• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BERAT JENIS BATUGAMPING PADA KA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS BERAT JENIS BATUGAMPING PADA KA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BERAT JENIS BATUGAMPING PADA

KAMPUNG KOYA KOSO KOTA JAYAPURA

Oleh :

WILLEM BERNADUS RUMANIOWI NIM. 0080640278

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA

(2)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 2

1.2.1 Rumusan Masalah ... 2

1.2.2 Batasan Masalah... 2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 2

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 2

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 2

1.4 Keadaan Lingkungan ... 2

1.4.1 Lokasi ... 2

1.4.2 Kesampaian Daerah ... 3

1.4.3 Statigrafi ... 3

1.4.4 Topografi ... 4

1.4.5 Litologi ... 4

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Definisi Batuan ... 5

2.2 Batugamping ... 6

2.3 Pembentukan Batugamping ... 6

2.4 Karakteristik Batuan ... 8

2.5 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar ... 8

(3)

ii

2.5.2 Benda Uji ... 9

2.5.3 Cara Pengujian atau Prosedur ... 9

2.6 Penentuan Berat Jenis ... 10

3 METODELOGI... 11

3.1 Rencana Penelitian ... 11

3.2 Peralatan dan Bahan ... 11

3.2.1 Peralatan ... 11

3.2.2 Bahan... 11

3.3 Tahapan, Metode dan Teknik Penelitian ... 11

3.3.1 Tahapan ... 11

3.3.2 Metode dan Teknik Penelitian ... 13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

4.1 Hasil ... 14

4.1.1 Deskripsi Batugamping ... 14

4.1.2 Pengambilan Data ... 15

4.2 Pembahasan ... 16

4.2.1 Perhitungan Berat Jenis ... 16

5 PENUTUP ... 17

5.1 Kesimpulan ... 17

5.2 Saran ... 17

(4)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 13

(5)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Batugamping Berdasarkan Kadar Dolomit atau MgO... 8

(6)

1

BAB I

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Papua merupakan pulau yang kaya akan sumber daya alam mineral dan

batuan salah satunya batugamping atau oleh masyarakat sering disebut batu kapur.

Batugamping sering dipakai sebagai bahan penstabilan jalan raya

pemakaian kapur dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang

dilaluinya. Kandungan kapur pada batugamping berfungsi untuk mengurangi

plastisitas, mengurangi penyusutan dan pemuaian fondasi jalan raya dan juga

manfaat lain yaitu sebagai bahan baku semen.

Sebaran batugamping di Papua cukup merata dan salah satunya

keterdapatannya yaitu pada Kota Jayapura Kampung Koya Koso batugamping pada

lokasi ini merupakan batugamping yang terbentuk di daerah lingkungan

pengendapan laut dangkal. Batugamping ini terbentuk dari pengendapan cangkang

atau rumah siput, foraminifera, ganggang, dan binatang kerang. Ketika

hewan-hewan tersebut mati, mereka meninggalkan cangkangnya dan terakumulasi,

terendapkan pada cekungan laut dangkal kemudian semua itu berproses sekitar

jutaan tahun. Pada daerah kota jayapura sendiri batugamping sering dijumpai pada

daerah pesisir pantai.

Sangat banyak keterdapan batugamping di Kota Jayapura dan beberapa studi

telah dilakukan untuk menghitung jumlah volume batugamping namun satu hal

yang juga perlu dilakukan yaitu studi untuk mengetahui berat jenis (specific gravity)

dari batugamping tersebut guna menetukan jumlah cadangan dalam satuan massa

dan juga sebagai dasar perhitungan dalam disain struktur pada pembangunan suatu

bangunan yang harus memperhitungkan faktor berat jenis material. Maka yang

perlu dilakukan analisis dalam penelitian ini untuk mengetahui berat jenis

(7)

2

1.2 Permasalahan

1.2.1 Rumusan Masalah

Berapakah nilai berat jenis batugamping pada Kampung Koya Koso

1.2.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan hanya dibatasi pada batugamping yang

berada di Kampung Koya Koso Kota Jayapura.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui nilai berat jenis

batugamping pada daerah Kampung Koya Koso Kota Jayapura.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Untuk Peneliti manfaat dari penelitian ini yaitu menambah pengetahuan dan

wawasan bagi peneliti khususnya tentang sifat fisik batugamping pada

Kampung Koya Koso Kota Jayapura.

2. Untuk Akademis Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai

konsumsi ilmiah bagi kaum akademis dan dapat dijadikan referensi bagi

peneliti yang lain dalam mengembangkan penelitian tentang Batugamping di

daerah Kota Jayapura.

3. Untuk Pemerintah Daerah Sebagai bahan masukan untuk pemerintah daerah

khususnya Kota Jayapura tentang nilai berat jenis batugamping yang ada pada

Kampung Koya Koso Kota Jayapura.

1.4 Keadaan Lingkungan

1.4.1 Lokasi

Lokasi penelitian berada tepat di Distrik Abepura Kampung Koya Koso Kota

Jayapura Provinsi Papua. Kota Jayapura merupakan Kota yang terletak di Ibu Kota

Provinsi Papua dengan luasan 17.516.000 km2 yang terdiri dari 19 distrik, 5

(8)

3

LU-30 45ʹ LS dan 1390 15ʹ BB dan 1400 45ʹ BT. Batas wilayah yang dilihat dari

kondisi geografis adalah :

Sebelah Utara : Samudra Pasifik

Sebelah Selatan : Kota Pengunungan Bintang dan Tolikara

Sebelah Barat : Kabupaten Jayapura

Sebelah Timur : Papua New Guneia (PNG)

1.4.2 Kesampaian Daerah

Daerah penelitian dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua

maupun roda empat dengan waktu tempuh ± 45 menit dari Abepura – Koya Koso.

1.4.3 Statigrafi

Secara tratigrafi daerah Kota Jayapura tersusun oleh batuan beku, sedimen

dan metamorfik yang berasal dari umur praTersier, Tersier hingga Kuarter. Urutan

batuan yang menyusun daerah Kota Jayapura dari umur tertua kemuda, sebagai

berikut. Pra-Tersierter diri dari batuan beku mafik dan ultarmafik (m dan um), serta

batuan metamorfik (pTmc). Kelompok batuan ini digolongkan sebagai batuan

tektonit (SuwarnodanNoya, 1995).

Tersierter diri kelompok batuan piroklastik yang berupa lava basal, diabas,

andesit dan breksi volkanik, tuf dan sisipan batugamping, greywacke dan tuf

(Formasi Auwewa/Tema), Kelompok batugamping bersispan biomikrit, napal,

batupasir halus, greywacke gampingan, tufaan, dan tuf (FormasiNubai/Tomn),

kelompok batuan sedimen berupa greywacke yang berselingan dengan batulanau

dan batulempung serta bersisipan dengan konglomerat dan napal

(FormasiMakats/Tmm), batupasir dan batu lempung yang bersisipan dengan

batugamping, napal dan lanau (FormasiAurimi/Tmpa), dan batugamping

(FormasiBenai/Tmpb). Hampir semua formasi saling jari menjemari. Secara selaras

di atasnya diendapkan greywacke yang berselang-seling dengan batulempung,

batulanau, napal, konglomerat serta sisipan batupsir dan lignit (FormasiUnk/Qtu).

Kuarter terdiri dari Kelompok batuan campur aduk (Qc) dan endapan lumpur

(Qmd), kelompok endapan laut dangkal seperti batugamping koral-ganggang,

(9)

4

kelompok endapan darat seperti kipas aluvial (Qf) dan endapan aluvial dan pantai

(Qa).

1.4.4 Topografi

Keadaan topografi Kota Jayapura sangat bervariasi mulai dataran rendah

dengan lereng yang landai sampai dengan daerah bergunung-gunung. Secara

topografi, wilayah daerah penyelidikan lebih didominasi kemiringan lereng yang

sangat curam (40-65 %),sedangkan ketinggian daerah sebagian besar berada

dibawah 100 meter diatas permukaan air laut (22.36 %).

1.4.5 Litologi

Litologi atau sebaran batuan yang menyusun daerah penyelidikan dibedakan

menurut jenis batuan adalahsebagaiberikut:

1. Batuan Beku seperti diorit dan gabro (Kelompok mafik/m) serta serpentinit

dan piroksenit (Kelompok Ultramafik/um). Kelompok batuan beku sangat

mendominasi singkapan di permukaan dan hasil pelapukannya menghasilkan

endapan laterit yang kaya atau mengandung logam-logam seperti nikel,

magnesium, besi, dan kromit.

2. Batuan Sedimen berupa batuan gunung api bawah laut seperti lava basalt,

diabas dan andesit, aglomerat, breksi gunung api, tufa, sisipan batugamping

dan tuf pasiran gampingan (Formasi Auwewa/Tema) dan batugamping

berukuran halus-kasar, masif (pejal) dan mengandung fosilkoral, cangkang

moluska, duri echinoid (Formasi Benai/Tmpb).

3. Batuan Metamorfik seperti sekis, filit, gneis dan marmer (Kelompok Malihan

(10)

5

BAB II

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Batuan

Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda dimana

tidak mempunyai komposisi kimia tetap. Batuan terdiri dari bagian yang padat baik

berupa kristal maupun yang tidak mempunyai bentuk tertentu dan bagian kosong

seperti pori-pori, fissure, crack, joint dan lain-lain. Dari definisi di atas dapat

disimpulkan bahwa batuan tidak sama dengan tanah. Tanah dikenal sebagai

material yang mobile, rapuh dan letaknya dekat dengan permukaan bumi.

Berbagai definisi dari batuan sebagai objek dari mekanika batuan telah

diberikan oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang saling berhubungan, yaitu.

1. Menurut para ahli geologiwan

Batuan adalah susunan mineral dan bahan organis yang bersatu membentuk

kulit bumi.

2. Menurut para ahli teknik sipil khususnya para ahli geoteknik

Istilah batuan hanya untuk formasi yang keras dan solid dari kulit bumi, serta

batuan tidak dapat digali dengan cara yang biasa, misalnya dengan

menggunakan cangkul.

3. Menurut Talobre

Batuan adalah material yang membentuk kulit bumi termasuk fluida yang ada

di dalamnya seperti air, minyak dan lain-lain.

4. Menurut ASTM

Batuan adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa massa

yang berukuran besar ataupun yang berupa fragmen-fragmen.

5. Secara Umum

Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda, tidak

(11)

6

2.2 Batugamping

Batugamping merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan

oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk bahan

bangunan, batu bangunan, bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk pertanian

dll.

Stabilitas politik yang baik indonesia telah memacu pengembangan sektor

industri, konstruksi dan pertanian ketingkat yang lebih baik. Perkembangan ini

secara tidak langsung memperlihatkan adanya peningkatan kebutuhan akan bahan

baku dan penolong bagi perkembangan sektor industri yang merupakan industri

hilir. Berdasarkan pertimbangan tersebut diperkirakan prospek pasar untuk

komoditas pasar cukup cerah.

2.3 Pembentukan Batugamping

Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik secara

mekanik atau secara kimia sebagian Batugamping dialam terjadi secara organik.

Jenis ini berasal dari pengembangan cangkang atau rumah kerang dan siput. Untuk

batu kapur yang terjadi secara mekanik sebetulnya bahannya tidak jauh beda

dengan Batugamping secara organik yang membedakannya adalah terjadinya

perombakan dari bahan Batugamping tersebut kemudian terbawa oleh arus dan

biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara

kimia jenis Batugamping yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan

tertentu dalam air laut ataupun air tawar.

Selain hal di atas, maka air mineral dapat pula mengendapkan Batugamping,

(disebut endapan sinter kapur). Jenis Batugamping ini terjadi karena Peredaran air

panas alam yang melarutkan lapisan Batugamping di bawah permukaan, yang

(12)

7

Magnesium, lempung, dan pasir merupakanunsur pengotor yang mengendap

bersama-sama pada proses pengendapan. Keberadaan pengontor Batugamping

memberikan klasifikasi jenis Batugamping. Apabila pengotornya magnesium,

maka batu kapur tersebut diklasifikasikan sebagai Batugamping dolomitan.

Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka Batugamping tersebut di

klasifikasikan sebagai batu kapur lempungan, dan batu kapur pasiran apabila

pengotornya pasir. Presentase unsur-unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap

warna batu kapur tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu muda,

abu-abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna kemerah-merahan misalnya, biasanya di

sebabkan oleh adanya unsur mangan, sedangkan kehitam-hitaman di sebabkan oleh

adanya unsur organik.

Batugamping dapat bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula kebalikannya.

Selain yang pejal (masive) di jumpai pula yang porous.

Batugamping yang mengalami metamorfosa akan berubah penampakannya

maupun sifat-sifatnya. Hal ini terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas,

sehingga batu kapur tersebut menjadi berhablur, seperti yang di jumpai pada

marmer. Selain itu, air tanah juga sangat berpengaruh terhadap penghabluran

kembali pada permukaan Batugamping, sehingga terbentuk hablur kalsit.

Di beberapa aerah endapan batu kapur seringkali di temukan di gua dan

sungai bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan

mengandung CO3 dari udara maupun dan dari hasil pembusukan zat-zat organik di

permukaan. Setelah meresap kedalam tanah dapat melarutkan batu kapur yang di

laluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut.

CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2

Ca(HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam tubuh batu

kapur tersebut. Secara geologi, batu kapur erat sekali hubungannya dengan dolomit.

Karena pengaruh pelindian atau peresapan unsur magnesium dari laut ke dalam batu

kapur, maka batu kapur tersebut dapat berubah menjadi dolomitan atau jadi

dolomit. Kadar dolomit atau MgO dalam Batugamping yang berbeda akan

(13)

8

Tabel 2.1 Klasifikasi Batugamping Berdasarkan Kadar Dolomit atau MgO

Nama Batuan Kadar Dolomit Kadar MgO (%)

Batugamping 0 -5 0,1- 1,1

Batugamping

Bermagnesium 5-1 1,1-2,

Batu kapur dolomitan 10-50 2,2-10,

Dolomit berkalsium 50-90 10,9-19,7

Dolomit 90-100 19,7- 21,8

Batugamping dan dolomit merupakan batuan karbonat utama yang banyak

digunakan diindustri Aragonit yang berkomposisi kimia sama dengan Kalsit

(CaCO3) tetapi berbeda dengan struktur kristalnya, merupakan mineral metas table

karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi Kalsit. Karena sifat fisika

mineral-mineral karbonat hampir sama satu sama lain, maka tidak mudah untuk

mengidentifikasinya.

2.4 Karakteristik Batuan

Batuan mempunyai sifat – sifat tertentu yang perlu diketahui dalam makanika

batuan dan dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar, yaitu sifat fisik dan sifat

mekanik. Kedua sifat tersebut dapat ditentukan baik di laboratorium maupun

dilapangan (in-situ).

2.5 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk

menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu

dari agregat kasar, serta angka penyerapan dari agregat kasar.

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis agregat kasar serta

kemampuannya menyerap air. Besarnya berat jenis yang diperiksa adalah untuk

agregat dalam keadaan kering, berat kering permukaan jenuh (Saturated Surface

(14)

9

2.5.1 Peralatan

Peralatan yang dipakai meliputi :

1. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm (No. 8) dengan

kapasitas kira-kira 5 kg.

2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan.

Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.

3. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang

ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.

4. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai

(110±5)°C.

5. Alat pemisah contoh.

6. Saringan no. 4 (4,75 mm).

2.5.2 Benda Uji

Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no. 4 (4,75) mm diperoleh

dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira-kira 5 kg.

2.5.3 Cara Pengujian atau Prosedur

Urutan pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :

1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang

melekat pada permukaan.

2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C sampai berat tetap;

sebagai catatan, bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam

pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air

aslinya, maka tidak perlu dilakukan pengeringan dengan oven.

3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang

dengan ketelitian 0,5 gram (Bk).

4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam.

5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air

pada permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan halus satu

(15)

10

6. Timbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj).

7. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangan batunya untuk

mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (Ba),

dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25°C).

8. Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir berat dan

ringan; bahan semacam ini memberikan harga-harga berat jenis yang tidak

tetap walaupun pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati, dalam hal ini

beberapa pemeriksaan ulangan diperlukan untuk mendapatkan harga rata-rata

yang memuaskan.

2.6 Penentuan Berat Jenis

1. Berat jenis (Bulk Specific Grafity) ialah perbandingan antara berat agregat

kering dan air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan

jenuh pada suatu suhu tertentu.

2. Berat jenis kering permukaan (SSD) yaitu perbandingan antara berat agregat

kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi

agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.

3. Berat jenis semu (Apparent Specific Grafity) ialah perbandingan antara berat

agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan

isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.

Keterangan :

BK = Berat benda uji kering oven, dalam gram

BJ = Berat benda uji kering permukaan jenuh, dalam gram

BA = Berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air, dalam

gram.

Berat Jenis ( Bulk) = 𝐁𝐊

𝐁𝐉−𝐁𝐀

Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh = 𝐵𝐽

𝐵𝐽−𝐵𝐴

Berat Jenis Semu (Apparent) = 𝐵𝐾

(16)

11

BAB III

3

METODELOGI

3.1 Rencana Penelitian

Adapun rencana penelitian yang akan dilakukan menggenai analisis

penentuan berat jenis batugamping pada Kampung Koya Koso Kota Jayapura.

Penelitian ini akan dilakukan dengan melakukan sampling batuan pada Kampung

Koya Koso dan melakukan pengujian di Laboratorium.

3.2 Peralatan dan Bahan

3.2.1 Peralatan

1. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm (No. 8) dengan

kapasitas kira-kira 5 kg.

2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan.

Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.

3. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang

ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.

4. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai

(110±5)°C.

5. Alat pemisah contoh.

6. Saringan no. 4 (4,75 mm).

3.2.2 Bahan

1. Air

2. Sampel Batugamping

3.3 Tahapan, Metode dan Teknik Penelitian

3.3.1 Tahapan

1. Persiapan

Persiapan dilakukan dengan mencari, mengumpulkan pustaka dan studi

(17)

12

2. Pengambilan Data

Data yang di pakai dalam penelitian ini ada 2 yaitu :

a. Data Primer

Merupakan data yang diambil dan diolah sendiri oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari jurnal dan laporan penelitian.

3. Pengolahan Data

Sampel batuan yang diperoleh kemudian dilakukan pengujian di

laboratorium dan dihitung menggunakan persamaan-persamaan.

4. Hasil

Hasil pengolahan data merupakan nilai berat jenis batugamping pada

Kampung Yoka Kota Jayapura. Kemudian dijadikan sebagai bahan untuk

kemudian dibahas.

5. Penyusunan Laporan

Laporan Tugas Akhir ini dibagi dalam beberapa bagian sebagai berikut :

a. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang, tujuan, permasalahan

dan keadaan daerah penelitian.

b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori mengenai batugamping dan teori penujian

berat jenis.

c. BAB III METODELOGI

Bab ini mengurai metode, cara, tahapan yang dipakai untuk

menjawab permasalahan dan sampai pada penyusunan skripsi.

d. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil yang diperoleh dari setiap tahap penelitian.

(18)

13

e. BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang

dilakukan yang diharapkan dapat menjawab tujuan dari penelitian ini.

3.3.2 Metode dan Teknik Penelitian

Analisis Berat Jenis Batugamping Kampung Koya Koso Kota Jayapura

Studi Literatur :

Jurnal, Mekanika Batuan, Petrologi Data

Data Primer :

1. Berat kering jenuh 2. Berat dalam air 3. Berat kering

Data Sekunder :

1. Peta Geologi

Berat Jenis ( Bulk) = BK

BJ−BA Berat Jenis Jenuh =

BJ BJ−BA

Analisis Berat Jenis Semu = BK

BK−BA

Hasil

(19)

14

BAB IV

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Deskripsi Batugamping

Jenis batuan : Sedimen klastik

Warna segar : Putih

Warna lapuk : Kuning kecoklatan

Struktur : Primer Masif

Tekstur :

1. Ukuran Butir : Pasir – Lempung (Renit)

2. Kebundaran : Membundarar

3. Kemas : Terbuka

4. Komposisi mineral :

a. Fragmen : Organisme, Cangkang Kerang dan Terumbu

b. Matrix : Kalsium

c. Semen : Karbonat

Nama batuan : Batugamping Kalkernit

Petrogenesa : Terbentuk di daerah lingkungan pengendapan laut

dangkal

(20)

15

4.1.2 Pengambilan Data

1. Sampel Kering (BJ)

Sampel kering merupakan sampel yang telah melalui proses pemanasan

hingga kering di dalam oven guna menghilangkan kandungan air pada

sampel. Setelah kering sampel dikeluarkan dan ditimbang.

Berat tempat /backer = 321,8 gram

Berat tempat + sampel = 3.500,4 gram

Berat sampel = 3.500,4 - 321,8 = 3.178,6 gram

2. Sampel Kering Jenuh (BK)

Sampel kering jenuh merupakan sampel kering yang masih alami tanpa

mengalami proses pengeringan di dalam oven. Sampel yang diambil dari

lokasi langsung ditimbang.

Berat tempat /backer = 321,8 gram

Berat tempat + sampel = 3.298 gram

Berat Sampel = 3.298 - 321,8 = 2.976,2gram

3. Sampel di dalam air (BA)

Sampel di dalam air merupakan sampel yang ditengelamkan kedalam

air dan ditimbang

Berat Keranjang = 537 gram

Berat Keranjang + Sampel = 2.283 gram

Berat Sampel = 2.283-537 = 1.746 gram

Tabel 4.1 Pengukuran Berat Sampel

Pengukuran Berat Berat (gram)

(21)

16

4.2 Pembahasan

Berdasarkan data pengukuran berat sampel pada 3 kondisi yaitu kondisi

kering, jenuh dan didalam air.

4.2.1 Perhitungan Berat Jenis

1. Berat Jenis ( Bulk)

=

BK

BJ−BA

= 2976,2

3178,6 −1746 = 2976,2

1432,6 = 2,0 gram/cm 3

2. Berat Jenis Kering Jenuh

=

BJ

BJ−BA

= 3178,6

3178,6 − 1746 = 3178,6

1432,6 = 2,21 gram/cm 3

3. Berat Jenis Semu (Apparent)

=

BK−BABK

= 2976,2

2976,2 − 1746 = 2976,2

(22)

17

BAB V

5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat diambil

adalah sebagai berikut.

1. Berat jenis adalah 2,0 gram/cm3

2. Berat jenis jenuh adalah 2,21 gram/cm3

3. Berat jenis semu adalah 2,41 gram/cm3

5.2 Saran

(23)

18

DAFTAR PUSTAKA

Rai, R. A., Kramadibrata, S., & Wattimena, R. K. (2011). Mekanika Batuan.

Bandung: Program Studi Teknik Pertambangan; Istitut Teknologi Bandung.

Jumikis, A. R. “Rock Mechanic”, Second Edition, Trans Tech. Publications,

ClausthalZellerfeld, Federal Republic Of Germany, 1983.

Hudson, J. A. dan J.P. Harrison, “Rock Mechanic, Principles and Application”,

Draft 3.0, Imperial College, London, 1990.

Made Astawarai dan Suseno Kramadibrata, “Diktat Kuliah Mekanika Batuan”,

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Batugamping Berdasarkan Kadar Dolomit atau MgO
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Gambar 4.1 Sampel Batugamping

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dan saran: dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa Berat Badan Bayi akan berkurang jika kadar haemoglobin ibu hamil kurang dengan rata – rata berat badan

Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mendapatkan hasil total berat baja dan total berat pemakaian elektroda dari berat hull kapal desain dan juga kapal yang di bangun kemudian

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran berat – panjang beberapa jenis ikan di Pantai Timur Pangandaran menunjukkan pertumbuhan panjang yang

Berdasarkan hasil perhitungan- perhitungan di atas, maka dapat diketahui besarnya biaya produksi tahunan dari alat Wheel Loader 924G merupakan penjumlahan dari biaya-biaya

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Dari hasil evaluasi yang dilakukan, ternyata komposisi

Rekapitulasi Waktu Siklus Dan Produktivitas Alat Berat Sumber : Ma’ruf Nuzola, 2020 Hasil perhitungan analisis produktivitas dan biaya penggunaan atau sewa alat berat serta biaya

Perhitungan Volume Pekerjaan Galian Dan Timbunan Saluran sekunder Sumber : Penulis, 2021 4.2 Perhitungan Produktivitas Alat Berat Pada analisis produktivitas alat berat yang

Berdasarkan hasil studi alternatif desain struktur RS Royal Surabaya menggunakan struktur baja profil dapat disimpulkan sebagai berikut: Dari perhitungan berat harga material struktur