• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Prodi Pendi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Prodi Pendi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Korupsi merupakan masalah yang paling krusial yang dihadapi bangsa dan Negara Indonesia saat ini. Tindak pidana korupsi yang terjadi terentang dari mulai yang kecil-kecilan, misalnya pemberian uang pelican untuk mempermudah urusan di kelurahan sampai yang bernilai triliyunan rupiah, misalnya kasus korupsi KTP Elektronik yang sedang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini yang melibatkan banyak elit politik negeri ini, misalnya Setya Novanto ketua DPR RI yang telah ditelah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan. Kejadian seperti ini semakin mepertegas bahwa korupsi telah menjadi budaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Menyikapi hal tersebut perlu dilakukan upaya holistic dalam pemberantasan korupsi dari mulai aparat penegak hukum, kebijakan pengelolaan Negara, sampai dengan pendidikan formal. Beberapa Negara telah berhasil mengembangkan pendidikan anti korupsi dan telah menunjukkan hasil yang signifikan. Misalnya Hongkong yang telah mengembangkan pendidikan anti korupsi sejak tahun 1974. Saat ini hongkong menjadi Negara terbersih ke-15 dari 158 negara didunia dalam hal tindak pidana korupsi (Harahap, 2009). Keberhasilan ini merupakan efek dari pengembangan pendidikan korupsi di sekolah secara formal.

(2)

Fenomena yang dijumpai dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran anti korupsi dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (Pkn) belum sesuai dengan apa yang dikehendaki, terutama dalam penanaman sikap dan perilaku anti korupsi pada siswa, dikarenakan siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan wawasan dan nalar akan dimensi moral dan korupsi.

Pendidikan anti korupsi sebagai pendidikan nilai dan karakter. Pendidikan karakter memberikan perhatian besar terhadap pengembangan aspek sikap siswa ( character Building).

1.2. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diindentifikasikan masalah sebagai berikut:

1.2.1. Perlu diketahui hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan anti korupsi di pendidikan formal.

1.2.2. pembelajaran anti korupsi dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (Pkn) belum sesuai dengan apa yang dikehendaki, terutama dalam penanaman sikap dan perilaku anti korupsi pada siswa. 1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, untuk memperjelas dan mendapat hasil yang terfokus, maka perlu dilakukan pembatasan masalah, paper ini dibatasi oleh hal-hal berikut:

1.3.1. Pendidikan anti korupsi.

1.3.2. Hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan anti korupsi di pendidikan formal.

(3)

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, dapatlah dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1.4.1. Apa pengertian pendidikan anti korupsi?

1.4.2. Hal apa yang perlu diperhatikan dalam pendidikan anti korupsi di pendidikan formal?

1.4.3. Bagaimana pengembangan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam pembentukan sikap dan perilaku anti korupsi pada siswa? 1.5. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan sebagai berikut:

1.5.1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan anti korupsi.

1.5.2. Untuk mengetahui hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan anti korupsi di pendidikan formal .

1.5.3. Untuk mengetahui pengembangan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam pembentukan sikap dan perilaku anti korupsi pada siswa

1.6. Pendekatan Yang Digunakan

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah persperktif peran warga Negara, budaya politik kewarganegaraan (pembinaan dan pengembangan peran (hak dan kewajiban) warga Negara sesuai dengan pancasila dan UUD 1945 dan kearifan local serta perkembangan kebutuhan warga Negara).

1.7. Definisi Istilah

Adapun batasan istilah dalam penulisan ini antara lain yaitu: 1.7.1. Pengertian pengembangan

(4)

pendidikan kewarganegaraaan dalam pembentukan sikap dan perilaku anti korupsi pada siswa.

1.7.2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang mempunyai fokusu utama dalam pembentukan warga Negara yang baik (good citizenship), cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

1.7.3. Pengertian Korupsi

Menurut Suradi (2006: 17) korupsi sebagai tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain mencakup: (1) penyuapan (bribery), (2) konflik kepentingan (conflicts of interest), (3) pemaksaan yang bersifat ekonomi (economic exortion), dan (4) pemberian secara tidak sah (illegal gratuities)

(5)

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian PKn

Istilah PKn ( Pendidikan Kewarganegaraan ), berkait erat dengan istilah Ikn ( Ilmu Kewarganegaraan). Istilah IKn untuk menunjukan pembahasan kewarganegaraan lebih menekankan pada orientasi segi keilmuan (teoritis) tentang warga negara yang baik. Sedangkan istilah PKn untuk menunjukkan upaya-upaya yang mengarah pada pembinaan warga Negara ke arah yang lebih baik ( how a good citizen ). PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) disamakan dengan PKn (Pendidikan Kewarganegaraan). Karena pada hakekatnya PPKn merupakan civic education atau citizenship education (Pendidikan Kewarganegaraan) versi Indonesia. Pengertian PKn sangat beragam.

2.1.1. Menurut National Council of Social Studies (NCSS) USA.

PKn adalah proses yang meliputi semua pengaruh positif yang dimaksudkan untuk membentuk pandangan seorang warga Negara dalam peranannya dalam masyarakat. PKn adalah lebih dari sekedar bidang studi. PKn mengambil bagian dari pengaruh positif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Melalui PKn generasi muda dibantu untuk memahami cita-cita nasional, hal-hal yang baik diakui oleh umum, proses pemerintahan sendiri, dan dibantu untuk memahami arti kemerdekaan untuk mereka dan untuk semua manusia dan individu dan atau kelompok, dalam bidang kepercayaan, perdagangan, pemilu atau tingkah laku sehari-hari. Mereka juga dibantu untuk memahami bermacam-macam hak kemerdekaan warga Negara yang dijamin dalam konstitusi dan peraturan-peraturan lainnya dan tanggung jawab atas apa yang telah dicapainya.

(6)

2.1.1.1. Merupakan program pendidikan (proses yang meliputi pengaruh positif)

2.1.1.2. Fokus materinya adalah ideologi nasional, proses pemerintahan sendiri, hak dan kewajiban asasi dan warga Negara sebagaimana yang dijamin dalam konstitusi ditambah dengan pengaruh positif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.

2.1.1.3. Tujuannya adalah membentuk orientasi warga Negara tentang peranannya dalam masyarakat.

2.1.2. Seminar Nasional Pengajaran dan Pendidikan Civics (Civic Education) di Tawangmangu, Surakarta, 1972

Pengertian PKn adalah suatu program pendidikan yang tujuan utamanya adalah membina warga Negara yang lebih baik menurut syarat-syarat, kriteria, dan ukuran, ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945. Bahannya diambil dari IKn termasuk kewiraan nasional, filsafat pancasila dan filsafat pendidikan nasional, serta menuju kedudukan para warga Negara yang diharapkan di masa depan.

Dari pengertian diatas, dapat dinyatakan cirri-ciri PKn adalah: 2.1.2.1. Merupakan program pendidikan.

2.1.2.2. Merupakan pengembangan IKn.

2.1.2.3. Materi pokokknya adalah materi IKn ditambah dengan kewiraan nasional, filsafat pancasila, mental pancasila dan filsafat pendidikan nasional.

2.1.2.4. Bersifat interdisipliner.

(7)

2.1.3. Menurut Nu’man Somantri

Nu’man Somantri (1976:54), memberikan pengertian PKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, positive influence pendidikan sekolah, masyarakat, orang tua, yang kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar-pelajar berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan kehidupan demokratsis yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Dari definisi diatas, dapat dinyatakan cirri-ciri PKn adalah: 2.1.3.1. Merupakan program studi.

2.1.3.2. Materi pokokknya adalah demokrasi politik yang diperluas dengan pengaruh positif dari pendidikan sekolah, keluarga dan masyarakat.

2.1.3.3. Bersifat interdisipliner.

2.1.3.4. Tujuannya melatih berpikir kritis dan analitis ( Intelektual skill ), bersikap dan bertindak demokratis sesuai Pancasila dan UUD 1945.

(8)

2.2. Tujuan PKn

Secara sederhana tujuan PKn adalah membentuk warga Negara yang baik ( a good citizen ) dan mempersiapkannya untuk masa depan. Berikut uraian tentang tujuan PKn persekolahan:

2.2.1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2.2.2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, bebangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.

2.2.3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

2.2.4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2.3. Cakupan PKn

Cakupan PKn adalah ilmu politik yang mengambil porsi demokrasi politik dan dikembangkan secara interdisipliner. Dalam pengembangan secara interdisipliner PKn mengambil konsep, teori tidak terbatas dari rumpun ilmu social tetapi lintas disiplin dengan ditambah aspek dari pendidikan ( proses yang meliputi pengaruh positif)

2.4. Pendidikan Anti Korupsi Sebagai Misi PKn

Ramali Zakaria (2007) Kepala Bidang Pengembangan Pengelolaan dan Tenaga Kependidikan pada Pusat Inovasi, spesialisasi dalam bidang pendidikan nilai, menyatakan bahwa “Pendidikan budi pekerti memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan akhlak.

(9)
(10)

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1. Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan anti korupsi adalah program pendidikan tentang korupsi yang bertujuan untuk membangun dan meningkatkan kepedulian warganegara terhadap bahaya dan akibat dari tindakan korupsi. Target utama Pendidikan anti korupsi adalah memperkenalkan fenomena korupsi yang mencakup kriteria, penyebab dan akibatnya, meningkatkan sikap tidak toleran terhadap tindakan korupsi, menunjukan berbagai kemungkinan usaha untuk melawan korupsi serta berkontribusi terhadap standar yang ditetapkan sebelumnya seperti mewujudkan nilai-nilai dan kapasitas untuk menentang korupsi dikalangan generasi muda. Disamping itu siswa juga dibawa untuk menganalisis nilai-nilai standar yang berkontribusi terhadap terjadinya korupsi serta nilai-nilai yang menolak atau tidak setuju dengan tindakan korupsi. Karena itu pendidikan antikorupsi pada dasarnya adalah penanaman dan penguatan nilai-nilai dasar yang diharapkan mampu membentuk sikap antikorupsi pada diri peserta didik.

(11)

Pendidikan antikorupsi merupakan tindakan untuk mengendalikan dan mengurangi korupsi berupa keseluruhan upaya untuk mendorong generasi mendatang untuk mengembangkan sikap menolak secara tegas terhadap setiap bentuk korupsi. Mentalitas antikorupsi ini akan terwujud jika kita secara sadar membina kemampuan generasi mendatang untuk mampu mengidentifkasi berbagai kelemahan dari sistem nilai yang mereka warisi dan memperbaharui sistem nilai warisan dengan situasi-situasi yang baru. Dalam konteks pendidikan, “memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya” berarti melakukan rangkaian usaha untuk melahirkan generasi yang tidak bersedia menerima dan memaafkan suatu perbuatan korupsi yang terjadi.

Berdasarkan rumusan yang ditentukan oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK), ada sembilan nilai dasar yang perlu ditanamkan dan diperkuat melalui pelaksanaan pendidikan antikorupsi di sekolah, yaitu nilai kejujuran, adil, berani, hidup sederhana, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, hemat dan mandiri. Nilai-nilai ini sebenarnya ada di masyarakat sejak zaman dahulu, dan termuat secara jelas dalam dasar falsafah negara Pancasila, namun mulai tergerus oleh budaya konsumerisme yang dibawa oleh arus modernisasi dan globalisasi.

Masyarakat juga memberikan andil yang cukup besar dalam menyuburkan praktik korupsi di Indonesia. Indikator yang nampak misalnya, (1) member uang kepada oknum polisi karena melanggar peraturan lalulintas, ia tidak mau mengikuti prosedur resmi dengan cara menghadiri sidang di pengadilan, (2) banyak orang yang mengambil jalur pintas agar lebih cepat pada saat mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Surat Ijin Mengemudi (SIM) melalui oknum petugas, dan lain-lain.

3.2. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pendidikan Anti Korupsi di Pendidikan Formal

(12)

3.2.1. Pengetahuan Tentang Korupsi

Untuk memiliki pengetahuan yang benar dan tepat tentang korupsi, siswa perlu mendapatkan berbagai informasi yang, terutama informasi yang memungkinkan mereka dapat mengenal tindakan korupsi dan juga dapat membedakan antara tindakan kejahatan korupsi dengan tindakan kejahatan lainnya. Untuk itu pembahasan tentang kriteria, penyebab dan akibat korupsi merupakan materi pokok yang harus diinformasikan pada siswa.

Disamping itu siswa juga memiliki argumen yang jelas mengapa perbuatan korupsi dianggap sebagai perbuatan yang buruk dan harus dihindari. Analisis penyebab dan akibat dari tindakan korupsi pada berbegai aspek kehidupan manusia, termasuk aspek moralitas akan memberi siswa wawasan tentang korupsi yang lebih luas. Pada akhirnya berbagai alternatif yang dapat ditempuh untuk menghindari korupsi dapat menjadi inpirasi bagi siswa tentang banyak cara yang dapat dilakukan dalam memberantas korupsi. Kesemua ini merupakan modal dasar dalam penanaman atau pembentukan sikap dan karakter antikorupsi.

(13)

3.2.2. Pengembangan Sikap

Sebagai pendidikan nilai dan karakter, pendidikan antikorupsi memberi perhatian yang besar pada pengembangan aspek sikap siswa. Sikap adalah disposisi penilaian yang diberikan terhadap suatu objek yang didasarkan atas pengetahuan, reaksi afektif, kemauan dan perilaku sebelumnya akan objek tersebut (Fishbean, & Ajzen 1973). 3.2.3. Perubahan Sikap

Merubah sikap yang telah dimiliki sebelumnya merupakan pekerjaan dan tugas yang tidak gampang dan terkadang menimbulkan rasa frustasi. Apalagi jika sikap yang telah dimiliki tersebut berlawanan dengan sikap yang dikehendaki guru atau pendidik, misalnya sikap yang menganggap curang dalam ujian adalah hal yang biasa dikalangan siswa, atau mencontoh tugas kawan untuk diakui sebagai tugas sendiri merupakan hal yang lumrah. Hal ini akan berlanjut terus dengan sikap terhadap fenomena dalam masyarakat seperti menyogok polisi karena melanggar peraturan lalu lintas, dan lain sebagainnya.

Pendidikan antikorupsi menghendaki sikap-sikap seperti ini perlu untuk dirubah agar sesuai dengan nilai-nilai dasar antikorupsi. Untuk itu diperlukan pola dan strategi perubahan sikap yang bisa dipakai dari berbagai sumber misalnya untuk membentuk persepsi tentang korupsi yang berlawanan dengan persepsi yang dimiliki siswa dapat dilakukan dengan menyajikan informasi secara tak terduga melaui permainan atau parodi.

3.2.4. Perspektif Moral dan Konvensional

(14)

secara individual. Selanjutnya dari perspektif moral suatu tindakan dinilai sebagai baik atau buruk dengan melihat pada konsekuensinya, apakan tindakan itu menyakitkan bagi orang laian, atau membawa kerusakan, atau melanggar rasa keadilan bagi semua orang.

Selanjutnya kualitas suatu tindakan mungkin ditentukan oleh niat seseorang. Suatu tindakan tidak dapat diterima jika niat atau maksud pelakunya itu buruk, meskipun pada suatu situasi hasilnya tidak jelek atau buruk, dan sebaliknya dapat dipertimbangkan jika niatnya baik meskipun hasilnya gagal.

Berdasarkan pandangan Kohlberg (dalam Slavin, 2004) tentang tahap-tahap perkembangam moral siswa dan penerimaannya atas konvensi, maka pendidikan antikorupsi, sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan kematangan perkembangan moral yang dimiliki siswa. Siswa sekolah menegah atas yang telah berusia antara 14 sampai dengan 17 tahun dapat diberi penjelasan bahwa standar perilaku antikorupsi adalah wajib bagi setiap orang dalam posisi apapun untuk mempertahankan sistem sosial yang ada. Satu hal yang paling penting adalah korupsi itu dinilai jahat dilihat dari perspektif moral dan konvensi.

(15)

3.2.5. Pengembangan Karakter Anti Korupsi

Pendidikan antikorupsi bukanlah seperangkat aturan perilaku yang dibuat oleh seseorang dan harus diikuti oleh orang lain. Sebagaimana halnya dengan kejahatan lainnya, korupsi juga merupakan sebuah pilihan yang bisa dilakukan atau dihindari. Karena itu pendidikan pada dasarnya adalah mengkondisikan agar perilaku siswa sesuai dengan tuntutan masyarakat. Agar perilaku tersebut dapat menjadi karakter siswa, maka beberapa langkah bisa dilakukan dalam pendidikan antikorupsi, diantaranya adalah:

3.2.5.1. Melatih siswa untuk menentukan pilihan perilakunya.

3.2.5.2. Memberi siswa kesempatan untuk mengembangkan pemahaman yang luas dengan menciptakan situasi yang fleksibel dimana siswa bisa berkerjasama, berbagi, dan memperoleh bimbingan yang diperlukan dari guru. Karena itu kegiatan dalam menganalisis kasus, diskusi, bermain peran atau wawancara siswa merupakan situasi yang akan mengembangkan karakter antikorupsi pada diri siswa.

3.2.5.3. Tidak begitu terfokus pada temuan fakta seperti, berapa persen PNS yang terlibat korupsi, berapa banyak uang Negara yang hilang dikorupsi pertahun atau berapa hukuman yang tepat untuk pelaku korupsi dsb.

3.2.5.4. Melibatkan siswa dalam berbagai aktifitas sosial disekolah dan di lingkungannya

3.3.Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) Dalam Pembentukan Sikap Dan Perilaku Anti Korupsi Pada Siswa.

(16)

(Hassan, 2004). Sekolah sebagai lingkungan kedua bagi siswa dapat menjadi tempat pembangunan karakter dan watak. Caranya, sekolah memberikan nuansa dan atmosfer yang mendukung upaya untuk menginternalisasikan nilai dan etika yang hendak ditanamkan, termasuk di dalamnya perilaku tersebut dukungan kultur dan iklim sekolah sangat dibutuhkan terutama dalam konteks penanaman nilai dan pembentukan karakter siswa. Salah satu mata pelajaran yang dapat mengintegrasikan PAK adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). PKn menjadi sangat strategis di tengah upaya pemerintah dalam membangun karakter bangsa mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Dalam PKn akan ditanamkan nilai-nilai dan kompetensi baik menyangkut civic knowledge, civic skills, dan civic dispositions/ virtue (Center for Civic Education, 1999).

Bahkan Zuriah (2011:1) menyatakan bahwa PKn menjadi instrumen fundamental dalam bingkai pendidikan nasional sebagai media pembentukan karakter bangsa. Urgensi pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan watak/ perilaku antikorupsi sebagai pilar dalam pendidikan karakter bangsa karena upaya dilakukan pemerintah Indonesia dalam pemberantasan korupsi, mulai dari pembuatan berbagai peraturan, pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan penegakan hukum belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. PAK di sekolah mengajak siswa secara sadar membangun mental bahwa korupsi adalah penyakit yang merugikan diri sendiri, masyarakat serta masa depan bangsa (Darmawan, 2010:3).

(17)

tentang korupsi dan antikorupsi, sikap, dan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah, adil, kerja keras, sederhana, dan lain-lain.

Dalam pembelajaran PKn untuk tingkat SMP/MTs di Kurikulum 2013 tidak ada topik yang secara langsung membahas tentang korupsi. Namun demikian guru dapat mengembangkan atau menyisipkan pendidikan antikorupsi dalam rangka menanamkan nilai kejujuran kepada siswa SMP. Nilai-nilai yang disisipkan dapat dituliskan secara langsung dalam rencana pelaksanaan pembelajaran atau nilai-nilai yang tersembunyi (hidden) tidak dimasukkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal ini senada dengan pendapat Zubaedi (2011: 268) bahwa pendidikan karakter (kejujuran) dapat dilakukan melalui integrasi dalam pembelajaran. Caranya yakni dengan penginternalisasian nilai-nilai karakter ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar semua mata pelajaran. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan profesional guru untuk mengembangkan perencanaan pembelajaran yang memuat nilai-nilai antikorupsi.

Pendidikan antikorupsi terintegrasi dalam pembelajaran PKn untuk menanamkan karakter kejujuran yakni dengan memasukkan atau menyisipkan pada tema-tema tertentu. Misalnya pada tema norma dan penegakan hukum, muatan materi pendidikan antikorupsi dapat dimasukkan. Guru menyisipkan pendidikan antikorupsi pada materi yang memiliki keterkatian dengan upaya pemberantasan korupsi. Guru juga senantiasa memberikan nasihat kepada para siswa untuk senanatiasa berbuat jujur. Kejujuran menjadi penting, karena kejujuran yang dibentuk sejak dini akan membentuk karakter siswa kelak ketika menjadi pemimpin dalam berbagai tingkatan atau level di masyarakat.

(18)
(19)

BAB 4 PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Tindak pidana korupsi dari masa ke masa bukan berkurang tetapi malah semakin meningkat, baik yang terjadi di pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah. Korupsi merupakan persilangan antara kesekarakahan dan ketidak pedulian social. Pelaku korupsi adalah mereka yang tidak dapat mengendalikan nafsunya atau keserakahannya dan tidak memikirkan dampak atas apa yang ia lakukan terhadap rakyat, bangsa, dan Negara. Korupsi terjadi karena terjadinya degradasi moral para pelaku. Oleh karena itu pendidikan harus diarahkan kepada pendidikan watak. Pendidikan watak adalah pendidikan nilai atau dalam hal ini yang sangat perlu dikembangkan adalah pendidikan anti korupsi (PAK)

Pendidikan anti korupsi (PAK) adalah program pendidikan tentang korupsi yang bertujuan untuk membangun dan meningkatkan kepedulian warga masyarakat terhadap bahaya dan akibat yang terjadi akibat tindak pidana korupsi. Dalam kurikulum, Pendidikan anti korupsi include atau masuk dalam mata pelajaran dalam hal ini adalah mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan anti korupsi (PAK) terintegrasi dengan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) untuk pengembangan karakter anti korupsi. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sangat berkaitan erat dengan pendidikan nilai dan moral ( moral value) dalam hal ini terkait bagaimana menjadi warga Negara yang baik (How to be citizen).

(20)

diharapkan generasi masa depan memiliki karakter antikorupsi sekaligus membebaskan negara Indonesia sebagai negara dengan angka korupsi yang tinggi.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Aspin, David N & Chapman, Judith D. (2007). Values Education and Lifelong Learning. Springer : Netherland

Center For Indonesian Civic Education Education. 1999. Democratic Citizens in A Civic Society: Workshop Report. Bandung: CICED.

Cholisin.2015. Pendidikan Kewarganegaraan: Perspektif Paradigma. Multimensional, Budaya Kewarganegaraan dan Prinsip Pembelajaran. Kumpulan Makalah Untuk Refrensi Kuliah PKn.Prodi PKn-Jrs. PKnH FIS UNY

Cholisin dan Sunarjati, M. 1989. Konsep Dasar Pendidikan Moral dan Pancasila. Yogyakarta: Laboratorium Jurusan PMP dan KN, FPIPS IKIP.

Cholisin.2004.Pendidikan Kewarganegaraan, Diktat diterbitkan FIS UNY Cholisin.2014. Ilmu Kewarganegaraan (Civics), Yogyakarta: Penerbit Ombak Darmawan C., Kesuma, D., Permana, J. 2008. Korupsi dan Pendidikan

Antikorupsi, Bandung: Pustaka Aulia Press

Dharma, Budi. (2004). Korupsi dan Budaya. dalam Kompas, 25/10/2003 Fishbean, Martin & Icek Ajzen. (1973). Belief, Attitude, Intention and

Behafior: An Introduction to Theory and Research.Addison Wesley Publishing : USA

Harahap, Krisna (2009) Pemberantasan Korupsi pada masa Reformasi. Jurnal of Historical Studies X Juni 2009

Hassan, F. 2004. Pendidikan adalah Pembudayaan: dalam Pendidikan Manusia Indonesia, Jakarta: Penerbit Kompas.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

(22)

Modern Didactic Center (2006) Anti Corruption Education At School. Garnelish Publishing : Vilnius. Lithuania

Murdiono, Mukhamad.2016.” Pendidikan Anti Korupsi Terintegrasi dalam Pembelajaran PKn untuk Menanamkan Karakter Kejujuran di SMP” dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial (SOCIA), Vol 15, No. 1, Juni, hlm.166-184.

Somantri, Nu’man.1976.Metode Mengajar Civics, Jakarta: Erlangga.

Sumiarti.2007.”Pendidikan Anti-Korupsi” dalam Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan (INSANIA), Vol 12, No.2, Mei-Agustus, hlm.189-207. Hermanto dan A.R., Endang Danial.2012.” Pendidikan Antikorupsi dalam Pembelajaran PKn Sebagai Penguat Karakter Bangsa” dalam Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 19, No.2, Oktober, hlm. 157-171.

Sunarso, Dkk.2013.Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: UNY Press. Suradi. 2006. Korupsi dalam Sektor Pemerintahan dan Swasta. Yogyakarta:

Gava Media.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana

Referensi

Dokumen terkait

Adab/Etika dan prinsip-prinsip permakultur inilah yang akan menjadi basis dari implementasi aktivitas Anoa Farm dalam mengembangkan Taman Hutan Pangan yang akan menjadi

Semua mata wang asing yang disimpan tidak boleh dipindah secara langsung dari dan ke Akaun berkemampuan MCF melalui pemindahan dana inter- atau intrabank, iaitu pemindahan

Pengantar Ekonometrika Aplikasi Dalam Bidang Ekonomi. Pertanian.Universitas

Analisis Pengaruh Penerapan IFRS Terhadap Keterlambatan Penyampaian Laporan Keuangan: Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011..

29 OKTOBER 2011 TAHUN AKADEMIK 2011/2012. FAKULTAS TEKNIK

REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN RENCANA TATA RUANG

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dianggap penting oleh konsumen AHASS Kurnia Jaya Yogyakarta berdasarkan diagram kartesius importance

Tentu saja rakyat mengharapkan berlangsungnya komunikasi politik yang cerdas, yakni komunikasi politik yang mampu membangun dan mendorong evolusi kesadaran berbangsa