MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ILMIAH MAKALAH
Benny Jonathan Sinurat, Donny Maulana Yusuf, Etin Supriyatin, Nadaih Rismiati, Widhianti Putri Hutami
Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Widhiph@student.upi.edu
Dr. H. Toto Ruhimat, M.Pd., Ence Surahman S.Pd, M.Pd
A. Pendahuluan
Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan.
Model pembelajaran sangat berperan dalam memandu proses belajar secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, berorientasi kekinian, memiliki sintaksis pembelajaran yang sederhana, mudah dilakukan, dan dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan.Model pembelajaran inkuiri ilmiah (Scientific Inquiry Learning Model) merupakan salah satu model yang memenuhi karakteristik dasar suatu model dan kondusif bagi pengimplementasian pendekatan kontruktivisme.
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
B. Pembahasan
1. Landasasan Filosofis
Model pembelajaran inquiri ilmiah (Scientifiec inquiry) dilandasi oleh filosofi kontrustivistik. Konstruktivistik memiliki arti yaitu menghasilkan informasi dan membuat makna atas informasi tersebut berdasarkan pengalaman pribadi atau sosial (wikipedia). Model pembelajaran inquiri ilmiah dalam pelaksanaanya berbasis pada proses pemberian pengalaman yang berupa mengaitkan makna, bertanya, melakukan eksperimen dan memberi makna sehingga peserta didik dapat merasakan bagaimana pengetahuan itu dibuat dan dibangun. Kegiatan pemberian pengalaman tersebut merupakan prinsip dari kontsrutivisme.
2. Landasan Teori Belajar
Model pembelajaran inkuiri ilmiah merupakan model pembelajaran pada rumpun model pembelajaran pemrosesan informasi. Rumpun model pembelajaran pemrosesan informasi merupakan rumpun model pembelajaran yang meurujuk pada cara mengumpulkan atau menerima stimulus dari lingkungan, mengorganisasikan data, memcahkan masalah, meneumkan konsep dan menggunakan simbol verbal dan visual. (Rusman, 2011). Menurut Rusman (2011), teori belajar yang mendasarinya merupakan teori belajar Gagne yang mengasumsikan bahwa pembelajaran merupakan faktor yang penting dalam perkembangan. Pembelajaran yang dimaksud oleh Rusman merupakan proses penerimaan informasi yang diolah sehingga menjadi sebuah pengetahuan yang dianggap sebagai hasil belajar.
Model ini diawali oleh pendekatan biological Science curriculum study (BSCS) yang digunakan oleh ahli biologi saat melakukan penelitian. Siddiqui (2013), mengatakan bahwa BSCS oleh para ahli biologi digunakan untuk mencoba mengidentifikasi berbagai masalah dan mengaplikasikan metode tertentu untuk memcahkan masalah. Tokoh dari model pembeljaran inkuiri ilmiah adalah Joseph.jscwab.
3. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran
Dalam pelaksanaan metode inkuiri dalam pembelajaran di kelas, ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu menjadi fokus perhatian bagi seorang guru. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri diharapkan dapat berjalan secara maksimal sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Menurut Sanjaya (2011:199) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru dalam penggunaan metode inkuiri, yaitu:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, metode ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
b. Prinsip interaksi
Pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru sebagai pengatur lingkungan yang mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c. Prinsip bertanya
Kemampuan guru dalam bertanya pada pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri sangat diperlukan. Sebab dengan memberikan pertanyaan kepada siswa akan melatih kemampuan berpikirnya. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan, baik bertanya untuk melacak maupun bertanya untuk menguji kemampuan.
d. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan; baik otak reptil, otak limbik maupun otak neokortek.
e. Prinsip keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Dalam metode inkiri, tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesisnya dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
Sistem pendukung yang dibutuhkan dalam model ini menurut Siddiqui (2013) adalah seorang istruktur yang fleksibel dan terampil dalam proses penelitian yang dapat menyediakan bidang-bidang penelitian yang orisinil, masalah-masalah yang menggiringnya, dan sumber-sumber data yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian. Selain itu juga dibutuhkan perangkat-perangkat yang memadai untuk membantu kelancaran beberapa penerapan tugas tersebut. Dan pendudukung yang paling penting adalah motivasi siswa serta lingkungan belajar siswa.
Seperti yang sudah disebutkan diatas, meskipun model pembelajaran inkuiri ilmiah berfokus pada mata pelajaran yang berbau sains atau ilmu pasti tetapi model ini dapat diterapkan pada mata pelajaran laiinnya. Model ini dapat diterapkan secara ludah tergantung pada kemampuan guru dalam memilih materi yang berorientasi pada penelitian. Jadi, dapat dikatakan bahwa mode pembelajaran inkuiri hanya dapat digunakan pada materi yang memungkinkan untuk dilakukannya penelitian.
Dikutip dari Roestiyah (2008), guru menggunakan teknik ini sewaktu mengajar memiliki tujuan demikian: 1) Agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. 2) Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. 3) Siswa diharapkan mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan dari hasil pemecahan masalah.Siswa diharapkan juga dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Selain itu, Duraisy (2015) mengemukakan dampak instruksional dan pengiring dari model inkuiri ilmiah. Dampak yang didapat dari menerapkan model pembelajaran inkuiri ilmiah secara instruksional adalah didapatnya pengetahuan ilmiah dan kemampuan melakukan proses penelitian. Dan dampak pengiringnya adalah siswa memiliki komitmen terhdapa penelitian ilmiah, siswa memiliki pemikiran terbuka, kemampuan menyeimbangkan alternatif-alternatif, serta siswa memiliki jiwa dan skill untuk kerja kooperatif.
4. Implementasi di Dalam Kelas
Contoh aplikasi di kelas :
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang penulis lakukan di SD Negeri 2 Bayah Barat tentang pembelajaran IPA dengan konsep gaya magnet penulis menyusun rancangan RPP yang akan digunakan oleh penulis dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Berikut ini rancangan RPP yang penulis gunakan sebagai berikut:
a. Tahap pendahuluan
Pada tahapan ini penulis melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Mengkondisikan siswa pada situasi belajar yang lebih baik, kegiatannnya berupa:
a) Siswa berbaris sebelum masuk kelas
b) Siswa berdo’a sebelum belajar dimulai c) Penulis mengabsen tentang kehadiran siswa
2. Menjelaskan tujuan-tujuan pembelajaran yang akan dicapai, misalnya setelah
pembelajaran ini selesai diharapkan siswa dapat menyebutkan benda-benda yang dapat ditarik magnet dan benda yang tidak dapat ditarik magnet, siswa dapat menyebutkan bagian magnet yang memiliki gaya kemagnetannya paling besar. 3. Melakukan apersepsi atau motivasi:
Pada tahapan ini penulis melakukan tahapan orientasi atau lebih umum dikenal dengan sebutan apersepsi atau motivasi. Kegiatan yang dilakukan penulis dengan cara menunjukkan dua kotak dengan bungkus yang sama akan tetapi isinya berbeda. Kotak yang satu isinya kosong dan kotak yang satunya lagi berisi magnet. Selanjutnya guru menunjukkan dua kotak itu dan menempelkan klip kertas pada dua kotak itu secara bergantian. Selanjutnya guru menugaskan siswa untuk mengamati salah satu kotak yang dapat menempelkan klip kertas tersebut. Siswa ditugaskan untuk menebaknya tentang isi kotak yang bisa menempelkan klip kertas tersebut. Selanjutnya guru membuka kotak itu dan menunjukkan ke siswa bahwa klip kertas bisa menempel karena di dalam kotak ada magnet.
Pada kegiatan ini diharapkan siswa dapat lebih siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
b. Kegiatan Inti pembelajaran
1. Tahap eksplorasi
Pada tahap ini penulis memberikan pertanyaan-pertanyaan sederhana, misalnya: siapa yang pernah bermain-main dengan magnet? Apa yang kamu lakukan dengan magnet?
Sehingga diharapkan siswa memunculkan permasalahan dari konsep magnet tersebut. Adapun permasalahan yang akan dibahas pada pelajaran ini yaitu:
a) Benda-benda apa saja yang dapat ditarik oleh magnet?
b) Pada bagian mana pada magnet yang memiliki gaya kemagnetannya paling besar?
Selanjutnya siswa ditugaskan untuk menjawab permasalahan yang dimunculkan sehingga diperoleh hipotesis sederhana sebagai berikut: “Bahwa semua benda yang berbahan besi, nikel meruapan benda yang dapat ditarik magnet. Dan kekuatan magnet yang paling besar terdapat di ujung magnet”.
Pada tahap ini penulis lakukan sebagai berikut:
a) Membagikan lembar kerja siswa (LKS) serta memberikan bahan-bahan yang
akan digunakan siswa untuk melakukan percobaan. Penulis memberikan petunjuk yang sederhana agar pelaksanaan perobaan dapat berjalan lancar.
b) Siswa secara berkelompok melakukan percobaan dan menuangkan hasilnya
pada LKS yang telah disediakan.
c) Masing-masing kelompok melakukan presentasi.
d) Penulis bersama-sama siswa menyimpulkan hasil percobaan yang telah
dilakukan siswa.
e) Penulis bertanya kembali tentang permasalahan yang muncul saat pembelajaran dimulai. Apakah kesimpulan yang diperoleh bisa menjawab permasalahan yang dimunculkan. Pada tahapan ini dikenal dengan istilah pengujian hipotesis berdasarkan data yang diperoleh siswa saat melakukan percobaan.
f) Siswa memajangkan hasil percobaan di papan pajangan.
3. Tahap konfirmasi
a) Guru memberikan kesempatan yang seluas-lusanya kepada siswa untuk bertanya, menyampaikan pendapatnya atau pengalaman-pengalaman siswa selama menggunakan magnet.
b) Penulis menjelaskan bahwa semua benda yang berbahan besi, nikel dan kobal dapat ditarik magnet.
c. Kegiatan akhir
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penulis memberikan penilaian dengan alat tes berupa tes uraian singkat
2. Memberikan umpan balik dengan cara tugas sederhana
3. Ucapan terima kasih dan salam
5. Langkah-langkah Model Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2011:201) mengemukakan Secara umum bahwa proses pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan metode inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.
b. Merumuskan masalah
1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Dengan demikian, guru hendaknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.
2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung jawaban yang pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawanbannya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji melalui proses inkuiri, terlebih dahulu guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.
c. Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Dalam langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang telah diberikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memberikan hipotesis adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat mengajukan jawaban sementara. Selain itu, kemampuan berpikir yang ada pada diri siswa akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap siswa yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan data meliputi percobaan atau eksperimen. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan siswa. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
f. Merumuskan kesimpulan
Sepanjang proses ini, siswa terus mengkomunikasikan ide-ide, pendekatan, proses, data, dan hasil, termasuk kesulitan. Mereka berbagi nasib baik dalam keberhasilan dan kegagalan. Mereka berkerja sebagai anggota baik kelompok kecil dan kelompok besar seperti masyarakat sosial untuk mengembangkan, mengkonfirmasi, dan menerapkan temuan yang diperoleh pada setiap tingkat penyelidikan.
Dalam model pemebalajaran inkuiri ilmiah sistem sosialnya harus kondusif dan tepat. Sistem sosial dalam model pemebelajaran ini antara lain : 1) Iklim Kooperatif sangat dianjurkan. Siswa benar-benar dimasukkan ke dalam komunitas peneliti yang menggunakan teknik pengetahuan terbaik. Iklim tersebut mencakup tingkat keberanian tertentu sebagai bentuk kerendahhatian. 2) Siswa perlu menghipotesis secara cermat, menantang bukti, mengkritisi rancangan penelitian, dan sebagainya. 3) Siswa mengakui sifat pengetahuan secara tentatif dan selalu berkembang dengan baik sebagai disiplin. 4) Siswa tetap berpegang berpegang teguh pada pendekatan ilmiah dan mengembangkan kerendahhatian. (Duraisy, 2015).
6. Kelebihan dan Kekurangan
Menurut Reostiyah (2008), adapun keunggulan teknik inquiry adalah sebagai berikut :
1. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.
4. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik. 6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu 8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
Menurut Duraisy (2015), kegiatan pembelajaran melalui model inkuiri ilmiah memiliki dampak positif bahwa pencarian (inquiri) mengandung makna sebagai berikut:
1. Dapat membangkitkan potensi intelektual peserta didik.
2. Peserta didik yang semula memperoleh extrinsicreward dalam keberhasilan belajar, dalam pendekatan inkuiri ini dapat memperoleh intinsicreward.
3. Peserta didik dapat mempelajari heuristik (mengolah pesan atau informasi) dari penemuan.
4. Dapat menyebabkan ingatan bertahan lama sampai terinternalisasi pada diri peserta didik.
dalam belajar. 3) Kadang-kadang dalam implementasinya memerlukan waktu yang panjang. 4) Ketentuan keberhasilan proses belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran, maka dari itulah model pembelajaran ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Selain itu, dalam menerapkan model ini juga akan ditemukan hambatan berupa tidak semua materi dapat diterapkan model ini melainkan materi yang berorientasi pada penelitian dan dilapangan nyatanya kemampuan siswa tidak merata sehingga guru harus mampu membagi kelompok dengan rata dan membimbing secara maksimal.
C. Penutup
Model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan percobaan atau eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipermasalahkan. Tujuan utama kegiatan pembelajaran inquiry adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, terarahnya kegiatan pembelajaran secara maksimal, mengembangkan rasa percaya diri siswa tentang apa yang di temukannya. Namun dalam pelaksanaanya, pembelajaran inquiry memiliki kelemanan seperti kesulitan mengontrol siswa, ketidaksesuaian kebiasaan siswa dalam belajar, memerlukan waktu yang panjang dalam penerapannya, dan sulitnya dalam implementasi yang dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung pada siswa.
Daftar Pustaka
Duraisy, B. R. (2015). Model Pembelajaran Scientific Inquiry (Penemuan Ilmiah).
[Online]. Diakses dari
https://www.academia.edu/13181723/MODEL_PEMBELAJARAN_SCIENTIFI C_INQUIRY_PENEMUAN_ILMIAH_
Roestiyah, K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Rusman. (2011). Pendekatan dan Model Pembelajaran. [Online]. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19620906198601 1-AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Model_Pengembangan_Pembelajaran.pdf
Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Siddiqui, M. H. (2013). Biological Science Inquiry Model: A Process of Study. PARIPEX - Indian Journal Of Research 2 (4), hlm. 75-77.