• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI POLITIK EGOSENTRIK id. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KOMUNIKASI POLITIK EGOSENTRIK id. pdf"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI POLITIK EGOSENTRIK Oleh Yosal Iriantara

Bagaimana komunikasi politik yang berlangsung saat suhu politik mulai memanas seperti saat ini? Jawabannya, sangat egosentrik. Komunikasi yang berlangsung masih saja seputar diri sendiri untuk disampaikan kepada publik. Diri sendiri itu bisa diartikan individu bisa juga diartikan partai politik.

Akibat komunikasi politik yang seperti itu, maka rakyat menjadi ditempatkan di bangku penonton sedangkan para elit politik kita menjadi aktor yang berlaga. Ada sindir-menyindir, ada guyonan, ada unjuk kehebatan diri dengan menunjukkan kelemahan pihak lain dan semacamnya. Elit politik itu sadar betul mereka sedang berada di pentas yang disaksikan jutaan penonton.

Sebagai penonton, rakyat sesekali menyuarakan dirinya. Untunglah ada fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang dimanfaatkan media elektronik dan cetak yang mengamplifikasi suara itu. Untung juga teknologi itu memungkinkan masyarakat berdiskusi di dunia maya dan menuliskan pandangannya. Setidaknya pertukaran gagasan di kalangan rakyat sebagai pemilik kedaulatan negara ini, masih bisa berlangsung.

Ada yang menertawakan perilaku elit politik. Ada yang mengeluhkan. Ada yang menyesalkan. Ada pula nada ketidakperdulian. Karena negara ini hendak diurus para politisi yang sudah mendapatkan mandat dari rakyat. Partisipasi menjadi pasif dalam dunia nyata dan aktif dalam dunia maya.

Kondisi seperti ini bisa disebutkan sebagai kondisi egosentrik dalam perkembangan komunikasi politik kita. Meminjam tahapan perkembangan sosial yang dipetakan melalui konsep dinamika spiral menunjukkan, pada tingkat terendah dinamakan tahap instingtif diikuti tahap imitatif lalu egosentrik. Setelah itu tahap rasional, lalu tahap holistik yang memandang segala sesuatu secara utuh. Artinya, kita memang terlalu biasa dengan komunikasi politik yang otoritatif dan egosentrik seperti sekarang dan belum terselenggara komunikasi politik yanhg sosio-sentris dan holistik.

Sosiosentris

(2)

berkuasa masih mengalahkan segala-galanya. Bahkan bisa jadi nilai-nilai juga dinomorduakan demi kepentingan meraih kuasa itu.

Nilai-nilai yang berlaku pada tahap perkembangan yang instingtif, imitatif dan egosentrik itu mewarnai proses komunikasi politik yang berlangsung sekarang ini. Dengan sendirinya, praktik komunikasi yang menempatkan rakyat di bangku penonton pun terjadi. Elit politik merasa dirinya paling tahu dan paling benar dalam bertindak mengurus negara ini. Rakyat banyak hanyalah orang yang tidak tahu apa-apa sehingga tidak perlu diajak berkomunikasi. Kewajiban rakyat adalah memilih, setelah memilih tidak perlu dilibatkan lagi. Kecuali bila nanti ada masalah, maka rakyat akan dilibatkan setidaknya diminta pengertian dan sekedar bantuannya.

Tentu saja tidak semua masyarakat kita berada pada tingkatan perkembangan yang sejalan dengan partai politik itu. Perhatikan sajalah diskusi yang berlangsung di internet yang menunjukkan apa yang diperbincangkan rakyat jauh lebih maju dari apa yang diperbincangkan elit politik. Elit politik sibuk mengurusi dirinya untuk berkoalisi dengan siapa dan bakal dapat apa. Tapi diskusi di tengah masyarakat sudah membahas perkara bagaimana menjaga kemaslahatan hidup bersama. Ini setidaknya sudah mulai berpikir pada tataran sosiosentrik.

Belum lagi celotehan-celotehan di facebook yang mengomentari kondisi perpolitikan nasional yang menunjukkan nilai-nilai sosiosentrik dan holistyik sudah mulai berkembang. Ada yang menulis, biarlah para caleg tak terpilih stres dan parpol yang pimpinannya tidak kebagian jabatan stres, asal jangan rakyat saja yang stres. Kalau rakyat stres siapa yang akan mengurus negara ini?

Apa yang terjadi akhirnya seolah berlangsung perbedaan sensibilitas antara elit politik dan rakyat. Komunikasi politik yang egosentrik dan dalam hal tertentu bahkan terkesan Jakartasentris itu, akhrnya melahirkan kesenjangan dengan apa yang dipikirkan, dirasakan dan dipandang perlu untuk dilakukan tindakan oleh rakyat kebanyakan.

Akhirnya berlangsunglah situasi komunikasi yang barangkali tidak disadari banyak pihak yang menggeluti dunia politik. Mereka yang sedang bermain di panggung politik asyik dengan permainan dan dirinya sendiri, sedangkan penonton juga asyik dengan dirinya sendiri. Tidak ada kesatupaduan antara penonton dan aktor yang bermain di pentas. Penonton merasa mereka dihadirkan supaya di pentas bisa dilangsungkan pertunjukkan.

(3)

komunikasi seperti itu, namun kemudian aktor yang berada di pentas segera menyadari bahwa penonton tertawa bukan oleh pernyataannya melainkan pernyataan itu membukakan kenyataan siapa dan dari kelas apa elit politik itu.

Komunikasi Cerdas

Tentu saja rakyat mengharapkan berlangsungnya komunikasi politik yang cerdas, yakni komunikasi politik yang mampu membangun dan mendorong evolusi kesadaran berbangsa dan berngara kita dari tahap instingtif, imitatif dan egosentris itu ke tahap yang lebih tinggi lagi. Bila tindakan politik dan komunikasi politik yang berlangsung masih saja bersumber pada nilai-nilai yang instingtif, imitatif dan egosentris maka kita tidak bisa mengharapkan banyak dari proses politik yang berlangsung saat ini. Karena jelas kejarannya hanyalah kekuasaan. Bukan politik atau berpolitik yang mampu mengangkat taraf kesadaran dan perilaku yang berbasis nilai-nilai menuju masyarakat yang sama-sama saling menyejahterakan satu sama lain.

“Ijtihad” elit politik untuk mendorong perubahan demi kebaikan bangsa dan negara belum tampak dari komunikasi politik yang hanya didominasi kehendak berkuasa yang sangat besar itu. Apa yang dikomunikasikan bukan gagasan kreatif dan inovatif untuk membangun bangsa ini, melainkan hanya sekedar bagaimana berkuasa.

Inilah situasi komunikasi politik yang buntu. Kita tidak bisa keluar dari kemelut karena komunikasi politiknya sendiri memang disadari atau tidak dirancang dan dilakukan hanya untuk bergulat di tengah kemelut. Komunikasinya lebih banyak mengungkapkan masalah ketimbang solusi hasil “ijtihad” elit politik. Padahal, ketika kita menyatakan bangsa ini sedang mengalami krisis antara lain akibat krisis ekonomi global sekarang inil, yang diperlukan adalah pertukaran gagasan yang bernas yang lebih dari sekedar menyampaikan pesan yang dilandasi nilai naluri berkuasa.

Yosal Iriantara

Referensi

Dokumen terkait

な関係にあるのか」、「死者たちの声を曲にするということはどういうことか」といった、

Karena pasien dengan hipovolemia disertai renin dan aldosteron yang tinggi umumnya menderita penyakit SNKM dan responsif steroid, sedangkan mereka dengan

Laporan keuangan yang memuat biaya operasi sekolah antara lain :. Pengembangan guru

Essential oil of Temu lawak tuber at concentration equal or lower than 0.5% v/v and 3% v/v respectively, will be studied in order to assess their potential ability for stimulate Ig

Pemilihan lokasi sebagai daerah penelitian diambil secara sengaja ( purposive ) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan daerah yang memiliki tradisi dan

Hasil pengujian terhadap variabel penelitian dalam jangka panjang (setelah IPO selama 5 tahun atau lebih) yang dilakukan terhadap hipotesis 2a, 2b, dan 2c, dapat disimpulkan

Pilihan ini lebih dianjurkan daripada kedua yang lain, karena mempunyai akar yang kuat di teori ekonomi (terutama welfare economics ). Penggunaan CBCA dapat diilustrasikan