BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Modal
2.1.1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat untuk mentransaksikan modal jangka panjang
(Faboj, 1990), dimana permintaan diwakili oleh perusahaan penerbit surat berharga dan penawaran diwakili oleh para investor. Meskipun demikian, kata tempat di sini tidak mewakili lokasi sebagaimana layaknya para konvensional sebab transaksi tidak
selalu dilakukan di lokasi tertentu yang permanen. Bahkan, dengan perkembangan
e-business, transaksi di pasar modal juga bias dilakukan di dunia maya, melalui internet
trading. Demikian pula yang dimaksud modal di sini, buka dalam arti fisik uang,
melainkan uang yang sudah direpresentasikan dalam bentuk surat berharga, yaitu saham dan obligasi serta turunannya (Sawidjo, 2009).
Selanjutnya definisi pasar modal menurut Sigit dan Totok (2006) adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan merupakan pasar yang kongkret. Dana
jangka panjang adalah dana yang jatuh temponya lebih dari satu tahun. Pasar modal dalam arti yang sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi tempat efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Pengertian bursa efek
(stock excage) adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual
dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
perusahaan misalnya surat pengakuan hutang, surat berharga komersial (commercial
paper), saham, obligasi, tanda bukti utabf, bukti right (sight issue), dan warna
(warrant).
Sedangkan Marzuki Usman dkk (1997) menyatakan bahwa secara teoritis pasar modal (capital market) didefenisikan sebagai perdagangan intrumen keuangan
(sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stocks) maupun utang
(bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (Public authorities) maupun oleh
perusahaan swasta (private sectors). Dengan demikian, pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market) (paulus, 2008).
Sementara itu di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, pada Pasal 1 angka 13 memberikan rumusan pengertian pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek yang
diterbitkanya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. sesuai dengan rumusan pengertian tersebut, Undang-Undang Pasar Modal tidak memberikan suatu defenisi tentang pasar modal secara menyeluruh melainkan lebih menitikberatkan
kepada kegiatan dan para pelaku dari suatu pasar modal (paulus, 2008).
Jadi dapat disimpulkan, pengertian pasar modal adalah tempat/sarana untuk
2.1.2. Lembaga yang Terlibat dalam Pasar Modal 1) BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal)
Tugas Badan Pengawasan Pasar Modal menutur Keppres No. 53 Tahun 1990 tentang pasar modal adalah:
a. Mengikuti perkembangan dana dan mengatur pasar modal sehingga efek dapat
ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal masyarakat umum.
b. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga berikut: • Bursa efek
• Lembaga kliring, penyelesaian, dan penyimpanan
• Reksa dana
• Perusahaan efek dan perorangan
• Lembaga penunjang pasar modal yaitu tempat penitipan harta, biro
administrasi efek, wali amanat atau penanggung. • Profesi penunjang pasar modal
c. Memberikan pendapat kepada Menteri Keuangan mengenai pasar modal.
BAPEPAM sebagai lembaga pengawasan pasar modal wajib menetapkan ketentuan bagi terjaminnya pelaksanaan efek secara tertib dan wajar dalam rangka
melindungi pemodal dan masyarakat berupa:
• Keterbukaan informasi yang berkaitan dengan semua transaksi efek baik
lainnya. Ketentuan ini wajib memuat persyaratan keterbukaan kepada Ketua BAPEPAM dan masyarakat tentang semua transaksi efek oleh
semua pemegang saham utama dan orang dalam serta pihak terasosiasi dengannya.
• Penyimpanan catatan dan laporan yang diserahkan oleh pihak yang telah
memperoleh izin usaha, izin perorangan, persetujuan, atau pendaftaran
profesi.
• Penjatahan efek, ini jika terdapat kelebihan jumlah permintaan pada suatu
penawaran umum.
BAPEPAM dipimpin oleh seorang ketua yang tugas pokoknya adalah
memimpin BAPEPAM sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan oleh pemerintah dan membina aparatur BAPEPAM. Hal ini untuk memastikan bahwa pasar modal tersebut dapat berjalan tertib, efeisien, dan dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat. Dalam hal ini BAPEPAM bertugas membuat ketentuan dan pelaksanaan teknis di bidang pasar modal yang ditetapkan oleh Mentri Keuangan RI.
2) Lembaga Penunjang Pasar Modal a. Penjamin Emisi Efek
Tugas penjamin efek adalah sebagai berikut:
• Memberikan nasihat mengenai jenis efek yang sebaiknya diterbitkan, harga
yang sesuai, dan jangka waktu penawaran efek yang diterbitkan (obligasi
• Dalam mengajukan pernyataan pendaftaran emisi efek, membantu
menyelesaikan tugas administrasi yang berhubungan dengan pengisian dokumen peryataan pendaftaran emisi efek, penyususnan prospectus, merancang specimen efek, dan mendampingi emiten selama proses
evaluasi.
• Mengatur penyelenggaraan emisi.
b. Akuntansi Publik
Yaitu melakukan pemerikasaan atas laporan keuangan perusahaan dan
memberikan pendapatan. Selain itu tugas Akuntansi publik memeriksa pembukuan apakah sudah sesuai atau tidak dengan prisip Akuntansi dan peraturan yang
ditetapkan oleh BAPEPAM dan memberikan petunjuk tentang cara pelaksanaan pembukuan yang baik apabila diperlukan.
c. Konsultan Hukum
Peranan konsultan hukum dalam aktivitas pasar modal yaitu meneliti aspek-aspek hukum emiten dan memberikan pendapat dari sisi hukum tentang eksistensi
d. Agen Penjualan
Umumnya terdiri dari perusahaan pialang (broken) yang bertugas melayani
para investor yang memesan efek dalam pasar modal. Selain itu melaksanakan pengembalian uang pesanan dan menyerahkan sertifikat efek kepada pemesan.
e. Perusahaan Penilai
Perusahaan ini diperlukan apabila perusahaan emiten akan melakukan
penilaian kembali aktivanya. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai
wajar aktiva perusahaan dalam melakukan emisi melalui pasar moal. 3) Lembaga Penunjang dalam Emisi Obligasi
Dalam emisi obligasi juga terdapat lembaga-lembaga penunjang yang
mempunyai fungsi dan tugas masing-masing, yaitu sebagai berikut: a. Wali Amanat
Tugas wali amanat antara lain: (i) menganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten, (ii) melakukan penilaian terhadap aset perusahaan emiten yang diterima olehnya sebagai penjamin, (iii) memberikan nasehat yang dapat diperhitungkan oleh
emiten, (iv) mengadakan pengawasan terhadap pelunasan pinjaman pokok dan bunganya yang dilakukan oleh emiten tepat pada waktunya, (v) melaksanakan tugas
sebagai agen utama untuk pembayaran, (vi) melaksanakan tugas selaku agen utama pembayaran, (vii) mengikuti perkembangan pengelolaan perusahaan emiten, (viii) mengadakan perjanjian perwaliamanatan dengan pihak emiten, dan memanggil Rapat
b. Penanggung (Guarantor)
Penanggung adalah suatu lembaga yang berfungsi sebagai perantara yang
dipercayai yang menengahi dua kepentingan antara dua emiten dan para investor (Irsyad, 159). Guarantor bertanggung jawab terhadap dipenuhinya pembayaran pinjaman pokok obligasi beserta bunga dari emiten kepada para pemegang obligasi
tepat pada waktunya, hal ini jika emiten tidak memenuhi kewajibannya. c. Agen Pembayar (Paying Agent)
Agen pembayar bertugas melakukan pembayaran bunga obligasi yang biasanya dilakukan setiap dua kali setahun secara teratur.
4) Lembaga Penunjang Pasar Sekunder
Lembaga penunjang pasar sekunder merupakan lembaga yang menyediakan jasa-jasa dalam pelaksanaan transaksi jual beli di bursa (Sigit, Totok: 2006). Lembaga
tersebut ialah:
a. Biro Administrasi Efek.
Berperan untuk mendukung kegiatan dalam bursa efek dalam menyediakan
jasa-jasa melaksanakan pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran deviden, pembagian hak opsi, emiten sertifikasi.
b. Reksa Dana
Menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 27 dikatakan “Reksa Dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari
Manajemen Investasi”. Atas dana yang telah dikeluarkan maka diterbitkan sertifikat sebagai bukti keikutsertaan investor pada perusahaan reksa dana.
c. Perantara Perdagangan Efek (Broker)
Broker bertugas menerima melakukan penjualan atau pembelian efek untuk
kemudian ditawarkan di bursa efek. dalam hal ini broker akan mendapatkan fee dari
pihak yng mewakilinya yaitu maksimal 1% dari total transaksi. d. Perusahaan Efek
Perusahaan efek (securities company) bertugas untuk mendukung kegiatan dalam bursa efek, baik sebagai penjamin emisi efek (underwriter), perantara pedagang efek, manejer investasi, atau penasehat investasi
e. Perdagang Efek
Perdagangan efek berfungsi untuk menciptakan pasar bagi efek tertentu di
samping melakukan jual beli efek untuk diri-sendiri. Selain itu juga menjaga keseimbangan harta dan memelihara likuiditas efek dengan cara membeli dan menjual efek tertentu di pasar sekunder.
2.1.3. Instrumen Pasar Modal
Dalam melakukan transaksi di pasar modal, biasanya ada barang atau jasa
yang diperjualbelikan. Hal ini dikenal dengan sebutan instrumen pasar modal.
Yang diperdagangkan dalam pasar modal dapat berbentuk surat-surat berharga yang dapat diperjulbelikan kembali oleh pemiliknya, baik instrumen pasar modal
kepemilikan diwujudkan dalam bentuk saham, sedangkan yang bersifat utang diwujudkan dalam bentuk obligasi.
1) Instrumen Penyertaan (Saham)
Secara sederhana saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan (Sri, dkk, 2000). Artinya pemilik
saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimiliknya maka semakin besar kekuasaannya di perusahaan tersebut.
Selanjutnya paulus (2008) mendefinisikan saham sebagai tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan perseroan terbatas dengan manfaat yang dapat diperoleh berupa: (i) deviden, yaitu bagian dari keuntungan perusahaan yang
dibagikan kepada pemilik saham, (ii) capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga beli, (iii) manfaat non financial antara lain berupa
konsekuensi atas kepemilikan saham berupa kekuasaan, kebanggaan, dan khususnya hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.
Pada umumnya, saham memiliki dua tipe dasar yang dikeluarkan oleh
perusahaan, yakni saham biasa dan saham istimewa. Saham biasa adalah kepemilikan dalam sebuah perusahaan yang memberikan hak yang sama kepada setiap pemegang
saham yang ada, sedangkan saham istimewa adalah saham kepemilikan yang diterbitkan perusahaan dan diperdagangkan oleh para pemodal.
Saham memiliki tiga macam nilai yaitu nilai nominal, nilai efektif, dan nilai
b. Nilai efektif, yaitu nilai yang tercantum dalam kurs resmi kalau saham tersebut diperdagangkan di bursa
c. Nilai intrinsik, yaitu nilai ekonomis saham.
Berdasarkan fungsinya, nilai suatu saham dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu:
1) Nilai nominal (par vauel stated valuel face value)
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan
Akuntansi, namun tidak digunakan untuk mengukur sesuatu. Dalam hal ini jumlah saham yang dikeluarkan oleh perseroan dikaitkan dengan nilai nominalnya adalah modal disetor penuh bagi suatu perseroan dan didalam pencatatan Akuntansi dicatat
sebagai modal ekuitas perseroan di dalam neraca. 2) Harga Neraca (base price)
Pada hakikatnya harga dasar adalah harga perdana yang dipergunakan dalam penghitungan indeks harga saham. Untuk saham yang baru, maka harga dasar tersebut merupakan harga perdana.
3) Harga Pasar (market price)
Harga pasar adalah harga pada pasar yang senyatanya (rii) dan merupakan
harga yang paling mudah ditentukan, karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung jika pasar sudah di tutup maka harga pasar tersebut adalah harga penutupanya. Harga pasar tersebut yang sesungguhnya menyatakan
Secara umum ada dua manfaat yang bisa diperoleh bagi pembelian saham, yaitu: (i) manfaat ekonomis meliputi perolehan deviden dan perolehan capical gain.
Deviden merupakan sebagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham, sedangkan capital gain adalah keuntungan yang diperoleh investor dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi
dibandingkan nilai beli yang lebih rendah. (ii) manfaat non-ekonomis yang biasa diperoleh oleh pemegang saham adalah kepemilikan hak suara dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) untuk menentukan jalannya perusahaan (Pandji dan Piji, 2006; 60)
2) Instrumen Utang (Obligasi)
Obligasi dapat diartikan sebagai suatu janji tertulis untuk membayar kepada pemegang surat obligasi sejumlah uang pada waktu yang ditentukan dengan suatu
tingkat bunga yang tercantum pada surat obligasi tersebut (Irsyad, 2010).
Penerbitan obligasi menerima pinjaman dari pemegang obligasi dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, baik mengenai jatuh tempo pelunasan
utang, bunga yang dibayarkan, besarnya pelunasan, dan ketentuan lainnya. Jenis-jenis obligasi yang lazim diterbitkan di Indonesia antara lain:
a. Obligasi konversi (convertible bonds), dimana pemegangnya pada waktu yang telah ditetapkan dapat menukarkan obligasinya dengan saham biasa dari perseroan yang menerbitkan, atas dasar harga konversi yang telah ditentukan
b. Obligasi Atas Unjuk (bearer bonds), dimana pelunasannya dibayarkan kepada pembawa obligasi tersebut.
c. Obligasi Dengan Pembagian Keuntungan (Profit Sharing Bonds), yakni jenis obligasi yang selain menjanjikan bunga tetap juga menawarkan tingkat pembagian keuntungan kepada pemegangnya.
d. Obligasi Tanpa Bunga (zero coupon bonds), yakni jenis obligasi yang tidak membayar bunga, tetapi dijual dengan potongan harga (discounted bonds).
e. Obligasi Risiko Tinggi (junk bonds), yakni jenis obligasi yang mempunyai resiko tinggi dengan peringkat yang sangat rendah atau bahkan tidak mempunyai peringkat investasi atau tidak dalam obligasi tersebut (Jusuf, 2008; 98).
Dengan banyaknya obligasi yang tercatat di bursa efek, maka pilihan yang tersedia bagi investor juga banyak. Untuk dapat membantu dalam memilih obligasi
yang aman dan menguntungkan, pemodal dapat menggunakan jasa credit rating
agency. Ini merupakan jasa yang memberikan penilaian terhadap obligasi yang
beredar dan melakukan rating. Di Indonesia sendiri, lembaga rating ditangani oleh
PT Pefindo (Peringkat Efek Indonesia). 3) Instrumen Reksa Dana
Reksa dana merupakan perseroan atau investasi masyarakat pemodal yang diinvestasikan ke dalam efek oleh manajer investasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa reksa dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 dilihat dari sifatnya, ada 2 jenis reksa dana, yaitu reksa dana terbuka (open-ended mutual funds) dan reksa
dana tertutup (close-ended mutual funds). Untuk reksa dana terbuka, saham yang sudah diterbitkan oleh reksa dana bisa ditarik/ dibeli kembali. Besarnya nilai transaksi didasarkan pada asset value (NAV) yang merupakan nilai pada saat transaksi
dilakukan (current value). Perhitungan NAV dilakukasn setiap hari, sehingga selalu berubah disesuaikan dengan harga saham yang menjadi portofolio perusahaan reksa
dana. Untuk reksa dana tertutup, jumlah surat berharga yang diterbitkan terbatas, dan surat berharga ini tidak bisa ditarik kembali oleh perusahaan reksa dana. Bentuk transaksinya seperti saham biasa, jadi setelah transaksi di pasar primer, surat berharga
ini akan diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham selain ditentukan oleh NAV juga ditentukan oleh istilah premium dan diskon. Premium terjadi jika saham terjual
di atas harga NAV, sedangkan untuk diskon sebaliknya, yaitu saham terjual dengan harga di bawah NAV (Panji dan Piji, 2001;75)
Pada prinsipnya, cara kerja reksa dana adalah sebagai berikut. Pertama, dana
yang ada pada investor dikumpulkan oleh para menejer investasi. Untuk bisa mengumpulkan dana tersebut, menejer investasi menerbitkan saham, yang dijual
kepada investor. Saham yang diterbitkan inilah yang disebut sertifikat reksa dana. Untuk menarik minat investor membeli reksa dana, maka menejer investasi menawarkan berbagai keungguan yang bisa diraih oleh investor.
Kedua, dana yang telah terkumpul akan diinvestasikan oleh manejer investasi
keuntungan ini, maka menejer investasi melakukan spesialisasi yang sesuai dengan keahliannya.
Ketiga, menejer investasi kemudian akan membagikan keuntungan yang telah
diperoleh kepada para investor.
2.1.4. Manfaat Pasar Modal
Manfaat Pasar Modal bisa dirasakan baik oleh investor. Emiten, maupun Lembaga Penunjang (Panji dan Ninik, 1995; 29). Manfaat pasar modal bagi emiten
yaitu: (1) jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar, (2) dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai, (3) tidak ada covenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana/perusahaan, (4)
solvabilitas perusahaa tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan, (5) ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil, (6) Cash Flow hasil penjualan
saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan, (7) emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi, (8) tidak ada beban finansial yang tetap, (9) jangka waktu penggunan dana tidak terbatas, (10) tidak dikaitkan dengan
kekayaan sebagai jaminan tertentu, (11) profesionalisme dalam manajemen meningkat.
Sedangkan manfaat pasar modal bagi investor adalah: (1) nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain, (2) memperoleh deviden bagi
mempunyai hak suara dalam RUPO bila diadakan bagi pemegang obligasi, (4) dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misalnya dari saham A ke saham B
sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi resiko, (5) dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi resiko.
Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang adalah: (1) menuju ke arah
profesional di dalam memberikan pelayanannya sesuai dengan bidang tugas masing-masing, (2) sebagai pembentuk harga dalam bursa paralel, (3) semakin bervariasinya
jenis lembaga penunjang, (4) likuiditas efek semakin tinggi.
Manfaat pasar modal bagi pemerintah: (1) mendorong laju pembangunan, (2) mendorong investasi, (3) menciptakan lapangan kerja, (4) memperkecil Debt Service
Ratio (DSR), dan (5) bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara) mengurangi beban
anggaran.
Menurut Jusuf (2008) sendiri, adapun manfaat dari keberadaan pasar modal adalah sebagai berikut.
a. Memperbaiki struktur permodalan perusahaan.
Perusahaan dapat menigkatkan permodalannya selain dalam bentuk pinjaman, juga bentuk ekuitas melalui penerbitan saham di pasar modal. Oleh karena itu, bagi
perusahaan yang memiliki perbandingan-perbandingan antara modal sendiri dan utang yang tidak seimbang (over leverage) dapat memperkecil tingkat leverage melalui penerbitan saham. Dengan cara ini struktur permodalan perusahaan semakin
b. Meningkatkan efisiensi alokasi sumber-sumber dana
Dengan tersedianya berbagai instrumen pasar modal, perusahaan akan
memperoleh alternatif yang lebih luas untuk mendapatkan dana dengan biaya yang paling rendah. Oleh karena itu, pasar modal berfungsi menciptakan pengalokasian sumber dana dengan cara yang lebih efisien.
c. Menunjang terciptanya perekonomian yang sehat.
Adanya keharusan melakukan keterbukaan dipasar modal akan melahirkan
budaya fairness yang selanjutnya akan menciptakan “good cororate governance” di pasar modal, sehingga akan berpengaruh bagi terciptanya ekonomi yang sehat. d. Meningkatkan penerimaan Negara
Melalui pasar modal, penerimaan Negara melalui pemungutan pajak dapat lebih ditingkatkan. Hal ini dimungkinkan karena berkembangnya pasar modal akan
memacu keterbukaan yang pada akhirnya dapat mendorong kepatuhan emiten sebagai wajib pajak. Disamping itu, semakin besar transaksi di bursa maka semakin besar pula potensi pemungutan pajak atas transaksi tersebut, khususnya pajak badan
(korporasi) dan pajak perorangan.
f. Mengurangi Hutang Luar Negeri Pihak Pemerintah maupun swasta
Sudah saatnya kebutuhkan akan pembiayaan pembangunan tidak hanya diperoleh dari utang luar negeri, tetapi dapat dipenuhi melalui mobilisasi dana di pasar modal. Dengan berkurangnya utang luar negeri pemerintah maupun pihak
g. Pasar modal sebagai alternatif pembiayaan pemerintah
Besarnya modal luar negeri yang saat ini dimiliki pemerintah telah
memberikan risiko dan kewajiban bunga serta cicilan pokok yang tidak kecil. Tantangan beban fiskal pada masa yang akan datang demikian besar akan mengharusan pemerintah mencari sumber dana baru yang tingkat resikonya relatif
kecil. Kebijakan anggaran berimbang sudah ditinggalkan dan dianut sistem defisit. Defisit dimaksud dapat ditutup antara lain dengan menerbitkan obligasi pemerintah di
dalam negeri melalui pasar modal. 2.1.5. Para Pelaku Pasar Modal
Tanpa peran pelaku pasar modal, pasar modal tidak akan bertahan hidup.
Dengan demikian keterlibatan para pelaku dalam kegiatan pasar modal sangat penting terhadap kelangsungan hidup lembaga-lembaga pelaku pasar modal.
Berikut lembaga-lembaga yang berperan sebagai pelaku utama pasar modal adalah:
1) Emiten atau Perusahaan go public
Secara umum, go public merupakan penawaran saham atau obligasi kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya. Pertama kali disini berarti bahwa pihak
penerbit pertama kalinya melakukan penjualan saham atau obligasi. Untuk dapat melaksanakan penjualan tersebut, perusahaan harus mencatatkan efeknya di pasar modal melalui go public.
a. Perluasan usaha atau ekspansi
Perluasan usaha dapat berupa peningkatan kapasitas produksi atau
penganekaragaman jenis produksi, dan atau kedua-duanya. Dalam hal ini, selain ditunjang oleh manajemen yang profesional juga dperlukan modal. Apabila penanaman modal tidak dapat dipenuhi dari dalam perusahaan, baik yang bersumber
dari laba ditahan (retained arning) maupun meningkatkan modal disetor dari pemegang saham, maka biasanya karena kebutuhan perluasan usaha sangat
mendesak, perusahaan akan memutuskan untuk mendapatkan modal dari luar perusahaan antara lain dengan menjual saham atau obligasi di pasar modal.
b. Perbaikan struktur modal
Modal perusahaan umumnya terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman (kredit) yang memerlukan pembayaran bunga. Hal ini menyebabkan banyak
perusahaan mengalami kerugian karena beban pinjaman. Jika hal ini dibiarkan, maka perusahaan dapat bangkrut. Salah satu cara untuk menyelamatkan dan mengurangi utang yaitu diganti dengan modal saham. Apabila keadaan perusahaan
menguntungkan dengan tingkat keuntungan perusahaan lebih tinggi dibandingkan beban bunga pinjaman yang harus dibayar, serta rasio utang (debt rasio) masih
memungkinkan, maka perubahan struktur modal dapat dilakukan dengan meningkatkan modal pinjaman atau menjual obligasi di pasar modal.
c. Divestment atau pengalihan pemegang saham
ada kalanya perusahaan mempertimbangkan untuk mengalihkan saham kepada pihak lain. Media pengalihan tersebut adalah pasar modal, yaitu pemilik saham melalui
perusahaan dapat menawarkan secara umum melalui pasar modal. 2) Investor
Investor adalah orang atau badan hukum yang memiliki dana dan melakukan
investasi atau penanaman modal.
Berdasarkan tujuan investasinya, para pemodal di psar modal dapat
dikelompokan sebagai berikut:
a. Pemodal yang bertujuan memperoleh dividen.
Pemodal yang membeli saham suatu perusahaan untuk memperoleh dividen
biasanya mengincar perusahaan-perusahaan yang sudah sangat stabil dan menjamin kepastian adanya keuntungan yang diharapkan dapat memberikan deviden yang
cukup dan terjamin setiap tahunnya. b. Pemodal yang bertujuan berdagang
Perubahan harga saham di bursa sesuai kekuatan permintaan dan penawaran
memberikan daya tarik tersendiri bagi kalangan pemodal untuk berdagang dengan menjualbelikan saham-saham di bursa. Hal ini bertujun untuk memperoleh
keuntungan dari selisih harga beli dengan harga jual.
c. Pemodal yang berkepentingan dalam pemilikan perusahaan
Pemodal pada kelompok ini berkepentingan memiliki perusahaan (owners),
nama dan reputasi yang baik. kelompok ini tidak tertarik memperoleh deviden dan menjual sahamnya hanya karena pertimbangan deviden.
d. Kelompok spekulator
Kelompok spekulator adalah kelompok orang yang melakukan aksi beli atau jual suatu saham berdasarkan faktor-faktor spekulasi. Dalam prakteknya, pemodal
yang tergolong spekulator mangambil keputusan tanpa rasional, sehingga dianggap para pemodal ini berjudi. Dalam kegiatan pasar modal, kelompok spekulator
memiliki peranan yang cukup besar dalam meningkatkan aktivitas pasar dan likuiditas saham.
2.2. Sejarah Singkat Pasar Modal di Indonesia
Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Salah satu sumber dana adalah dari
para penabung. Para penabung tersebut terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar tersebut maka pemerintah kolonial waktu itu mendirikan pasar
modal. Maka pada tanggal 14 Desember 1912 secara resmi berdiri pasar modal di Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta) dengan nama Vereniging voor de
Effectenhandel (Bursa Efek). Bursa ini memperjualbelikan saham dan obligasi
perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah (propinsi dan kotapraja) sertifikat saham
Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat tersebut, maka didirikan bursa di
Surabaya yaitu pada tanggal 11 juni 1925 dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Perkembangan pasar modal tersebut cukup signifikan. Hal ini terlihat dari nilai efek yang tercatat yang mencapai NIF 1,4 milyar (jika diindeks dengan harga beras
yang disubsidi pada tahun 1982, nilainya adalah lebih kurang Rp 7 triliun) yang berasal dari 250 macam efek.
Aktivitas pasar modal ini kemudian terhenti pada Perang Dunia II. Akibatnya pemerintah Hindia-Belanda mengambil kebijakan untuk memusatkan perdagangan efeknya di Batavia dan menutup bursa efek di Semarang dan Surabaya. Pada tanggal
17 Mei 1940, secara keseluruhan kegiatan perdagangan efek ditutup.
Memasuki era kemerdekaan, bursa efek diaktifkan kembali yang diterbitkan
oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1950 dengan mengeluarkan obligasi. Hal ini menandakan mulai aktifnya pasar modal di Indonesia. Pengaktifan ini didukung dengan UU Darurat tentang Bursa No 13 Tahun 1951. Pada tanggal 31
Tahun 1952 dengan menetapkan UU No 15 Tahun 1952, Bursa Efek di Jakarta di buka kembali. Penyelenggaraan tersebut kemudian diserahkan kepada Perserikatan
Perdagangan Uang dan Efek-efeknya (PPUE). Namun pada tahun 1958 terjadi kelesuan dan kemunduran perdagangan di Bursa akibat konfrontasi pemerintah dengan Belanda. Pemerintah di masa Orde Baru berusaha untuk mengembalikan
Reksa Dana dan Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) pada tahun 1976 yang kemudian berganti menjadi Badan Pembina Pasar Modal. Untuk merangsang
perusahaan melakukan emisi, pemerintah memberikan keringanan atas pajak perseroan sebesar 10%-20% selama 5 tahun semenjak perusahaan yang bersangkutan
go public. Selain itu, untuk investor Warga Negara Indonesia (WNI) yang membeli
saham melalui pasar modal tidak dikenakan pajak pendapatan atas capital gain, pajak atas bunga, dividen, dan royalti dan pajak kekayaan atas nilai saham/ bukti
penyertaan modal.
Pada tahun 1988, pemerintah melakukan deregulasi di sektor keuangan dan perbankan termasuk pasar modal. Deregulasi yang mempengaruhi perkembangan
pasar modal antara lain Pakto 27 1988 dan Pakdes 1988. Sebelum itu telah dikeluarkan paket 24 Desember 1987 yang berkaitan dengan usaha pengembangan
pasar modal meliputi pokok-pokok:
a. Kemudahan syarat go public antara lain laba tidak harus mencapai 10%. b. Diperkenalkan Bursa Paralel.
c. Penghapusan pungutan seperti fee pendaftaran dan pencatatan di Bursa yang sebelumnya dipungut oleh BAPEPAM.
d. Investor asing boleh membeli saham perusahaan yang go public. e. Saham boleh diterbitkan atas unjuk.
f. Berdasarkan fluktuasi harga saham di Bursa Efek sebesar 4% dan kurs
g. Proses emisi sudah diselesaikan BAPEPAM dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari sejak dilengkapinya persyaratan.
Berdirinya peket deregulasi ini menandai liberalisasi ekonomi Indonesia. Dampak dari kebijakan tersebut pasar modal menjadi aktif hingga sekarang.
2.3. Pemahaman Mahasiswa
Istilah pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman adalah suatu proses, cara memahami, cara mempelajari baik-baik supaya paham dan memiliki pengetahuan banyak.
Menurut Poesprodjo (1987), pemahaman bukan kegiatan pemikiran semata, melainkan pemindahan letak dari dalam diri di situasi atau dunia lain. Mengalami
kembali situasi yang dijumpain pribadi lain di dalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati.
Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menentukan dirinya dalam orang lain (Pak Guru Ian, 2010).
Selanjutnya pemahaman menurut Suharsimi (2009) pemahaman
(comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan,
menduga (estimates), menerangkan, memeperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Menurut Muhammad, pemahaman dapat dibedakan menjadi menjadi dua yaitu, (i) menurut terjadinya, pemahaman dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
ialah dengan tidak sadar ia memperoleh suatu pengetahuan dan hasilnya tidak mendalam dan tidak teratur. (ii) menurut cara memahaminya, pemahaman dapat
dibedakan menjadi dua macam. Pertama secara mekanis dan secara logis. Yang dimaksud secara mekanis ialah menghafal secara mesin dengan tidak menghiraukan apa artinya, hasil dari pemahaman ini biasanya tidak akan tahan lama dan akan cepat
lupa sedangkan yang dimaksud dengan secara logis ialah menghafal dan mengenal arti, hasil dari pemahaman ini akan lebih bertahan lama dan tidak akan cepat lupa.
Menurut Budi Sanoso (2012), mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, istitut, atau akademi. Mereka yang terdafar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa. Tetapi pada
dasarnya mahasiswa tidak sesempit itu, terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi hanyalah syarat administratif menjadi mahasiwa, tetapi menjadi
mahasiswa mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar masalah administratif itu sendiri.
Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 Tahun 1990 didefenisikan
bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar diperguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang
secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia 18-30 tahun.
Sementara itu, mahasiswa menurut Knopfemacher (dalam suwono, 1978)
tinggi yang makin menyatu dengan masyarakat, di didik dan diharapkan menjadi calon-calon intelektual.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa/i adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan menjadi calon-calon intelektual.
Jadi, pemahaman mahasiswa adalah suatu proses untuk memahami dan menambah pengetahuan pada kelompok mahasiswa dalam menjalankan hidupnya