• Tidak ada hasil yang ditemukan

K 01B Berbagai Bentuk Pengalaman Belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "K 01B Berbagai Bentuk Pengalaman Belajar"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

CARA MENYELENGGARAKAN BERBAGAI BENTUK PENGALAMAN BELAJAR

S. Amin Singgih

Pendahuluan

Dalam proses belajar-mengajar sering digunakan berbagai bentuk pengalaman belajar. Paling sering diselenggarakan bentuk pengalaman belajar yang disebut kuliah atau ceramah, di samping praktek (praktikum). Nampaknya akhir-akhir ini telah dikembangkan bentuk pengalaman belajar diskusi kelompok. Semua istilah tersebut sudah demikian populernya sehingga tidak lagi diperhatikan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi. Selain dari pada itu tanpa disadari telah dilaksanakan bentuk pengalaman belajar yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.

Dalam uraian selanjutnya akan diungkapkan cara menyelenggarakan bentuk-bentuk pengalaman belajar yang memenuhi persyaratan. Dengan demikian diharapkan proses belajar-mengajar akan berlangsung secara efektif dan efisien.

KULIAH/CERAMAH

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuliah yang diberikan oleh pengajar yang pandai kepada mahasiswa yang berkemampuan tinggi, dalam waktu 15 menit akan mengakibatkan turunnya perhatian 10% pendengar. Selanjutnya dalam waktu 45 menit hampir semua mahasiswa menurun perhatiannya terhadap apa yang di-ucapkan oleh pengajar. Dalam waktu 47 menit akan terlihat beberapa mahasiswa mengantuk.

Penelitian lain menyatakan bahwa 80% informasi yang diberikan melalui kuliah atau ceramah akan dilupakan setelah 8 minggu.

Meskipun gambaran yang diberikan dari hasil penelitian seperti itu, tetapi pada kenyataannya kuliah masih sering digunakan. Mengapa kita tetap menggunakan kuliah sebagai salah satu cara dalam proses belajar-mengajar?

Memang benar dengan kuliah akan lebih ekonomis bila dilihat dari segi cakupan jumlah mahasiswa yang dapat mengikuti kuliah seorang pengajar (rasio pengajar/mahasiswa), ruang yang diperlukan, serta persiapan yang dilakukan baik oleh pengajar maupun oleh mahasiswa. Selain itu kebiasaan menyajikan kuliah bagi pengajar serta mendengarkan kuliah bagi mahasiswa yang telah "mendarahdaging", sukar untuk diubah.

Lokakarya Persiapan Penerapan Kurikulum FK UKI, Jakarta, 12 - 26 Januari 1995

(2)

Untuk menentukan apakah cara kuliah akan digunakan atau tidak, terlebih dahulu harus ditetapkan tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh mahasiswa. Secara umum dapat dikatakan bahwa kuliah bermanfaat bila bertujuan untuk memberikan informasi kepada mahasiswa. Bila tujuannya untuk mengubah perilaku/sikap mahasiswa atau memberikan kemampuan memecahkan masalah (problem solving skill), maka kuliah tidak akan bermanfaat banyak.

Untuk tujuan memberikan informasi, kuliah tidak dapat "diganti" dengan memberikan bahan bacaan saja. Hal ini disebabkan karena tidak semua mahasiswa bermotivasi untuk membaca. Pengajar yang mengajar secara efektif, akan menekankan hal-hal yang penting dan mensintesis berbagai informasi dari bermacam-macam sumber dalam kuliahnya, di samping memberikan informasi yang muthakir yang sukar didapat dari bahan bacaan.

FAKTOR APA YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN SEBELUM MENYAJIKAN KULIAH?

Bila telah ditetapkan bahwa dengan cara memberikan kuliah merupakan cara yang paling baik untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, maka selanjutnya perlu diperhatikan beberapa faktor yang turut menentukan keberhasilan suatu kuliah.

Biasanya para pengajar hanya memikirkan bahan kuliah apa dan seberapa banyak yang akan diberikan dengan jatah waktu yang disediakan. Hal ini merupakan langkah awal yang kurang tepat.

Seharusnya diperhatikan apa yang akan didapat oleh mahasiswa dengan cara mendengarkan kuliah. Dengan demikian sejak awal kita sudah menerapkan dasar-dasar komunikasi. Sebagaimana kita ketahui, komunikasi yang efektif ialah komunikasi yang berorientasi pada penerima informasi.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan agar tujuan kuliah dapat tercapai ialah:

1. Apakah para mahasiswa benar-benar memerlukan pengetahuan tentang hal yang disajikan dalam kuliah?

2. Apakah bahan kuliah yang diberikan sesuai dengan tingkat kemampuan mahasiswa serta serasi dengan waktu yang tersedia?

3. Apakah pengajar akan memberikan informasi, atau menghimbau (persuasive), atau akan menggugah pola pikir mahasiswa?

BAGAIMANA MERANCANG SUATU KULIAH?

(3)

1. pendahuluan (introduksi) 2. bahan-pokok bahasan 3. rangkuman/kesimpulan

Karena sifat keterkaitan antar bagian tersebut, maka perlu dirangcang sebaik-baiknya sehingga tujuan kuliah dapat tercapai.

1. Pendahuluan Kuliah

Tidak jarang kita ikuti kuliah yang diawali dengan pernyataan pengajar antara lain sebagai berikut: "Hari ini akan kita bahas tentang penyakit X". Kemudian segera dilanjutkan dengan mengemukakan isi kuliah. Selama pengajar berbicara, para mahasiswa tidak mengetahui dengan jelas cakupan serta urutan bahan yang didengarnya.

Introduksi yang efektif ialah apabila pada awal kuliah diungkapkan dengan jelas hal-hal yang akan tercakup dalam kuliah serta urutan penyampaiannya. Sebagai contoh pendahuluan kuliah dapat sebagai berikut:

Hari ini akan kita bahas tentang berbagai faktor yang dapat menimbulkan penyakit X, tanda dan gejala penyakit, serta cara menegakkan diagnosis.

Setelah mengikuti kuliah, para mahasiswa diharapkan dapat mengenali kasus penyakit X.

Dengan kata lain, pada awal kuliah para mahasiswa telah mendapat gambaran tentang apa cakupan/kerangka isi kuliah serta mengapa uraian isi kuliah perlu diketahui.

Pendahuluan kuliah dapat pula berupa serangkaian pertanyaan yang bertujuan untuk menarik perhatian mahasiswa. Sudah barang tentu pertanyaan tersebut telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dijawab apabila mahasiswa mendengarkan kuliah dengan baik.

Dapat pula dalam pendahuluan dikemukakan "peraturan permainan" selama kuliah, misalnya kapan mahasiswa boleh bertanya. Hal ini untuk mencegah timbulnya pertanyaan "pada waktu yang salah" atau para mahasiswa tetap membisu sampai akhir kuliah meskipun belum menangkap inti pembicaraan.

Dari hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pendahuluan, jelas terlihat bahwa pendahuluan kuliah harus dirancang sebaik-baiknya agar perhatian mahasiswa tetap tinggi selama kuliah berlangsung, serta berbagai hal yang disampaikan dalam kuliah akan lama tercantum dalam daya ingat mahasiswa.

2. Bahan-Pokok Bahasan

(4)

pengajar juga harus merancang bahan pokok yang mana yang akan diutarakan dalam kuliah.

Dalam merancang uraian bahan bahasan, perlu pula dipikirkan beberapa faktor agar uraian tidak menyimpang dari kerangka kuliah. Faktor yang perlu diperhatikan tersebut antara lain ialah:

2.1. Kaitan bahan bahasan dengan pendahuluan.

Perancangan bahan bahasan harus berdasarkan kerangka kuliah yang dinyatakan dalam bab pendahuluan. Kemungkinan terjadi penyimpangan uraian tentang bahan kuliah akan sangat kecil apabila dalam menyusun bahan bahasan selalu mengacu pada butir-butir yang terdapat pada pendahuluan.

Bila tidak dirancang dengan baik, dapat terjadi "pembobotan waktu" yang tidak seimbang dalam menguraikan kerangka kuliah. Sebagai contoh introduksi kuliah tentang penyakit X. Bila pengajar sangat bergairah untuk menguraikan penyebab penyakit, maka waktu yang tersisa untuk menjelaskan tentang tanda dan gejala penyakit serta cara menegakkan diagnosis sangat sedikit. Padahal justru hal-hal yang terakhir itu yang penting, dilihat dari segi tujuan kuliah (mahasiswa diharapkan dapat mengenali kasus penyakit X).

Untuk menghindari hal tersebut, dikala menyusun rancangan juga dicatat "jatah waktu" yang diperlukan untuk menguraikan masing-masing butir dalam kerangka kuliah.

2.2. Kejelasan Uraian.

Penjelasan mengenai bahan kuliah akan lebih mudah ditangkap oleh mahasiswa apabila disertai contoh yang nyata. Misalnya tanda dan gelaja penyakit X akan mudah diingat bila disertai gambar, slide atau film. Demikian pula untuk istilah-istilah yang bagi mahasiswa masih merupakan hal yang baru, perlu diberikan uraian ringkas yang tertulis (glossary).

Pada dasarnya uraian akan lebih mudah ditangkap dan diingat jika lebih banyak indera mahasiswa (penglihatan, pendengaran dll) yang dirangsang pada waktu dilakukan penjelasan. Berdasarkan hal-hal tersebut nampak bahwa "handout", lembar transparan untuk overhead projector, slide dan alat bantu yang lain perlu dirancang agar berbagai uraian akan benar-benar jelas bagi mahasiswa.

2.3. Perpindahan dari satu hal ke hal yang lain.

(5)

pelaksanaannya para mahasiswa akan terus menerus terpukau pada uraian yang disajikan.

3. Rangkuman/Kesimpulan.

Rangkuman kuliah akan sangat berpengaruh pada bagian mana dari kuliah yang akan diingat oleh mahasiswa. Penyusunan rangkuman yang baik akan mengaitkan kembali bahan bahasan dengan pendahuluan kuliah dan tujuan kuliah.

Apabila seseorang pengajar memberikan serangkaian kuliah yang ber-sambungan (serial), maka dalam rangkuman perlu dinyatakan sekilas tentang apa yang telah dijelaskan pada kuliah yang lalu serta apa yang akan dijelaskan pada kuliah yang akan datang.

Secara ringkas mengenai 3 bagian yang terdapat dalam suatu kuliah yang utuh dapat dinyatakan sebagai berikut:

i. beritahukan apa yang akan pengajar jelaskan (introduksi) ii. jelaskan kepada mahasiswa (bahan bahasan)

iii. beritahukan apa yang sudah dijelaskan (rangkuman)

SARANA PEMBANTU APA YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM ME-RANCANG KULIAH?

Selain perangkat lunak yang harus dirancang, perlu pula direncanakan penggunaan sarana pembantu yang antara lain berupa sound system, overhead/slide projector.

Persiapan sarana pembantu yang berfungsi dengan baik diperlukan untuk menghidari timbulnya gangguan kelancaran kuliah.

Sudah barang tentu perlu pula dirancang hand out yang akan dibagikan kepada mahasiswa, yang akan sangat memperlancar proses belajar-mengajar.

SELAMA KULIAH BERLANGSUNG, HAL-HAL APA YANG PERLU DI-LAKUKAN?

Untuk menghindarkan cepatnya timbul rasa jemu pada mahasiswa, perlu dilakukan pengaturan tekanan dan kecepatan berbicara selama kuliah berlangsung. Perubahan suara tersebut juga diperlukan untuk menekankan hal-hal yang penting atau prinsip yang harus selalu diingat oleh mahasiswa.

Usahakan agar selama kuliah berlangsung, selalu terjadi komunikasi yang interaktif. SESUDAH KULIAH BERLANGSUNG, HAL APA YANG PERLU DILAKUKAN? Dalam rangka upaya untuk selalu memperbaiki mutu kuliah yang sudah berlalu, perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi ini dapat dilakukan oleh mahasiswa atau oleh sesama pengajar yang mengikuti sejak awal kegiatan.

(6)

DISKUSI KELOMPOK

Bentuk pengalaman belajar yang lain ialah diskusi kelompok. Nampaknya cara ini lebih disenangi oleh para mahasiswa, tetapi masih kurang dihayati oleh pengajar. Akibatnya semua kegiatan dalam proses belajar-mengajar asalkan terdiri dari beberapa orang yang berbincang-bincang disebut sebagai diskusi kelompok.

Diskusi kelompok yang dimaksud dalam tulisan ini ialah kegiatan dalam proses belajar-mengajar yang terdiri dari 8 - 10 mahasiswa yang didampingi oleh seorang pengajar sebagai fasilitator atau narasumber. Sebelum diskusi dilakukan, harus jelas sasaran atau hasil (output) yang akan dicapai. Dalam hal ini harus jelas dan terinci tujuan pendidikan yang akan dicapai dengan cara melaksanakan diskusi kelompok. Biasanya hasil diskusi kelompok merupakan suatu fragmen (bagian) dari suatu pengetahuan yang utuh dalam cabang ilmu tertentu. Dengan demikian dalam menyusun sasaran harus dimunculkan keterkaitan atau relevansi dengan fragmen lain maupun dengan cabang ilmu yang lain. Sebaiknya diungkapkan dengan jelas keterkaitan dan relevansi dengan kemampuan akhir sebagai sarjana.

Secara umum tujuan diskusi kelompok ialah untuk mendalami suatu substansi ilmu yang pernah diperoleh sebelumnya (prior knowledge) atau memperluas wawasan dan “menggali” (eksplorasi) pengetahuan baru yang belum pernah diketahui oleh mahasiswa.

Penerapan bentuk pengalaman belajar diskusi kelompok ini semakin berkembang setelah diterapkan metoda Belajar Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning). Dengan metoda tersebut bentuk pengalaman belajar kuliah semakin kecil perannya. Bahkan kuliah dilaksanakan hanya berdasarkan kebutuhan dan permintaan mahasiswa serta dinilai pengajar perlu untuk diberikan. Namun demikian, kuliah tersebut juga harus dirancang sebagaimana mestinya seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya.

Beberapa kemampuan (competence) yang dapat dicapai melalui diskusi kelompok antara lain ialah:

1. kemampuan berkomunikasi dengan baik yang mencakup:

· kemampuan untuk mendengarkan baik-baik pembicaraan temannya

· kemampuan untuk menjelaskan suatu hal dengan kata-kata yang dapat dipahami oleh temannya

2. kemampuan untuk berpola pikir yang komprehensif maupun integratif. 3. kemampuan untuk belajar mandiri serta mengembangkan kreatifitas.

Dengan demikian diskusi kelompok dapat digunakan untuk menggugah perubahan sikap serta pola pikir. Selain itu substansi yang telah dikuasai mahasiswa dapat di"retensi" lebih lama dibandingkan dengan cara mengikuti kuliah.

(7)

berperan sebagai fasilitator dan narasumber. Dalam melaksanakan kedua peran tersebut pengajar harus berupaya agar pada mahasiswa terbentuk pola pikir yang integratif.

Sebagai fasilitator, pengajar berfungsi antara lain:

 meningkatkan motivasi berdiskusi, khususnya bagi mahasiswa yang kurang aktif

 mengurangi "dominasi" seseorang mahasiswa  memperbaiki penyimpangan pola pikir

 mengusahakan agar masing-masing mahasiswa mendapat kesempatan yang sama dalam mengemukakan pendapatnya

 memantau rencana kerja kelompok sehingga semua tugas mahasiswa dapat terselesaikan dalam waktu yang tersedia

Diskusi kelompok yang bertujuan untuk pendalaman substansi ilmu dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu jenis pengkajian (review) dan jenis penerapan (application). Pada dasarnya kedua jenis tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk memperkuat pemahaman tentang hal-hal yang pernah didapatnya. Meskipun demikian pada jenis pengkajian lebih ditekankan kepada teori (kognitif) sedangkan jenis penerapan lebih menekankan pada memperkuat pemahaman (reinforcement) konsep-konsep teori melalui praktek (psikomotor).

Diskusi kelompok yang bertujuan untuk eksplorasi substansi baru, biasanya untuk membahas substansi ilmu yang belum pernah diketahui oleh mahasiswa. Melihat pada berbagai hal mengenai diskusi kelompok tersebut, jelas bahwa kegiatan itu harus dirangcang sebaik-baiknya agar diskusi kelompok dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.

BAGAIMANA MERANCANG DISKUSI KELOMPOK JENIS PENGKAJIAN?

Langkah awal untuk merancang diskusi jenis ini ialah harus diketahui terlebih dahulu tingkat pengetahuan-awal mahasiswa. Selanjutnya ditetapkan tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh kelompok. Kemudian sebagai alat (instrumen) untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut dapat disusun masalah pemicu beserta pertanyaan-pertanyaan. Biasanya masalah pemicu serta pertanyaan tersebut dituangkan dalam lembar tugas. Tugas tersebut disusun sedemikian rupa sehingga apabila semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik, berarti tujuan pendidikan telah tercapai.

Dalam merancang diskusi jenis pengkajian ini, dituntut kemahiran pengajar dalam menyusun lembar tugas yang serasi dengan tujuan pendidikan, menyiapkan bahan pustaka yang digunakan sebagai acuan selama diskusi berlangsung, merencanakan alokasi waktu, memperkirakan bentuk "campurtangan" (intervensi) pengajar, serta kemampuan memantau (monitor) proses diskusi. Bentuk intervensi ini dapat beragam jenis antara lain berupa "kuliah sisipan" yang diberikan sesuai kebutuhan mahasiswa.

(8)

Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, diskusi jenis ini lebih dikenal sebagai diskusi di kala praktek. Tujuan pendidikan yang akan dicapai lebih menekankan pada kemampuan penerapan teori ke dalam praktek atau kemampuan menganalisis hasil praktikum dengan menjelaskan teori yang mendasarinya. Bergantung kepada tingkat pendidikan mahasiswa, diskusi kelompok jenis penerapan ini dapat dikembangkan untuk mencapai kemampuan mengsintesis serta merancang pengelolaan suatu masalah. Dengan kata lain melalui diskusi kelompok jenis penerapan terjadi penguatan (reinforcement) berbagai konsep/prinsip teori.

Pada dasarnya cara merancang diskusi jenis penerapan sama dengan diskusi jenis pengkajian. Perbedaan lebih nampak pada sarana yang harus dipersiapkan. Pada diskusi jenis penerapan lebih banyak direncanakan penyiapan alat yang berfungsi dengan baik, petunjuk penggunaan alat (operational manual), simulasi bahkan pasien, yang jumlah dan jenisnya disesuaikan dengan tujuan pendidikan serta jumlah mahasiswa yang mengikuti diskusi kelompok.

Perlu diingat oleh pengajar agar dalam merancang diskusi kelompok selalu memperhatikan metoda yang dapat memacu kreatifitas mahasiswa.

SELAMA DISKUSI KELOMPOK BERLANGSUNG, HAL APA YANG PERLU DILAKUKAN OLEH PENGAJAR?

Pada prinsipnya pengajar tidak boleh terlalu aktif. Keaktifan harus berkembang pada masing-masing mahasiswa. Namun demikian pengajar harus terus menerus meng-amati jalannya diskusi kelompok.

Hal itu diperlukan agar peyimpangan-penyimpangan yang terjadi, misalnya diskusi yang berlarut-larut tanpa kejelasan tujuan, dapat segera diintervensi untuk dilakukan penyesuaian. Di samping itu bila terjadi perbedaan pendapat antar mahasiswa, pengajar tidak boleh berperan sebagai "hakim", yaitu menyalahkan atau membenarkan salah satu pendapat. Jawaban yang tepat sebaiknya ditemukan sendiri oleh para mahasiswa.

Pemantauan yang dilakukan pengajar tersebut juga dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya diberi kuliah "sisipan" , baik karena tingkat kebutuhan mahasiswa atau karena minimnya kepustakaan yang terdapat di institusi pendidikan. SETELAH DISKUSI KELOMPOK BERLANGSUNG, HAL APA YANG PERLU DILAKUKAN OLEH PENGAJAR?

Sama halnya dengan kuliah, setelah kegiatan diskusi berakhir perlu dilakukan evaluasi. Tujuan evaluasi ini ialah untuk melakukan tindakan penyesuaian agar diskusi yang akan diselenggarakan berikutnya menjadi lebih baik, khususnya dalam efisiensi dan efektifitas.

(9)

Dari uraian tentang bentuk pengalaman belajar, jelas terlihat bahwa keberhasilan penyelenggaraan kuliah atau diskusi kelompok sangat ditentukan oleh perancangan yang disusun secara rinci.

Perancangan dapat dilakukan dengan baik apabila diikuti setiap langkah secara berurutan dengan memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Untuk memudahkan perancangan tersebut secara rinci dapat dilakukan dengan cara menyusun tata alir kegiatan (flowchart) yang berisi:

1. jenis kegiatan

2. hasil (output) setiap kegiatan yang mengacu pada tujuan pendidikan 3. waktu mulai dan lama (durasi) setiap kegiatan

4. pengajar sebagai narasumber dan sebagai fasilitator

5. sarana termasuk ruang diskusi, bahan kepustakaan, alat bantu pengajaran

Dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, sebaiknya diupayakan agar bentuk pengalaman belajar yang dipilih dapat menopang proses belajar mandiri, menumbuhkan kreatifitas serta mengembangkan pola pikir yang komprehensif maupun integratif yang mantap, pada masing-masing mahasiswa.

KEPUSTAKAAN

1. BUGHMAN; The Lecture method of instruction, Development of Educational Programmes for the Health Professions, Public Health Papers 52, WHO, 1973

2. P. FOLEY, J. SMILANSKY; Teaching Techniques, A Handbook for Health Professionals, Mc. Hill, Inc, 1980

3. E. KEMP; Instructional Design, A Plan for Unit and Course Development, 2nd Ed., Fearon-Pitman Publishers, Inc., 1977.

4. E. MILLER; Teaching Large Groups, Educational Strategies for the Health Professions, Public Health Papers 61, WHO, 1974

5. PERLMUTTER; Dynamics of a learning group, Educational Strategies for the Health Professions, Public Health Papers 61, WHO, 1974

Referensi

Dokumen terkait

Pada kesempatan yang berbahagia ini pula kami selaku Pengurus Pemuda Peduli Dhuafa Gresik mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta di bagian perawatan Lantai VA, Lantai VC, Lantai IVA, Lantai IVC dan Emergency dilakukan pada bulan

Setelah menyaksikan video yang dikirim melalui WAG mengenal bangun datar, peserta didik dapat menjelaskan bentuk bidang dan warna sebagai unsur karya dekoratif yang sesuai dengan

Untuk menguji hipotesis mengenai perbedaan konsep diri antara remaja yang sejak masa akhir kanak-kanaknya dibesarkan dipanti asuhan dengan remaja yang sejak masa

Kus (41 tahun) dengan keluhan tinnitus tanpa vertigo dan pendengaran menurun sejak empat hari sebelumnya, didiagnosis SNHL telinga kiri dengan PTA 93,75 dB

Penelitian ini bertujuan untuk mencari akar permasalahan kualitas yang terjadi pada proses pembuatan pipa PVC 4” dengan menggunakan metode DMAIC (define, measure, analyze,

Pemotong dan/atau Pemungut Pajak wajib melakukan pemotongan atau pemungutan pajak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam P3B berdasarkan Form DGT-2 yang masih berlaku

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Kelloway, Turner, Barling dan Loughlin (2012) yang membuat penyelidikan tentang hubungan antara persepsi pekerja terhadap gaya