• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PELAKSANAAN PT. PANCONA KATARA BU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METODE PELAKSANAAN PT. PANCONA KATARA BU"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PELAKSANAAN

PT. PANCONA KATARA BUMI

Paket Pekerjaan

: PENGGANTIAN JEMBATAN AKE WAIRORO,

AKESP.3, AKE TABA II, AKE TABA VI, DAN

WAYA BOLI

Sumber Dana

: A P B N

Tahun Anggaran

: 2017

Propinsi

: Maluku Utara

PERHITUNGAN TARGET WAKTU & WAKTU PELAKSANAAN

Asumsi :

- Waktu pelaksanaan :7 (tujuh) bulan

- Volume pekerjaan : m2/m3/kg

Perhitungan hari kerja efektif :

Jumlah hari tidak kerja

(2)

- Hari libur/idle alat : 2 hari

- Hari hujan/Musim hujan : 7 hari

- Hari hujan/Musim kemarau : 1 hari

Jumlah hari efektif perbulan :

- Musim kemarau : 30 hari – 1 hari =29 hari

- Musim hujan : 30 hari – 7 hari =23 hari

- Rata – rata hari kerja efektif : 20 hari

TARGET VOLUME :

- Per hari : Musim kemarau = B/A x29 hari = C

Musim hujan = B/A x 23hari = D

- Per jam : Musim Kemarau = C/7 jam= E

Musim hujan = D/7 jam =F

(3)

WAKTU PELAKSANAAN

(4)

DIVISI I.

UMUM

1.2 Mobilisasi

Sebelum pekerjaan konstruksi dimulai, pada tahap awalpelaksanaan adalah memobilisasi tenaga kerja, bahan danperalatan yang disesuaikan dengan Kontrak Kerja atau Dokumen Penawaran.Tahapan yang akan dilaksanakan dalam periode mobilisasi iniadalah :

 Mobilisasi personil lapangan yang memenuhijaminan kualifikasi/kwantitas

(sertifikasi)menurut cakupanpekerjaannya dan keahlian setiap tenaga.

 Mobilisasi/pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang

tercantum dalam penawaran.

 Penyediaan dan pemeliharaan base camp kontraktor,jika perlu termasuk kantor

lapangan, tempat tinggal,

 Pembuatan Jalan dan Jembatan sementara.

 Menyediakan kantor lapangan dan tempat tinggalpekerja yang memenuhi

syarat,

 Menyediakan lahan, gudang dan bengkel yangmemenuhi syarat,-syarat

Pelaksanaan pembongkaran bangunan, instalasi serta pembersihan tempat kerja

 Dan pengembalian kondisi harus memenuhi syarat.

 Bangunan untuk kantor dan fasilitasnya harusditempatkan sedemikian rupa sehingga terbebas daripolusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan,

 Bangunan kantor dan fasilitas lainnya harusdibuat dengan kekuatan

(5)

daerah sekitarnya, diberipagar keliling dan penjagaan, dilengkapi dengan jalan masuk serta tempat parkir,

 Jembatan sementara harus dibuat dengan strukturdan kekuatan memenuhi syarat dan persetujuan direksi lapangan,

 Pengaturan lalu lintas sementara dengan rambu-rambu yang memenuhi syarat.

1.21 Manajemen Mutu

Manajemen mutu dimaksud yaitu sebagai tempat untukpemantauan kualitas/mutu pekerjaan, pengontrol produkpekerjaan, dan analisa bahan, agar nantinya didapatkanhasil yang sesuai Spesifikasi Pekerjaan yang disyaratkan.Laboratorium harus tersedia alat laboratoriumnya untukmelakukan antara lain; extraksi, sand core, slum test,analisa saringan, hammer test dan lain-lain.

Alat bukti bahwa pekerjaan telah dilaksanakan, berupainformasi mencakup foto 0%, 50%, dan 100%, serta laporan-laporan yang meliputi DMF, JMF, Laporan Back Up, LaporanHarian, Laporan Mingguan, Laporan Bulanan, Request Sheet,dan lain-lain.

DIVISI II.

DRAINASE

DRAINASE

(6)

menggunakan titik ikat yang disetujui dan diikuti dengan pemasangan patok serta profil kemiringa galian.

 Saluran drainase yang ada, untuk sementara direlokasi agar tetap berfungsi sebelum pekerjaan drainaseyang permanen selesai dilaksakan, kondisi ini dimaksudkan untuk menjaga aliran air disekitar lokasiproyek dalam mengantisipasi musim hujan.

Dewatering kemudian akan dilakukan terhadap salurandrainase lama yang dipindahkan, sebelum pekerjaan pelebaran jalan dilokasi bekas saluran drainase tersebutdilaksanakan.

 Untuk menjaga kestabilan pekerjaan pelebaran jalan, maka pekerjaan penggalian dan penimbunan untuk membentuk saluran drainase akan dilaksanakan secara bertahap dan disesuaikan dengan progress pekerjaan tersebut diatas.

 Pada daerah drainase yang telah tergali dan tebentuk serta elevasi dasar saluran telah sesuai dengan dimensi gambar kerja yang disetujui dan juga telah dipadatkan, maka sesuai lokasi yang direncanakanakan dilanjutkan dengan pekerjaan pemasangan batu dengan mortar.

 Untuk daerah saluran yang terbentuk dengan penimbunan, maka pekerjaan pemasangan batu kali akan dikerjakan apabila pekerjaan penimbunan tersebut telah memperhatikan kesetabilan.

Rehabilitasi Drainase Tepi Jalan :

(7)

 Pelaksanaan Pekerjaan

1. Semua sampah, tumbuh-tumbuhan, endapan dan bahan -bahan yang harus disingkirkan, harus dibuang dari saluran tanah, termasuk dari Saluran yang memotong bahu jalan dan menyambung kepada lubang tangkapan atau gorong –gorong.

2. Saluran-saluran dilapisi yang dalam kondisi jelek atau rusak harus diperbaiki. Pasangan batu atau beton yang pecah-pecah, rusak atau lepas harus dipotong dan diganti dengan pasangan batu atau beton yang baru yang dilaksanakan sesuai dengan Gambar Rencana dan RKS.

3. Cara Pengukuran Pekerjaan :Semua pengukuran harus dilakukan di sepanjang sumbu saluran dan harus disediakan untuk seluruh pekerjaan yang dialakukan bagi rehabilitasi kedua sisi saluran.

Pasangan Batu dengan Mortar

 Pekerjaan ini dilakukan secara mekanik

 Semen, pasir dan air dicampur dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan

Concrete Mixer

 Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya sebelum dipasang

(8)

DIVISI III.

PEKERJAAN TANAH

Pekerjaan tanah pada pekerjaan ini dikosentrasikan padapekerjaan galian biasa,galian struktur dengan kedalaman 2 – 4meter, dan Timbunan biasa dari sumber galian. Adapun uraianpekerjaan dimaksud adalah sebagai berikut;

3.1.(1a) Galian biasa

Pekerjaan galian biasa mencakup pekerjaan penimbunankembali dengan bahan yang disetujui oleh Direksi lapangan; pembuangan bahan galian yang tidak terpakai, semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan,penurapan, penyokong; pembuatan tempat kerja ataucofferdam beserta pembongkarannya.

Alat yang digunakan pada pekerjaan galian biasa sangatditentukan oleh kondisi lahan dilapangan. Alat yangdigunakan adalah Excavator untuk mengerjakan galian padapada daerah yang telah ditetapkan. Namun pada pekerjaangalian tertentu yang tidak bisa menggunakan alat bantuberupa Excavator atau alat bantu lain, maka akandikerjakan dengan menggunakan tenaga manusia.

Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatandan penghalang (barikade) yang cukup untuk mencegahpekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiapgalian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupunlokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malamhari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis).

(9)

3.1.(4) Galian Struktur dengan Kedalaman 2 – 4 meter

Galian struktur dengan kedalaman 2-4 meter bukantermasuk galian batu, galian struktur, galian sumberbahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal.Dapat dilakukan dengan penggaruk tunggal yang ditarikoleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan 80 tenaga kudanetto maksimum sebesar 180 PK.

Galian ini untuk perletakan pondasi sumuran atauuntuk pondasi abutmen dengan kedalaman maksimum 2-4meter. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian,penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batuatau bahan lain dari jalan.

Galian Struktur mencakup galian pada segala jenistanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkandalam Gambar untuk Struktur. Setiap galian yangdidefinisikan sebagai Galian Biasa atau GalianBatu tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.Excavator 80-140 Hp atau dengan Doozer sebagai AlatPenggali dan Dump Truck 3-4 M3, sebagai pengangkutpemindahan tanah.

3.2.(1a) Timbunan Biasa dari Sumber Galian

Timbunan biasa dari sumber galian yang dimaksudterdiri dari bahan galian tanah atau batu yang memenuhipersyaratan bahan:

 Tidak termasuk tanah ekspansif dengan nilai aktif>1.25

 Tidak termasuk tanah A-7-6 (tanah kelempunganberplastisitas tingi, tingkatan umum “sedang –jelek”),kecuali:

(10)

ke dump truck yang mengangkut material kelokasikerja, material ditumpuk kearah memanjang jalan dan motorgrader digunakan untuk menghampar/meratakan material yangsudah ditumpuk sesuai elevasi dan gambar rencana, diikutipemadatan dengan vibrator roller. Memiliki CBR 6 %setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100% MDDsesuai SNI 03-1742-1989.

(11)

DIVISI IV.

PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN

Lapis Pondasi Agregat Kelas B Bahu

JalanPekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B pada Bahu Jalan dikerjakan setelahselesai pekerjaan lapis pondasi.

Pondasi agregat Kelas B pada bahu jalan dapatdikerjakan bersamaan dengan pekerjaan lapis pondasi agregat kelas B pada jalan.Peralatan yang digunakan adalah wheel loader, dump truk, motor grader, tandemroller, water tank truck dan peralatan bantu lainnya. Setelah dilakukan penghamparanmaterial dengan menggunakan motor grader dan tandem roller, maka selama masapemadatan sekelompok pekerja melakukan perapihan tepi hamparan dan levelpermukaam perkerasan dengan alat bantu.

Lapis Pondasi Agregat Kelas B

(12)

DEVISI V.

PERKERASAN BERBUTIR

Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pengangkuatn, Penghamparan dan pemadatan bahan untuk pelaksanaan lapis pondasi jalan Tanpa penutup aspal dan suatu lapis permukaan sementara pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang telah disiapkan.Pemasokan bahan akan mencakup , jika perlu, pemecahan, pengayakan, pencampuran dan operasi- operasi lainnya yang diperlukan, untuk memperoleh bahan yang memenuhi ketentuan dari spesifikasi ini.

5.2(1) Lapis Permukaan Agregate tanpa penutup aspal

Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan bahan untuk pelaksanaan Perkerasan BerbutirTanpa Penutup Aspal (Lapis Permukaan Agregat dan Lapis Pondasi Agregat) diatas permukan yang telah disiapkan dan diterima sesuai dengan ketentuan dan detail yang ditunjukkan dalam Gambar atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan. Pemasokan bahan akan mencakup, jika perlu, pemecahan, pengayakan, pencampuran dan operasi-operasi lainnya yang diperiukan, untuk memperoleh bahan yang memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.

Pekerjaan Lapis Permukaan tanap penutup aspal dengan prosedur sebagai berikut

a. Pengangkutan Material

(13)

b. Penghampara Material

Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan Motor Grader dalam tahap penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Kondisi cuaca yang memungkinkan

b. Panjang hamparan pada saat setiap section yang dipadatkan sesuai

dengan kondisi lapangan. Lebar penghamparan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan tebal penghamparan sesuai dengan spesifikasi (15 cm padat).

c. Material yang tidak dipakai dipisahkan dan ditempatkan pada lokasi yang

telah ditetapkan

c. Pemadatan Material

Pemadatan dilakukan dengan menggunakan Vibro Roller dan Tandem Roller, Dimulai dari bagian tepi ke bagian tengah. Setelah pemadatan selesai alat pemadatan dipindahkan kejalur sebelahnya dengan over leving 1/8 panjang drum dan seterusnya hingga mencapai areal pemadatan. Pemadatan dilakukan dengan jumlah passing sesuai dengan hasil trial compaction.

Dasar Perhitungan Untuk Analisa harga satuan

 Asumsi :

 pelaksanaan ini menggunakan alat berat (secara mekanik)

 lokasi pekerjaan sepanjang jalan

 Material agregat dicampur di Base Camp kontraktor atau pada lokasi quary

Prosedur pelaksanan :

 Pencampuran agregat dicampurkan di base Camp atau quary

denganmenggunakan alat Wheel loader

 Pengangkutan material agregat dengan menggunakan alat Dump

Truck

(14)

 Hamparan agregat dibasahi dengan Water Tank Truck sebelum

dipadatkan dengan Tandem Roller

 Selama pemadatan, sekelompok pekerjaan akan merapikan tepi

(15)

DEVISI VI.

PERKERASAN ASPAL

Lapis Resap Pengikat & Aspal minyak

Pekerjaan ini meliputi pencampuran aspal dan minyak kerosene di Ketel AMP dandipanaskan sehingga menjadi aspal cair, dengan komposisi sesuai petunjuk Direksi,Mengangkut Campuran Aspal dan kerosene tersebut kelapangan, pembersihan daridebu dll areal yang akan dihampar, lalu dilaksanakan penghamparan lapis resappengikat / lapis Perekat, alat alat yang akan digunakan

 Asphalt Sprayer untuk menyemprotkan campuran aspal cair ke areal yang di

Lapis

 Air Compressor untuk membersihkan areal yang akan di hampar Lapis

Resap Pengikat

 Dump untuk mengangkut keduanya (Asphalt Sprayer + Compressor) ke

lokasiyang akan Dilapis

 .Keseluruhan tahap pelaksanaan sesuai petunjuk direksi dan spesifikasi teknik.

Lapis Pengikat Aspal Beton (AC – BC) t = 5 cm

(16)

Setelah Lapis Pondasi Agregat Kelas B selesai dan hasil test kepadatan danpemeriksaan dimensi dan elevasi sesuai rencana, maka dilaksanakan pekerjaanpenghamparan Lapis Resap Pengikat, setelah sebelumnya dilakukan pembersihanareal menggunakan Air Compressor.Lahan yang telah dihampar Lapis ResapPengikat setelah dibiarkan selama 24 Jam, lahan tersebut siap di Aspal.Pencampuran material AC – BC dilakukan secara mekanis menggunakan AsphaltMixing Plant.

Hasil pencampuran langsung ditampung ke dalam Dump Truck dandibawa ke lokasi pekerjaan.Sebelum Campuran AC-BC tiba dilokasi pekerjaan, maka flet peralatanpenghamparan Aspal dan pemadatan telah disiapkan.Setelah campuran tiba dilokasi penghamparan, langsung dituang dalam bucketAsphalt Finisher dan dihampar sesuai dengan ketebalan gembur yang disetujui direksipekerjaan, lalu dicek suhu hamparan setelah tercapai suhu sesuai spesifikasi,langsung dilakukan pemadatan menggunakan Tandem Roller lalu dilanjutkan denganTyre Roller, sampai dicapai kepadatan dan ketebalan sesuai rencana.

(17)

DEVISI VII.

STRUKTUR

Perencanaan urutan pengecoran harus mempertimbangkanhal – hal sebagai berikut:

1. Melintang – dimulai pengecoran beton di tengah,bergerak keluar secara seimbang / teratur.

2. Memanjang – pengecoran beton sedemikian sehingga lendutan maksimum terjadi pada awal, sehingga bila pengerasan awal terjadi beton tidak akan terpengaruh oleh lendutan yang disebabkan pengecoran beton kemudian.

3. Bila pelat yang sedang dicor tidak lurus, biasanya dalam praktek dikerjakan dari titik terendah menuju titik tertinggi.

Disamping itu, sebelum pengecoran perlu adanya pemeriksaan lain. pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum mengecor pelat lantai adalah sebagai berikut:

1. Periksa bahwa semua kotoran debu, beton lama, potongan kawat pengikat dan sebagainya dibersihkan dari acuan.

2. Menegaskan bahwa jembatan kerja (runway) ditopang bebas dari penulangan. 3. Jika keadaan cuaca kurang baik, terutama cuaca panas,periksa agar

pekerjaan dapat berlangsung tanpamelanggar Syarat – syarat Teknik.

4. Memastikan adanya pengaturan untuk cahaya buatan(penerangan) bila pengecoran tidak dapat diselesaikan sebelum gelap.

5. Memastikan terdapat cukup kayu untuk membuat stop – endbila persediaan beton terganggu/terlambat.

(18)

7. Menegaskan bahwa talang (chutes) terbuat dari logam atau dilapisi logam sehingga beton tidak akan terpisah dalam talang atau diperbolehkan jatuh lebih dari 1,5 m.

8. Memeriksa tersedianya alat cadangan (standby) yangcukup, termasuk pengetar (concrete vibrator), dalam kondisi siap pakai. Beton dapat dicampur di lokasi atau di tempat lain,dan dapat dicor dengan menggunakan kereta dorong padajembatan kerja dengan talang, monorail conveyor dari ember yang diangkat oleh keran atau katrol (hoist), atau dipompa.

Beton harus dicor dengan kedalaman penuh dalamacuan sedekat mungkin dengan posisi akhir, sehingga tidakperlu dipindah – pindahkan dengan screed atau penggetar.

Operator berpengalaman dan pengawasan ketat diperlukandalam penggetaran untuk menjamin bahwa beton dipadatkansegera setelah dicor. Melalui penggetar dalam (internal)dapat dihasilkan lantai yang padat dan beton yang tahanserta padat disamping dengan menggunakan screed penggetardan penghalus tangan (hand floating) atau screed tangandan penghalus mesin (power float).

7.1 (8) Beton mutu renda fc’=15 MPa (K-175)

Pada item pekerjaan beton mutuh rendah yang perludiperhatikan adalah hal-hal sebagai berikut;

1. Penyiapan tempat kerja

2. Apabila ada beton lama, maka harus dibongkar dulu

(19)

5. Sebelum pengecoran, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus berada di dalam beton harus sudah terpasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran

6. Galian harus diperiksa dan disetujui olehDireksi lapangan sebelum pekerjaan beton dimulai

7. Pada waktu pengecoran, beton tidak boleh terkena air hujan, atau panas matahari secara langsung, jadi harus pasang tenda atau pelindung terhadap beton cor

8. Alat untuk pekerjaan Takaran (timbangan utk fc’>20MPa), Mixer (manual, ready mix), gerobak, pompa, alatpemadat, finishin.

9. Untuk beton dengan kuat tekan > fc’ 20 MPa, penakaran dilaksanakan berdasarkan berat

10.Sehingga diperlukan masing-masing berat volumeagregat kasar maupun Halus yang akan digunakan sesuai dengan Spek.

7.1 (9) Beton Siklop fc’=15 MPa (K-175)

Semen, pasir, batu kerikil dan air dicampur dan diadukmenjadi beton dengan menggunakan Concrete Mixer.Beton di-cor ke dalam perancah yang telah disiapkan.Penyelesaiandan perapihan setelah pemasangan.

Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkanakibat Pekerjaan Beton yaitu :

1. Pelaksanaan pengukuran dan pematokan harus dilakukan oleh pekerja yang terampil serta berpengalaman dibidangnya,

2. Pekerja harus memakai pakaian dan perlengkapan kerja yang sesuai (sarung tangan, sepatu boot dan helm) serta memenuhi syarat,

3. Menutup material dengan plastik sehingga debu tidak beterbangan,

(20)

5. Mengecek alat pan mixer sebelum digunakan termasuk penguat-penguatnya, dijalankan oleh orang yang ahli dibidangnya,

6. Dinding galian harus diberi penahan dinding secukupnya,

7. Pada daerah pemasangan bekisting harus diberi penerangan secukupnya, 8. Dilarang menyimpan/menempatkan tanah galian dipinggir pembuatan

bekisting, tanah galian harus dibuang pada tempat yang aman yang telah ditentukan,

9. Disediakan jalan keluar untuk menyelamatkan diribila terjadi bahaya,

10.Dipasang tangga yang sesuai dan memenuhi syaratdari segi kekuatanya 11.Dilarang menempatkan atau menggerakkan bebanmesin atau peralatan

lainnya dekat pemasangan bekisting/disisi galian yang dapat menyebabkan runtuhnya sisi galian dan membahayakan setiap orang atau pekerja yang berada didalamnya,

12.Paku-paku yang menonjol keluar perlu dibenamkanatau dibengkokan 13.Memasang rambu-rambu pada lokasi pekerjaan untuk melindungi personel

yang bekerja dari kendaraan yang melintasi proyek dan menempatkan petugas bendera disemua tempat kegiatan pelaksanaan

7.3 (1) Baja Tulangan U 24 Polos

(21)

Penutup (selimut) sangat penting terutama pada pelat lantai yang relative tipis, kurangnya selimut dapat mengakibatkan berkaratnya batang dan terkikisnya beton, sedangkan terlalu banyak selimut dapat mengakibatkan kekuatan rencana diperkirakan dari pelat tidak tercapai. Pengikatkawat sama cepat berkarat seperti batang biasa, dan ujung pengikat harus dijauhkan dari permukaan beton.

Blok adukan dan dudukan (chair) plastik dipakai untuk memelihara selimut lebih disukai dari pada dudukan baja dengan pinggiran plastik. Beberapa dudukan plastik mempunyai luas dasar yang kurang, dan dapat hancur bila dibebani, apalagi dalam cuaca panas.

Bila dudukan dipakai pada posisi horizontal untuk memegang penulangan vertikal kadang –kadang berputar kecuali jika dipasang dengan baik. Penulangan harus ditopang sedemikian rupa sehingga tidak berpindah, distorsi, atau rusak dengan cara apapun pada waktu pengecoran pelat lantai.

Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan Penulangan pada Pekerjaan Beton yaitu :

1. Pelaksanaan penulangan harus dilakukan oleh pekerja yang terampil dan berpengalaman dibidangnya, dilengkapi dengan helm, sarung tangan, sepatu boot yang sesuai dan memenuhi syarat serta memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut :

 Sisa-sisa besi/kawat baja ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya,

 Besi tulangan yang menjorok ke luar dari lantaiatau dinding harus diberipelindung,

 Bila melakukan penyambungan besi tulangan maka ujungnya menjorok ke luar tidak boleh menimbulkan bahaya,

(22)

Tulangan ini merupakan Polos dan banyak dipakai sebagai tulangan utama.

 Penyimpanan dan penanganan

 Tulangan diberi label untuk identifikasi yang menunjukkan ukuran batang, panjang dan informasi lainnya

 Ditangani dan disimpan untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi atau kerusakan

 Dibengkokkan dengan cara dingin sesuai ACI 315

 Diemeter > 20 mm dibengkokkan dengan mesin pembengkok  Penempatan dan pengikatan

 Baja tulangan harus bersih, ditempatkan dengan selimut beton sesuai ketentuan  Diikat kuat pada posisinya, panjang penyaluiran 40 diameter

 Tidak boleh dilas kecuali atas persetujuan Direksi pekerjaan  Simpul kawat membelakangi permukaan beton

 Baja tulangan yang terekspos cukup lama harus dilindungi

7.3 (3) Baja Tulangan U 32 Ulir

Setelah acuan selesai dan diperiksa kekuatannya, pengerjaannya, kerapatan adukan, ketinggian dan kebersihan, penulangan dapat dipasang. Perlu untuk sering memeriksa ukuran pada waktu pembengkokan di lokasi, atau tepat sesudah pengiriman ke lokasi jika tulangan dibengkokan di luar lokasi.

Penggunaan kayu, rak baja atau penyangga lain adalah supaya penulangan tidak mengenai tanah atau lumpur sampai siap dipakai. Cat, minyak, lemak,Lumpur, mill scale lepas atau karat lepas akan mengurangi sifat pelekatan dari batang sederhana khususnya dan harus di lepas.

(23)

beton,sedangkan terlalu banyak selimut dapat mengakibatkan kekuatan rencana diperkirakan dari pelat tidak tercapai.

Pengikat kawat sama cepat berkarat seperti batang biasa,dan ujung pengikat harus dijauhkan dari permukaan beton. Blok adukan dan dudukan (chair) plastik dipakai untu kmemelihara selimut lebih disukai dari pada dudukan baja dengan pinggiran plastik. Beberapa dudukan plastic mempunyai luas dasar yang kurang, dan dapat hancur bila dibebani, apalagi dalam cuaca panas. Bila dudukan dipakai pada posisi horizontal untuk memegang penulangan vertical kadang – kadang berputar kecuali jika dipasang dengan baik.

Penulangan harus ditopang sedemikian rupa sehingga tidak berpindah, distorsi, atau rusak dengan cara apapun pada waktu pengecoran pelat lantai.

7.6 (1) Pondasi Cerucuk Penyediaan Dan Pemancangan

a. Melakukan pekerjaan persiapan dengan mengecek lokasi bebas dari gangguan saat proses pekerjaan.

b. Mempersiapkan peralatan kerja.

c. Ujung tiang kayu dipangkas berbentuk kerucut sedangkan bagian kepala tiang dipotong sesuai dengan garis as pancang.

d. Pekerjaan dimulai dengan melakukan pengukuran untuk menentukan titik titik pemancanngan.

e. Hasil pengukuran dituangkan dalam dan diajukan kepada direksi/konsultan supervise untuk mendapatkan persetujuan.

f. Setelah mendapatkan persetujuan, pelaksanaan pemancangan dilakukan sesuai dengan gambar konsultan yang disetujui konsultan supervisi.

g. Kayu yang sudah disiapkan, diangkat dan dipancang pada titik-titik pemancangan yang telah ditentukan.

(24)

i. Selesai pemancangan, dilakukan pengukuran untuk menentukan elevasi puncak tiang pancang.

j. Tiang pancang ditandai dan dipotong/digergaji sesuai elevasi yang sudah ditentukan.

k. Pastikan mengambil gambar dokumentasi pada saat proses pekerjaan.

7.6 (12) Penyediaan Tiang Pancang

Berikut ini akan dijelaskan mengenai Metode Pemancangan Beton Tiang pancang menggunakan alat pancang hidrolik hammer, yaitu sebagai berikut :

1. Penyiapan lahan area kerja yang cukup guna penampatan alat berat juga area manuver alat.

2. Penyiapan lahan untuk penempatan material (tiang pancang) pada posisi yang strategis guna memudahkan dalam pengerjaannya.

3. Pada masing masing tiang pancang diberi identitas dan diberi meteran per satu meter.

4. Penyiapan alat-alat kerja pendukung lainnya. 5. Melakukan pengukuran :

 Pengukuran dilakukan oleh Pemborong dengan disaksikan dan disahkan oleh Direksi/MK.

 Kedudukan/posisi dari masing-masing tiang pancang harus ditandai dengan patok bergaris tengah 80 mm dengan panjang 300 mm yang ditancapkan didalam tanah.

 Bagian atas patok sepanjang 150 mm harus dicat dengan warna yang menyolok.

(25)

 Penyambungan tiap bagian tiang dengan las harus dilakukan secermat mungkin dan benar, sehingga tidak ada celah/lubang pada sambungan las tersebut.

 Semua tiang pancang harus mempunyai nomor referensi, tanggal cor, panjang dan lain lainnya dengan aturan sebagai bcrikut :

o Setiap tiang pancang bagian I diberi tanda pada interval 50 Cm.

o Setiap tiang pancang bagian II diberi tanda pada interval 25 Cm.

o Setiap tiang pancang bagian III diberi tanda pada interval 10 Cm.

6. Pengujian Tiang pancang :

a. Pengujian dilakukan terhadap suatu Tiang pancang percobaan yang tidak dipakai (unused pile) sebelum dilakukan pemancangan sebenarnya (used pile).

b. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk membuktikan kebenaran asumsi yang dipergunakan dalam penurunan dan perhitungan design load dari tiang pancang.

7. Penyipapan informasi data teknis : Panjang tiang Pancang, Energi Hammer, Literatur dan Referensi teknis lengkap tentang alat pemukul yang dipakai.

8. Tahap-tahap pelaksanaan pemancangan :

a. Sebelum dilakukan pemancangan, semua tiang pancang pra-cetak harus diberikan perincian dan data secara jelas pada sisi puncak tiangnya meliputi :  Nomorreferensi, Panjang tiang, Tanggal pengecoran, beban Kerja.

b. Sebelum dilakukan pemancangan harus diteliti terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :

(26)

diperhitungkan kemungkinan adanya kehilangan energi pada sambungan.

 Bila tiang pancang segmental menemui tanah yang lembek sekali, batuan keras atau lapisan-lapisan batuan maka ketinggian pemukulannya harus dikurangi.

 Pemborong harus memberikan perincian tentang urutan pemancangan yang harusdisusun sedemikian rupa untuk menghindari terangkatnya kembali (up lifting) tian pancang.

 Bila tiang yang dipancangkan pada tanah lunak sampai kelapisan keras pendukung untuk memperoleh penumpuan ujung yang kuat (high end bearing) maka ketinggian dari semua tiang pancang yang berdekatan harus diperiksa apakah terjadi pengangkatan, bila mengalami hal tersebut.

 Pemborong harus bertanggung jawab untuk melaksanakan semua usaha untuk memancang kembali tiang pancang yang terangkat tersebut.

 Semua pemancangan harus dilakukan sampai mencapai kedalaman yang direncanakan dan disyaratkan, dalam pemancangan setiap titik pancang harus secara terus menerus tanpa terputus kecuali terdapat penyambungan bagian tiang pancang.

 Dalam pemancangan perlu diperhatikan bahwa jumlah pukulan pada masing-masing tiang pancang diusahakan agar dibatasi sampai lebih kurang 2000 pukulan, apabila dalam harus dilakukan test integritas tiang (Pile Integrity test/PIT) yang bertujuan untuk mengetahui kualitas tiang pancang terpasang.

 Mengecek kelurusan / kemiringan sudut tiang pancang dengan menggunakan theodolit min. 2 sudut yang berbeda.

(27)

11.Bila tiang pancang perlu mendapat sambungan karena kedalaman pemancangan masih belum terlampaui, maka hentukan pemancangan tiang pancang hingga +/- 1 meter dari muka tanah terhadap kepala tiang pancang.

12.Melakukan sambungan dengan tiang pancang berikutnya yang mana sambungan tersebut dilas pada ujung tiang pancang dengan menggunakan mesin las yang kemudian hasil las diberi bahan anti karat maka konsultasikan dengan Konsultan Perencana untuk langkah berikutnya.

13.Axial Loading Test :

a. Axial loading test dilakukan pada setiap tiang pancang dimaksudkan untuk menentukan respon tiang pancang terhadap suatu pembebanan tekan statis. Beban tersebut bekerja secara aksial pada tiang pancang yang bersangkutan.

b. Untuk axial loading test ini kami menggunakan sistem Non Destructive Test yaitu Pile Driving Analysis (PDA) atau Shock Test dengan tujuan untuk mempersingkat waktu pengetesan, dengan ketentuan beban loading test 200 % dari Design Load.

c. Beban percobaan pada pengujian ini harus sebesar 200 % dari design load untuk suatu Proving Test, pembebanan dilakukan mengikuti prosedur “Slow maintaned Load test” dengan cyclic loading berdasar ASTM D 1143-8, sedangkan pada Preleminary Loading test pembebanan minimal sebesar 300 % design load.

d. Jumlah preleminary loading test ditetapkan 2 (dua) titik tiang percobaan, sedapat mungkin pelaksanaan pemancangan tiang uji dilakukan disebelah lobang pemboran Penyelidikan Tanah.

e. Beban maksimum yang ditumpukan pada pengujian pendahuluan ini harus 3 (tiga) kali besar Design Load, setelah itu penambahan beban dilanjutkan sampai kelongsoran (failure) teljadi.

(28)

tanah kembali kepada kondisi semula. Pemancangan/Pemukulan tiang pancang dapat dilanjutkan kembali setelah selang waktu yang cukup untuk menentukan apakah telah terjadi perubahan dari keadaan semula.

14 Lateral Loading Test :

a. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan respon tiang terhadap pembebanan lateral.

b. Jumlah lateral loading test adalah 1 (satu) buah, sebagai percobaan digunakan used pile.

c. Untuk setiap tiang pancang yang dilakukan pengujian ini tidak boleh mengalami kegagalan struktural, untuk mengatasi kegagalan Pemborong harus memantau secara langsung hubungan antara beban dan defleksi lateral.

d. Persyaratan pelaksanaan Lateral Loading test mencakup hal-hal berikut :  Prosedur Pembebanan

 Peralatan pengadaan beban

 Prosedur dan peralatan untuk pengukuran lateral displacement  Laporan hasil pengujian

e. Pembebanan dilaksanakan dengan cyclic loading scsuai dengan persyaratan ASTM D 3966-81, beban percobaan ditetapkan sebesar maksimum 200 % x 5 % dari daya dukung izin vertikal tiang bor, kecuali ditentukan lain.

f. Pada bagian atas dari tiang pancang Pada tanah yang bcrada disekitar kepala tiang yang akan diuji, harus dipadatkan sampai pada “cut off level” dengan nilai CBR minimal 5 %.

g. Lateral Displacement yang diijinkan untuk pengujian ini adalah sebesar 12 mm pada beban percobaan lateral maksimum.

(29)

i. Evaluasi akan dilakukan untuk menentukan daya dukung akhir tiang pancang tersebut. Kegagalan memenuhi daya dukung tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.

15.Catatan dan laporan instalasi tiang pancang mencakup :

a. Nama Proyek b. Lokasi Tiang c. Ukuran Tiang d. Mutu Beton

e. Tanggal Cor Tiang f. Beban Rencana Tiang g. Maximum beban Jacking h. Total panjang Tiang i. Total Penetrasi Tiang

j. Tekanan Hidrolis pada setiap interval 1.00 m k. Level muka tanah

l. Kedalaman penetrasi m. Level ujung tiang n. Cut-off level

o. Panjang effective tiang p. Kondisi cuaca

q. Ganggunan yang timbul

r. Penyimpangan-penyimpangan sewaktu instalasi.

7.6 (18) Pemancangan Tiang Pancang

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pemancangan tiang adalah sebagai berikut :

(30)

Pengangkatan dan penyusunan tiang pancang yang disimpan di lapangan harus memperhatikan titik angkat dan titik tumpu untuk penyimpanan material, sesuai dengan petunjuk teknis dari produsen tiang pancang.

2. Pemeriksaan material tiang pancang

Pada waktu kedatangan material, harus dipastikan dilampiri mill sheet untuk pemantauan kesesuaian material yang diterima dengan spesifikasi teknis pekerjaan harus dipastikan kode dan tanggal produksi sesuai dengan mill sheet yang dilampirkan pada surat pengiriman barang. Sebelum digunakan, material tiang pancang harus diperiksa kembali :

 Tidak ada yang retak, cacat dan pecah – jika ada yang retak, cacat atau pecah maka harus dipisahkan untuk direpair oleh produsen tiang pancang sebelum digunakan

 Ukuran penampang dan panjang harus sesuai dengan spesifikasi dan penempatannya pada gambar konstruksi

 Umur beton harus sudah memadai untuk dipancang – jika masih belum cukup

umur maka dipisahkan dulu dan ditunggu sebelum dipakai

3. Persiapan tiang untuk pemancangan.

Tiang pancang harus diberi marking atau tanda dengan cat merah, untuk keperluan pemantauan pada saat pemancangan dilakukan :

 Tiap jarak 0,5 m’ dari ujung tiang pancang sampai ke pangkalnya.

 Diberi angka pada tiap meternya dari ujung bawah ke pangkal tiang.

 Untuk tiang sambungan, angka harus melanjutkan angka dari tiang yang disambung.

(31)

4. Pemantauan pelaksanaan pemancangan

Pada saat pekerjaan pemancangan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Tiang pancang telah ditempatkan pada titik rencana dan diperiksa vertikalitasnya dari 2 arah (X-Y penampang tiang pancang), toleransi kemiringan mengikuti ketentuan spesifikasi alat dan spesifikasi teknis – pemeriksaan boleh dilakukan dengan pendulum/bandul, selama kondisi angin tidak terlalu besar dan tidak mengganggu posisi bandul (harus bisa diam/stabil).

b. Tiang pancang harus sejajar dengan sumbu hammer dan ladder alat pancang jika tidak sejajar, berpotensi tiang akan pecah atau patah dan dipantau berkala oleh operator alat pancang dan helper counter harus mencatat jumlah pukulan per 0,5 m’ atau per 1 m’

c. Kelurusan/vertikalitas tiang pancang selama pemancangan harus selalu dipantau oleh helper operator dan jika terjadi pergeseran vertikalitas atau tiang menjadi miring, maka harus dihentikan dulu pemancangannya :

- Jika masih memungkinkan, tiang pancang diatur supaya vertikal kembali. - Jika sudah tidak memungkinkan penyesuaian tiang pancang, dilakukan

penyesuaian sumbu.

d. Jatuh hammer supaya sejajar dengan kemiringan sumbu tiang dan jika kemiringan bertambah semakin parah di luar toleransi, pemancangan dihentikan.

e. Selama pelaksanaan pemancangan, tinggi jatuh hammer dipantau tidak boleh lebih dari 2,5 m' kecuali atas persetujuan khusus Konsultan Pengawas, namun tidak boleh lebih dari 3 m' dalam segala kondisi pelaksanaan.

f. Jika diperlukan penyambungan diusahakan tidak melebihi 3 sambungan tiang g. Jika terdapat lapisan lensa/lapis tipis tanah keras, diusahakan untuk ditembus

dengan tidak mengakibatkan tegangan internal melebihi spesifikasi material h. Tinggi jatuh hammer harus dipantau pada saat pengambilan final set yaitu:

(32)

- dicatat sesuai dengan ram stroke yang terjadi untuk diesel hammer dan hydraulic hammer.

i. Pengambilan final set harus dilakukan :

- Menggunakan kertas milimeter yang masih baru (tidak boleh berupa fotocopy).

- Dengan pulpen supaya garis yang dihasilkan tidak terlalu tebal dan tidak luntur jika terkena air dan oli, tidak boleh dengan spidol atau pensil yang memberikan garis yang tebal sehingga menyulitkan pembacaan garis grafik.

- Pulpen harus dialasi acuan yang stabil dan tidak terpengaruh penurunan tiang saat dipukul.

- Arah penarikan pulpen harus sejajar dengan garis milimeter pada kertas record/milimeter.

- Grafik yang diambil harus jelas, tidak terlalu rapat garis rebound-nya dan tidak miring.

- Diambil pencatatan final set untuk minimal 10 kali pukulan.

- Jika tidak tercapai nilai final set yang ditetapkan, maka pemancangan harus dilanjutkan dan diambil lagi final setnya pada lembar yang sama, sampai tercapai final set yang ditetapkan.

5. Pemeriksaan terhadap heaving (pengangkatan).

Pile heaving adalah kondisi terangkatnya kembali tiang pancang yang sudah selesai dipancang, akibat tekanan tanah yang terjadi pada saat pemancangan titik pondasi berikutnya yang berdekatan, yang radiusnya tergantung dari sifat tanah di lokasi pekerjaan.

(33)

tidak terjadi pile heaving setelah 5 kelompok tiang pertama diperiksa, maka pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan secara random, namun jika terjadi pile heaving, maka harus diperiksa setiap kelompok tiang berikutnya.

- Setiap titik pancang yang telah selesai dipancang dalam satu kelompok harus dicatat level top of pile nya sebelum dilakukan pemancangan berikutnya (level yang dicatat boleh merupakan pinjaman level setempat dan tidak diikat ke BM, karena surveyor juga harus melakukan tugas yang lain dan mungkin hanya dapat melakukan pengukuran optik dari posisi yang tidak memungkinkan memindahkan acuan BM level ke tiang yang diukur). - Setiap selesainya pemancangan 2-4 tiang berikutnya dalam satu kelompok

tiang, dilakukan pengukuran ulang level tiang pancang yang telah terpancang sebelumnya dan dipastikan tidak terjadi pile heaving

- Jika terjadi pile heaving, maka tiang pancang yang terangkat harus dipukul ulang/redrive untuk mengembalikan level top of pile ke posisi semula atau sedikit lebih rendah dari level awal – untuk pekerjaan re-drive harus dicatat pada piling record yang ada dan tidak perlu dilakukan pengambilan grafik final set lagi

- Proses pengukuran dan pengecekan harus dilakukan terus sampai seluruh tiang pancang dalam satu kelompok tiang selesai dipancang.

- Penetapan nilai pengangkatan (heaving) yang disyaratkan untuk dilakukan re-drive harus mengikuti ketentuan spesifikasi teknis atau persetujuan Konsultan Pengawas -- direkomendasikan nilai 5 mm untuk end-bearing pile dan 3 cm untuk friction pile.

Untuk menghindari atau mengurangi resiko pile heaving dapat dilakukan langkah sebagai berikut :

(34)

- Jika terdapat kelompok tiang pancang, pemancangan dimulai dari posisi terdalam lalu melingkar keluar.

6. Penghentian Pekerjaan Pemancangan.

Penghentian pemancangan dilakukan jika salah satu kondisi berikut terjadi atau tercapai final set sudah dicapai (end-bearing pile) atau kedalaman pemancangan yang disyaratkan sudah dicapai (friction pile). sudah mencapai maksimal 2.000 pukulan hammer/palu pancang. Telah mencapai batas kelangsingan tiang pancang sesuai spesifikasi material atau ketentuan Konsultan harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang jika diperlukan. terjadi kerusakan pada tiang (pecah, retak, patah, dsb) : harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang terjadi kemiringan di luar toleransi : harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang.

7.Pencatatan data pelaksanaan.

Pencatatan data pelaksanaan yang harus dilakukan, minimal meliputi :

 Data jenis dan spesifikasi alat pancang yang dipakai.

 Data jenis, ukuran dan kapasitas material tiang pancang yang dipakai.

 Data pelaksanaan (Pile Driving Record dan Grafik Final Set).

 Data panjang tertanam termasuk konfigurasi sambungan tiang dan tanggal pemancangan, yang ditabelkan sesuai dengan penomoran titik pancang pada gambar konstruksi.

 Data pergeseran titik pancang yang diplotkan pada gambar dan ditabelkan, sesuai penomoran titik pancang.

 Data titik pancang yang berubah vertikalitas tiang pancangnya selama

(35)

 Tabel nilai kapasitas ultimate dan ijin tiap titik pancang sesuai nomor pada gambar konstruksi, dengan menggunakan rumus dinamik yang telah diverifikasi dengan pengujian PDA Test atau Static Loading Test.

 Kekurangan serta kelebihan menggunakan pondasi tiang pancang.

E. K3 Dalam Pelaksanaan konstruksi.

Industri konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan yang mendukung kegiatan konstruksi dimulai dari penyediaan barang/material keperluan pekerjaan konstruksi sejak pabrikan, suplai/pasokan (delivery) hingga ke pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang mencakup kegiatan : sipil, arsitektural, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing- masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya sesuai dengan yang direncanakannya. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

(36)

1. Potensi Sumber Bahaya Dalam Manajemen K3

a. Pekerja tertimbun longsoran

b. Kondisi tanah : geologis, topografis, jenis tanah, lereng galian

c. Pengaruh air : air tanah, air permukaan, sumber air, piping dll

d. Alat berat / kendaraan yang digunakan : beban, getaran c. Pekerja tenggelam/kena air banjir.

d. Pekerja terkena sengatan aliran listrik e. Pekerja menghirup gas beracun f. Pekerja menghrup debu / kotoran g. Pekerja tertimpa alat kerja /material h. Pekerja terjatuh kedalam galian

Dll .

2. Penanganan Bahaya Pekerjaan Pondasi, Pengaman Pekerjaan Galian Dalam Manajemen K3.

 Dinding penahan , perancah dan tangga kerja

 Pagar pengaman

 Sirkulasi udara yang cukup

 Penerangan yang cukup

 Sarana komunikasi

3. Persyaratan Rencana Penggalian Dalam Manajemen K3

Lakukan penelitian terhadap :

(37)

 Tenaga kerja harus dilindungi dari bahaya tertimbun tanah

 Lampu & rambu–rambu dipasang untuk mencegah orang terjatuh

4. Persyaratan Umum Pekerjaan Galian Tanah Dalam Manajemen K3

Untuk tempat kerja di bawah tanah, setiap pergantian shift kerja, lakukan pemeriksaan lakukan pemeriksaan seminggu sekali untuk ;

 Mesin-mesin

 Peralatan

 Penyangga

 Jalan keluar

 Daerah kerja dibawah tanah yang berbahaya hrs dipagari

 Buat sistem komunikasi ( sambungan telpon )

 Gunakan APD ( pakaian water proof, sepatu boot )

 Semua yang masuk terowongan harus dicatat dan diidentifikasi Buat ventilasi udara

Kerugian yang dialami beberapa pihak

a. Kerugian diri sendiri 1. Cacat fisik 2. Kerugian Materi 3. Mengakibatkan luka 4. Mengakibatkan cidera

b. Kerugian Perusahaan

1. Berkurangnya tenaga kerja 2. Kerugian Materi

3. Alat-alat yang rusak

4. Menurunnya citra perusahaan

(38)

c. Kerugian Masyarakat

1. Kerugian emosional 2. Kerugian Materi

3. Orang yang ditinggalkan merasa kehilangan jika kecelakaan tersebut hingga menewaskan pekerja.

7.9.(1) Pasangan Batu

Sebelum pemasangan batu harus dibersihkan dan dibasahisampai merata dalam waktu yang lama untuk memungkinkanpenyerapan air mendekati titik jenuh.Tebal landasan adukanberkisar 2 – 5 cm yang merupakan kebutuhan minimum untukmenjamin bahwa seluruh rongga antara batu terisipenuh.Batu besar ditempatkan di dasar dan pada sudut-sudut, batu dengan muka terpanjang mendatar dan muka yangtampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding daribatu yang terpasang.

Orang dan tenaga yang terlibat dalam pekerjaan inijuga dilengkapi dengan APD dan disekitar lokasi pekerjaandibuatkan rambu-rambu peringatan.

7.11 (6) Expansion Joint Tipe baja bersudut

Expansion Joint Tipe baja bersudut dipasang diantaraplat lantai dan plat injak, dipasang untuk meredam surutdan muai beton dan juga mengalihkan beban.

(39)

o Sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan diletakkan pada gaya geser minimum,

o Pada sambungan vertikal, baja tulangan harus menerus melewati sambungan agar struktur tetap monolit,

o Untuk pelat, untuk luas pelat minimum 40 m2 boleh diletakkan sambungan konstruksi dengan dimensi maksimum tidak lebih dari 1,2 x dimensi yang lebih kecil,

o Boleh digunakan bonding agent untuk pelekatan sambungan konstruksi seiizin Direksi Pekerjaan,

o Tidak diperkenankan adanya sambungan konstruksi pada daerah air asin pada tempat 75 cm di bawah muka air tertinngi atau 75 cm di atas muka air terendah.

7.12 (3) Perletakan Elastomerik Sintetis ukuran 400 mm x 450mm x 45 mm

Material dan peralatan disiapkan, PerletakanElastomerik Sintetis ukuran 400 mm x 450 mm x 45 mmdipasang dengan seksama.Penyelesaian dan perapihansetelah pemasangan.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalamperletakan elastometrik adalah sebagai berikut:

o Bahan harus cukup keras yaitu mempunyai hardness 55 ± 5 duro

o Untuk bantalan karet dengan ketebalan > 1”, menggunakan laminasi antara pelat baja dengan karet

o Perlu uji kelekatan (geser) antara pelat baja dengankaret

o Perlu aging test bahan karet sesuai ASTM 573, dimana pemuluran sampai putus 50%, perubahan kuat tarik max 15%, kekerasan max 10 Hs.

o Bahan polymer dalam campuran karet tidak boleh lebih dari 60% terhadap volume total bantalan

(40)

o Ujung-ujung pelat baja tertanam tidak tajam.

7.14.(1) Papan Nama Jembatan

Papan nama jembatan dibuat sesusai dengan nomenklaturyang ada, berisi nama jembatan dan informasinyasebagaimana di bawah ini;

o Ukuran minimal 40x 60 cm2

o Bahan marmerdengan lambang PU

o Toleransi ± 10cm

o Letak sesuai dengan ketentuandan dipasang pada parapet

o Isi tulisan :

· Nomor jembatan · Nama jembatan · Lokasi

· Data teknis

· Tahun pembangunan

7.16.(2) Pipa Penyalur PVC 3 inc

(41)

DIVISI VIII.

PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR

8.4.(5) Patok Pengarah

Patok pengarah merupakan bagian dari item pembangunanyang tidak bisa dipisahkan dengan pembangunan jembatanpada umumnya. Fungsi utama patok pengarah adalah sebagaipatok yang ditempatkan di bagian luar/sebelah luar darilebar jembatan sebagai petunjuk arah jembatan.

Membuatanmenggunakan beton dimana pembuatannya sama dengan Beton mutu rendah dengan fc’= 10 MPa (K-125) dengan concret mix(molen). Dimensi pembuatannya di kerjakan sesuai dengandimensi/ukuran yang ada pada gambar kerja.

MANAJEMEN PENGATURAN LALU LINTAS

(42)

pihak.Manajemen pengaturan lalu lintas dalampelaksanaan pekerjaan dapat di lakukan dengan dengan berbagaicara antara lain:

1. Memasang berbagai jenis rambu-rambu pengaman di sekitarlokasi pekerjaan secara tepat dan benar, baik secara fungsibentuk dan lokasi penempatan sesuai spesifikasi danketentuan yang ada.

2. Menempatkan petugas pengatur lalu lintas secara efektif dan efisien untuk mengatur dan mengerahkan arus lalu lintas yangada.

3. Mengatur secara tepat jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan yang ada. Pekerjaan-pekerjaan yang akanmenimbulkan gangguan besar (friction) terhadap arus lalulintas, di atur jadwalnya sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terlalu mengganggu arus lalulintas yang ada dan menimbulkan kepadatan arus lalu lintas yang berarti. 4. Jika tidak memingkinkan melakukan pekerjaan pada siang hari,maka untuk

Referensi

Dokumen terkait

Jika kita menggunakan dasar Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2008 sebagai dasar pengenaan pajak maka dua jenis jasa diatas dapat kita kelompokkan kedalam jasa pelaksanaan

Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan status gizi lansia, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Napitulu

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kasih dan rahmat-Nya sehingga penyusunan tugas akhir skripsi dengan judul “Hubungan Antara

Kegiatan tersebut berasal dari pajak yang diperoleh dan digunakan untuk belanja barang dan jasa.. Berdasarkan diagram tersebut, ditunjukkan

1 HPK1: Rumah sakit bertanggung jawab untuk memberikan proses yang mendukung hak pasien dan keluarganya selama dalam pelayanan.. 2 HPK2: Rumah sakit mendukung hak pasien dan

Syukur Alhamdulillah Segala Puji dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir

satu dan memiliki sifat pemberi dan saling membantu. Dalam islam sendiri telah di informasikan bahwa 5% dari harta kita adalah hak dari orang yang tidak mampu, untuk itu

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif pada kinerja SKPD, budaya organisasi berpengaruh positif pada kinerja SKPD,