengasuhan, ... dan Kekerasan Verba Orang Tua Terhadap Karakter ... Siswa SMK di Bogor ... 39

Pembahasan ... 40

Simpulan dan Saran ... 44

Simpulan ... 44

Saran ... 44

Daftar Pustaka ... 45

7 PEMBAHASAN UMUM ... 47

8 SIMPULAN DAN SARAN ... 49

Simpulan ... 49

Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(15)

DAFTAR TABEL

4.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 13 4.2 Realibitas instrumen media sosial, gaya pengasuhan,

kekerasan verbal dan karakter remaja 14

5.1 Sebaran remaja berdasarkan karakteristik siswa

dan orang tua menurut jenis kelamin remaja 20 5.2 Persentase remaja berdasarkan intensitas media sosial menurut

jenis kelamin remaja ... 21 5.3 Persentase remaja berdasarkan muatan media sosial menurut jenis

Kelamin Remaja 22

5.4 Persentase remaja berdasarkan karakter menurut jenis

kelamin remaja 23

5.5 Hubungan karakteristik remaja, karakteristik orang tua, dan

media sosial dengan karakter remaja 24

6.1 Persentase remaja berdasarkan karakteristik siswa dan orang tua

Menurut jenis kelamin remaja 34

6.2 Persentase remaja berdasarkan pilihan situs, tempat, waktu durasi

akses media sosial jenis kelamin remaja 35

6.3 Sebaran remaja berdasarkan intensitas dan muatan yang diakses

pada media sosial menurut jenis kelamin remaja 36 6.4 Persentase remaja berdasarkan gaya pengasuhan orang tua menurut

jenis kelamin remaja 37

6.5 Persentase remaja berdasarkan kekerasan verbal orang tua menurut 38 jenis kelamin remaja

6.6 Sebaran remaja berdasarkan karakter menurut jenis kelamin remaja 39 6.7 Pengaruh akses media social, gaya pengasuhan dan

kekerasan verbalOrang tua terhadap karakter siswa SMK di Bogor ... 40

DAFTAR GAMBAR

3.1 Kerangka Pemikiran ... 11 2.1 Kerangka Penarikan Contoh ... 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Skor Akses Media Sosial 55

2 Skor Gaya Pengasuhan Orang Tua 60

3 Skor Kekerasan Verbal Orang Tua 67

4 Skor Karakter Remaja 68

(16)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan pembentukan karakter masyarakatnya (Megawangi 2007). Masyarakat dengan karakter yang baik akan menciptakan kondisi yang saling mendukung dalam pembangunan ekonomi, teknologi maupun sumber daya manusia itu sendiri. Menurut Lickona (1991) seringkali dalam pembangunan karakter tidak terlepas dari faktor budaya yang ada di dalam negara tersebut. Indonesia dengan budaya “ketimuran” cenderung arif dan hormat terhadap berbagai hal termasuk budaya atau teknologi baru yang masuk, sehingga pada dewasa ini banyak terjadi akulturasi budaya dan teknologi. Masuknya teknologi atau budaya baru selain memberikan dampak positif namun juga membawa dampak negatif. Perkembangan teknologi komunikasi sebagai contoh, menjadikan hilangnya faktor pembatas dalam komunikasi dan penyebaran informasi. Berbagai informasi dapat diakses dengan mudah, meskipun informasi itu memberikan dampak negatif karena tidak adanya penyaring dan pemahaman yang cukup.

Sejak ditemukan teknologi internet kini bermunculan berbagai media online di dunia maya, salah satunya adalah media sosial (social media). Hasil studi Montgomery (2000) bahwa remaja merupakan individu yang paling banyak terpengaruh pada kemunculan media sosial. Keberadaan media sosial telah merubah pola komunikas remaja. Berdasarkan studi yang dilakukan Frein et al. (2013) remaja yang melakukan akses pada media sosial, selain akan mendapatkan kemudahan berkomunikasi juga kemungkinan terkena dampak negatif dari media sosial. Studi Subrahmanyama et al. (2001) menemukan banyak remaja mengalami penurun prestasi belajar akibat terlalu sering menghabiskan waktu untuk mengakses media sosial dan hal ini merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja.

Studi Puspitawati (2009) dan Hastuti et al. (2012) di Kota Bogor, menemukan banyak remaja yang terlibat kenakalan. Kenakalan remaja meliputi tindakan meninggalkan rumah tanpa meminta ijin pada orang tua, berbohong, membolos sekolah, tidak mengakui kesalahan, menipu atau menentang keinginan orang tua, berperilaku antisosial seperti merokok, mengkonsumsi alkohol dan narkoba, melakukan seks sebelum menikah, terlibat tawuran, dan melakukan tindakan bullying pada teman. Merujuk pada pendapat Lickona (1991) kondisi tersebut merupakan tanda-tanda suatu bangsa telah mengalami kemunduran, karena para remaja telah meninggalkan pedoman yang baik dan melakukan tindakan yang buruk. Menurut Peterson & Seligman (2004) hal itu mencerminkan generasi remaja yang telah kehilangan integritas diri atau rasa tanggungjawab dan rendahnya penghargaan remaja terhadap orang tua yang ditunjukan dengan tidak bersikap hormat dan santun kepada orang tua. Sikap ini bertentangan dengan nilai budaya yang dianut oleh bangsa kita yaitu bangsa yang menjunjung tinggi nilai tanggungjawab dan penghormatan kepada orang yang lebih tua

(17)

2 dilakukan dan yang harus dihindari (Megawangi 2007). Karakter yang penting dimiliki oleh remaja adalah tanggungjawab, hormat dan santun. Pembentukan nilai-nilai karakter tersebut dapat mengatasi dampak negatif dari akses media sosial, sehingga menurut Hoghugi & Long (2004) penting bagi orang tua memfungsikan pengasuhan dengan optimal di lingkungan rumah yaitu memberikan perhatian pada remaja dan mengontrol setiap keputusan dan sikap yang dilakukan remaja. Studi Mesch (2006) menemukan bahwa penggunaan media sosial pada remaja dipengaruhi oleh komunikasi dengan orang tua dimana orang tua yang tidak memiliki komunikasi yang baik dengan anak akan membuka peluang anak mudah terpengaruh dampak negarif dari media sosial.

Perumusan Masalah

Pembentukan karakter merupakan hal penting dan mendesak yang harus dilakukan oleh orang tua untuk mencegah meningkatnya pengaruh dampak negatif media sosial pada perilaku remaja, O'Keeffe & Pearson (2001) menyatakan bahwa semakin hari jumlah remaja pengakses media sosial semakin meningkat. Pada studi yang dilakukan oleh Hastuti et al. (2012) di kota Bogor terhadap remaja laki-laki maupun perempuan sebagian kecil atau 20 persen jumlah remaja memiliki karakter tanggungjawab pada kategori tinggi, selebihnya yaitu 70 persen remaja pada kategori sedang dan rendah. Jumlah remaja baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki karakter hormat dan santun hanya 4 persen termasuk pada kategori tinggi, dan 86 persen remaja memiliki karakter hormat dan santun pada kategori sedang dan rendah.

Saat ini pengakses media sosial didominasi remaja usia 18 tahun yang menghabiskan waktu 6 sampai 8 jam mengakses media sosial (Brow & Cantor 2000). Dalam mengakses media sosial maka remaja akan mengekspresikan emosi dan perilaku yang baik atau positif maupun negatif (Barnett et al. 2013). Remaja yang aktif mengakses media sosial akan cenderung mengajak teman sebaya untuk mengakses media yang sama (Koutamanis et al. 2013). Hal terpenting yang harus diketahui orang tua bahwa media sosial banyak berisi muatan bahasa tidak sopan dan seksualitas (O’Keeffe & Pearson 2001). Studi Aslanidou & Menexes (2008) bahwa remaja terutama laki-laki cenderung mengakses internet untuk mencari hiburan daripada mencari sumber rujukan untuk tugas sekolah. Hal ini berbeda dengan remaja perempuan yang lebih banyak mengakses internet yang bermuatan ilmu pengetahuan untuk kepentingan pembelajaran di sekolah dibandingkan untuk mencari hiburan. Kebiasaan remaja yang terlalu sering mengakses internet termasuk media sosial berdampak pada penurunan prestasi belajar (Subrahmanyama et al. 2001) dan kesehatan seksual (Guse et al. 2010).

(18)

3 Berdasarkan uraian sebelumnya maka perlu dilakukan kajian tentang; (1) akses (intensitas dan muatan) media sosial, gaya pengasuhan dan kekerasan verbal orang tua serta karakter remaja laki-laki dan perempuan, (2) perbedaan akses media sosial (intensitas dan muatan), gaya pengasuhan dan kekerasan verbal orang tua serta karakter pada remaja laki-laki dan perempuan, (3) hubungan antara karakteristik remaja dan orang tua serta akses (intensitas dan muatan) media sosial pada karakter remaja laki-laki dan perempuan, dan (4) pengaruh akses (intesitas dan muatan) media sosial remaja, gaya pengasuhan dan kekerasan verbal orang tua terhadap pembentukan karakter remaja

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis tentang pengaruh akses media sosial, gaya pengasuhan dan kekerasan verbal orang tua terhadap karakter pada remaja laki-laki dan perempuan siswa dan siswi SMK di Bogor. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengindentifikasi akses media sosial, gaya pengasuhan dan kekerasan verbal orang tua serta karakter remaja.

2. Menganalisis perbedaan akses (intensitas dan muatan) media sosial, gaya pengasuhan dan kekerasan verbal orang tua serta karakter pada remaja laki-laki dan perempuan.

3. Menganalisis hubungan karakteristik remaja dan orang tua serta akses (intensitas dan muatan) media sosial pada karakter remaja.

4. Menganalisis pengaruh akses (intesitas dan muatan) media sosial remaja, gaya pengasuhan dan kekerasan verbal orang tua terhadap pembentukan karakter remaja.

Manfaat Penelitian

(19)

4

2 TINJAUAN PUSTAKA

Teori Struktural Functional Sebagai landasan Pembentukan Keluarga

Peraturan Pemerintah No 21 tahun 1994 tentang penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera keluarga memiliki fungsi yaitu pemenuhan kebutuhan fisik seperti makan, minum, kesehatan, dan fungsi pemenuhan kebutuhan non fisik seperti keagamaan, sosial, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi, pendidikan, ekonomi dan pembinaan lingkungan.

Salah satu teori keluarga yang mendasari penelitian ini adalah teori keluarga structural functional, Puspitawati (2012) menjelaskan bahwa teori keluarga structural functional menitikberatkan berfungsinya struktur dan fungsi setiap anggota keluarga, yaitu adanya pembagian tugas pada struktur yang berbeda-beda. Struktur ayah berfungsi sebagai pencari nafkah (breed winner), struktur ibu memiliki fungsi membantu ayah memanajemen pengaturan dirumah, seperti pengadaan makanan, merawat anak-anak, mendidik anak, menjaga kesehatan keluarga, dan struktur anak yang berfungsi mematuhi peraturan yang ditetapkan bersama oleh orang tua. Brooks (2001) menguraikan bahwa orang tua adalah seorang individu yang memiliki tanggung jawab memacu dan mendukung setiap tahap perkembangan anak dengan memberikan perawatan, perlindungan dan pendampingan pada saat anak memasuki kehidupan baru (kehidupan anak menuju remaja atau remaja menuju jenjang pernikahan). Keluarga hidup dalam sebuah sistem dengan landasan kerjasama antar anggota keluarga (Megawangi 2005).

Teori Ekologi Sebagail Landasan Pembentukan Karakter Remaja

Salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan remaja adalah hasil interaksi remaja dengan keluarga serta lingkungan masyarakat di sekelilingnya. Pengalaman individu dalam interaksi sosial menentukan sejauh mana individu tersebut mampu mengembangkan dan menyadari kemampuan diri (Klein & White 1996), menurut Bern (1997) teori ekologi mempelajari perkembangan manusia dalam lingkungan yang beragam. Berdasarkan perkembangan model teori ekologi lingkungan ekologi perkembangan manusia terbagi dalam empat sistem yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem dan makrosistem (Bern 1997).

(20)

5 Akses Media Sosial

Sejak ditemukan teknologi internet pada abad ke 20 (Marson 2008) mulai bermunculan berbagai media online di dunia maya. Salah satu media online yang berkembang pesat adalah media sosial (social media). Keberadaan media sosial, memudahkan komunikasi manusia. Manfaat yang dirasakan masyarakat yaitu kemudahan berkomunikasi dengan orang lain. Dampak negatifnya adalah berkurangnya intensitas komunikasi secara langsung. Menurut O'Keeffe & Pearson (2011) jumlah pengguna media sosial semakin meningkat dari waktu ke waktu dan menjadi bagian dari aktifitas kehidupan sehari-hari.

Pada awalnya media sosial dipergunakan untuk berbagi informasi aktifitas sehari-hari seseorang secara tertulis yang dapat diakses oleh masyarakat umum (terbuka) disebut open diary. Media ini kemudian berkembang menjadi web- blog yang memiliki fasilitas dan fungsi yang sama. Nama web-blog kemudian disingkat menjadi blog. Tahun 2000 merupakan awal mula perkembangan blog yang ditandai semakin bertambah jumlah masyarakat pengguna blog. Tiga tahun kemudian MySpace muncul dan menambah keberagaman media sosial yang ada pada saat itu. Menginjak tahun 2004 merupakan puncak perkembangan media sosial dengan ditemukan facebook dan twitter (Kaplan & Heinlein 2009). Kedua media ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh media sosial yang muncul

terlebih dahulu. Diantara kelebihannya adalah menyedia fasiltas “dinding” sebagai

tempat untuk menampung segala ekspresi pengguna melalui tulisan singkat.

Media sosial ini juga menyediakan layanan “unggah foto” yang memudahkan

pengguna mengunggah foto aktifitas sehari-harinya. Hasil penelitian Kaplan & Heinlein (2009) menemukan lebih banyak orang yang menggunakan facebook dan twitter sebagai media komunikasi didunia maya dibandingkan blog, dengan alasan lebih memberikan kemudahan karena bisa langsung menulis apa saja yag diinginkan secara singkat dan cepat tanpa harus menulis dalam sebuah paragrap seperti jika menggunakan media sosial blog.

Pengasuhan Orang Tua Berdasarkan Gaya Pengasuhan

Pengasuhan adalah aktifitas orang tua secara berkala berupa aksi dan interaksi untuk mendukung perkembangan anak (Brooks, 2001). Jalinan hubungan antara anak dengan keluarga adalah penting bagi perkembangan anak. Gaya pengasuhan orang tua dapat memengaruhi anak dalam hal karakteristik kepribadian dan penyesuaian diri terhadap lingkungan (Locke 2002) disisi lain gaya pengasuhan yang tepat dapat mendukung perkembangan kompetensi anak.

(21)

6 demandingness yang tinggi dan responsiveness yang rendah, sedangkan gaya pengasuhan permisif menunjukkan orang tua memiliki tingkat demandingness rendah dan responsiveness yang tinggi, dan gaya pengasuhan otoritatif adalah gaya pengasuhan dimana orang tua memiliki tingkat demandingness dan responsiveness yang tinggi.

Gaya pengasuhan otoriter merupakan gaya pengasuhan yang mengontrol perilaku anak dengan tegas, berorientasi kekuasaan, menuntut ketaatan namun tanpa memperhatikan karakteristik individual anak. Gaya pengasuhan orang tua tipe ini menekankan pada kontrol tanpa sikap mengasuh dan dukungan terhadap anak (Brooks 2001), menilai perilaku dan sikap anak dengan standar tinggi serta menghargai ketaatan, rasa hormat terhadap otoritas dan tradisi (Berns 1997). Peraturan dan batasan yang ditetapkan orang tua bersifat kaku dan dibentuk dengan tingkat otoritas yang tinggi. Dalam gaya pengasuhan tipe ini, yang bernilai bagi orang tua adalah ketaatan anak tanpa bertanya dan orang tua ikut campur dan membatasi perilaku anak tanpa ragu untuk kebaikan anak (Önder & Gülay 2009). Orang tua tipe ini tidak memberi dukungan dan kekuatan bagi anak dan percaya bahwa apa yang orang tua katakan harus diterima oleh anak sebagai kebenaran (Bartell 2005). Meskipun tingkat kepedulian terhadap anak rendah, orang tua memiliki tingkat kontrol tinggi (Johnson 2006). Orang tua menerapkan hukuman verbal dan nonverbal (fisik) untuk mengatasi perilaku anak yang tidak diinginkan dan tidak memuji perilaku positif serta mengalami stress dalam hal menghilangkan perilaku anak yang tidak diharapkan (Lamb & Baumrind 1978). Orang tua memiliki harapan terhadap anak di luar kemampuan anak (Cunningham 1993), tidak menyukai perubahan dan memutuskan sesuatu dengan cepat tanpa mengevaluasi pengaruh dari keputusan remaja terhadap anak (Locke 2002). Anak-anak yang diasuh dengan pola otoriter cenderung tidak bahagia, menarik diri, dan penuh rasa curiga (Brooks 2001), serta penuh rasa takut, tidak memiliki tujuan dan tidak puas (Berns, 1997). Hasil penelitian Lamborn et al. (1991) menunjukkan bahwa remaja dari orang tua otoriter cukup berprestasi secara akademik tetapi rendah kepercayaan dirinya (self reliance dan self concept).

Gaya pengasuhan permisif merupakan gaya pengasuhan dimana orang tua menunjukkan penerimaan dan menyetujui segala tingkah laku anak dan memberikan kebebasan sepenuhnya (Brooks 2001) tanpa melihat akar atau sumber permasalahan/perilaku (Önder & Gülay 2009). Orang tua tipe ini tidak mengontrol dan tidak menuntut apapun (Berns 1997), bersikap masa bodoh dan tidak terlibat, tidak pernah menetapkan aturan dan memberikan pengarahan kepada anak (Brooks 2001), meskipun perilaku anak membahayakan lingkungannya, orang tua tetap menerima perilaku tersebut dan tidak dapat membujuk anak untuk menaati peraturan (Önder & Gülay 2009). Meskipun orang tua memiliki kemampuan untuk mengasuh anak, namun remaja memiliki kompetensi yang rendah untuk mengendalikan perilaku anak-anak remaja (Johnson 2006, Mussen et al. 1990). Orang tua memberikan tingkat kebebasan yang tinggi dan tingkat disiplin yang rendah serta memiliki harapan yang rendah terhadap anak (Cunningham 1993). Anak-anak yang diasuh dengan gaya permisif cenderung tidak mandiri, impulsif, agresif, tidak berani bereksplorasi dan memiliki kendali diri yang lemah (Berns 1997).

(22)

7 komunikasi dari anak dan menghargai disiplin, kemandirian dan keunikan anak. Orangtua menentukan batasan dan aturan yang jelas dalam keluarga namun tetap menerima komunikasi dan bertoleransi terhadap anak (Hurlock 1997). Peraturan yang ditetapkan bersifat terbuka, jelas, dapat didiskusikan, dan siap untuk diubah sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan. Peraturan dapat diatur kembali karena bersifat membuka peluang perbaikan (Mussen et al. 1990). Hubungan antara orang tua dan anak adalah hubungan yang dekat dan orang tua menerapkan pendekatan kooperatif dan peka terhadap anak dan mendukung anak dengan ekspresi verbal dan fisik (Önder & Gülay 2009). Harapan orang tua dihubungkan dengan kemampuan anak (Johnson 2006) dan orang tua menyadari akan ide, perasaan, dan sikap anak dan menghormatinya (Bartell 2005). Gaya pengasuhan otoritatif ini akan menghasilkan perilaku anak yang mandiri, eksploratif, percaya diri dan kooperatif (Berns 1997). Menurut Stevens (2008) mengaplikasikan gaya pengasuhan otoritatif adalah strategi yang telah terbukti sebagai praktek pengasuhan yang berhubungan dengan pengembangan kepercayaan diri, resiliensi, dan kapasitas untuk tindakan moral.

Kekerasan Verbal Orang Tua

Kekerasan verbal orang tua merupakan bentuk hukuman verbal untuk mengatasi perilaku anak yang tidak diinginkan (Lamb & Baumrind 1978). Orang tua memiliki harapan terhadap anak di luar kemampuan anak (Cunningham 1993), tidak menyukai perubahan dan memutuskan sesuatu dengan cepat tanpa mengevaluasi pengaruh dari keputusan remaja terhadap anak (Locke 2002). Kekerasan verbal terjadi pada pengasuhan gaya otoriter (Lamb & Baumrind 1978) Studi Spillane-Grieco (200) menemukan remaja yang mendapatkan kekerasan baik verbal dari orang lain akan meniru perilaku tersebut yaitu dengan berkata kasar atau tidak sopan kepada teman sebaya atau orang-orang lain disekitarnya. Dampak dari perilaku orang tua yang melakukan kekerasan verbal kepada remaja juga dapat memengaruhi perilaku remaja seperti tindakan pengrusakan (agression) atau perilaku kekerasan lainnya. Pengasuhan orang tua kepada remaja dengan melakukan kekerasan verbal menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangannya, yaitu memengaruhi cara berkomunikasi remaja yang cenderung kasar dan tidak sopan juga merangsang remaja melakukan perilaku merusak (agression).

(23)

8 Karakter Remaja

Nilai-nilai moral adalah landasan pembentukan karakter pada remaja. Karakter akan berkembang sesuai kemampuan berfikir (kognitif) dan akan meningkat dari masa ke masa. Santrock (2009) merujuk pendapat Piaget tentang teori moral menyatakan bahwa perubahan moral remaja terlihat pada perilaku remaja yang berbeda-beda. Perilaku tersebut merupakan cerminan dari tingkat pencapaian moral karakter remaja. Kohlberg menyempurnakan pendapat Piaget bahwa perkembangan moral remaja juga bertingkat-tingkat. Kondisi tingkat moral remaja akan berubah seiring perkembangan usianya. Miller (2001) menjelaskan awal orientasi dari perkembangan moral anak adalah berorientasi pada pengakuan sosial, yaitu ingin mendapatkan sebutan sebagai orang baik. Perilaku tersebut mencapai tingkatan tertinggi yaitu berorientasi perilaku moral dengan dasar dorongan dari hati nurani. Individu yang mampu memiliki tingkatan moral tertinggi akan melakukan tindakan moral berdasarkan dorongan hati nurani didalam diri.

(24)

9 sopan, merendahkan suara, serta sikap yang menunjukkan penghormatan pada orang lain dengan memberikan senyuman, menatap wajah lawan yang sedang berbicara dan mendengarkan isi pembicaraan lawan bicara.

(25)

10

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Keluarga dan setiap individu didalamnya (ayah, ibu dan anak) merupakan bagian dari kehidupan masyarakat dan lingkungan di sekelilingnya, dan keberadaan anak berkembang mengikuti pola masyarakat dan lingkungan (Klein & White 1996). Bronfenbrenner membagi lingkungan perkembangan manusia

(ecology of human’s development) menjadi 4 bagian; microsystem, mesosystem,

ecosystem dan macrosystem. Lingkungan terdekat remaja (microsystem) selain orang tua, peers-group (teman sebaya) juga termasuk media sosial (Bern 1997). Kemunculan media sosial memberikan pengaruh pada pola komunikasi remaja. Keberadaan media sosial selain memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif pada perkembangan pembentukan karakter remaja. Berdasarkan hasil beberapa studi yang dilakukan, para remaja pengguna media sosial akan terjangkit beberapa permasalahan (Subrahmanyama et al. 2001, Guse et al. 2010). Permasalahan tersebut adalah menurunnya rasa tanggung jawab remaja dan rasa hormat dan santun remaja kepada orang tua (Lickona 1992).

Teori structural functional mengatur pembagian tugas setiap individu dalam institusi keluarga. Keluarga dengan landasan teori ini menempatkan posisi orang tua (ayah dan ibu) sebagai pengatur dan penanggungjawab kehidupan anak-anak, dan anak-anak yang memiliki tugas mengikuti arahan dan bimbingan orang tua. Setiap struktur yang berperilaku sesuai dengan fungsinya akan menciptakan keharmonisan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dan keberadaannya ditengah masyarakat (Megawangi 1999).

Keluarga merupakan bagian dari microsystem yang memiliki peran penting pada perkembangan perilaku remaja yaitu berfungsi memberikan pengasuhan. Aplikasi pengasuhan orang tua serta karakteristik orang tua menjadi dukungan utama dalam mengantisipasi dampak negatif dari media sosial terhadap perkembangan karakter remaja, terutama tanggung jawab hormat dan santun. Terdapat tiga tipe gaya pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua dalam pengasuhan yaitu authoritarian atau otoriter, permissive atau permisif, dan authoritative atau otoritatif. Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan otoriter cenderung melakukan kekerasan verbal sebagai hukuman kepada anak yang bertindak diluar harapan orang tua (Lamb & Baumrind 1978).

Pengasuhan orang tua yang baik terutama ibu dan kelancaran komunikasi antara ibu dan remaja dapat mencegah seorang remaja terkena dampak negatif dari media sosial (Dogan 2013). Karakteristik orang tua seperti pendidikan ayah dan ibu, besaran keluarga dan pendapatan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan sikap atau karakter remaja (Puspitawati 2006, Sa’diyyah 1998). Pengasuhan lebih dibutuhkan oleh remaja karena frekuensi seorang remaja dalam mengakses media sosial dipengaruhi oleh tingkat perhatian orang tua terhadap aktifitas remaja ketika mengakses media sosial (Aslanidou & Menexes 2008).

(26)

11 KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 1 Kerangka Pemikiran pengaruh akses media sosial dan gaya pengasuhan orang tua terhadap karakter remaja

4 METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Desain dari penelitian ini adalah Cross Sectional Study dimana tempat penelitian tersebar di dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta yang berlokasi di Kabupaten dan Kota Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Oktober 2013 - Desember 2013. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Strategi Nasional 2012 (STRANAS) yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc berjudul “Model Harmonisasi Peran Keluarga dan Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Mulia Remaja bagi tercapainya Visi Insan Cerdas Komprehensif Tahun 2014”

Karakter Siswa

- Tanggung Jawab - Hormat dan

Santun

Akses Media Sosial

 Penggunaan  Intensitas  Muatan

Gaya Pengasuhan Orang Tua

 Otoriter  Permisif  Otoritatif

Karakteristik Siswa

 Jenis kelamin  Usia

Karakteristik Orang Tua

 Usia  Pendidikan  Pendapatan  Besar

Keluarga

Peer Group

(Teman Sebaya)

(27)

12 Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMK terpilih. Contoh penelitian adalah 100 siswa terdiri atas 50 remaja laki-laki dan 50 perempuan yang merupakan siswa dan siswi di sekolah terpilih kelas 1 dan 2. Penentuan contoh dilakukan secara simple random sampling yaitu pada sekolah-sekolah yang memiliki siswa terlibat kenakalan seperti tawuran, penggunaan narkoba dan seks bebas, menurut data dari Dinas Pendidikan Kota Bogor. Adapun kerangka penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka Penarikan Contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri atas data Primer dan Sekunder. Data Primer meliputi; 1) karakteristik remaja, 2) karakteristik orang tua, 3) akses media sosial, 4) gaya pengasuhan, 5) kekerasan verbal, dan 6) karakter tanggungjawab, hormat dan santun remaja serta data Sekunder yaitu jumlah siswa. Data Sekunder adalah jumlah siswa. Data tersebut dikumpulkan melalui wawancara dengan alat bantu kuisioner sebagai instrument. Jenis dan cara pengumpulan data disajikan secara lengkap dalam Tabel 1.

SMK Bogor

SMK Kota 308 siswa

SMK Kabupaten 382 siswa

L = 50 siswa P = 50 siswi

Siswa L = 138 Siswa P = 62

purposif

(28)

13 Tabel 1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis

-Lama Pendidikan Rasio -Pendapatan Rasio

Primer Gaya Pengasuhan:

-Otoriter

Data yang diperoleh kemudian diproses melalui editing, coding, sorting, entry, dan cleaning. Pengolahan data dibagi menjadi menjadi dua, yakni deskriptif & inferensia menggunakan program komputer. Uji realibitas dengan metode

Cronbach’s Alpha dilakukan pada kuisioner akses media, gaya pengasuhan,

(29)

14 Pearson, dan (3) Uji regresi linier berganda. Data realibilitas disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Realibitas instrumen media sosial, gaya pengasuhan, kekerasan verbal dan karakter remaja.

Instrumen Cronbach’s Alpha

Akses Media Sosial 0,914

Gaya Pengasuhan Otoriter 0,749

Gaya Pengasuhan Permisif 0,782

Gaya Pengasuhan Otoritatif 0,854

Kekerasan Verbal 0,786

Karakter 0,858

Definisi Operasional

Karakteristik keluarga adalah ciri yang melekat pada suatu keluarga yang dilihat dari usia orang tua, lama pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah.

Usia orang tua adalah angka yang menunjukkan umur ayah dan umur ibu dalam satuan tahun.

Pendidikan orang tua adalah lama ayah atau ibu mengenyam pendidikan formal di sekolah.

Pendapatan orang tua adalah pendapatan total ayah dan ibu dalam hitungan rupiah per bulan.

Karakteristik remaja adalah ciri yang melekat pada remaja yang dilihat dari usia jenis kelamin dan jumlah uang saku.

Usia remaja adalah angka yang menunjukkan umur remaja dalam satuan tanggal dan tahun lahir.

Jenis kelamin remaja adalah remaja berdasarkan jenis kelamin laki-laki atau Perempuan

Akses media sosial adalah pola aktifitas remaja dalam penggunaan media sosial Media sosial adalah media online yang dipergunakan untuk berbagi informasi

mengenai aktifitas sehari-hari seseorang secara tertulis, melalui foto atau video yang dapat diakses oleh masyarakat umum (open diary) seperti facebook, twitter, youtube, blog, Instagram, Yahoo Messager, What’s Up, Black Berry Massager, games-online.

Intensitas media sosial adalah kekerapan/kuantitas remaja dalam menggunakan media sosial yang dilihat dari durasi menggunakan media sosial, dihitung dalam jam dan hari serta minat dalam mengakses media sosial

Muatan media sosial adalah kandungan informasi pada media sosial yang diakses oleh remaja yang terdiri atas muatan pornografi dan bahasa tidak sopan.

(30)

15 Muatan bahasa tidak sopan adalah kata kata kasar dan bahasa tidak sopan yang terdapat pada proses komunikasi dalam mengakses media sosial yang dilakukan oleh pengguna oleh remaja contoh dan pengguna media sosial lain yang dapat diakses remaja contoh.

Gaya pengasuhan adalah cara berinteraksi antara orang tua dan anak yang paling menonjol dan dominan, yang meliputi dimensi tuntutan dan kehangatan dari orang tua.

Gaya pengasuhan otoriter adalah gaya pengasuhan yang memiliki dimensi tuntutan tinggi dan dimensi kehangatan rendah.

Gaya pengasuhan permisif adalah gaya pengasuhan yang memiliki dimensi tuntutan rendah dan dimensi kehangatan tinggi.

Gaya pengasuhan otoritatif adalah gaya pengasuhan yang memiliki dimensi tuntutan tinggi dan dimensi kehangatan tinggi.

Kekerasan verbal orang tua adalah kata-kata yang berunsur kekerasan yang diucapkan orang tua ketika berkomunikasi dengan remaja seperti kata tolol, tidak berguna, pemalas, tidak waras, tidak becus, pembawa sial, anjing, monyet, babi, dan setan.

Kekerasan verbal ibu adalah kata-kata yang berunsur kekerasan yang diucapkan ibu ketika berkomunikasi dengan remaja seperti kata tolol, tidak berguna, pemalas, tidak waras, tidak becus, pembawa sial, anjing, monyet, babi, dan setan.

Kekerasan verbal ayah adalah kata-kata yang berunsur kekerasan yang diucapkan ayah ketika berkomunikasi dengan remaja seperti kata tolol, tidak berguna, pemalas, tidak waras, tidak becus, pembawa sial, anjing, monyet, babi, dan setan.

Karakter adalah tabiat dan kebiasaaan yang dilakukan remaja dalam melakukan hal yang baik dan bermoral. Karakter dalam penelitian ini mengacu pada karakter tanggung jawab, hormat dan santun.

Karakter tanggungjawab adalah sikap positif dan kewajiban remaja dalam memenuhi tugas-tugas yang dibebankan kepada remaja, termasuk sikap menepati janji, menanggung konsekuensi, melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

(31)

16 5 Artikel 1

ANALISIS INTENSITAS DAN MUATAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SMK DI BOGOR

(Analysis of Social Media Intensity and Content on Character of High School Students in Bogor)

Sudi Herlin Rahmawati1, Dwi Hastuti2, Tin Herawati3

ABSTRAK

Keberadaan media sosial di Indonesia saat ini merupakan hasil dari akulturasi budaya dan teknologi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis intensitas dan muatan media sosial terhadap pembentukan karakter siswa SMK di Bogor. Penelitian dilakukan pada Oktober-Desember 2013 di dua sekolah yaitu SMK di Kota dan SMK di Kabupaten Bogor. Populasi dari penelitian adalah seluruh siswa di SMK terpilih yang memiliki siswa terlibat kenakalan remaja seperti tawuran, penggunaan obat terlarang, dan seks bebas, berdasarkan data dari Dinas Pendidikan kota Bogor. Jumlah contoh sebanyak 100 siswa terdiri dari 50 remaja laki-laki dan 50 perempuan yang duduk di kelas 1 dan 2. Teknik penarikan contoh dilakukan secara simple random sampling. Penelitian ini merupakan bagian dari studi Hastuti et al. (2013). Hasil penelitian menunjukkan intensitas remaja dalam mengakses media cukup tinggi dimana remaja perempuan lebih sering mengakses media sosial dibandingkan laki-laki. Muatan pornografi adalah yang paling banyak diakses oleh remaja laki-laki dibandingkan perempuan. Ditemukan hubungan antara intensitas dan muatan pornografi serta bahasa tidak sopan dengan karakter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas dan muatan yang terkandung pada media sosial berperan dalam pembentukan karakter remaja

Kata kunci: bahasa tidak sopan, karakter, media sosial, pornografi, remaja

ABSTRACT

Recently, the existing of social media in Indonesia was as a consequence of acculturation both of culture and technology. The aim of this study was to analyze the influence of social media on the teenager character particularly responsibility, respect and good manner on high school students. The observation was conducted from October to December 2013 in two high schools in Bogor. The research population was students from selected schools which recorded involve with juvenile delinquency such as gang fight, drugs and free-sex, based on the data from Education Official of Bogor. Total sample were 100 students consist of 50 male and 50 female students at 1st and 2nd grade. This research is part of research conducted by Hastuti et al. (2013). Based on analysis, the intensity on accessing social media was high, particularly on female teenager than male. Pornography content was more access by male than female teenagers. We found

1

Mahasiswa S2 Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak 2

Dept. Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB 3

(32)

17 correlation between intensity and social content (pornography and impolite language) with character. As a conclusion, social media plays an important role on shaping character of students.

Keywords: adolescent, character, online harrasmnet, pornography, social media

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberadaan media sosial di Indonesia saat ini merupakan hasil dari akulturasi budaya dan teknologi. Dengan cepat remaja terpengaruh dan aktif mengakses media sosial (Montgomery 2000). Usia remaja adalah masa perkembangnya rasa ingin tahu yang tinggi akibat dari pertumbuhan hormon perkembangan (Santrock 2002). Hadirnya budaya luar dapat memengaruhi pembentukan karakter remaja. Remaja berkembang mengikuti perkembangan budaya yang berada di sekitarnya dan budaya akan mewarnai pola pikir dan pola sikap pada proses tumbuh kembang anak (Miller 2011).

Berdasarkan studi yang dilakukan O’Keffe & Pearson (2011) ketika remaja mengakses media sosial muncul beberapa permasalahan yang ditimbulkan oleh aktifitas remaja. Remaja akan mengalami pelecehan secara online (cyberbullying), terpengaruh penggunaan kata-kata kotor dan tidak sopan ketika mengekpresikan pendapat di dunia maya (online Harassment), mendapatkan pengiriman gambar diri yang porno yang tidak senonoh (sexting), serta memiliki keinginan untuk terus menerus memantau komentar dari teman-teman lain di dunia maya (facebook/twitter depression).

Saat ini pengakses media sosial lebih didominasi oleh remaja usia 18 tahun yang menghabiskan waktu 6 sampai 8 jam mengakses media sosial (Brow & Cantor 2000). Remaja akan mengekspresikan emosi dan perilaku baik yang positif maupun negatif pada media sosial yang dipergunakan (Barnett et al. 2013). Disisi lain remaja yang aktif mengakses media sosial akan memengaruhi teman sebaya untuk mengakses media yang sama (Koutamanis et al. 2013). Hal terpenting yang harus diketahui oleh orang tua bahwa muatan dari media internet secara umum cenderung berisi kekerasan dan seksualitas, sehingga memungkinkan remaja yang mengakses internet dimana media sosial merupakan bagian didalamnya, terpengaruh untuk menirunya. Ditambahkan dari hasil studi Aslanidou & Menexes (2008) bahwa remaja terutama laki-laki cenderung mengakses internet untuk mencari hiburan daripada mencari sumber rujukan untuk tugas sekolah. Hal ini berbeda dengan remaja perempuan yang lebih banyak mengakses internet yang bermuatan ilmu pengetahuan untuk kepentingan pembelajaran di sekolah dibandingkan untuk mencari hiburan.

(33)

18 (Hastuti et al. 2012). Lickona (1991) berpendapat bahwa kondisi tersebut merupakan tanda-tanda suatu bangsa telah mengalami kemunduran, karena ketika remaja terjangkit fenomena seperti meningkatnya penggunaan bahasa dan kata-kata kotor, kaburnya pedoman antara hal-hal yang baik dan yang buruk, rendahnya rasa hormat anak kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggungjawab sebagai individu dan warga negara dan meningkatnya nilai kebencian maka bangsa tersebut sedang mengalami kemunduran. Menurut Peterson & Seligman (2004) hal itu mencerminkan seorang remaja yang telah kehilangan integritas diri atau rasa tanggungjawab dan rendahnya penghargaan remaja terhadap orang tua yang ditunjukan dengan tidak bersikap hormat dan santun kepada orang tua.

Keberadaan media sosial saat ini dapat menjadi ancaman bagi kualitas karakter remaja sebagai generasi penerus bangsa. Karakter seseorang akan terlihat pada saat proses pengambilan keputusan dan aplikasi dari keputusan tersebut (Megawangi 2007) maka perlunya penanaman karakter yang kuat pada diri remaja sehingga mampu membedakan mana yang boleh dilakukan dan yang harus dihindari. Karakter yang penting dimiliki oleh remaja adalah tanggungjawab, hormat dan santun. Pembentukan karakter merupakan hal penting dan mendesak yang harus dilakukan oleh orang tua untuk mencegah meningkatnya pengaruh dampak negatif media sosial pada perilaku remaja, menurut O'Keeffe & Pearson (2001) semakin hari jumlah remaja pengakses media sosial semakin meningkat. Hasil studi Hastuti et al. (2012) di kota Bogor terhadap remaja laki-laki maupun perempuan sebagian kecil atau 20 persen jumlah remaja memiliki karakter tanggungjawab pada kategori tinggi, selebihnya yaitu 70 persen remaja pada kategori sedang dan rendah. Jumlah remaja baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki karakter hormat dan santun hanya 4 persen termasuk pada kategori tinggi, dan 86 persen remaja pada kategori memiliki karakter hormat dan santun yang sedang dan rendah.

Berdasarkan uraian sebelumnya maka penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengindentifikasi intensitas dan muatan media sosial serta karakter tanggungjawab, hormat dan santun remaja, (2) menganalisis perbedaan intensitas dan muatan yang terdapat pada media sosial serta karakter pada remaja laki-laki dan perempuan, dan (3) menganalisis hubungan karakteristik remaja dan orang tua serta akses media sosial terhadap karakter tanggungjawab, hormat dan santun remaja.

Manfaat Penelitian

(34)

19 keagamaan atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Juga dapat memberikan kontribusi pada pengembangan keilmuan pada bidang ilmu keluarga dan perkembangan anak. Kepada penentu kebijakan terutama Kementrian Komunikasi dan Informasi, hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi salah satu pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan akses media sosial yang tepat dan berguna bagi masyarakat Indonesia.

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Desain dari penelitian ini adalah Cross Sectional Study dimana tempat penelitian tersebar di dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta yang berlokasi di Kabupaten dan Kota Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Oktober 2013 - Desember 2013. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Strategi Nasional 2012 (STRANAS) yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc berjudul “Model Harmonisasi Peran Keluarga dan Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Mulia Remaja bagi tercapainya Visi Insan Cerdas Komprehensif Tahun 2014

Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMK terpilih. Contoh penelitian adalah 100 siswa yaitu 50 remaja laki-laki dan 50 perempuan yang merupakan siswa dan siswi di sekolah terpilih kelas 1 dan 2. Penentuan contoh dilakukan secara random yaitu pada sekolah-sekolah yang memiliki siswa dan siswi terlibat kenakalan seperti tawuran, penggunaan narkoba dan seks bebas, menurut data dari Dinas Pendidikan Kota Bogor.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data Primer yaitu (1) karakteristik remaja, (2) karakteristik orang tua, (3) intensitas media sosial, (4) muatan media sosial, (5) karakter hormat dan santun remaja dan data Sekunder yaitu jumlah siswa. Data tersebut dikumpulkan melalui wawancara dengan alat bantu kuisioner sebagai instrument.

Pengolahan dan Analisis Data

(35)

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik Siswa dan Orangtua

Usia remaja contoh dalam rentang antara 14 tahun sampai 19 tahun. Rataan usia remaja laki-laki tidak berbeda dengan perempuan. Ayah remaja contoh rata-rata berusia 44,78 tahun (ayah remaja laki-laki) dan 43,18 tahun (ayah remaja perempuan), sedangkan ibu remaja contoh rata-rata berusia 39,80 tahun (remaja laki-laki) dan 39,06 tahun (remaja perempuan). Anggota keluarga remaja contoh rata-rata terdiri dari enam sampai lima orang, dengan jumlah anggota minimal tiga orang dan maksimal 12 orang. Ditemukan adanya perbedaan nyata antara besaran keluarga remaja laki-laki dan perempuan dimana keluarga laki-laki memiliki anggota lebih banyak dibandingkan perempuan. Rataan pendapatan keluarga remaja contoh adalah Rp 2,260,000 (remaja laki-laki) dan Rp 2,140,000 (remaja perempuan). Paling rendah adalah satu juta dan paling tinggi enam juta rupiah (Tabel 1).

Tabel 1 Sebaran remaja berdasarkan karakteristik siswa dan orang tua menurut jenis kelamin remaja

Karakteristik

Siswa dan Orang Tua

Rata-rata+SD P value

Laki-laki Perempuan

Siswa

Usia (tahun) 16,08+ 0,94 15,84+ 0,91 0,528

Orang tua

Usia ayah (tahun) 44,78+ 9,66 43,18+ 5,96 0,306 Usia ibu (tahun) 39,80+ 7,80 39,06+ 5,10 0,502 Pendidikan ayah (tahun) 9,54+ 2,99 8,12+ 3,42 0,030* Pendidikan ibu (tahun) 7,82+ 3,66 7,88+ 3,70 0,935 Besar keluarga (orang) 6,38+ 1,92 5,58+ 1,60 0,026* Pendapatan keluarga (juta rupiah/bulan) 2,26 + 1,38 2,14 + 9,74 0,618

Keterangan: *signifikan pada < 0.05, **signifikan pada <0.01

Media Sosial

Intensitas

(36)

21 Tabel 2 Persentase remaja berdasarkan intensitas media sosial menurut

jenis kelamin remaja

Intensitas Media Sosial Jenis Kelamin P Value Laki-laki

Mengaktifkan internet di handphone 64 52 0,016*

Memaksa orang tua memberi uang untuk mengakses internet

Membuka media sosial ketika mencari tugas sekolah melalui internet Mengganti profil picture lebih dari satu

kali dalam seminggu

38 44 0,023*

Up datestatus setelah melakukan suatu aktifitas

42 66 0,093

Up datestatus ketika senang atau sedih 58 76 0,044* Tidak tenang sebelum Up datestatus 12 38 0,126

Up load foto aktifitas sehari-hari 10 32 0,097 Membuka semua situs media sosial

yang dimiliki ketika online

56 76 0,060*

Contact friend bertambah satu orang dalam satu minggu

Mengaktifkan status online pada media sosial

26 62 0,115

Menahan lapar, haus dan buang air kecil/besar ketika mengakses media sosial

24 42 0,122

Rata-rata+SD 43,97+13,10 51,58+18,02 0,018* Keterangan: *signifikan pada < 0.05, **signifikan pada <0.01

Muatan

(37)

22 perbedaaan nyata akses muatan pornografi pada remaja laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki cenderung lebih sering mengakses muatan pornografi dibandingkan perempuan (Tabel 3). Hal ini sesuai dengan studi Flood (2007) bahwa remaja laki-laki lebih banyak yang mengakses pornografi dibandingkan perempuan.

Tabel 3 Persentase remaja berdasarkan muatan media sosial menurut jenis kelamin remaja

Muatan Media Sosial Jenis Kelamin P Value Laki-laki

(%)

Perempuan (%) Pornografi

Mendapat kiriman gambar dan video porno 22 18 0,099

Like foto atau video porno 24 12 0,163

Ikut melihat foto dan video porno bersama teman-teman

36 6 0,266

Menonton video porno satu minggu sekali 22 12 0,067

Down load video porno ketika mempunyai

akses internet

14 10 0,048*

Menyimpan lebih dari satu foto dan video porno

16 8 0,074

Up load foto mesra dengan pacar 14 12 0,137

Membaca cerita porno 46 32 0,098

Like cerita porno 22 30 0,013*

Bergabung pada blog atau fan page

pornografi

24 12 0,069

Menyukai games-online bermuatan seksualitas

36 14 0,094

Tetap membuka situs porno walaupun itu perbuatan dosa

22 26 0,007**

Rata-rata+SD 31,10+15,61 23,11+16,04 0,006**

Bahasa Tidak Sopan

Mengenal bahasa tidak sopan dari media sosial

76 78 0,014*

Membaca bahasa tidak sopan teman dari media sosial

68 80 0,014*

Contact friend sering marah-marah di media

sosial

80 80 0,004**

Contact friend sering menceritakan

masalahnya dengan orang tua

52 62 0,013*

Contact friend sering menjelek-jelekkan

gurunya di sekolah

40 58 0,022*

Contact friend sering menjelek-jelekkan

orang tuanya

24 56 0,076

Contact friend meng-up load informasi

penting

68 62 0,023*

Contact friend sering menggunakan bahasa tidak sopan

70 76 0,014*

(38)

23 Karakter

Karakter tanggungjawab, hormat dan santun remaja contoh cenderung masih rendah. Sebagian besar remaja tetap mengakses media sosial walaupun guru sedang mengajarkan pelajaran di dalam kelas seperti like status teman (46% laki-laki, 48% perempuan) atau menulis status (38% laki-laki, 40% perempuan) pribadi pada akun media sosial. Remaja contoh juga bersikap tidak hormat dan santun kepada orang tua dan guru, hal ini terlihat dari sebagian besar remaja tetap mengaktifkan media sosial ketika belajar walaupun orang tua dan guru meminta untuk mematikannya (22% laki-laki, 24% perempuan), meniru pemakaian bahasa tidak sopan dari media sosial kepada orang tua dan guru (20% laki-laki, 22% perempuan) serta tidak menghiraukan orang tua dan guru yang sedang berbicara karena sedang mengakses media sosial (16% laki-laki, 26% perempuan) (Tabel 4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata karakter remaja laki-laki dan perempuan, yaitu pada karakter tanggungjawab dimana perempuan memiliki karakter tanggungjawab yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Studi sebelumnya di Kota Bogor menunjukkan hasil yang berbeda yaitu perempuan memiliki karakter tanggungjawab lebih baik dibandingkan laki-laki (Hastuti et al. 2012).

Tabel 4 Persentase remaja berdasarkan karakter menurut jenis kelamin remaja Karakter Jenis Kelamin P

Value

Like status teman ketika guru sedang mengajar 46 48 0,041* Sering menggunakan internet untuk akses media

sosial daripada mencari materi tugas sekolah

46 28 0,082

Memilik akses media sosial dari pada belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah

42 42 0,047*

Skor Rata-rata+SD 55,17+21,09 70,00+16,11 0,018* Hormat dan Santun

Tidak menghiraukan orang tua yang bicara karena mengecek status

16 26 0,021*

Meniru bahasa tidak sopan dari media sosial untuk berbicara dengan orang tua dan guru

20 22 0,030*

Menggunakan bahasa tidak sopan dari media sosial untuk mengirim sms dengan siapapun termasuk orang tua dan guru

14 20 0,012*

Berani melawan orang tua karena terinspirasi

status teman

14 8 0,045*

Tidak menurut perintah orang tua atau guru untuk me-non-aktifkan media sosial ketika sedang belajar

22 24 0,016*

Terinspirasi status media sosial untuk melawan orang tua/guru

10 8 0,013*

Skor Rata-rata+SD 62,17+25,54 73,22+17,23 0,319

(39)

24 Hubungan Karakteristik Remaja, karakteristik Orang Tua, dan

Media Sosial dengan Karakter Remaja

Pada Tabel 5 disajikan data mengenai hasil uji korelasi Pearson antara variabel karakteristik remaja yang terdiri atas jenis kelamin dan usia, karakteristik orang tua yaitu usia dan tingkat pendidikan, penghasilan keluarga, besaran keluarga, intensitas remaja dalam mengakses media sosial dan muatan yang terkandung pada media sosial (pornografi dan bahasa tidak sopan) terhadap karakter remaja yang tanggungjawab, hormat dan santun. Hasil analisis uji korelasi ditemukan adanya hubungan nyata negatif antara intensitas remaja dalam mengakses media sosial serta muatan pornografi dan bahasa tidak sopan yang terkandung dalam media sosial dengan karakter remaja. Semakin tinggi intensitas remaja mengakses media sosial yang bermuatan pornografi dan bahasa tidak sopan maka karakter remaja semakin rendah.

Tabel 5 Hasil uji korelasi antara karakteristik remaja dan keluarga, media sosial terhadap karakter remaja

Variabel Karakter

Tanggungjawab Hormat dan Santun Karakteristik Siswa

Jenis kelamin (0= laki-laki, 1=perempuan) -0,149 -0,097

Usia -0,131 0,048

Karakteristik orang tua

Usia ayah -0,118 -0,109

Usia ibu 0,057 -0,025

Pendidikan ayah -0,003 0,027

Pendidikan ibu -0,070 -0,077

Besar keluarga 0,083 -0,021

Pendapatan keluarga -0,053 0,018

Media Sosial

Intensitas 0,235* 0,248*

Muatan (Pornografi dan Bahasa tidak Sopan) 0,313** 0,271** Keterangan: ** pada p < 0.01, * pada p < 0.05

Pembahasan

(40)

25 Hasil penelitian menunjukkan intensitas media sosial remaja laki-laki dan perempuan berbeda, dimana remaja perempuan lebih sering mengakses media sosial dibandingkan laki-laki. Pada studi Kaplan dan Heinlein (2009) menyatakan bahwa alasan seseorang menggunakan media sosial adalah untuk berbagai informasi mengenai aktifitas sehari-hari kepada orang lain secara terbuka (open diary). Menurut Koenigsknecht & Friedman (1978) keinginan remaja perempuan berbagi informasi kepada orang lain lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki. Melihat karakteristik perkembangan remaja, menurut Harris (1997) remaja perempuan cenderung lebih mudah mengeluarkan pendapat melalui kata-kata dan lebih banyak menggunakan kemampuan verbal dibandingkan laki-laki. Karakteristik remaja perempuan ini memengaruhi intensitas remaja perempuan dalam mengakses media sosial yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Akses remaja pada muatan pornografi dan bahasa tidak sopan pada media sosial cukup tinggi. Hasil penelitian menunjukkan remaja contoh tetap mengakses pornografi walaupun mengetahui merupakan perbuatan dosa, remaja juga mengakses cerita-cerita porno melalui media sosial. Tingginya akses remaja pada pornografi berkaitan dengan pertumbuhan hormon reproduksi dari masa anak-anak menuju remaja. Menurut Freud dalam Miller (2011) usia remaja berada pada tahap perkembangan masa genital yaitu mulai berkembangnya hormon reproduksi dalam diri remaja sehingga menyebabkan remaja memiliki dorongan seksualitas kepada lawan jenis. Pada remaja perempuan ditandai dengan mengalami menstruasi, sedangkan pada remaja laki-laki mulai mengalami “mimpi basah”. Remaja laki-laki yang mengalami “mimpi basah” akan merasakan kenikmatan seksualitas. Hasil penelitian menemukan bahwa akses remaja laki-laki pada pornografi lebih tinggi dibandingkan remaja perempuan. Merujuk pada hasil studi sebelumnya, Flood (2007) menyatakan bahwa remaja laki-laki memiliki kecenderungan lebih sering mengakses pornografi dibandingkan perempuan. Menurut Miller (2011) karakteristik pertumbuhan hormon seksualitas remaja laki-laki menjadi pendorong untuk mengakses pornografi lebih sering dibandingkan perempuan.

Muatan bahasa tidak sopan pada media sosial juga diakses oleh remaja contoh. Remaja mengakses muatan bahasa tidak sopan dari teman-teman pengguna media sosial yang menulis status seperti menjelek-jelekkan guru di sekolah atau orang tua dirumah, membuat status ketika sedang marah melalui media sosial dengan menggunakan kata-kata tidak sopan, dan membuat status dengan bahasa tidak sopan lainnya. Menurut Barnet et al. (2013) ketika menggunakan media sosial remaja akan mengekspresikan emosi dan perilaku baik emosi dan perasaan positif maupun negatif. Lingkungan teman sebaya di media sosial yang membuat status menggunakan bahasa tidak sopan dapat memengaruhi remaja lain yang mengakses media sosial yang sama. Bronfenbrenner dalam Bern (1997) menyatakan bahwa lingkungan paling dekat dengan remaja, dalam penelitian ini adalah muatan bahasa tidak sopan dalam media sosial, sangat berperan dalam pembentukan perilaku remaja.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran pengaruh akses media sosial dan gaya pengasuhan
Gambar 2. Kerangka Penarikan Contoh
Tabel 1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Tabel 2 Persentase remaja berdasarkan intensitas media sosial menurut   jenis kelamin remaja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan analisa kinerja sistem polder Pluit dengan melihat neraca keseimbangan air ( water balance ) untuk curah hujan rencana 25, 50, 100 tahun,

Pengujian mekanik dari bahan komposit (uji tarik untuk serat rami dan kayu sengon laut, uji tekan dan uji ketangguhan impak untuk bahan pendukung kayu sengon

Kod kaznenog djela teške krađe duljina izrečenih kazni zatvora (bezuvjetnih, uvjetnih) pokazuje da su sudovi u drugom razdoblju za to kazneno djelo bili blaži pri izboru mjere

Reformasi di bidang kesehatan telah menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Sleman “Terwujudnya Masyarakat Sleman Sehat yang Mandiri, Berdaya saing dan

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui adanya Hubungan antara Identitas Sosial dengan Perilaku Agresi Suporter Sepak Bola Persib di wilayah Cikarang.. Subjek Penelitian

Kendala yang dihadapi dalam pemberian informasi ini adalah bahwa kejadian puting beliung yang terjadi hanya merupakan prediksi dari kemungkinan kemunculan yang ditandai

Salah satu tanaman yang digunakan sebagai tanaman obat yaitu belimbing wuluh ( Averhoa bilimbi L.). Ekstrak daun belimbing wuluh akan digunakan sebagai bahan

Ajaran dalam agama selalu dianggap sebagai akar kepada segala ketidakadilan atau diskriminasi terhadap perempuan, sedangkan kenyataannya bukanlah seperti demikian,