• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Lintas Budaya Melalui Pende

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembelajaran Lintas Budaya Melalui Pende"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pembelajaran Lintas Budaya Melalui Pendekatan Sosial Kemasyarakatan

(Strategi dan Penerapan pada Mahasiswa Internasional Pembelajar Bahasa

Indonesia bagi Penutur Asing)

bumbu khas setempat (Zart, 2012). Bahasa akan kehilangan rasa tanpa pemahaman budaya. Berkaitan dengan hal tersebut penulis mencoba untuk memaparkan suatu aktivitas penyokong kegiatan belajar bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) melalui rangkaian kegiatan penguatan kesadaran lintas budaya dalam bentuk pengabdian pada masyarakat. Suatu kegiatan berbasis interaksi sosial kemasyarakatan yang dirancang untuk memberikan siswa BIPA suatu wahana penerapan kemampuan berbahasa mereka sekaligus sebagai penguat kesadaran lintas budaya serta tanggung jawab sosial siswa BIPA. Kegiatan ini merupakan salah satu penerapan dari konsep content and language integrated learning atau dikenal sebagai CLIL (Marsh & Anne, 1994). Melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, diharapkan siswa BIPA memeroleh penguatan dari sisi komunikasi lintas budaya serta kepercayaan diri dalam berbahasa. Sehingga pada akhirnya, seorang pembelajar BIPA tidak hanya memiliki kemampuan dwibahasa tetapi juga dwibudaya. Kata kunci: BIPA, CLIL, Pembelajaran Lintas Budaya, Pengabdian pada masyarakat

A. Pendahuluan

(2)

2013). Setiap budaya memiliki norma-norma tersendiri dalam setiap diskursus dan percakapan yang dapat menimbulkan hambatan pada komunikasi.

Guna menangani permasalahan lintas budaya tersebut, banyak pegiat pengajaran bahasa asing termasuk pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) memasukkan bahan-bahan budaya di dalam bahan ajarnya. selain itu, kini metode mengajar dengan menggunakan pendekatan budaya juga menjadi primadona dalam teknik pengajaran BIPA. Berkaitan dengan hal tersebut, di dalam makalah ini penulis ingin berbagi sebuah metode pengajaran BIPA berbasiskan komunitas di mana seorang pemelajar BIPA akan langsung dicelupkan ke dalam sebuah komunitas masyarakat Indonesia guna meningkatkan keterampilan berbahasa sekaligus pemahaman lintas budaya dari pemelajar tersebut. Adapun bentuk kegiatan yang diusung dalam makalah ini adalah kegiatan penyokong pengajaran di dalam kelas. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya budaya tak bisa dilepaskan dari bahasa, untuk itu makalah ini akan memaparkan satu alternatif pengajaran yang berlandaskan pemahaman lintas budaya.

B. Apa yang Dimaksud Dengan Budaya?

Budaya dapat memiliki arti bermacam-macam bagi setiap individu. Di dalam pandangan antropologi, budaya didefinisikan sebagai cara hidup masyarakat (Chastain dalam Cakir 2006). Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Budaya diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. pola pikir dan prilaku manusia yang terus dilakukan dan berlaku berulang-ulang dalam kurun waktu yang lama menjadikannya suatu budaya.

(3)

dipisahkan. Untuk itu sangatlah bijak bagi para pegiat pengajaran bahasa untuk memasukkan unsur budaya dalam pengajaran bahasa asing.

Dengan kata lain, budaya adalah adalah cara hidup masyarakat. Budaya dapat diibaratkan sebagai rancangan cetak biru yang memandu prilaku orang-orang di dalam suatu komunitas dan dimulai dari kehidupan keluarga. Budaya mengatur tata laku kita di masyarakat, membuat kita lebih sensitif terhadap suatu permasalahan sosial, dan membantu kita untuk mengetahui apa yang orang lain harapkan pada diri kita serta apa yang kiranya akan terjadi jika kita tak mampu memenuhi ekspektasi mereka (Nasrullah,2013). Oleh sebab itu, budaya dapat membantu kita untuk mengetahui sejauh mana kita dapat bertindak sebagai individu dan apa tanggung jawab kita pada komunitas sekitar kita.

Komunikasi lintas budaya bukanlah hal yang mudah untuk diajarkan, terutama dengan latar belakang budaya dan kepercayaan yang berbeda dari masing-masing siswa BIPA. Komunikasi lintas budaya tidak bisa diajarkan karena sulit dicerna oleh akal sehat, tetapi siswa BIPA dapat dibimbing untuk mengenal dan menjadi toleran terhadap perbedaan budaya guna meningkatkan ekfektifitas komunikasi (Bundhowi, 2013). Mengenalkan konsep keberagaman budaya dan menanamkan nilai-nilai toleransi lintas budaya dalam pengajaran BIPA dapat membantu siswa BIPA untuk; (1)memahami hubungan yang esensial antara komunikasi dan budaya, (2) memahami prinsip-prinsip penting dalam budaya bahasa target, (3) memahami dan belajar utnuk merespon terhadap sistem tanda dan bahasa dalam budaya-budaya tertentu, (4) memahami bahasa prasangka dan stereotip, serta (5) memahami sejumlah bentuk komunikasi dalam keberagaman budaya.

C. CLIL dan Pengajaran BIPA

(4)

metode CLIL ini pada mulanya didasari dari prinsip pengajaran "language immersion" atau belajar dengan situasi bahasa target. Pendekatan CLIL dianggap sangat penting dalam pengembangan pengajaran bahasa berbalut pemahaman lintas budaya karena metode ini memberikan kesempatan bagi pemelajar untuk langsung menggunakan keterampilan bahasa asingnya tanpa perlu menunggu setelah lulus. metode ini membuka pintu bagi seorang pemelajar bahasa untuk mempelajari lebih dari sekedar bahasa. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Tak hanya belajar bahasa, tetapi juga meningkatkan kesadaran budaya, serta melatih kepercayaan diri untuk menggunakan bahasa serta berkomunikasi dalam bahasa tersebut. Dalam makalah ini akan dipaparkan bagaimana metode CLIL ini diadaptasi dan diejawantahkan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar BIPA.

Adapun dalam makalah ini, bukan berarti hanya seorang guru BIPA yang kemudian mengajarkan siswanya konten dan bahasa secara langsung tetapi juga mengadaptasi model ini menjadi suatu kegiatan yang berorientasi pada siswa dan komunitas.

metode mengajar langsung konten seperti pariwisata, ekonomi, sosial, penyiaran, atau bahkan ilmu pengetahuan alam menggunakan bahasa Indonesia tetap dapat dilakukan dan juga akan sangat bermanfaat bagi siswa BIPA. Namun metode ini masih bisa dimodifikasi dengan cara memberikan siswa bipa kepercayaan untuk menjelaskan konten yang mereka kuasai langsung di depan komunitas masyarakat Indonesia melalui kegiatan-kegiatan pengabdian pada masyarakat.

D. Pelaksanaan Program Pengabdian pada Masyarakat

Kegiatan pengabdian pada masyarakat adalah suatu kegiatan di mana mahasiswa terjun langsung ke masyarakat untuk membantu atau berbagi informasi yang sekiranya akan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Kegiatan ini penulis laksanakan sebagai bagian dari pengajaran BIPA di institusi penulis yaitu Universitas Pendidikan Indonesia.

(5)

kegiatan ini dilakukan supaya dapat memberikan pengalaman lintas budaya bagi masyarakat setempat serta mengurangi kecenderungan untuk xenophobia atau ketidaksukaan kepada orang asing tanpa alasan yang jelas. Dengan pengabdian pada masyarakat ini, penulis mengharapkan bahwa masyarakat juga dapat mengenal sekaligus menyadari bahwa orang-orang asing yang datang tak hanya sebagai wisatawan, tetapi juga sebagai pelajar yang belajar di Indonesia atau belajar bahasa dan kebudayaan Indonesia.

Di dalam pelaksanaannya terdapat beberapa langkah yang perlu dipersiapkan. Langkah pertama adalah minat dan keahlian siswa. Siswa BIPA di instansi penulis umumnya datang dari berbagai latar belakang profesi atau keahlian yang beragam. Siswa BIPA kemudian akan diminta mencari topik yang akan ia presentasikan sesuai bidang yang paling ia kuasai. Melakukan presentasi di dalam bahasa asing bukanlah hal yang mudah, untuk itu sebaiknya siswa BIPA diberikan kesempatan dan kebebasan untuk memilih topik yang paling dikuasai.

Lalu berikutnya adalah pemilihan tempat pelaksanaan program. Tempat pelaksanaan dan kepada siapa siswa BIPA akan dipertemukan menjadi hal yang krusial. Pemilihan lokasi sebaiknya tempat yang dapat terjangkau dan secara sosial budaya dapat bermanfaat bagi siswa BIPA dan komunitas tempat program itu dilaksanakan. Tempat pelaksanaan program disesuaikan dengan minat dan keahlian siswa. Sehingga ada kemungkinan siswa dalam satu kelas melakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini pada berbagai tempat. Berkaitan dengan hal ini, instansi penulis juga menawarkan beberapa tempat yang dapat dijadikan tempat siswa berkarya. Beberapa tempat tersebut adalah, panti asuhan, sekolah dasar atau menengah, jurusan di sekitar kampus, lembaga swadaya masyarakat pecinta lingkungan dan dinas sosial.

Kemudian siswa diminta langsung untuk bernegosiasi dengan pihak terkait untuk memaparkan apa yang akan mereka lalukan dan berdiskusi mengenai waktu yang tepat untuk melaksanakannya. Tentunya proses negosiasi ini tetap dibimbing dan dinilai oleh guru sebagai bentuk evaluasi. Peran guru dalam proses negosiasi ini hanyalah sebagai pengantar, jika perencanaan siswa dinilai telah cukup memadai maka guru akan mengantar siswa ke tempat tujuan. Siswa diberikan kepercayaan untuk berdiskusi masalah kesediaan waktu, peralatan apa yang sekiranya diperlukan di lapangan sampai karakteristik sosial budaya komunitas yang akan dikunjunginya.

(6)

perorangan. Berikut adalah salah satu contoh di mana siswa-siswa BIPA melakukan pengabdian pada masyarakat di bantaran sungai cikapundung.

Sakola Cikapundung adalah komunitas pendidikan lingkungan yang peduli pada kondisi sungai cikapundung serta masyarakat sekitarnya. Umumnya masyarakat sekitar sungai datang dari ekonomi menengah ke bawah dan terkadang belum peduli terhadap lingkungannya karena kepercayaan setempat yang melarang untuk mengubah apa yang ada di lingkungannya, termasuk membersihkan atau memperbaiki saluran sungai. Sakola Cikapundung hadir untuk memberikan pandangan baru kepada masyarakat sekitar sungai cikapundung, utamanya anak-anak untuk mulai mencintai lingkungan sejak dini.

Pada kesempatan ini siswa-siswa BIPA turut berpartisipasi dengan menjelaskan pentingnya kebersihan lingkungan. selain itu Siswa-siswa BIPA juga mengajarkan permainan anak tradisional dari negara masing-masing. kegiatan ini disambut dengan baik, bagi anak-anak di sakola cikapundung mereka mendapatkan wawasan dan pengalaman baru bertemu dengan warga dunia yang selama ini mungkin belum mereka temui, bahkan diantara para anak ada yang meminta siswa BIPA menunjukkan negaranya di dalam peta. Bagi siswa BIPA ini adalah praktik otentik berbahasa, bukan hanya sekedar presentasi, tetapi mereka harus pintar memainkan tempo dan memilih diksi yang tepat supaya penjelasan mereka dapat dicerna oleh anak-anak peserta sekolah.

beberapa kegiatan semacam ini bisa dilakukan ditempat manapun selama tempat tersebut dapat dijangkau dan membuka diri terhadap keberadaan siswa BIPA. tak hanya di Cikapundung, kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dapat dan pernah diolakukan di berbagai tempat seperti dinas sosial pusat rehabilitasi tuna wisma, di mana siswa BIPA berbagi pengetahuan tentang cara membuat kerajinan tangan khas negara masing-masing. Lalu sekolah-sekolah dasar dan menengah, di sini siswa BIPA berbagi pengetahuan dengan mengajarkan sejarah dan olahraga dari negara masing-masing. selain itu juga kegiatan ini dilaksanakan di panti asuhan, di mana siswa BIPA mendongeng kepada anak-anak dan memberikan motivasi untuk terus belajar.

(7)

mungkin selama ini belum pernah mereka lihat atau tertutupi oleh pemberitaan media. melalui program ini diharapkan siswa BIPA dapat makin mencintai bahasa dan budaya Indonesia, serta bagi masyarakat yang dikunjungi akan mendapatkan wawasan lebih luas serta terhindar dari gejala xenophobia sehingga dapat turut berpartisipasi menjadi warga dunia (global citizenship)

E. Kesimpulan

Dalam mengembangkan kesadaran berbudaya bagi siswa BIPA, sangatlah penting bagi seorang pemngajar BIPA untuk membantu siswa-siswa untuk menunjukkan serta menjelaskan keberagaman norma, kepercayaan ataupun kebiasaan yang muncul dalam suatu komunitas di Indonesia. melalui kegiaatan terjun langsung ke masyarakat, siswa dapat memiliki kesempatan untuk melatih kemampuanberbahasa mereka sekaligus sebagai ajang pertukaran pengalaman serta budaya diantara siswa BIPA dan komunitas yang dikunjunginya. Di sisi lain, kehadiran siswa BIPA dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat dapat memberikan kontribusi positif yang mana masyarakat dapat lebih memahami dan mengihndari resiko xenophobia serta diharapakan dapat lebih mencintai bahasa Indonesia setelha melihat bagaimana bahasa Indonesia dipelajari dan diminati oleh warga dunia.

(8)

Daftar Pustaka

Bundhowi. (2013). Lintas Budaya dalam BIPA. Modul pelatihan APBIPA: metodologi pengajaran BIPA level 1 . BAndung

Cakir, I. (2006). Developing Cultural Awareness in Foreign Language Teaching. Turkish Online Journal of Distance Education , 154 -161.

Coyle, D., & Marsh, D. (2010). Content and Language Integrated Learning. Cambridge Press.

Marsh, D. (1994). Bilingual Education & Content and Language Integrated Learning . Sorbonne: International Association for Cross-cultural Communication, Language Teaching in the Member States of the European Union (Lingua).

Mulyana, D. (2010). Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: Rosda.

Nasrullah, R. (2012). Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber. Jakarta: Kencana Media Group.

Tennant, A. (2013). CLIL Extra. Retrieved november 11, 2013, from www.onestopenglish.com: http://onestopenglish.com/clil/

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang menyimpulkan bahwa Lumentahan (2014) Tarif pajak hiburan dan perhitungan yang dipungut oleh Dinas Pendapatan

Adapun indikator kemampuan komunikasi matematika menurut Sumarmo (dalam Yanti:2017) yaitu: 1) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea matematika.

Di samping itu, peruntukan ekonomi, tenaga dan dana untuk melakukan kajian pembangunan masih kecil yang menyebabkan institusi pengajian dalam kalangan negara majoriti

Heoi, ko te wāhi i horo ai a Titokowaru ko tana pā tūwatawata ko Taurangaika i whakarērena rā e ia, ahakoa kāore he taua i te ao katoa i tērā wā tērā pā te tahuri. Engari,

Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui perbedaan akumulasi logam berat antara akar di dalam sedimen dan akar di atas sedimen, selain itu

Berdasarkan penjelasan dan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa beberapa dari subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki orangtua yang

Jika kami lakukan dan di mana kami dibenarkan untuk memberitahu anda di bawah undang-undang berkenaan, kami akan memberitahu anda secepat mungkin Kami boleh juga melepaskan

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA SILABU KECAMATAN PAGAI UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN 2000-2012... Liza