• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SDN Cukil 01 Tengaran Kabupaten Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SDN Cukil 01 Tengaran Kabupaten Semarang"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Tempat dan Subjek Penelitian

a. Deskripsi Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di SD Negeri Cukil 01 yang berlokasi di desa Cukil, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang jalan Klero-Semagu km 3. SD tersebut berada di daerah pedesaan, dan terletak di sebelah kiri jalan antar desa yang cukup ramai jika dari Jalan Klero-Semanggu.

b. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian terdiri dari guru SDN Cukil 01, dengan sampel 10 kelas dengan tingkat keterampilan mengajar berbeda-beda. Subjek diberikan perlakuan

yang sama, yaitu perlakuan melalui supervisi

kunjungan kelas.

4.2. Deskripsi Data Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan penelitian tindakan sekolah

ini dilaksanakan dalam satu kali pelaksanaan

tindakan, yaitu melalui supervisi kunjungan kelas. Alokasi waktu untuk masing-masing kelas adalah 1 x 35 menit untuk observasi. Peneliti yang telah melakukan identifikasi bidang masalah sebelumnya sebagai data awal, dilanjutkan dengan pelaksanaan.

Pada kegiatan pengumpulan data berdasarkan

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas, yaitu melalui supervisi kunjungan kelas untuk mengamati kompetensi pedagogik guru kelas. Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data

dianalisis dan diinterpretasikan, dan kemudian

(2)

memperbaiki. Pelaksanaan secara rutin dan perbaikan, diserahkan kembali kepada pihak sekolah sesuai dengan kesepakatan Kepala Sekolah dan para guru.

4.2.1.Data Hasil Supervisi Kunjungan Kelas

Langkah awal yang dilakukan peneliti untuk

memulai supervisi kunjungan kelas ini adalah

melakukan wawancara dengan guru yang

bersangkutan sebelum memasuki kelas. Setelah itu, peneliti mendampingi Kepala Sekolah untuk memasuki ruang kelas dan melakukan observasi terhadap guru

yang sedang mengajar. Beberapa guru

memperkenalkan peneliti kepada peserta didik, dan menyampaikan tujuan kehadiran Kepala Sekolah dan peneliti ikut bergabung di dalam kelas. Namun, ada beberapa guru yang tidak memperkenalkan dan menyampaikan tujuan kehadiran Kepala Sekolah dan peneliti ke dalam kelas. Kegiatan selanjutnya adalah

melakukan wawancara terbuka kepada guru

bersangkutan untuk mengetahui berbagai kesulitan

yang dialami guru, kemudian Kepala Sekolah

memberikan umpan balik sesuai dengan apa yang telah diamati bersama peneliti sebagai masukan, perbaikan, dan motivasi bagi guru bersangkutan.

a. Tahap Persiapan (Pra Observasi)

Pada tahap persiapan, peneliti melakukan

wawancara kepada guru bersangkutan dan

mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan guru di kelas.

Peneliti melakukan wawancara terhadap sepuluh guru yang akan mengampu di kelas dan diberikan tindakan supervisi kunjungan kelas. Sebagian besar guru sebelum melakukan pembelajaran, perencanaan yang dilakukan adalah membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dan beberapa perangkat

(3)

“Saya biasanya akan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebelum mengajar. Hal itu, biasanya langsung dibuat dalam beberapa pertemuan. Jadi, dalah satu RPP tersebut langsung digunakan untuk misalnya tiga kali pertemuan. Sedangkan untuk kelas rendah memang saya juga melakukan tematik, biasanya dua mapel. Sedangkan untuk silabus sudah ada dari dinas. Selain itu, perangkat lainnya yang tidak kalah penting adalah rencana harian, minggu efektif, daftar hadir dan daftar nilai siswa”. (wawancara 15 April 2015)

Penjelasan yang disampaikan oleh Ibu Ika Ariyanti tersebut dikuatkan dengan pendapat dari Bapak Lumadi Sabar selaku guru Kelas Va.

“Sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas, persiapan yang dilakukan pada umumnya adalah menyusun RPP sesuai dengan silabus, tentu tidak lupa disesuaikan dengan minggu efektif, penyusunan program tahunan, penyusunan program semester. Perangkat selama di kelas, seperti daftar absen siswa dan daftar nilai juga, termasuk jurnal pembelajaran yang merangkum pembelajaran pada hari itu”. (wawancara 20 April 2015)

Berdasarkan pendapat dari dua sumber yang berbeda tersebut menjelaskan bahwa guru biasa

melakukan perencanaan yang matang sebelum

kegiatan pembelajaran dimulai. Namun pada saat studi

dokumen, ada beberapa guru yang belum

menunjukkan RPP secara kasat mata, para guru tersebut menyampaikan bahwa RPP masih dalam

bentuk softfile. Secara menyeluruh, sebagian besar

guru mempersiapkan perangkat pembelajaran.

Dalam penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran tentunya akan tercantum standar

kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator

pembelajaran. Sehingga perlu adanya kesesuaian antara SK, KD dengan indikator pembelajaran. Beberapa guru akan menjawab lebih disesuaikan dengan silabus. Pengembangan lebih ditekankan pada

saat penyampaian materi. Sedangkan untuk

mendukung tercapainya tujuan pembelajaran, perlu

adanya strategi dalam mengajar, diantaranya

(4)

Namun dalam pelaksanaannya kebanyakan guru hanya menerapkan metode pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Penggunaan model pembelajaran masih belum digunakan.

Penggunaan bahan pembelajaran dan media pembelajaran masih berpusat pada buku panduan dan kurang adanya pengembangan dalam mencari sumber belajar yang relevan dan media pembelajaran. Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh Bapak Agus Sutejo selaku Kepala Sekolah.

“Sepengetahuan saya selama disini, sebagian besar guru masih menggunakan buku panduan sebagai sumber utama dalam pembelajaran. Jika untuk mengembangkan sumber belajar, saya rasa guru-guru masih belum mengembangkan sumber lainnya. Sedangkan untuk media pembelajaran, kebanyakan guru menggunakan media pembelajaran yang ada, seperti sempoa, untuk penggunaan IT dalam pembelajaran, hanya beberapa guru yang menggunakannya”. (wawancara 9 April 2015)

Pendapat yang disampaikan Kepala Sekolah tersebut, juga disampaikan oleh Ibu Eka Bagus selaku guru kelas Vb.

“Sumber belajar masih berpusat pada buku pedoman, seperti BSE yang selaras dengan kurikulum. Sedangkan untuk latihan soal, kami biasanya menggunakan LKS dimana masing-masing siswa memiliki, sehingga kita dapat mengerjakan bersama dan membahas bersama. Sedangkan untuk penggunaan media, saya lebih suka menggunakan media yang sudah ada, atau kadang kami membuat bersama dan menempel di kelas. Sedangkan untuk penggunaan IT, menurut pengalaman saya, membutuhkan waktu yang panjang, baik untuk persiapan maupun pelaksanaan dan setelahnya, selain itu pengkondisian kelas juga harus kondusif, karena siswa yang jenuh dapat membuat kegaduhan”. (wawancara 20 April 2015)

Berdasarkan pelaksanaan dengan penggunaan IT sederhana adalah dilakukan pada Kelas Va pada

pembelajaran IPA mengenai daur air. Guru

(5)

tidak akan jelas jika dilihat siswa yang duduk di

belakang. Oleh karena itu, guru membawa

minibookuntuk didekatkan dengan siswa dan menyuruh siswa mendekat agar lebih jelas. Keadaan tersebut membuat suasana kelas menjadi gaduh dan berlomba untuk maju kedepan.

Sumber belajar untuk masing-masing kelas

tentunya sudah berbeda, karena berbeda pula

perkembangan peserta didik. Dalam masing-masing kelas setiap guru akan mengalami beberapa kendala dalam menyampaikan materi kepada peserta didik guna tujuan pembelajaran tercapai. Namun menurut

beberapa guru, sumber atau materi dalam

pembelajaran sudah sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik dan kesulitan peserta didik menerima materi pembelajaran adalah relatif. Sesuai dengan paparan dari Bapak Lumadi selaku guru kelas Va.

“Berdasarkan pengamatan saya selama ini, materi yang diberikan khususnya untuk kembali ke KTSP ini sudah sesuai dengan perkembangan peserta didik. Untuk kesulitan materi yang dialami oleh peserta didik, hal tersebut lebih dipengaruhi oleh lingkungan peserta didik, misalnya dari motivasi orang tua terhadap siswa, lingkungan bermain anak”.(wawancara 20 April 2015)

Penjelasan mengenai materi juga disampaikan oleh Bapak Bagus Sutejo selaku Kepala Sekolah.

(6)

Selain memahami materi yang disampaikan oleh guru, setelah pembelajaran peserta didik harus dapat menguasai kompetensi yang akan dicapai. Hal tersebut disesuaikan dengan SK, KD dan indikator serta tujuan pembelajaran. Untuk sejauh ini, kompetensi yang dicapai oleh peserta didik diukur melalui nilai kompetensi ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh masing-masing kelas dan mata pelajaran. Barulah setelah itu guru dapat mengetahui bagian yang perlu diperbaiki. Demi tercapainya tujuan dan kompetensi yang diajarkan, perlu adanya perhatian khusus yang diberikan oleh guru terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan yang dipaparkan oleh Bapak Bagus Sutejo selaku Kepala Sekolah.

“Dalam pelaksanaan pembelajaran, sebelumnya akan disusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang di dalamnya tercantum mengenai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal yang perlu diperhatikan guru adalah mengenai pelaksanaan dari rencana yang telah disusun. Kegiatan dalam rencana tersebut sebaiknya dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk aktif selama pembelajaran, memberikan rasa nyaman dan senang, sehingga saya rasa materi dan konsep yang diberikan akan diterima oleh peserta didik.” (wawancara 4 April 2015)

Pendapat tersebut, diperkuat dengan pendapat yang disampaikan oleh Bapak Udi Pramono selaku guru kelas IIb.

“untuk keterapaian kompetensi sesuai dengan yang diharapkan memang agak susah, apalagi pemahaman materi untuk masing-masing siswa dalam satu kelas sendiri belum merata. Kadang ada yang benar-benar paham, kadang juga ada yang benar-benar tidak dapat menerima materi. Oleh karena itu, perhatian khusus lebih pada pelaksanaan, seperti menggunakan pembelajaran interaktif sehingga aktivitas siswa meningkat.” (wawancara 16 April 2015)

Masing-masing pendapat tersebut pada intinya

adalah meningkatkan aktivitas siswa untuk

(7)

dengan hal tersebut, selama pelaksanaan di dalam kelas, beberapa guru menggunakan variasi dalam pembelajaran dan pengelolaan kelas. Menyusun tempat duduk peserta didik berbentuk U atau disesuaikan dengan materi untuk diskusi. Selain itu, guru juga menyampaikan materi dengan menambahkan beberapa informasi baru agar siswa tidak jenuh sebagai variasi.

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh masing-masing guru, perencanaan yang dilakukan sebelum melaksanakan pembelajaran sudah begitu tertata, mulai rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun berdasarkan silabus, program tahunan, program semester, minggu efektif, daftar nilai dan daftar hadir siswa beserta sumber belajar. Namun, masih ada yang kurang yaitu media pembelajaran guna

mempermudah peserta didik memahami materi

pembelajaran. Meskipun sudah ada sumber belajar, namun agar lebih jelas dan kontekstual perlu adanya media pembelajaran yang relevan. Sedangkan untuk

pelaksanaan pembelajaran meskipun sudah

menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dan penekanan pada tempat duduk siswa yang disusun sedemikian rupa, akan lebih menyenangkan jika menerapkan model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran.

Paparan beberapa guru mengenai kesulitan pada materi tertentu dikarenakan penanaman konsep kepada peserta didik yang masih kurang. Sehingga, tidak jarang peserta didik menjadi bingung dan

berdampak pada ketidaktuntasan KKM. Melalui

pelaksanaan model pembelajaran di dalam kelas dapat dijadikan salah satu alternatif pemecahan masalah untuk menangani peserta didik agar lebih aktif dan termotivasi. Jika pembelajaran menyenangkan dan nyaman bagi peserta didik, maka konsep yang diberikan akan mudah untuk dipahami.

b. Tahap Pelaksanaan (Observasi)

(8)

pembelajaran yang dilakukan. Berikut merupakan hasil observasi terhadap sepuluh guru.

Tabel 4.1.Tabel Hasil Observasi Supervisi Kunjungan Kelas NO KOMPONEN

YANG DINILAI

KELAS

1A 1B 2A 2B 3 4 5A 5B 6A 6B

1 Tersedianya Analisis Minggu Efektif, Prota, Prosem

2 Tersedianya Silabus

3 Tersedianya RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

4 Tersedianya alat peraga / media pembelajaran yang relevan

5 Tersedianya daftar nilai siswa dan diisi sesuai dengan aspek

6 Tersedianya daftar hadir siswa dan diisi bukti kehadirannya

7 Memeriksa kehadiran, kebersihan, dan kesiapan siswa

8 Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

9 Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi dan Pengembangannya

10 Melakukan apersepsi dan motivasi

11 Melakukan pretes

12 Menyampaikan materi secara kontekstual

13 Menggunakan media peraga sesuai materi

14 Menguasai materi pelajaran dan pengembangannya

15 Memberi contoh-contoh secara kontekstual

16 Menggunakan media peraga sesuai materi

17 Menggunakan strategi / metodologi secara kontekstual

18 Mengatur penggunaan waktu secara tepat

19 Mengatur dan memanfaatkan fasilitas yang ada secara maksimal

20 Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif bertanya dan menjawab

21 Memonitor (menilai) tingkat pemahaman siswa

22 Memberi penguatan terhadap jawaban siswa

23 Menyimpulkan pelajaran

24 Melaksanakan postes

25 Memberikan tindak lanjut (tugas)

JUMLAH SKOR 110 116 103 104 92 104 117 106 113 109

PROSEN 88 93 82 83 74 83 94 85 90 87

(9)

Berdasarkan tabel menunjukkan data yang

kunjungan kelas yang dilakukan 01. Terdapat 25 indikator melaksanakan penilaian terhadap guru. Lebih jelasnya diagram berikut ini.

Gambar 4.1: Diagram Data Hasil Observ

Tabel dan diagram

menunjukkan sebagian

pembelajaran dan persiapan amat baik. Hal tersebut,

persiapan yang cukup matang

pembelajaran. Seperti

pembelajaran dengan media digunakan, sehingga peserta terbantu dalam memahami konsep.

yang diperoleh mengenai supervisi dilakukan pada guru SDN Cukil indikator yang digunakan untuk penilaian supervisi kunjungan kelas jelasnya dapat disajikan melalui

ata Hasil Observasi Supervisi Kunjungan Kelas

diagram tersebut di atas,

sebagian besar guru melakukan

persiapan pembelajaran dengan tersebut, dikarenakan guru memiliki cukup matang sebelum pelaksanaan

Seperti mempersiapkan rencana

(10)

Guru berpusat pada buku panduan atau lembar kerja siswa (LKS) untuk pelaksanaan pembelajarannya. Dirasa siswa cukup matang dalam memahami konsep yang abstrak, maka sebagian guru hanya berpusat pada buku panduan tanpa menggunakan media pembelajaran. Pengelolaan kelas yang dilakukan sudah baik, yang berarti guru dapat mempertahankan perhatian peserta didik kepada guru dan materi yang dipelajari. Namun, untuk kelas dengan kapasitas gemuk (jumlah peserta didik lebih dari 40 siswa), yaitu kelas III dan kelas IV karena tidak paralel, sehingga kelas terkesan sangat riuh. Selain itu, perlu kerja keras guru yang berlebih untuk dapat mempertahankan

perhatian peserta didik terhadap materi yang

disampaikan.

Hasil observasi yang diperoleh peneliti tersebut, terangkum dalam kegiatan supervisi kunjungan kelas.

Pada pelaksanaan observasi, terdapat tahap

perencanaan atau persiapan mengajar dan tahap pelaksanaan yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Masing-masing tahap dan kegiatan yang terangkum di dalamnya

merupakan pedoman yang digunakan untuk

melakukan observasi terhadap guru kelas.

Tahap pertama adalah perencanaan meliputi tersedia analisis minggu efektif, prota, promes, silabus, RPP, media pembelajaran, daftar nilai, dan daftar absen. Perolehan skor pada tahap perencanaan ini cukup baik. Hal ini ditunjukkan banyak yang memperoleh skor 5, hanya saja pada ketersediaan media pembelajaran masih kurang. Beberapa guru memang mempersiapkan media pembelajaran atau alat peraga, baik yang telah ada di sekolah, maupun guru

harus mempersiapkan terlebih dahulu. Pada

(11)

hanya perlu penguatan dan motivasi untuk dapat lebih baik.

Tahap kedua adalah pelaksanaan yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Masing-masing guru memperoleh skor yang cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan perolehan skor rata-rata adalah 5 untuk kegiatan inti. Pelaksanaan kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh para guru meliputi memeriksa kehadiran siswa, menyampaikan materi yang akan dipelajari, serta melakukan apersepsi dan motivasi. Kegiatan menyampaikan kompetensi

yang akan dicapai dan indikator pencapaian

kompetensi masih perlu adanya perbaikan. Tidak hanya dapat disampaikan, tetapi juga dapat dilakukan guru dengan menuliskan di papan tulis. Kegiatan inti pada pelaksanaannya sudah sangat baik, hanya perlu adanya media pembelajaran atau alat peraga untuk mempermudah siswa memahami materi. Penggunaan model dan pendekatan pembelajaran masih perlu

ditingkatkan, karena dapat membantu guru

menciptakan kondisi belajar yang kondusif. Pada kegiatan penutup, para guru melakukan postes sesuai dengan materi, namun ada juga guru yang sengaja memilih jam lain untuk fokus postes. Pemberian tindak

lanjut beberapa sudah dilakukan, termasuk

menyimpulkan pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, melalui supervisi kunjungan kelas menunjukkan perolehan skor untuk masing-masing guru kelas 6 dari 10 guru menunjukkan perolehan skor dengan kriteria amat baik (AB), sedangkan 4 guru lainnya memperoleh skor dengan kriteria baik (B). Perolehan skor tersebut telah menunjukkan skor yang baik, jika dibandingkan

sebelumnya supervisi kunjungan kelas ini belum

pernah dilaksanakan.

c. Tahap Pasca Observasi

Pada tahap pasca observasi ini, peneliti

melakukan wawancara kepada guru yang bersangkutan

(12)

diajukan bersifat terbuka dan masih seputar pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Setelah dilaksanakan observasi kunjungan kelas,

peneliti melakukan wawancara dengan guru

bersangkutan bertujuan untuk memastikan apa yang

telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah

direncanakan. Sebagian besar guru menjawab bahwa apa yang telah dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan. Namun, tidak jarang juga beberapa guru melewatkan beberapa kegiatan atau materi yang telah direncanakan. Bahkan, ada guru yang belum sesuai dengan langkah kegiatan di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah mereka susun. Hal ini misalnya, di dalam RPP tercantum materi yang akan disampaikan adalah berupa benda langit, namun guru mengawalinya dari benda di sekitar dan di akhir barulah menyinggung benda langit.

Selama pembelajaran di dalam kelas pula, tentunya ada berbagai kelemahan atau bahkan kelebihan. Beberapa guru menyampaikan bahwa kelemahan selama pelaksanaan pembelajaran bukan dikarenakan faktor materi yang dianggap susah, tetapi lebih kepada kurangnya alat bantu mengajar yang menunjang materi tersebut. Sehingga, peserta didik hanya dapat melihat gambar saja. Sejalan dengan paparan dari Bapak Suyatna selaku guru kelas IV.

“Kelemahan yang sering terjadi selama pembelajaran adalah karena kurangnya alat bantu mengajar untuk menunjang peserta didik memahami konsep yang disampaikan. Karena seperti kita ketahui bahwa terutama pada kelas dengan kapasitas peserta didik yang berlebih jika hanya menggunakan gambar, maka keterbatasan penglihatan untuk peserta didik yang duduk di belakang.” (wawancara 18 April 2015)

Selain itu, dipaparkan pula bahwa materi pembelajaran yang diberikan memang sudah sesuai dengan perkembangan peserta didik dan bukan

menjadi salah satu kendala bagi guru untuk

(13)

dari faktor eksternal. Sejalan dengan paparan yang

disampaikan oleh Bapak Lumadi selaku kelas Va.

“Jika masalah materi pembelajaran yang sulit untuk masing-masing tingkatan kelas, saya rasa materi yang diberikan sudah sesuai dengan perkembangan peserta didik. Apabila peserta didik merasa kesulitan, maka dapat kita jelaskan kembali jika memang waktu memungkinkan, atau dengan pemberian tugas dan pemantapan materi. Namun, hal tersebut biasanya terjadi pada peserta didik yang kurang perhatian dan motivasi dari keluarga dan lingkungannya, dan peserta didik yang mengalami masalah di keluarganya, sehingga perhatian untuk mencoba dan memperbaiki pun kurang.” (wawancara 20 April 2015)

Selain menurut pendapat di atas, terdapat tambahan pendapat pula yang disampaikan oleh Ibu Kasiyem selaku guru kelas Ib. Materi yang susah untuk kelas rendah yaitu khususnya kelas I dapat dilihat selama setahun mengajar di kelas I.

“Menurut saya, materi yang dianggap masih susah adalah mengajarkan kepada peserta didik mengenai penjumlahan menyimpan dan pengurangan meminjam. Jika menggunakan alat bantu seperti sempoa akan lebih mudah, namun jika harus menggunakan bersusun, masih sulit untuk penanaman konsep.” (wawancara 15 April 2015)

Setelah materi disampaikan kepada peserta didik, maka perlu diketahui apakah kompetensi dan tujuan sudah dapat tercapai atau belum. Beberapa kegiatan yang dilakukan guru adalah melalui pemberian tugas untuk dikerjakan kemudian dibahas bersama sesuai dengan materi yang telah disampaikan sebelumnya. Dari pembahasan tersebut, maka akan terlihat beberapa siswa yang masih belum menguasai materi. Sehingga guru memberikan penguatan dan penugasan kepada siswa.

(14)

dilakukan, beberapa guru menjawab bahwa perbaikan untuk pertemuan selanjutnya adalah, membahas materi yang sama untuk mengingatkan peserta didik kembali. Baru kemudian melangkah ke materi pokok. Jika memang dirasa materi belum dikuasai sebagian besar siswa, maka diulangi materi yang sama, dan pembahasan soal dengan materi yang lalu. Hal tersebut dilakukan karena alokasi waktu yang minim dan materi juga terus berlanjut disamping beberapa kegiatan di luar jam pembelajaran berlangsung.

d. Tahap Evaluasi dan Balikan

Tahap evaluasi dilakukan setelah pasca observasi

yaitu setelah dilakukan wawancara mengenai

pembelajaran yang dilakukan, guru bersangkutan bersama Kepala Sekolah dan peneliti ditunjukkan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan. Kepala Sekolah menunjukkan hasilnya dan guru mencermati masing-masing indikator.

Beberapa guru sempat menanyakan indikator yang belum dipahami. Sehingga peneliti bersama Kepala Sekolah juga menjelaskan maksud dari pengukuran melalui indikator tersebut. Sebagian besar guru merasa paham dengan hasil penilaian yang dilakukan. Melalui kegiatan evaluasi ini, guru juga mengetahui kelemahan dan kelebihan pada saat mengajar di kelas. Sehingga, guru juga termotivasi untuk memperbaiki aktivitas yang masih kurang.

Balikan dari pelaksanaan supervisi ditunjukkan melalui hasil angket yang diisi oleh masing-masing guru. Hasil angket ini bertujuan untuk mengetahui respon para guru terhadap pelaksanaan supervisi kunjungan kelas. Tipe dan bentuk pernyataan angket merupakan tipe tertutup, para guru dituntut untuk memilih jawaban singkat yang telah disediakan peneliti. Hal ini menyingkat waktu dalam menjawab angket, namun tanpa menghilangkan isi maksud dari angket. Sebelumnya, pertanyaan yang terdapat dalam angket

yang digunakan sebagai salah satu instrumen

(15)

Sekolah. Untuk lebih jelasnya, berikut hasil angket respon guru.

Tabel 4.2. Hasil Angket Guru

No. Pertanyaan

Jumlah Guru Menjawab Ya Tidak 1. Setelah dilakukan teknik supervisi kunjungan kelas, apakah

Saudara merasa terbantu? 10 0

2. Melalui teknik supervisi kunjungan kelas, apakah Saudara

dapat mengetahui kelemahan Saudara dalam pembelajaran? 10 0 3. Apakah saudara menjadi lebih tersusun dalam pelaksanaan

pembelajaran? 10 0

4. Apakah Saudara menjadi lebih termotivasi dalam

mengembangkan pembelajaran? 10 0

5. Apakah Saudara termotivasi dalam mengembangkan kompetensi

guru dan melakukan perbaikan pembelajaran? 10 0 6. Apakah Saudara dapat mengetahui kelebihan Saudara dalam

melaksanakan pengajaran? 10 0

7. Apakah Saudara merasa senang dengan adanya supervisi

kunjungan kelas ini? 10 0

8. Melalui supervisi kunjungan kelas ini, apakah Saudara menjadi

lebih menguasai keterampilan dalam mengajar? 10 0 9. Apakah sebelumnya Saudara sudah memahami betul mengenai

kompetensi pedagogik dalam pelaksanaannya? 9 1 10. Apakah menurut Saudara melalui supervisi kunjungan kelas ini

dapat meningkatkan kompetensi Saudara dalam mengajar? 10 0 11. Apakah Saudara menghendaki adanya supervisi akademik

secara terjadwal? 10 0

12. Apakah Saudara dapat merasa terbuka terhadap permasalahan selama pembelajaran setelah dilaksanakan supervisi akademik ini?

10 0

13. Apakah menurut Saudara perlu adanya peningkatan kompetensi

pedagogik bagi pendidik? 10 0

14. Apakah melalui supervisi kunjungan kelas terjadi saling

keterbukaan antara Saudara dengan Kepala Sekolah? 10 0 15. Apakah melalui supervisi yang dilaksanakan meningkatkan

motivasi Saudara dalam melaksanakan pembelajaran? 10 0 16. Jika pelaksanaan supervisi secara rutin, apakah Saudara

termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi dalam melaksanakan pembelajaran?

10 0

17. Apakah pelaksanaan supervisi kunjungan kelas membuat Saudara menjadi tidak nyaman selama pembelajaran berlangsung?

2 8

18. Apakah pelaksanaan supervisi kunjungan kelas membuat

peserta didik Saudara menjadi tidak nyaman 1 9 19. Apakah pelaksanaan supervisi kunjungan kelas sangat

menguntungkan bagi Saudara? 10 0

20. Apakah umpan balik yang diberikan dapat menjadi masukan

bagi Saudara untuk perbaikan? 10 0

21. Apakah telah ada perbaikan yang Saudara lakukan setelah pelaksanaan supervisi kunjungan kelas dalam kegiatan pembelajaran?

(16)

Data yang diperoleh melalui angket tersebut digunakan sebagai balikan untuk mengetahui respon guru terhadap pelaksanaan supervisi yang dilakukan dan pemahaman kompetensi pedagogik guru.Sesuai dengan tabel 4.3. tersebut diatas, menunjukkan

perolehan jawaban “Ya” untuk masing-masing

pertanyaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan perolehan jawaban “Tidak”. dari 21 pertanyaan yang diberikan, sebagian besar guru memberikan respon positif terhadap pelaksanaan supervisi kunjungan kelas ini. Hal ini ditunjukkan pada pertanyaan nomor 1 sampai dengan 4, kemudian pertanyaan nomor 5 sampai dengan 6 sampai dengan 8, nomor 10 sampai dengan 12, dan nomor 14 sampai dengan selesai.

Data yang diperoleh tersebut, supervisi yang

dilakukan dapat membantu guru, baik untuk

mengetahui kelebihan atau kelemahan pada saat pembelajaran, maupun memotivasi guru untuk terus melakukan perbaikan dalam pembelajaran. Meskipun guru menginginkan adanya supervisi yang lebih terjadwal, namun data menunjukkan masih ada guru

yang merasa terganggu dengan adanya supervisi

kunjungan kelas ini. Selain guru, data juga

menunjukkan ada guru yang merasa siswanya terganggu dengan adanya supervisi kunjungan kelas. Pada dasarnya supervisi ini memang melaksanakan observasi langsung ke dalam kelas untuk memperoleh informasi dan data secara langsung.

Data yang diperoleh dari angket tersebut, selain mengenai supervisi adalah mengenai kompetensi guru khususnya kompetensi pedagogik. Pertanyaan yang menggambarkan kompetensi pedagogik adalah nomor 5, 9 dan 13. Masing-masing pertanyaan mengenai kompetensi pedagogik ini disambut baik oleh para guru. hal ini ditunjukkan guru mengaku termotivasi

dalam mengembangkan kompetensi guru dan

(17)

guru yang pada awalnya belum memahami mengenai kompetensi pedagogik. Hal tersebut bukan menjadi masalah besar, karena lebih banyak guru yang sebelumnya telah memahami daripada yang belum memahami. Sehingga dapat dilakukan diskusi.

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, menunjukkan pelaksanaan supervisi kunjungan kelas yang pada awalnya belum dilaksanakan, kini mendapat respon positif dari guru. Guru juga mulai menyadari mengenai pentingnya peningkatan kompetensi guru terutama kompetensi pedagogik untuk mengelola pembelajaran di kelas. Bahkan, sebagian besar guru

menghendaki adanya supervisi kunjungan kelas

dilaksanakan terjadwal. Guru pun merasa senang karena masalah pembelajaran dapat dikomunikasikan untuk memperoleh perbaikan. Selain itu, melalui

pelaksanaan supervisi kunjungan kelas ini,

menjembatani antara guru dan Kepala Sekolah untuk saling terbuka. Berbagai hal tersebut dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk tindak lanjut pelaksanaan

supervisi yang dapat meningkatkan kompetensi

pedagogik guru dalam mengelola pembelajaran. e. Tindak Lanjut

Melalui kegiatan tindak lanjut ini, Kepala Sekolah bersama peneliti dan semua guru melakukan diskusi

bersama mengenai hasil observasi yang telah

dilakukan. Dalam diskusi ini, Kepala Sekolah

menyampaikan mengenai supervisi akademik yang dibuka mengenai persiapan Ujian Nasional yang akan

dilakukan oleh siswa siswi kelas VI. Beberapa

persiapan yang dilakukan antara lain kegiatan seperti mujahadah, berbagai perlengkapan dan fasilitas yang dibutuhkan, beserta fasilitas untuk pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Setelah itu, kepala sekolah mengadakan musyawarah bersama mengenai berbagai kelengkapan dan kekurangan yang perlu dipersiapakan sebelum pelaksanaan UN. Beberapa guru terlihat sibuk menulis

berbagai informasi, beberapa guru lainnya

(18)

Setelah kegiatan musyawarah, kegiatan selanjutnya adalah penyampaian hasil pengamatan dan tindak lanjut.

Diawali dengan pemaparan hasil pengamatan

melalui powerpoint, yang pertama penyampaian lingkup

penelitian, yaitu penelitian tindakan sekolah dengan tujuan adalah meningkatkan. Setelah itu, peneliti menyampaikan kerangka berpikir peneliti sehingga memutuskan menggunakan supervisi kunjungan kelas sebagai tindakan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Barulah peneliti menyampaikan hasil pengamatan mengenai supervisi kunjungan kelas yang

dilakukan dan kompetensi pedagogik guru.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan,

menunjukkan bahwa perolehan skor supervisi

kunjungan kelas yang meningkat diikuti dengan peningkatan kompetensi pedagogik guru. Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat beberapa

perolehan skor yang masih kurang, sehingga

diperolehlah tindak lanjut untuk dapat memperbaiki indikator yang kurang dan meningkatkan indikator yang tinggi.

Penyampaian selanjutnya disampaikan oleh

Kepala Sekolah yang memberikan tindak lanjut mengenai pelaksanaan pretes dan penilaian yang dilakukan oleh guru.

(19)

Menanggapi tindak lanjut yang diberikan Kepala Sekolah tersebut, salah satu guru juga menyampaikan pendapatnya.

“Saya sependapat dengan Bapak Kepala Sekolah mengenai pelaksanaan pretes dan penilain tersebut juga. Masing-masing guru kelaslah yang memahami perilaku peserta didiknya, sehingga yang dapat menilai afektif dan psikomotor siswa adalah guru kelas yang mengenal keseharian siswa. Namun, kegiatan guru juga saya yakin sangat banyak, baik pada saat di sekolah ataupun diluar sekolah, sehingga waktu memang masih kurang”. (diskusi 30 April 2015)

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka peneliti sedikit memberikan penjelasan mengenai tindak lanjut yang disampaikan Kepala Sekolah.

“Secara umum, pelaksanaan pretes dapat dilakukan dengan memberikan soal yang sama dengan soal untuk postes. Secara kegunaannya pretes adalah untuk mengukur tingkat pemahaman siswa mengenai materi yang akan disampaikan. Namun, jika ditinjau dari kegunaan atau tujuan pretes, pretes ini dapat disampaikan melalui tanya jawab menyangkut materi. Berbeda dengan apersepsi yang bertujuan mempersiapkan siswa untuk masuk materi. Sedangkan untuk penilaian, saya sependapat dengan Bapak Kepala Sekolah. Namun akan lebih baik jika bapak ibu guru dapat mengembangkan penilaian baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor siswa”. (diskusi 30 April 2015)

(20)

4.2.2. Data Hasil Kompetensi Pedagogik Guru

Sebagai seorang guru yang tidak pernah lepas

dari kegiatan pembelajaran dan peserta didik,

diperlukan adanya kompetensi untuk kualifikasi sebagai seorang guru. Hal tersebut sesuai dengan Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007 menjelaskan standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.

(21)

Tabel 4.3.Tabel Hasil Kompetensi Pedagogik Guru SDN Cukil 01, Tengaran

No. Kompetensi Kelas (nilai konversi) %

1a 1b 2a 2b 3 4 5a 5b 6a 6b

(22)

untuk mengukur kompetensi

lebih jelasnya disajikan melalui diagram di bawah ini.

Gambar 4.2: Diagram Hasil Kompeten

Tabel dan diagram tersebut diatas, terdapat tujuh kompetensi pedagogik yang

Cukil 01, Tengaran.

memperoleh nilai yang

prosen. Paparan lebih jelasnya, indikator.

Pencapaian kompetensi dilakukan penilaian melal

yang dipaparkan pada tabel 4.3. Kondisi awal penelitian menunjukkan dari tujuh

perolehan skor guru adalah merupakan gambaran dari dilaksanakannya supervis sebelumnya belum pernah,

kelas yang ada, tujuh diantaranya amat baik (AB) dan sisanya tersebut telah menunjukkan

awal. Berikut gambar

pedagogik secara umum indikator.

kompetensi pedagogik guru. untuk lebih jelasnya disajikan melalui diagram di bawah ini.

Diagram Hasil Kompetensi Pedagogik Guru

abel dan diagram tersebut diatas, terdapat tujuh yang dikembangkan guru SDN

Tengaran. Masing-masing kompetensi

yang dikonversikan dalam bentuk lebih jelasnya, berikut disajikan tiap

kompetensi pedagogik oleh guru, melalui tujuh kompetensi sesuai yang dipaparkan pada tabel 4.3. Kondisi awal penelitian tujuh kompetensi, secara umum adalah minimal baik. Hal tersebut gambaran dari Kepala Sekolah. Setelah supervisi kunjungan kelas, yang pernah, menunjukkan dari 10 guru diantaranya memperoleh kriteria sisanya adalah baik (B). Hal menunjukkan peningkatan dari kondisi

gambar peningkatan kompetensi

umum ditinjau dari masing-masing 4 5A 5B 6A 6B

K E L A S

(23)

Gambar 4.3 Peningkatan

Dari tujuh indikator

mengenal karakteristik peserta mencapai nilai yang cukup.

harus dapat menguasai

terkandung dalam indikator guru dapat mengidentifikasi fisik, moral, sosial, kultural

Hal ini ditunjukkan

pembelajaran, peserta tertentu diberikan tempat di kelas V terdapat anak maka siswa tersebut diberikan

lurus dengan papan

memastikan bahwa peserta

kesempatan yang sama

dalam pembelajaran. Guru selalu kepada siswa baik melalui pertanyaan sederhana, setiap siswa

menyelesaikan permasalahan namun tidak jarang ada

kegiatan lain disaat pembelajaran guru yang menegur, nam

indikator yang ada, indikator pertama karakteristik peserta didik, hampir semua cukup. Pada indikator ini, guru

menguasai enam indikator yang

indikator pertama. Pada umumnya, mengidentifikasi peserta didik dari aspek kultural emosional, dan intelektual.

ditunjukkan pada saat melakukan

peserta didik dengan karakteristik tempat duduk yang sesuai. Misalnya anak yang memakai kacamata, diberikan tempat duduk di depan

papan tulis. Selanjutnya guru

peserta didik mendapatkan

(24)

membiarkan. Sedangkan untuk mengembangkan potensi siswa, guru dirasa masih kurang. Hal ini belum terlihat, hanya beberapa yang melalui motivasi.

Indikator selanjutnya menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Tampak pada tabel perolehan nilai cukup tinggi dibandingkan dengan indikator sebelumnya. Pada indikator ini, guru harus dapat menguasai enam indikator yang termasuk dalam indikator kedua ini. Selama pelaksanaan pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajar mereka. Menurut pengamatan yang dilakukan, guru sudah menunjukkan pembelajaran yang sesuai untuk usia dan kemampuan belajar peserta didik, hanya alokasi waktu yang perlu diperhatikan. Selain itu, guru juga selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik dengan bertanya, “ada yang masih belum jelas?”, “ada pertanyaan?”. Meskipun pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai rencana, namun masih ada pula siswa yang belum berhasil. Hal ini menjadi catatan tersendiri bagi guru untuk memberikan perbaikan. Berbagai motivasi dan teknik pembelajaran juga selalu dilakukan, terutama kebanyakan guru lebih senang merubah tempat duduk peserta didik yang disesuaikan dengan materi dan

pembelajaran yang akan dilakukan, selain itu

bertujuan untuk meminimalisir kejenuhan pada

peserta didik.

Indikator ketiga mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Perolehan nilai pada indikator ketiga ini hampir sama untuk msing-masing guru kelas. Terdapat empat indikator yang tercantum dalam indikator ini. Pada umumnya guru sudah dapat merancang rencana pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan silabus. Materi yang disajikan juga mengikuti urutan dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Selain

itu, materi dikembangkan oleh guru sendiri

(25)

pembelajaran, masih sedikit sekali. Hanya ada beberapa guru yang dengan tekun menyusun silabus sendiri yang kemudian diselaraskan dengan rencana pembelajaran yang akan mereka buat.

Indikator keempat adalah menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Setidaknya ada sebelas indikator yang tercantum dalam indikator ini. Bagi

guru bukanlah hal susah menyelenggarakan

pembelajaran yang mendidik, seperti melaksanakan aktivitas pembelajaran selaras dengan rencana dan tujuan yang telah dibuat, melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk membantu proses, bukan untuk menguji yang membuat peserta didik selalu tertekan, selalu mengkomunikasikan informasi terbaru, terutama sesuai dengan materi pembelajaran, mengelola kelas sehingga peserta didik dapat aktif dan produktif, serta banyak member kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan berinteraksi langsung. Namun, masih perlu adanya penjelasan lanjut saat peserta didik menjawab kurang tepat, bukan langsung mengatakan “salah”. Selain itu, perlu adanya variasi pembelajaran, seperti penerapan model

pembelajaran, dan juga sebaiknya guru dapat

memanfaatkan media dan alat bantu mengajar yang tersedia di sekolah, misalnya proyektor dan laptop.

(26)

hal ini ditunjukkan guru selalu memantau dengan berjalan kearah peserta didik untuk melihat pekerjaan

mereka. Namun, guru masih kurang dapat

mengidentifikasi bakat, minat, beserta potensi yang dimiliki peserta didik, apalagi untuk siswa yang terkesan senang membuat kegaduhan.

Indikator keenam adalah berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Perolehan nilai yang dicapai tinggi. Terdapat enam indikator yang tercantum dalam indikator keenam ini. Pada umumnya guru menggunakan pertanyaan untuk memberikan stimulus kepada peserta didik, selain itu guru mendengarkan jawaban peserta didik, jika ada peserta didik yang menjawab kurang tepat, maka ada beberapa guru yang memberikan pembenaran tanpa

menyalahkan. Namun, ada pula guru yang

menyalahkan sehingga peserta didik tersebut menjadi malu dan takut. Guru juga mendengarkan pertanyaan, pernyataan yang diberikan peserta didik tanpa menginterupsi. Namun ada pula guru yang tidak mendengarkan peserta didik dan mengabaikannya.

Indikator ketujuh adalah menyelenggarakan

penilaian dan evaluasi proses hasil belajar. Perolehan nilai sedang. Terdapat lima indikator dalam indikator

ini. Meskipun guru dapat menyusun rencana

pembelajaran dengan baik, namun tidak jarang tidak dilampirkan latihan soal yang akan digunakan dan jenis penilaiannya. Beberapa guru memang sudah membuat cacatan, jurnal pembelajaran, program tahunan, program semester, dan juga minggu efektif. Namun tidak jarang ada guru yang lebih suka dalam bentuk file, sehingga tidak membuat hardcopy. Masih ada juga guru yang membuat namun belum diisi atau masih kosong. Sehingga masih perlu bimbingan dan pengarahan untuk menyusun penilaian dan evaluasi yang nantinya dapat digunakan untuk perbaikan.

(27)

terutama dengan melakukan tanya jawab. Sehingga terjadi tanya jawab antara guru dengan peserta didik.

Hal baik yang nampak adalah peserta didik

menyampaikan pendapatnya dengan berani dan tanpa rasa takut atau malu. Kedekatan antara guru dan peserta didik ini sangat terlihat pula pada saat jam istirahat. Sehingga, dapat terjadi saling keterbukaan antara guru dan peserta didik. Namun, ada yang belum

nampak adalah memberikan kegiatan untuk

menumbuhkan sikap saling kerjasama antar peserta didik. Sehingga pembelajaran yang kooperatif belum nampak.

Indikator yang mempunyai nilai konstan adalah kompetensi nomor tiga. Hal ini karena guru sudah dapat melakukan perencanaan dengan baik, meskipun belum lengkap seperti dalam rencana pelaksanaan tindakan. Beberapa guru belum mencantumkan materi yang akan dipelajari dan juga latihan soal yang akan digunakan untuk mengukur kompetensi peserta didik. Guru sudah dapat memadupadankan materi dengan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, untuk mengembangkan materi ke berbagai sumber masih belum terlihat. Sedangkan untuk mengembangkan silabus, guru belum melakukannya. Guru menggunakan silabus yang diberikan pemerintah

secara mentah untuk membuat RPP tanpa

melampirkan potongan silabus yang dibuat pada RPP.

Kompetensi dengan nilai minim adalah

kompetensi nomor tujuh. Beberapa guru

mengembangkan penilaian sesuai dengan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai. Sedangkan untuk pelaksanaan analisis kompetensi dasar atau indikator yang sulit untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial masih belum nampak. Hal yang dilakukan guru adalah belum dapat menuliskan di daftar nilai siswa karena masih banyak siswa yang belum mencapai criteria ketuntasan minimal (KKM). Selain itu, penggunaan

(28)

pembelajaran, materi tambahan juga hanya sedikit guru yang melaksanakannya.

Masing-masing guru mempunyai cara mengajar yang berbeda-beda, termasuk juga untuk kelas rendah (I, II dan III) dan kelas tinggi (IV, V dan VI). Pembelajaran yang dilakukan di kelas tentunya akan disesuaikan dengan perkembangan masing-masing peserta didik termasuk juga materi pembelajaran yang akan disampaikan agar peserta didik lebih mudah untuk memahami materi. Namun, beberapa catatan yang diperoleh peneliti selama melakukan observasi, masih banyak guru yang belum menggunakan model

pembelajaran dalam pelaksanaannya dan hanya

menggunakan metode pembelajaran, seperti ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab. Tidak jarang peserta didik menjadi merasa jenuh terhadap pembelajaran,

sehingga melakukan kegiatan diluar kegiatan

pembelajaran. Selain itu, penyampaian materi yang dilakukan oleh guru masih berpusat pada satu buku panduan, termasuk untuk latihan soal berpusat pada lembar kerja siswa (LKS). Pengembangan materi pembelajaran disesuaikan dengan peristiwa kehidupan sehari-hari siswa belum dilakukan. Pembelajaran yang kontekstual belum dilaksanakan secara nyata.

Selain berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dan peneliti, didukung juga data hasil wawancara terbuka yang dilakukan antara peneliti dengan beberapa siswa. Pendapat siswa kelas IV,

“saya sebenarnya suka diajar oleh Bapak guru, tetapi kadang membingungkan saat penyampaian materi. Kadang belum jelas sudah diberikan soal, sehingga nilainya jelek dan dimarahi oleh Bapak guru”. (wawancara 29 Mei 2015)

Berbeda dengan siswa kelas IIa dan IIb yang menyampaikan mengenai pembelajaran yang dilakukan bapak ibu guru di masing-masing kelas.

(29)

duduk. Tempat duduk juga yang menentukan siswa sendiri”. (wawancara 29 Mei 2015)

Siswa kelas Va juga menyampaikan

mengenai pembelajaran yang dilakukan Bapak guru.

“senang diajar oleh bapak guru, bapak guru juga menentukan tempat duduk dan mengatur tempat duduk. Selalu diadakan rollingtempat duduk untuk setiap minggunya. Jika ada siswa yang mengganggu, biasanya pak guru mendekati.” (wawancara 29 Mei 2015)

Berdasarkan beberapa pendapat siswa untuk masing-masing kelas tersebut, dapat menjadikan salah satu sumber data pendukung pengamatan kompetensi pedagogik guru. Wawancara dilakukan oleh beberapa siswa untuk masing-masing kelas.

Perolehan skor supervisi kunjungan kelas dan kompetensi pedagogik telah dipaparkan sebelumnya. Perolehan skor yang ditunjukkan pada tabel 4.1 mengenai supervisi kunjungan kelas yang diberlakukan pada sepuluh guru kelas, menunjukkan skor yang tinggi untuk masing-masing guru kelas. Dapat ditunjukkan dengan perolehan skor dengan kategori minimal adalah baik (B) dan maksimal amat baik (AB). Sedangkan untuk perolehan kompetensi pedagogik juga telah dipaparkan sebelumnya, yang tidak jauh berbeda dengan perolehan skor pada supervisi. Hal ini ditunjukkan pada tabel 4.2 yang menunjukkan perolehan skor kompetensi pedagogik pada guru kelas di SD Negeri Cukil 01 yang cukup tinggi. Perolehan skor dengan kategori minimal baik (B) dan maksimal amat baik (AB). Untuk lebih jelasnya, berikut

merupakan rekapitulasi data yang diperoleh dari

(30)

Tabel 4.4. Data Hasil Supervisi skor supervisi kunjungan pedagogik yang dilakukan peneliti pada sepuluh perolehan skor yang tinggi Berikut diagram rekap kompetensi pedagogik Tengaran untuk lebih jelas.

Gambar 4.4: Diagram Data Hasil Sup Pedagogik

Gambar 4.4 merupakan tabel 4.4 yang menjelaskan supervisi dan kompetensi

0

tabel 4.4 mengenai rekap perolehan kunjungan kelas dan kompetensi dilakukan oleh Kepala Sekolah dan sepuluh guru kelas, menunjukkan tinggi untuk masing-masing kelas. rekap data hasil supervisi dan guru SD Negeri Cukil 01, las.

ata Hasil Supervisi dan Kompetensi Pedagogik

merupakan gambaran diagram dari menjelaskan mengenai rekap data hasil kompetensi pedagogik guru SD Negeri

3 4 5A 5B 6A 6B

KELAS

SUPERVISI

(31)

Cukil 01, Tengaran. Berdasarkan gambar 4.4 terlihat

bahwa perolehan nilai supervisi lebih tinggi

dibandingkan dengan kompetensi pedagogik. Hal ini

disebabkan karena indikator yang ada dalam

kompetensi pedagogik memang lebih rinci jika

dibandingkan dengan indikator pada supervisi yang hanya terdiri dari 25 butir indikator. Sehingga, penilaian dan pengamatan yang dilakukan pada saat pengukuran kompetensi pedagogik lebih terperinci. Data yang dapat terlihat selanjutnya adalah perolehan skor antara supervisi dan kompetensi pedagogik memiliki rentang yang tidak jauh. Selain itu, juga dapat dijelaskan melalui tabel 4.4 mengenai rekap data, jika data hasil supervisi memperoleh kriteria AB maka

kompetensi pedagogik juga AB, sedangkan jika

supervisi memperoleh kriteria B maka kompetensi pedagogik juga menunjukkan kriteria B. Kelas IV menunjukkan supervisi dengan perolehan B dan kompetensi pedagogik memperoleh kriteria AB dengan skor minim yaitu 76. Hal tersebut secara tidak langsung menunjukkan adanya hubungan antara supervisi yang dilakukan dengan kompetensi pedagogik pada saat pembelajaran di kelas. Sedangkan kasus untuk kelas IV, perolehan skor supervisi dengan kriteria B, namun masih lebih tinggi yaitu dengan skor 83 sedangkan untuk kompetensi pedagogik guru hanya memperoleh skor 76 dengan kriteria AB.

4.3. Pembahasan

4.3.1.Supervisi Kunjungan Kelas

Kegiatan pengamatan yang dilakukan terhadap guru kelas melalui supervisi kunjungan kelas yang meliputi, pra observasi, observasi, dan pasca observasi kemudian tindak lanjut telah disesuaikan dengan peran guru selama melaksanakan pembelajaran. Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas ini dilakukan guna memperoleh data secara langsung pada saat guru

merencanakan pembelajaran, pelaksanaan

(32)

188), tujuan observasi kunjungan kelas adalah memperoleh data dan informasi secara langsung mengenai segala sesuatu yang terjadi saat proses belajar mengajar berlangsung.

Pada tahap pra observasi beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru adalah berbagai bahan untuk persiapan mengajar, meliputi: tersedia analisis minggu efektif, program tahunan, program semester, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, alat peraga atau media, daftar nilai dan daftar hadir siswa. Berdasarkan data yang diperoleh, guru sebagian besar telah melaksanakannya, ada yang sudah terisi penuh dan rajin, ada juga yang masih kosong namun sudah mencetaknya, ada yang beralasan masih dalam bentuk file. Sebaiknya dalam perencanaan pembelajaran harus terisi dan tersusun rapi. Hal ini akan memudahkan guru melaksanakan pembelajaran di dalam kelas, dan tidak akan merepotkan guru jika datang pembagian nilai rapot. Persiapan yang dilakukan duru tersebut selaras dengan BNSP (Lapono, 2008: 3.82) menjelaskan pedoman penyusunan berdasarkan KTSP langkah-langkah perencanaan yang perlu dilakukan termasuk dalam mengembangkan silabus meluputi: 1) mengkaji SK dan KD, 2) mengidentifikasi materi pokok, 3)

mengembangkan kegiatan pembelajaran, 4)

merumuskan indikator pencapaian kompetensi, 5) penetapan jenis penilaian, 6) menentukan alokasi waktu, dan 7) menentukan sumber belajar.

Berdasarkan teori yang ada, tahap perencanaan termasuk pengembangan silabus guna menyusun kegiatan pembelajaran telah dijelaskan secara runtut. Sesuai dengan keadaan di lapangan skor yang diperoleh masing-masing guru cukup baik untuk perencanaan. Namun untuk pengembangan silabus,

hanya ada seorang guru yang mampu

mengembangkannya. Hal ini terjadi, karena

(33)

Tahap selanjutnya adalah observasi supervisi kunjungan kelas. Pada tahap ini, peneliti memperoleh data melalui observasi secara langsung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Berdasarkan skor yang diperoleh, skor lebih tinggi ditunjukkan lebih pada kegiatan inti. Hal ini

terjadi karena beberapa kegiatan yang kurang

diperhatikan oleh guru pada saat melakukan kegiatan pendahuluan, seperti menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, menyampaikan indikator pencapaian kompetensi dan juga mengadakan pretes. Kegiatan

pendahuluan yang kurang mendapat perhatian

tersebut, kurang selaras dengan pendapat dari Rusman (2012: 80) yang menjelaskan bahwa dalam kegiatan pembukaan ini, yang perlu dilakukan oleh guru adalah menciptakan pra-kondisi bagi siswa agar mental dan perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajari, sehingga memberikan efek positif terhadap kegiatan

belajar. Selain itu, ditegaskan pula dalam

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan yang perlu dilakukan guru dalam kegiatan pendahuluan meliputi: menyiapkan siswa secara psikis dan fisik, melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan cakupan materi sesuai silabus dan RPP.

Kegiatan inti pembelajaran meliputi

menyampaikan materi, penggunaan media

pembelajaran, penyampaian materi secara kontekstual,

dan memanfaatkan fasilitas yang ada untuk

pembelajaran. Skor yang diperoleh untuk masing-masing guru cukup tinggi, hal ini ditunjukkan dalam

pelaksanaan pembelajarannya guru dapat

menyampaikan materi sesederhana mungkin untuk dapat dipahami siswa secara kontekstual. Meskipun

pada pelaksanaannya beberapa guru belum

(34)

yang harus mampu merekonstruksikan

pengetahuannya, proses internalisasi memiliki

kesiapan untuk mengaktualisasikan pengalaman

belajarnya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi (life skiils).

Kegiatan penutup, terdapat beberapa indikator

yang perlu diperhatikan oleh guru, meliputi

menyimpulkan pembelajaran, melaksanakan postes, dan memberikan tindak lanjut. Skor yang diperoleh pada kegiatan penutup untuk masing-masing guru mempunyai skor cukup. Hal ini ditunjukkan terdapat beberapa guru yang menyimpulkan pembelajaran dan postes, karena biasanya postes dilakukan pada jam lain setelah penyampaian materi dan juga pemberian tugas untuk tindak lanjut. Pada intinya tindak lanjut dapat diberikan dengan menyuruh siswa mempelajari materi selanjutnya, bukan hanya diartikan sebagai pemberian tugas untuk pekerjaan rumah siswa. Pada kegiatan penutup ini ditekakan oleh Rusman (2012: 119) bahwa, kegiatan penutup merupakan bagian integral dari pembelajaran, memiliki beberapa teknik dan cara yang harus dikuasai oleh para guru, seperti menyampaikan

review, rangkuman, serta menyimpulkan. Tambahan pada teori ini adalah perlu adanya tindak lanjut pula. Kegiatan penutup yang perlu ditekankan guru meliputi kegiatan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai pembelajaran yang telah kita sampaikan. Postes pun dapat dilakukan dengan tanya jawab guru kepada siswa.

Tahap supervisi selanjutnya adalah pasca

observasi yaitu evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini guru mengevaluasi kembali pembelajaran yang telah dilakukan, mulai dari

keterlaksanaan RPP, beberapa kelebihan dan

kelemahan selama pembelajaran, dan materi yang telah disampaiakan. Melalui evaluasi yang dilakukan, guru

dapat menyusun perbaikan untuk pertemuan

selanjutnya.

(35)

pasca observasi. Melalui kegiatan ini, maka diharapkan kepada para guru untuk lebih mempersiapkan dan dapat mengembangkan proses pembelajaran yang dilakukannya. Melalui persiapan yang matang, maka pelaksanaan akan semakin terstruktur dan tersusun rapi, berbagai kegiatan tidak terduga dapat ditangani dengan baik. Sehingga evaluasi yang dilakukan pun juga sudah mudah untuk dilaksanakan, karena sudah mengalami perencanaan. Dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran, yang perlu dikuasai guru adalah mengenai keterampilan dasar mengajar. Memang tidak tertulis dalam instrumen penelitian atau dalam pelaksanaannya, namun dasar utama pembelajaran mendidik adalah suasana kondusif yang menciptakan aktivitas siswa yang positif. Hal tersebut akan tercipta jika guru menguasai keterampilan dasar mengajar. Pada tahap pasca observasi, diharapkan guru dapat melakukan refleksi diri terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Namun memang refleksi diri masih belum dapat sepenuhnya dilakukan oleh guru. sehingga perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya masih perlu ditingkatkan.

Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas yang meliputi pra observasi, observasi, pasca observasi, evaluasi dan balikan, dan tindak lanjut yang telah dilakukan selaras dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ni Nengah Widyani pada tahun 2011.

Perbedaannya adalah pada penelitian Ni Nengah Widyani menggabungkan supervisi melalui tanya jawab individual, jika dalam penelitian ini semua terangkum dalam satu supervisi kunjungan kelas, selain itu terdapat tindak lanjut yang tidak dilakukan pada penelitian pendukung. Hasil yang diperoleh sama menunjukkan adanya hal positif terhadap pelaksanaan supervisi kunjungan kelas.

Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas yang telah dipaparkan oleh peneliti, didukung dengan penelitian sebelumnya yang berjudul, “teknik supervisi

kunjungan kelas sebagai upaya meningkatkan

(36)

Kesiman Denpasar” oleh Ni Nengah Widyani. Penelitian yang dilakukan tersebut juga merupakan penelitian tindakan sekolah. Hasil yang diperoleh dari penelitian sebelumnya juga menunjukkan peningkatan melalui

supervisi kunjungan kelas. Perbedaan dengan

penelitian sebelumnya, pada penelitian ini tidak menggunakan tindakan siklus, namun dengan sekali tindakan untuk mengetahui hasilnya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anhar Lubis (2010) dengan judul, “peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran yang efektif melalui supervisi akademik kepala sekolah di SMP Negeri Ranah Batahan”. Persamaan menunjukkan supervisi akademik yang dilakukan merupakan supervisi kunjungan kelas. Perbedaannya adalah, supervisi kunjungan kelas yang dilakukan hanya tahap perencanaan dan pelaksanaan saja. Fred C. Lunenburg (2010) dengan judul, “The Principal as Instructional Leader” menekankan Kepala Sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, dalam artian Kepala Sekolah hendaknya mengetahui permasalahan pembelajaran di sekolahnya yang dilakukan melalui

supervisi sehingga dapat dilakukan perbaikan.

Terdapat persamaan disini adalah peran Kepala Sekolah dalam memotivasi guru sebagai pelaksana proses pembelajaran. Perbedaannya adalah terletak pada jenis penelitian yang deskriptif naratif.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa pelaksanaan supervisi kunjungan kelas dari 10 guru, 6 guru memperoleh kriteria amat baik (AB) dan 4 guru lainnya memperoleh kriteria baik (B). Perolehan skor maksimal adalah 94% dan skor minimal adalah 74%. Sehingga dari penelitian ini menunjukkan

pelaksanaan supervisi dapat membantu dan

memotivasi guru dalam proses pembelajaran sehingga mengalami perbaikan. Sejalan dengan pendapat Wiles (1956) dalam (Sagala, 2010: 91), “supervision is an assistence in the development of a better teaching-learning situation”. Dijelaskan bahwa supervisi pendidikan merupakan bantuan dalam pengembangan

(37)

(belajar-mengajar) yang lebih baik. Dengan demikian, perlu dipahami manfaat dan tujuan pelaksanaan supervisi

dalam pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan

supervisi secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap peserta didik, baik hasil pembelajaran dan aktivitas peserta didik, karena guru lebih siap dalam pembelajaran.

4.3.2. Kompetensi Pedagogik

Tugas guru yang berperan langsung dalam proses pembelajaran tentunya akan berhadapan dengan individu atau siswa yang sangat kompleks, karena menyangkut segi fisik dan psikis. Selain itu, perilaku sebagai hasil belajar juga sangat kompleks, karena menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Tidak jauh berbeda dengan interaksi pembelajaran dan lingkungan pembelajaran yang juga kompleks, kerena menyangkut materi, pendekatan, model, strategi, metode, media, dan perangkat pembelajaran yang digunakan guru dalam mengkomunikasikan dengan siswa untuk tercapainya tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Berbagai peran guru dalam proses pembelajaran yang kompleks tersebut, maka setiap guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi, hal ini dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005, menegaskan kompetensi yang harus dimiliki oleh para guru meliputi: 1) kompetensi pedagogik; 2) kompetensi kepribadian: 3) kompetensi professional; 4) kompetensi sosial.

Pelaksanaan pengamatan terhadap kompetensi

pedagogik guru dengan menggunakan tujuh

kompetensi sebagai pedoman pengukuran selaras yang tercantum dalam Priatna dan Sukamto (2013).

Sedangkan jika dibandingkan dengan penelitian

(38)

menjelaskan kompetensi pedagogik secara deskriptif

yang bertujuan untuk perkembangan dalam

pekerjaannya berkenaan dengan kompetensi pedagogik

untuk menambah, menciptakan kualifikasi dan

penilaian yang lebih teliti mengenai kompetensi pedagogik yang berhubungan dengan jabatan dan kemajuan. Sehingga lingkup yang digunakan dalam penelitian pendukung mengenai kompetensi pedagogik lebih luas secara umum, sedangkan pada penelitian ini

kompetensi pedagogik yang digunakan adalah

kompetensi pedagogik guru kelas. Selain itu, jika

dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Tim Penyusun PTS SMPN 01

Mandalawangi dengan judul, “Meningkatkan

Kompetensi Pedagogik Guru Non Kependidikan dalam

Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Melalui

Supervisi Akademik Kepala Sekolah”, terdapat

persamaan yaitu menitik beratkan pada peningkatan kompetensi guru melalui supervisi. Hasil yang diperoleh juga menunjukkan peningkatan setelah dilakukan tindakan. Perbedaannya, pada penelitian ini penelitian sebelumnya mengawali penelitian dengan melakukan survey terhadap seluruh guru non kependidikan, sehingga baru dilaksanakan supervisi yang tepat yaitu

menggunakan supervisi individual office-conference

yang bertujuan untuk mengetahui penyebab masalah

terjadi. Sedangkan pada penelitian ini peneliti

menerapkan supervisi kunjungan kelas yang jelas untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru kelas.

Indikator pertama memahami karakteristik

peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosisl,

kultural emosional, dan intelektual. Skor yang

(39)

duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses pembelajaran.

Indikator kedua adalah menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Pembelajaran mendidik yang dilaksanakan oleh guru sudah baik, ditunjukkan dengan perolehan skor yang baik. Beberapa guru selalu berjalan ke arah siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman masing-masing siswa, siswa yang belum jelas pun tidak segan untuk

bertanya kepada guru. Setiap pelaksanaan

pembelajaran guru selalu mengembalikan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap materi yang disampaikan. Belajar menurut Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford (dalam Ekosiswoyo dan Rachman 2002: 125) belajar merupakan kegiatan

pemrosesan informasi membuat penalaran,

mengembangkan pemahaman, dan meningkatkan

penguasaan keterampilan dalam proses pembelajaran. Dapat dijelaskan lebih lanjut berdasarkan teori, pembelajaran mendidik merupakan pembelajaran yang menekankan proses membelajarkan peserta didik bagaimana belajar (learning how to learn).

Indikator ketiga mengembangkan kurikulum terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Perolehan skor untuk indikator ketiga ini adalah cukup dan masing-masing guru hampir sama. Para guru akan lebih terampil dalam menyusun RPP jika dibandingkan harus mengembangkan silabus. Indikator keempat

menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

Perolehan skor guru pada indikator ini baik. Hal ini ditunjukkan guru melaksanakan pembelajaran sesuai

RPP, tidak menguji siswa sehingga tertekan,

mengkomunikasikan informasi baru, meskipun hanya tersirat. Pembelajaran mendidik pada intinya akan terlaksana dengan baik apabila kondisi dan suasana belajar dapat memungkinkan bagi siswa untuk berpartisipas aktif dalam pembelajaran. Meskipun guru tidak menggunakan media dalam pembelajarannya,

(40)

menyenangkan maka bukan tidak mungkin terjadi pembelajaran yang mendidik.

Indikator kelima mengembangkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Skor yang diperoleh oleh masing-masing guru adalah baik. Guru memahami karakteristik siswa, sehingga dapat mengembangkan potensi masing-masing siswa. Indikator keenam berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Perolehan skor pada indikator keenam ini oleh masing-masing guru adalah sangat baik. Hal ini ditunjukkan selama pembelajaran, guru melakukan tanya jawab,

berkomunikasi, mendengarkan dan menjawab

pertanyaan yang disampaikan oleh siswa tanpa menginterupsi dan menyalahkan. Menurut John I Bolla (dalam Rusman, 2008: 82) menjelaskan bahwa, dalam proses pembelajaran setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respons

siswa perlu dilakukan agar siswa memperoleh

pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir. Berdasarkan teori tersebut, selaras dengan perilaku guru selalu memberikan pertanyaan kepada siswa dan meresponnya. Namun, perlu ditekankan adalah sebagai guru sebaiknya dapat menghargai pendapat siswa, jika salah dibenarkan dengan penjelasan.

Indikator ketujuh menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar. Perolehan skor pada indikator ketujuh untuk masing-masing guru masih rendah dan terlihat hampir sama. Hal ini dikarenakan beberapa guru masih belum mengembangkan jenis penilaian untuk dapat lebih mengetahui kompetensi masing-masing siswa. Perlunya cacatan anekdot, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran serta materi tambahan selama pembelajaran dapat membantu guru lebih mengenal siswanya dengan berbagai kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran. Pendapat yang disampaikan oleh Lapono (2008: 164) prinsip penilaian

pembelajaran di SD/MI dimaksudkan untuk

(41)

Berdasarkan teori tersebut dan kenyataan di sekolah,

penilaian yang dilakukan oleh guru sebaiknya

menggunakan berbagai teknik penilaian untuk

memperoleh sejumlah fakta yang kemudian

dikumpulkan, diolah, dianalisis, diinterprestasi, dan disimpulkan. Selain itu, perlu adanya perangkat

pendukung, seperti catatan anekdot, jurnal

pembelajaran, dan berbagai penilaian pendukung.

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan

mengenai tujuh kompetensi pedagogik guru kelas tersebut, sebagai guru perlu mengetahui berbagai karakteristik peserta didik, sehingga guru dapat mengupayakan berbagai kegiatan untuk tercapainya tujuan atau kompetensi peserta didik. Hal yang dapat dilakukan seperti mengatur tempat duduk siswa sesuai

dengan karakteristik siswa, memberikan perhatian

khusus pada siswa yang berkebutuhan khusus. Guru

juga mengupayakan berbagai kegiatan untuk

tercapainya kompetensi yang diharapkan, hal ini dapat dilakukan diawali dengan perencanaan berupa silabus, RPP, serta bentuk penilaian yang akan digunakan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Setelah itu, pelaksanaan sesuai dengan RPP, pengelolaan kelas, serta dapat melakukan variasi pembelajaran dan berkomunikasi kepada siswa. Melalui kegiatan yang disesuaikan dengan perkembangan peserta didik dan materi pembelajaran, maka akan tercipta suasana yang

lebih kondusif dan menyenangkan, sehingga

berdampak pada aktivitas siswa selama pembelajaran.

Setelah itu, guru mengembangkan penilaian

berdasarkan kompetensi yang akan dicapai. Guru

menyusun instrumen penilaian, sehingga dapat

digunakan untuk mengukur kognitif, afektif dan psikomotor masing-masing siswa.

(42)

siswa selama di sekolah. Hubungan yang terjalin antar guru tercipta sangat erat, berbagai komunikasi yang terjalin begitu ringan dan akrab jika didengar. Selain itu, disaat jam istirahat berlangsung, para siswa dan guru pun tidak segan untuk saling berkomunikasi bahkan bercanda. Sehingga terjalin hubungan yang akrab antara guru dengan siswa, dan hal tersebut akan terbawa sampai di kelas, siswa tidak takut bertanya kepada guru dan menyampaikan pendapatnya.

Hasil penelitian mengenai kompetensi pedagogik menunjukkan 7 dari 10 guru kelas memperoleh kriteria amat baik (AB), sedangkan 3 lainnya memperoleh baik (B). Perolehan skor maksimal 88% dan minimal 70%. Perolehan skor tersebut mengalami peningkatan dari kondisi awal yang secara umum memperoleh kriteria baik (B) dan kurang mendapat perhatian. Setelah dilakukan supervisi kunjungan kelas, menunjukkan peningkatan pada kompetensi pedagogik guru. Hal tersebut, selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Tim Penyusun PTS SMPN 01 Mandalawangi dengan judul, “Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Non

Kependidikan dalam Penyusunan Perencanaan

Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah”. Sehingga supervisi dapat dijadikan salah satu alat untuk meningkatkan kompetensi guru secara

umum. Dalam hal ini, indikator pengukuran

kompetensi pedagogik yang di dalamnya terdapat tujuh kompetensi sebagai guru kelas, secara tidak langsung merupakan bagian dari beberapa indikator dalam supervisi kunjungan kelas. Hal ini ditunjukkan pada

pengembangan kurikulum, melaksanakan

Gambar

Tabel 4.1.Tabel Hasil Observasi Supervisi Kunjungan Kelas
tabel tabel
Tabel 4.2. Hasil Angket Guru
tabel 4.3.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan hasil yang signifikan, peneliti menyebarkan kuesioner kepada 400 responden dengan menggunakan alat uji SPSS, sehingga hasil yang di dapat dari penelitian ini

Karena ternyata dari hasil pengujian koefisien determinasi (R 2 ) menyatakan bahwa masih ada 52,8% variabel bebas lain di luar variabel bebas dalam penelitian

Buchimgae atau Jeon adalah jenis kudapan yang dibuat dari kimchi atau makanan laut yang dicampur dengan adonan tepung dan digoreng menjadi seperti

Mengubah masyarakat secara revolusioner (perubahan secara cepat) harus berakhir dengan kemenangan kaum proletar. Sehingga pada gilirannya pemerintahan negara harus

Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis pengaruh citra merek, kualitas produk, kepercayaan dan kepuasan secara parsial dan simultan terhadap niat beli ulang pada konsumen tas

Definisi dari ideologi adalah: Aterm used for any group of ideas concerning various political and aconomic issues and social philosophies often applied to a systematic scheme of

Mengubah masyarakat secara revolusioner (perubahan secara cepat) harus berakhir dengan kemenangan kaum proletar. Sehingga pada gilirannya pemerintahan

membantu perusahaan tersebut untuk memposisikan diri mereka dipasar dan juga dalam mempertahankan konsumen.Hal ini dikarenakan karena konsumen sering mengartikan produk yang