KATA PENGANTAR
Reformasi Birokrasi yang diselenggarakan LAN maupun instansi pemerintah lainnya memerlukan pemenuhan beberapa prasyarat sebagai langkah awal guna mewujudkan tujuan reformasi itu sendiri. Manajemen perubahan merupakan salah satu prasyarat dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi, sebagaimana yang diamanatkan dalam Permenpan dan RB No 20 tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014. Reformasi birokrasi sebagai sebuah proses perubahan memerlukan pengelolaan yang baik agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Manajemen perubahan berperan untuk menfasilitasi proses perubahan dari keadaan saat ini menuju visi Reformasi LAN secara efektif dan efisien.
Dalam hal ini dokumen strategi perubahan manajemen ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh Tim manajemen perubahan dalam melaksanakan reformasi birokrasi LAN.Semoga dengan adanya dokumen ini dapat memacu dan mendorong keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi LAN dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja LAN dalam memberikan kontribusi bagi pengembangan Administrasi Negara kita.
Jakarta, April 2011 Kepala
Lembaga Administrasi Negara
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
PENDAHULUAN... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. TUJUAN PENYUSUNAN DOKUMEN MANAJEMEN PERUBAHAN. ... 5
PEMETAAN STAKEHOLDER ... 6
ANALISIS POTENSI MASALAH DALAM PROSES PERUBAHAN ... 10
STRATEGI PERUBAHAN ... 15
A. FACILITATING (STRATEGI JANGKA PENDEK, 2011). ... 15
B. ACCELERATING (PERCEPATAN PROSES PERUBAHAN) : STRATEGI JANGKA MENENGAH, 2012-2014. ... 17
C. STRENGTHENING (PENGUATAN) : JANGKA PANJANG... 20
STRATEGI KOMUNIKASI ... 22
ORGANISASI TIM MANAJEMEN PERUBAHAN ... 27
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
eformasi birokrasi pada dasarnya merupakan proses perubahan yang
direncanakan, sistematis dan diarahkan untuk menciptakan suatu
keadaan yang diharapkan. Menurut Perpres no 81 tahun 2010 tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi, keadaan yang diharapkan tersebut telah
dirumuskan dalam visi reformasi birokrasi 2025 yaitu Ter ujud ya Pe eri taha
Kelas Du ia . Visi i i e jadi a ua dala e ujudka pe eri taha kelas
dunia, yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu
menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen
pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada abad
ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025.
Upaya untuk mengelola proses perubahan menjadi salah satu fokus dalam
program reformasi birokrasi. Dalam Permenpan dan RB no 20 tahun 2010 tentang
Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014, disebutkan bahwa Manajemen
Perubahan merupakan salah satu dari delapan program Reformasi Birokrasi.
Program Manajemen Perubahan pada level mikro (Kementerian/Lembaga atau
Pemerintah Daerah) bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan konsisten
dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya kerja
individu atau unit kerja didalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan
sasaran reformasi birokrasi. Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:
a) meningkatnya komitmen pimpinan dan pegawai K/L dan Pemda dalam
b) terjadinya perubahan pola pikir dan budaya kerja K/L dan Pemda;
c) menurunnya risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya
resistensi terhadap perubahan
Sebagai sebuah perubahan terencana, reformasi birokrasi memerlukan
strategi untuk mengelola proses transisi dari keadaan saat ini kepada keadaan
ideal yang hendak dicapai. Proses ini selalu menghadapi kendala yaitu resistensi
dari pegawai terhadap perubahan. Robbins (2001:545) menyebutkan adanya lima
factor yang menjadi resistensi individual terhadap perubahan.
Pertama adalah faktor Habits (kebiasaan). Kebiasaan merupakan salah satu kendala utama dalam manajemen perubahan. Bila dihadapkan pada
perubahan, pegawai cenderung menolak meninggalkan pola sikap dan
pelaksanaan pekerjaan yang sudah ia kenal selama bertahun tahun menjadi
pegawai. Perubahan sering dipandang sebagai sesuatu yang akan membawa
ereka pada keadaa keterasi ga , da ketidakpastia . Faktor kedua, adalah
security (keamanan). Suatu perubahan akan dianggap mengusik perasaan aman, terutama bagi orang-orang yang sangat diuntungkan dengan kelemahan sistem
saat ini. Orang yang kinerjanya rendah dan tidak kompetitif cenderung menolak
perubahan. Mereka khawatir perubahan dapat menimbulkan ketidakpastian dan
berdampak negative terhadap masa depannya. Ketiga, economic factors (faktor ekonomi). Perubahan akan menimbulkan keengganan apabila berakibat pada
penurunan pendapatan. Tugas baru dapat menimbulkan ketakutan ekonomis
apabila tidak mampu menunjukan kinerja yang lebih baik. Perubahan dinilai dapat
mempengaruhi pendapatan yang selama ini telah diperoleh dengan kemungkinan
dampaknya terjadi penurunan. Keempat Fear of the Unknown (Ketakutan atas Ketidaktahuan). Perubahan dapat mengakibatkan perpindahan dari unit kerja
yang satu ke unit kerja yang lain, dari suatu sistem yang sudah dikenal. Hal
kesesuatu yang belum dikenal sehingga menyebabkan kekhawatiran dan
ketidakpastian. Kelima, faktor selective information (Informasi Selektif). Individu membentuk dunianya melalui persepsinya.Mereka melihat apa yang apa yang
ingin mereka lihat. Mereka mengabaikan informasi yang menentang dunia yang
telah mereka bangun.
Berdasarkan pendapat Robbins diatas, maka dapat dipahami bahwa suatu
perubahan memerlukan strategi untuk mengelola proses transisi dari keadaan
saat ini kepada keadaan yang diinginkan. Kotter (1995) menyebutkan ada 8
langkah dalam strategi mengelola perubahan.
a. Menumbuhkan rasa urgensi (establishing a Sense of Urgency). Organisasi perlu dicairkan dengan menciptakan alasan yang kuat mengapa
perubahan perlu dilakukan.
b. Menciptakan koalisi penghargaan (Creating the Guiding Coalision ). Membentuk kelompok kerja sebagai tim dari pemegang kewenangan
dalam organisasi untuk memimpin perubahan.Kelompok kerja ini
diharapkan dapat merumuskan kebijakan dan hasilnya menjadi arah bagi
jalannya proses perubahan.
c. Membangun Visi dan Strategi (Developing a Vision and Startegy). Menciptakan visi untuk mengarahkan usaha perubahan dan
mengembangkan trategi untuk mencapai visi yang telah dietapkan.
Dengan visi dan srategi yang jelas diharapkan dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
d. Mengkomunikasikan Visi Perubahan (Communicating the Change Vision). Agar dapat dipahami dan mendapatkan dukungan, visi serta stategi baru
pertesut perlu dikomunikasikan terus-menerus setiap ada kesempatan.
Komunikasi diperlukan untuk memengaruhi sikap pegawai agar dapat
e. Pemberdayaan Pegawai (Empowering Employees for Broad-besed Action).
Rintangan terhadap uasaha perubahan harus dapat hilangkan. Sruktur,
sistem dan mekanisme perlu diubah, didorong keberanian pekerja untuk
melakukan tindakan kreatif.
f. Membangkitkan Kemenangan Jangka Pendek (Generating short-term Wins)
Untuk memberikan keyakinan akan kebenaran visi dan srategi yang telah
ditentukan, perlu segera diberikan bukti keberhasilan dan kemenangan
segera.
g. Mensosalisikan Keuntungan dan Menghasilkan Perubahan Lebih Lanjut
(Consolidating Gains and Producing more change). Untuk memperkuat proses perubahan perlu dilakukan sosialisasi terhadap apa yang dicapai
kepada semua pegawai. Hal ini merupakan sarana untuk memperkuat
keyakinan diantara pegawai bahwa perubahan bukan suatu hal yang
mustahil dan memang terbukti bisa memberikan manfaat.
h. Anchoring New Approach in the Culture (Memperkuat Pendekatan Baru ke dalam budaya). Perubahan yang dilakukan perlu dipelihara dan
dikembangkan melalui penguatan perilaku baru yang ada. Penguatan ini
dilakukan melalui perbaikan pada orientasi pelayanan, gaya
kepemimpinan, sarana dan prasarana yang memadai dan sistem reward
and punishment.
Berdasarkan pemikiran diatas maka dapat dpihami bahwa proses perubahan
memiliki resiko kegagalan yang cukup tinggi apabila tidak dikelola dengan baik.
Oleh sebab, proses reformasi birokrasi perlu didukung dengan strategi
manajemen perubahan dan komunikasi yang efektif. Untuk keperluan tersebut,
mengelola perubahan menuju kondisi ideal yang diharapkan sebagaimana yang
dirumuskan dalam Visi Reformasi Birokrasi LAN.
B.
TUJUAN PENYUSUNAN DOKUMEN MANAJEMEN PERUBAHAN.
1. Memberikan panduan bagi organisasi melaksanakan perubahan dalam
mencapai visi reformasi birokrasi yang ditetapkan.
2. Membangun rasa memiliki semua pihak sehingga berpartisipasi dan
mendukung target serta arah perubahan yang diharapkan.
3. Sebagai sarana membangun konsensus dalam mengelola perubahan yang
diharapkan.
4. Memberikan panduan dalam mengurangi resistensi terhadap perubahan
5. Memberikan panduan dalam menyelenggarakan komunikasi yang
BAB II
PEMETAAN STAKEHOLDER
eberhasilan dalam melaksanakan manajemen perubahan sangat
dipengaruhi oleh kemampuan organisasi dalam memperoleh dukungan
dari stakeholdernya. Oleh sebab itu, dalam mendukung manajemen
perubahan, perlu kiranya dilakukan Stakeholder Mapping1. Menurut Gardner et al (1986), stakeholder mapping adalah proses mengenali kedudukan stakeholder dalam mendukung keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. kedudukan
tersebut dibedakan berdasarkan dua faktor, yaitu tingkat kewenangan yang
dimiliki oleh stakeholder dan tingkat kepentingan (interest). Kombinasi kedua faktor tersebut akan terlihat dalam kuadran dibawah ini.
1
J.R. Gardner, R. Rachlin & H.W.A. Sweeney (1986), “Handbook of Strategic Planning”, John Wiley & Sons Inc.
Masuk dalam kuadran I adalah Stakeholder Pendukung. Kuadran I memperlihatkan posisi stakeholder yang memiliki kepentingan tinggi namun
kewenangan yang rendah. Biasanya stakeholder selalu memperlihatkan
kepentingannya dengan institusi untuk memperlihatkan eksistensinya. Tetapi bagi
institusi yang bersangkutan, stakeholder ini tidak memiliki pengaruh yang kuat
atau berarti yang mampu mempengaruhi kebijakan atas isu-isu strategis
kelembagaan. Kuadran II merupakan kuadran bagi Stakeholder Utama yang memiliki kepentingan tinggi dan kewenangan yang tinggi. Stakeholder yang
berada dalam kuadran II merupakan stakeholder yang paling penting bagi institusi
bersangkutan karena mempengaruhi kebijakan dan isu-isu strategis. Kuadran III
merupakan kuadran bagi stakeholder yang memiliki kepentingan dan kewenangan
yang rendah. Stakeholder dalam kuadran ini disebut dengan Stakeholder Potensial biasanya tidak begitu diperhatikan oleh institusi yang bersangkutan. Namun untuk jangka panjang kelompok stakeholder ini perlu dibina sebagai mitra
untuk mencapai sasaran sasaran lebih besar di masa yang akan datang.
Sedangkan kuadran IV merupakan kuadran bagi stakeholder yang memiliki
kepentingan rendah namun memiliki kewenangan yang tinggi. Stakeholder ini
disebut dengan stakeholder strategis dimana mereka ini diperlukan oleh institusi bersangkutan untuk mendukung tercapainya tujuan tujuan yang diharapkan.
Selain itu stakeholder ini merupakan stakeholder yang dapat menyebabkan
institusi perlu mendapatkan masukan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
dalam kebijakan maupun yang terkait dengan isu-isu strategis. Artinya institusi
perlu lebih aktif untuk mendapatkan perhatian dari stakeholder ini dalam
Tabel 2.1 Pemetaan Stakeholder dengan kebutuhan komunikasi serta partisipasi dalam proses pengambilan keputusan
Jenis Stakeholder Populasi Kebutuhan Komunikasi
Tim RB Nasional Tinggi Tinggi
Pimpinan dan
Peserta DIKLATPIM Tinggi Sedang
Mahasiswa STIA
Organisasi profesi Tinggi Rendah Dunia pendidikan
bidang administrasi
Tinggi Rendah
3 Stakeholder strategis (Kewenangan tinggi, kepentingan rendah)
Kementerian Dalam Negeri
Jenis Stakeholder Populasi Kebutuhan Komunikasi
Kebutuhan partisipasi
dalam pengambilan
keputusan
Kementerian Keuangan
Tinggi Sedang
Bappenas Tinggi Sedang
Badan Pemeriksa Keuangan
Tinggi Sedang
4 Stakeholder potensial (Kewenangan rendah, kepentingan rendah)
Kementerian/Lemb aga Non
Kementerian, Pemerintah Daerah,
Masyarakat umum, sebagian pegawai dan pimpinan LAN RI yang kurang mendapatkan informasi
BAB III
ANALISIS POTENSI MASALAH DALAM PROSES PERUBAHAN
eformasi merupakan proses perubahan yang direncanakan oleh sebab itu selalu dihadapkan pada resistensi dan potensi kendala yang lain. Identifikasi terhadap jenis potensi kendala ini diperlukan agar dapat disusun strategi perubahan yang efektif untuk mengawal implementasi program reformasi birokrasi.
No Program Potensi masalah Kemungkian
pemecahan masalah
No Program Potensi masalah Kemungkian pemecahan masalah
2 PENATAAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
Kurangnya koordinasi dengan instansi terkait
Komunikasi dan terhadap tugas dan fungsi yang baru dan fungsi yang baru
Sosialisasi kepada pimpinan dan pegawai Kurangnya kompetensi
untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang baru
No Program Potensi masalah Kemungkian
4 PENATAAN TATALAKSANA Kurangnya sumber daya keuangan untuk
sarana dan prasarana untuk melaksanakan sistem dan sistem dan prosedur baru
Mendorong kompetisi antar unit
5 PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR
No Program Potensi masalah Kemungkian
6 Penguatan pengawasan Kurangnya sumber daya keuangan dan sarana untuk menerapkan SPIP 7 Penguatan akuntabilitas Kurangnya pemahaman
dan kompetensi pegawai dan atau pimpinan dalam menerapkan sistem pegawai dan atau pimpinan dalam menerapkan sistem 8 Peningkatan kualitas
pelayanan public
No Program Potensi masalah Kemungkian pemecahan masalah
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam perbaikan pelayanan
Pengembangan dan sosialisasi mekanisme partisipasi masyarakat 9 Monitoring dan evaluasi Kurangnya dukungan
pedoman dan instrumen monitoring
Penyusunan instrumen dan pedoman monitoring Kurangnya dukungan
standard dan pedoman evaluasi
BAB IV
STRATEGI PERUBAHAN
trategi manajemen perubahan LAN dibagi dalam tahap jangka pendek,
menengah dan panjang. Ketiga tahap ini dirangkum dalam konsep FAS,
Facilitating, Accelerating dan Strengthening. Facilitating adalah strategi jangka pendek yang memiliki tujuan untuk menfasilitasi kapasitas pimpinan dan
pegawai LAN untuk melakukan perubahan dalam rangka pelaksanaan program
reformasi birokrasi. Accelerating adalah tahap jangka menengah yang bertujuan
memacu mobilisasi potensi pimpinan dan pegawai LAN untuk melakukan
perubahan. Strengthening merupakan strategi jangka panjang yang bertujuan
untuk memperkuat kemampuan pimpinan dan pegawai LAN dalam
mengembangkan perilaku ideal sesuai dengan visi reformasi birokrasi 2025.
A.
FACILITATING (STRATEGI JANGKA PENDEK, 2011).
Untuk mendukung keberhasilan manajemen perubahan memerlukan strategi
yang sesuai. Strategi dimaksud adalah :
1. Membangun komitmen perubahan (Commitment to change) :
Deskripsi :
Keberhasilan proses perubahan dalam reformasi birokrasi sangat
ditentukan oleh komitmen pimpinan dan para pegawai LAN. Program
manajemen perubahan untuk membangun komitmen tersebut dilakukan
melalui penyusunan kontrak reformasi birokrasi secara antara pimpinan
dan staff secara berjenjang.
Kegiatan indikatif:
a. Penyiapan bahan sosialisasi dan internalisasi
b. Sosialisasi internalisasi
c. Penyusunan target pencapaian program reformasi birokrasi
d. Pendatanganan Pakta Pembaharuan LAN . Kepala LAN sebagai
program sponsor akan meminta para Deputi mendandatangani
kontrak untuk melakukan program reformasi birkokrasi dan
mewujudkan target perubahan yang disebut PAKTA PEMBAHARUAN
LAN. Seterusnya para Deputi akan melakukan hal yang sama dengan
staff pimpinan di bawahnya secara berjenjang.
2. Analisis kebutuhan diklat untuk mendukung perubahan Deskripsi :
Reformasi birokrasi memerlukan dukungan pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang mendukung membangun pengetahuan, keterampilan, dan
sikap untuk mendukung perubahan. Melalui strategi ini dilakukan analisis
kebutuhan diklat dan penyelenggaraannya untuk mengembangkan
kompetensi pegawai dan pimpinan dalam menjalankan program reformasi
birokrasi.
Kegiatan indikatif :
a. Survey kebutuhan diklat
b. Perumusan kurikulum, metode dan training delivery system
3. Pengembangan instrumen Penjaminan mutu
Deskripsi : efektifitas perubahan sangat dipengaruhi oleh arah, target pencapaian perubahan. Oleh sebab itu melalui program ini akan disusun
instrumen penjaminan mutu yang mampu menghubungkan visi dan misi
perubahan dengan target target perubahan. Instrumen bertujuan untuk
menciptakan perbaikan terus menerus (continuous improvement).
Kegiatan indikatif
a. Penyusunan pedoman penjaminan mutu
b. Penyusunan instrumen dan formulir perbaikan terus menerus
c. Sosialisasi penjaminan mutu
B.
ACCELERATING (PERCEPATAN PROSES PERUBAHAN) : STRATEGI
JANGKA MENENGAH, 2012-2014.
1. Kampanye perubahan (Campaigning to change):
Deskripsi :
u tuk e ggeraka oti asi pega ai eru ah diperluka ka pa ye
yaitu komunikasi secara intensif dan terus menerus kepada semua
pegawai dan pimpinan mengenai program reformasi birokrasi, alasan
perlunya perubahan dan arah atau visi perubahan. Strategi kampanye ini
bertujuan untuk mendorong pemahaman, perhatian, ketertarikan
(interest) dan dukungan seluruh pegawai dan pimpinan untuk melaksanakan program dan mewujudkan sasaran reformasi birokrasi.
Kegiatan indikatif :
a. Penyusunan pedoman kampanye perubahan
b. Penyusunan jadwal dan isi kampanye perubahan
2. Mendorong persaingan untuk berubah (Competition to change) :
Deskripsi :
Menciptakan persaingan untuk mendorong tumbuhnya inisiatif dan
gagasan kreatif tersebut perlu didorong persaingan antar unit kerja dalam
menjalankan program program reformasi birokrasi.
Kegiatan indikatif :
a. Penyusunan pedoman dan standar/kriteria penilaian kompetisi
b. Pelaksanaan penilaian unit unit pelaksana reformasi birokrasi
3. Mendorong partisipasi pegawai
Deskripsi : partisipasi pegawai merupakan kunci keberhasilan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi. Untuk itu salah satu fokus dalam program
manajemen perubahan adalah mendorong kemauan seluruh pegawai
untuk ikut mendukung dan memberikan masukan secara aktif dalam
pelaksanaan program reformasi birokrasi.
Kegiatan indikatif :
a. Penyusunan sarana partisipasi melalui media web, SMS, dan forum
rapat
b. Sosialisasi
4. Penyelenggaraan diklat pendukung manajemen perubahan
Deskripsi : sebagai tindak lanjut dari kegiatan analisis kebutuhan diklat pada fase jangka pendek, pada fase jangka menengah akan
diselenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk membentuk kompetensi
pegawai dan pimpinan dalam menerapkan program reformasi birokrasi.
a. Identifikasi dan penugasan peserta
b. Identifikasi dan penugasan instruktur
c. Evaluasi diklat
5. Menyusun sistem reward and punishment untuk memacu perubahan Deskripsi : Sistem reward dan punishment perlu dirancang agar mampu menciptakan perubahan sikap dan perilaku secara lebih efektif dan efisien.
Kegiatan indikatif :
a. Identifikasi pola perilaku yang diharapkan
b. Penyusunan konsep dan instrumen sistem reward yang berorientasi
pada perilaku (role set) yang diharapkan
c. Penyusunan konsep dan instrumen sistem punishment yang
berorientasi pada perilaku (role set) yang diharapkan d. Sosialisasi
6. Pengembangan konseling perubahan
Deskripsi : proses perubahan bagi sebagian pegawai menciptakan rasa ketidakamanan dan ketidaknyamanan yang mudah mendorong bibit konfik
daam organisasi. Oleh sebab itu, untuk menfasilitasi proses perubahan
diperlukan pelayanan konseling perubahan. Pelayanan ini berfungsi
memberikan mediasi, konsultasi dan pencarian solusi bagi para pegawai
yang menghadapi masalah terhadap implementasi perubahan.
Kegiatan indikatif :
a. Penyusunan pedoman konselling
b. Penunjukkan staf yang bertanggung jawab dalam pemberian konseling
C.
STRENGTHENING (PENGUATAN) : JANGKA PANJANG
1. Penguatan kampanye perubahan
Deskripsi : program kampanye perubahan yang telah dilakukan pada fase jangka menengah dipertahankan dan dikembangkan secara lebih
intensif untuk memperkuat dukungan dan komitmen pegawai dan
pimpinan terhadap reformasi birokrasi
Kegiatan indikatif :
a. Penyusunan pedoman kampanye perubahan
b. Penyusunan muatan dan materi kampanye perubahan
c. Penyusunan penanggung jawab jadwal dan tempat kampanye
2. Pengembangan customer focus dalam manajemen perubahan Deskripsi : Reformasi birokrasipada merupakan upaya untuk memperbaiki kinerja pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu
program manajemen perubahan perlu diarahkan untuk menciptakan
perbaikan dalam pelayanan sesuai dengan harapan pengguna layanan.
Kegiatan indikatif :
a. Penyusunan pedoman perubahan yang berorientasi kepada
customer focus
b. Pengembangan instrumen survey dan feed back dari pengguna
layanan
3. Pengembangan inovasi perubahan
Deskripsi : manajemen perubahan diharapkan mampu menciptakan terobosan untuk memperbaiki citra birokrasi yang identik dengan
prosedur berbelit belit, inefisiensi, produktifitas. Untuk menciptakan
terobosan tersebut diperlukan adanya pengembangan gagasan
gagasan inovatif yang diarahkan untuk menciptakan nilai tambah
dalam proses pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi LAN.
Kegiatan indikatif :
a. Penyusunan pedoman dan instrumen pengembangan inovasi
b. Sosialisasi
4. Pengembangan knowledge management untuk mendukung perubahan
Deskripsi : berbagai gagasan, informasi dan konsep dalam reformasi birokrasiperlu dikembangkan secara terus sebagai aset organisasi yang
nantinya diharapkan mampu memperkuat proses perubahan menuju
visi yang diharapkan. Untuk mengelola gagasan, informasi dan konsep
tersebut maka program reformasi perlu mengembangkan knowledge management
Kegiatan indikatif :
a. Pedoman sistem pengembangan knowledge management
b. Penyusunan database konsep, informasi dan gagasan reformasi
BAB V
STRATEGI KOMUNIKASI
omunikasi merupakan kunci keberhasilan dalam manajemen perubahan. Oleh sebab itu penyelenggaraan komunikasi memerlukan rumusan strategi sehingga bermanfaat bagi tim manajemen perubahan dan tim reformasi birokrasi dalam menyampaikan change message kepada kelompok sasaran/stakeholder secara efektif .
1 Penataan Peraturan Perundang- Undangan Materi :
a. Sosialisasi perubahan terhadap peraturan yang terkait dengan upaya peningkatan kinerja dalam pelaksanaan tugas dan fungsi LAN.
b. Implikasi perubahan peraturan perundangan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi LAN
c. Dukungan yang diharapkan dalam proses penyesuaian akibat perubahan peraturan perundangan.
Kelompok sasaran Media
a. Pimpinan dan pegawai LAN di Jakarta, Bandung, Samarinda, Makassar dan Aceh.
Rapat, website dan intranet
b. Pimpinan instansi pemerintah pusat dan daerah mitra kerja LAN
Website, newsletter
c. Individu pengguna layanan LAN Website, newsletter
d. Media massa Pers conference, website
Estimasi anggaran yang dibutuhkan Rp 150.000.000
Waktu Tiga bulan
2 Penataan dan Penguatan Organisasi Materi :
a. Sosialisasi hasil restrukturisasi/penataan tugas dan fungsi unit kerja di lingkungan LAN.
b. Informasi mengenai langkah langkah penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tatalaksana, pelayanan publik, kepegawaian dan diklat.
c. Implikasi restrukturisasi dalam aspek manajemen kepegawaian, tatalaksana, koordinasi kerja.
d. Dukungan yang diharapkan dalam proses perubahan struktur dan penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tatalaksana, pelayanan publik, kepegawaian dan diklat.
Kelompok sasaran Media
a. Pimpinan dan pegawai LAN di Jakarta, Bandung, Samarinda, Makassar dan Aceh.
Rapat, website dan intranet
b. Pimpinan instansi pemerintah pusat dan daerah mitra kerja LAN
Website, newsletter
c. Individu pengguna layanan LAN Website, newsletter
Estimasi anggaran yang dibutuhkan Rp 150.000.000
Waktu Tiga bulan
3 Penataan tatalaksana
Materi :
a. Jenis SOP dan layanan e-office LAN
b. Cara penggunaan dan pemeliharaan (update)
c. Harapan optimalisasi pemanfaatan SOP dan e-office dalam perbaikan kinerja organisasi dan pelayanan kepada stakeholders
Kelompok sasaran Media
a. Pimpinan dan pegawai LAN di Jakarta, Bandung, Samarinda, Makassar dan Aceh
Rapat, website dan intranet
b. Pimpinan instansi pemerintah pusat dan daerah mitra kerja LAN
Website, newsletter
c. Individu pengguna layanan LAN Website, newsletter
Estimasi anggaran yang dibutuhkan Rp 225.000.000
Waktu Empat bulan
4 Penataan Sistem Manajemen SDM Materi :
c. Sistem renumerasi baru
d. Sosialisasi penerapan kebijakan disiplin pegawai e. Sosialisasi kediklatan berbasis kompetensi
Kelompok sasaran Media
a. Pimpinan dan pegawai LAN di Jakarta, Bandung, Samarinda, Makassar dan Aceh.
Rapat, website dan intranet
b. Pimpinan instansi pemerintah pusat dan daerah mitra kerja LAN
Website, newsletter
c. Individu pengguna layanan LAN Website, newsletter
Estimasi anggaran yang dibutuhkan Rp 615.000.000
Waktu Enam bulan
5 Penguatan pengawasan Materi :
a. Pengenalan Sistem Pengawasan Intern Pemerintah (SPIP)
b. Perubahan peran dan program kerja inspektorat sebagai quality assurance dan consulting
c. Jenis dukungan yang diharapkan dari penerapan (SPIP) dan peran inspektorat
Kelompok sasaran Media
a. Fungsional auditor LAN, pejabat pengelola keuangan
Rapat, website dan intranet
b. Pimpinan dan pegawai LAN di Jakarta, Bandung, Samarinda, Makassar dan Aceh
Rapat, website dan intranet
Estimasi anggaran yang dibutuhkan Rp 115.000.000
Waktu Dua (2) bulan
6 Penguatan Akuntabilitas Kinerja Materi :
a. Metode peningkatan kualitas laporan akuntabilitas kinerja b. Pengenalan sistem manajemen kinerja organisasi
c. Pengenalan Indikator Kinerja Utama
Kelompok sasaran Media a. Fungsional auditor LAN, pejabat
pengelola keuangan
Rapat, website dan intranet
b. Pimpinan dan pegawai LAN di Jakarta, Bandung, Samarinda, Makassar, Aceh
Rapat, website dan intranet
Estimasi anggaran yang dibutuhkan Rp 125.000.000
Waktu Dua (2) bulan
7 Peningkatan kualitas pelayanan publik Materi :
a. Penerapan standard pelayanan di lingkungan LAN b. Implikasi penerapan standard pelayanan
c. Tata kelola dan Instrument partisipasi masyarakat d. Instrumen evaluasi kualitas pelayanan
Kelompok sasaran Media
a. Pimpinan instansi pemerintah pusat dan daerah mitra kerja LAN
Website, booklet/leaflet
b. Pimpinan dan pegawai LAN di Jakarta, Bandung, Samarinda, Makassar, Aceh
Rapat, website dan intranet
c. individu pengguna layanan LAN Website, booklet/leaflet, Estimasi anggaran yang dibutuhkan Rp 325.000.000
Waktu Dua (2) bulan
8 Grand Kick Off
Deskripsi : Grand Kick Off adalah acara launching perdana program reformasi birokrasi. Dalam acara ini Kepala LAN akan meresmikan dan menyampaikan informasi dasar mengenai reformasi birokrasi. Pada acara tersebut juga akan ditandatangani secara simbolik Pakta Pembaharuan LAN sebagai bentuk kontrak perubahan antara Kepala LAN dan para staff pimpinan.
Materi :
e. Dukungan dan partisipasi yang diharapkan f. Penandatanganan Pakta Pembaharuan
Kelompok sasaran Media
a. Wakil instansi pemerintah pusat dan daerah mitra kerja LAN
Rapat
b. Pimpinan dan pegawai LAN di Jakarta, Bandung, Samarinda, Makassar, Aceh
Rapat
Estimasi anggaran yang dibutuhkan Rp 25.000.000
BAB VI
ORGANISASI TIM MANAJEMEN PERUBAHAN
ntuk menjamin agar proses perubahan dapat dilaksanakan dengan baik menuju arah yang diharapkan, program reformasi birokrasi
membutuhkan tim manajemen perubahan. Tim yang disebut sebagai Program Management Office (PMO) memiliki tugas :
1. Menyusun perencanaan manajemen perubahan sesuai dengan arah dan prioritas program reformasi birokrasi,
2. Menyusun strategi dan melakukan monitoring serta evaluasi terhadap implementasi program reformasi birokrasi.
3. Melakukan pemetaan terhadap stakeholder internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi.
4. Mendorong setiap pegawai mendukung implementasi program reformasi birokrasi
5. Melakukan identifikasi terhadap resistensi serta kendala dalam pelaksanaan reformasi birokrasi.
6. Melakukan monitoring, evaluasi dan menyusun strategi perbaikan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi implementasi program reformasi birokrasi.
Untuk menjalankan tugas tersebut, PMO terdiri dari :
1. Program sponsor. Bertindak sebagai program sponsor adalah Kepala LAN RI.
a. Melakukan pengawasan dan memberikan arah terhadap efektifitas dan efisiensi proses perubahan dalam rangka pelaksanaan program program reformasi birokrasi
b. Mendorong seluruh jajaran pimpinan dan staff LAN untuk mendukung pelaksanaan dan pencapaian target program reformasi birokrasi.
2. Kelompok penasehat.
Dalam menjalankan tugasnya, program sponsor dibantu oleh kelompok penasehat. Kelompok penasehat ini terdiri dari :
a. Sekretaris Utama LAN b. Deputi I
c. Deputi II d. Deputi III e. Deputi IV f. Deputi V
Tugas kelompok penasehat :
a. Memberikan nasehat kepada Kepala LAN sebagai program sponsor baik diminta atau tidak diminta mengenai arah, strategi, prioritas pelaksanaan manajemen perubahan yang mendukung program program reformasi birokrasi LAN.
b. Memberikan nasihat mengenai rencana mobilisasi dan koordinasi pemanfaatan sumber daya pendukung program reformasi birokrasi.
3. Project Management Office (PMO).
Dalam pelaksanaan manajemen perubahan, PMO bertanggung jawab terhadap implementasi program manajemen perubahan yang mencakup perubahan pada bidang :
a. Organisasi b. Tatalaksana
c. Peraturan perundang undangan d. Sumber daya manusia aparatur e. Pengawasan
f. Akuntabilitas g. Pelayanan publik
Dalam menjalankan tanggung jawabnya PMO memiliki tugas
mengkoordinir implementasi strategi manajemen perubahan dan strategi
komunikasi yang mendukung keberhasilan program reformasi birokrasi.
Untuk itu PMO berperan dalam menjalin komunikasi dengan berbagai
langkah yang diperlukan untuk mengatasi ketidaksepahaman, konflik, atau
kendala lainnya.
Susunan personalia PMO LAN
Ketua : Dr. Adi Suryanto, M.Si.
Sekretaris : Dra. Reni Suzana, MPPM.
Anggota:
1. Drs. Guntur Karnaeni, M.Si.
2. Drs. Gering Supriyadi, MM.
3. Dr. PM. Marpaung, M.Sc.
4. Dra. Etty Kurniasih, M.Si.
5. Dr. Muhammad Idris, M.Si.
6. Dr. Sukari, MM.
7. Dr Muhammad Taufiq, DEA.
Dalam menjalankan tugasnya, PMO dibantu oleh dua gugus tugas yaitu
Tim Design Management (TDM) dan dan Tim Quality Assurance (TQA).
4. Tim Design Management atau TDM. TDM adalah tim yang disusun untuk membantu PMO dalam menyusun konsep, pedoman dan/atau instrumen
yang diperlukan dalam mendukung kelancaran pelaksanaan manajemen
perubahan. Disamping itu TDM bertugas dalam menindaklanjuti hasil
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan reformasi birorkrasi dengan
menyusun langkah perbaikan yang diperlukan.
Ketua : Dr. Anwar Sanusi, MPA.
Anggota :
1. Hartoto, S.IP. M.Si.
2. Yogi Suwarno, S.IP. MA.
3. Dra. Erna Irawati, M.Pol.Admin.
4. Dra. Elly Fatimah, M.Si.
5. Dra. Damayani, MQM.
6. Drs. Yusuf Gunawan, M.Si.
7. Rudy Mastofani, ST. MT.
8. Drs. Haris Faozan, M.Si.
9. Drs. Eris Yustiono, M.Sc.
10.Rusma Dwiyana, SH. M.Hum.
11.Pujiatmo Subarkah, SE.Ak. M.Sc.
5. Tim Quality Assurance atau TQA. TQA memiliki tugas melakukan monitoring dan evaluasi terhadap mutu dan kesesuaian target
pelaksanaan program manajemen perubahan. Disamping itu TQA
melakukan identifikasi permasalahan/kendala terhadap proses perubahan
serta memberikan masukan kepada TDM terhadap kebutuhan
penyempurnaannya.
Ketua : Drs. Edy Kusponco Wibowo, MM.
Sekretaris: Akhyar Effendy, SE. M.Si.
Anggota:
1. Tri Widodo WU, SH, M.Sc.
2. Dra Puji Hastuti, M.Pd.
3. Bambang Giyanto, SH, M.Pd.
4. Mariman, SE, M.Si.
6. Drs. M. Iqbal, M.Pd.
7. Sait Abdullah, Sip, M.Pol.Adm.
8. Dr. Andi Taufiq, M.Si.
9. Dr. Joni Dawud, DEA.
10.Drs. Riyadi, M.Si.
11.Drs. Lukman Samboteng, M.Si.
12.Muhammad Firdaus, MA. Ph.D.
6. Manajemen Proyek (MP).
Program reformasi birokrasi perlu diintegrasikan dalam seluruh aspek kegiatan organisasi LAN. Oleh sebab itu, Manajemen Proyek (MP) perlu dibentuk dengan tanggung jawab utama yaitu mengkoordinir dan melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan program reformasi birokrasi yang diterapkan dalam manajemen sehari hari. MP adalah pejabat eselon II sebagai seorang Manajer Proyek Perubahan (MPP) yang memimpin pelaksanaan proses perubahan di unit masing masing yang mereka pimpinan.
BAB VI
PENUTUP
eberhasilan dalam pelaksanaan manajemen perubahan sangat ditentukan oleh komitmen pimpinan dan partisipasi pegawai. Oleh sebab itu tersusunnya dokumen hanya akan memberikan manfaat apabila didukunga dengan komitmen yang kuat dari pimpinan untuk melaksanakan berbagai program yang sudah disusun.
Di samping itu proses perubahan, merupakan hal yang sangat dinamis oleh sebab itu efektifitas program manajemen perubahan memerlukan adaptasi dan penyesuaian sesuai dengan perkembangan lingkungan baik internal dan eksternal. Dokumen manajemen perubahan ini disusun sebagai rujukan atau guidance bagi penyelenggaraan Reformasi Birokrasi di lingkungan Lembaga Administrasi Negara. Seluruh rangkaian kegiatan Reformasi Birokrasi akan dilaukan berdasarkan pentahapan dan distribusi sumber daya organisasi yang telah direncanakan dalam manajemen perubahan ini.