• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR PAUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR PAUD"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR

PAUD

Pengertian PAUD

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan yang memberikan pengasuhan, perawatan, dan pelayanan kepada anak Usial Lahir sampai 6 tahun. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki sekolah dasar dan kehidupan tahap berikutnya.

Pendidikan usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan pada lembaga pendidikan anak usia dini, seperti : Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, Satuan Padu Sejenis maupun Taman Kanak-kanak sangat tergantung pada sistem dan proses pendidikan yang dijalankan. Salah satu pemenuhan hak pendidikan sejak dini pada usia 3-5 tahun yang kemudian dilakukan masyarakat dan pemerintah yaitu program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Didalam pelaksanaannya, setiap kelurahan yang ada di Indonesia didorong untuk memiliki minimal satu PAUD. PAUD merupakan alternatif pemenuhan hak pendidikan selain Taman Kanak-Kanak (TK) atau Taman Pendidikan Alqur�an (TPA). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2005, PAUD termasuk dalam jenis pendidikan Non Formal. Pendidikan Non Formal selain PAUD yaitu Tempat Penitipan Anak (TPA), Play Group dan PAUD Sejenis. PAUD sejenis artinya PAUD yang diselenggarakan bersama dengan program Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu untuk kesehatan ibu dan anak). Sedangkan pada Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), PAUD dimasukkan kedalam program Pendidikan

Luar Sekolah (PLS).

Pada penyelenggaraan PAUD, jenis pendidikan ini tidak menggunakan kurikulum baku dari Depdiknas, melainkan menggunakan rencana pengajaran yang disebut Menu Besar. Menu Besar ini mencakup pendidikan moral dan nilai keagamaan, fisik/motorik, bahasa, sosial-emosional dan seni. Panduan dalam Menu Besar ini akan dikembangkan oleh tiap PAUD, berdasarkan kebutuhan dan kemampuan

masing-masing PAUD.

(2)

ekonomi miskin. Karena biasanya PAUD tidak menarik iuran sekolah atau menarik iuran dengan jumlah yang sangat kecil. Hal ini untuk memenuhi hak pendidikan anak, mendapatkan pendidikan dasar secara cuma-cuma (Pasal 31 Konvensi Hak Anak). Bentuk-bentuk Paud terdiri dari :

1. PAUD Formal ; TK, Raudhatul Atfal.

2. PAUD Non Formal ; Kelompok Bermain (KB), Taman Pendidikan Anak (TPA), Pos Paud ..dll

3. PAUD Informal ; Keluarga

Konsep Dasar PAUD

Hakikat Anak Berkaitan dengan Anak Usia Dini

Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Ia memiliki karakteristik yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa serta akan berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya. Dalam hal ini anak merupakan seorang manusia atau individu yang memiliki pola perkembangan dan kebutuhan tertentu yang berbeda dengan orang dewasa. Anak memiliki berbagai macam potensi yang harus dikembangkan. Meskipun pada umumnya anak memiliki pola perkembangan yang sama, tetapi ritme perkembangannya akan berbeda satu sama lainnya karena pada dasarnya anak bersifat individual.

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalankani proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun (NAEYC, 1992). Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek seperti: fisik, sosio-emosional, bahasa dan kognitif sedang mengalami masa yang tercepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk,1992). Anak usia dini terbagi menjadi 4 (empat) tahapan yaitu masa bayi dari usia lahir sampai 12 (dua belas) bulan, masa kanak-kanak/batita dari usia 1 sampai 3 tahun, masa prasekolah dari usia 3 sampai 5 tahun dan masa sekolah dasar dari usia 6 sampai 8 tahun. Setiap tahapan usia yang dilalui anak akan menunjukkan karakteristik yang berbeda. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak haruslah memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan. Apabila perlakuan yang diberikan tersebut tidak didasarkan pada karakteristik perkembangan anak, maka hanya akan

menempatkan anak pada kondisi yang menderita.

Berkaitan dengan anak usia dini, terdapat beberapa masa yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi bagaimana seharusnya seorang pendidik menghadapi anak usia dini, sebagai berikut:

(3)

6. Masa Pembangkangan

Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Secara umum tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sedangkan berdasarkan tinjauan aspek didaktis psikologis tujuan pendidikan di Pendidikan Anak Usia Dini yang utama adalah:

1. Menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan agar mampu menolong diri sendiri (self help), yaitu mandiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri seperti mampu merawat dan menjaga kondisi fisiknya, mampu mengendalikan emosinya dan mampu membangun hubungan dengan orang lain.

2. Meletakkan dasar-dasar tentang bagaimana seharusnya belajar (learning how to learn). Hal ini sesuai dengan perkembangan paradigma baru dunia pendidikan melalui empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO, yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together yang dalam implementasinya di lembaga PAUD dilakukan melalui pendekatan learning by playing, belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta menumbuh-kembangkan keterampilan hidup (life skills) sederhana sedini mungkin.

Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini

Program kegiatan bermain pada pendidikan anak usia dini memiliki sejumlah fungsi, yaitu: (1) untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya, (2) mengenalkan anak dengan dunia sekitar, (3) mengembangkan sosialisasi anak, (4) mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak dan (5) memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati

masa bermainnya.

Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah beberapa fungsi

pendidikan anak usia dini, yaitu :

a. Fungsi Adaptasi

Berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri. Dengan anak berada di lembaga pendidikan anak usia dini, pendidik membantu mereka beradaptasi dari lingkungan rumah ke lingkungan sekolah. Anak juga belajar mengenali

(4)

b. Fungsi Sosialisasi Berperan dalam membantu anak agar memiliki keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari dimana ia berada. Di lembaga pendidikan anak usia dini anak akan bertemu dengan teman sebaya lainnya. Mereka dapat bersosialisasi, memiliki banyak teman dan mengenali sifat-sifat temannya.

c. Fungsi Pengembangan

Di Lembaga pendidikan anak usia dini ini diharapkan dapat pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan potensi tersebut kearah perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu

sendiri maupun lingkungannya.

d. Fungsi Bermain

Berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada hakikatnya bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Melalui kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun

pengetahuannya sendiri.

Prinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Untuk memenuhi aspek-aspek dalam perkembangan anak baik aspek fisik, kognitif, sosial emosional dan bahasa serta aspek lainnya seperti agama dan moral, kemandirian dan seni), maka perlu dilakukan berbagai prinsip yang meliputi:

1. Berorientasi pada Kebutuhan Anak

2. Belajar melalui bermain

3. Pendekatan Berpusat pada Anak

4. Pendekatan Kontruktivisme

5. Pendekatan Kreatif dan inovatif

6. Lingkungan yang kondusif

7. Menggunakan pembelajaran terpadu

8. Pengembangan Tematik

9. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar

10. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

Sumber referensi :

 Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, oleh: Dra. Nurbiana Dhieni, M.Psi, Proyek Direktorat Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal Tahun 2009

(5)

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Dalam bidang pendidikan

seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan Pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial. Sebelum bicara lebih jauh, apa sih pendidikan anak usia dini? Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagianak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Mengapa pendidikan anak usia dini itu

sangat penting?

Berdasarkan hasil penelitian sekitar 50% kapabilitaas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun,8 0% telah terjadi perkembangan yang pesat tentang jaringan otak ketika anak berumur 8 tahun dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun, dan setelah itu walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif.

Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewatkan berarti habislah peluangnya.

(6)

Selanjutnya menurut Byrnes, bahwa pendidikan anak usia dini itu penting, karena di usia inilah anak membentuk pendidikan yang paling bagus. Di usia inilah anak-anak harus membentuk kesiapan dirinya menghadapi masa sekolah dan masa depan. Investasi terbaik yang bisa Anda berikan untuk anak-anak adalah persiapan pendidikan mereka di usia dini.

Tujuan utama: untuk membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

Singkatnya, pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Apa perbedaan anak yang mendapatkan pendidikan anak usia dini di lembaga yang berkualitas dengan anak yang tidak mendapatkan pendidikan anak usia dini?

Menurut Byrnes (Peraih gelar Woman of the Year dari Vitasoy di Australia) di lembaga

pendidikan anak usia dini yang bagus, anak-anak akan belajar menjadi pribadi yang mandiri, kuat bersosialisasi, percaya diri, punya rasa ingin tahu yang besar, bisa mengambil ide, mengembangkan ide, pergi ke sekolah lain dan siap belajar, cepat beradaptasi, dan semangat untuk belajar.

Sementara, anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini, akan lamban menerima sesuatu. Anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini yang tepat, akan seperti mobil yang tidak bensinnya tiris. Anak-anak yang berpendidikan usia dini tepat memiliki bensin penuh, mesinnya akan langsung jalan begitu ia ada di tempat baru. Sementara anak yang tidak berpendidikan usia dini akan kesulitan memulai mesinnya, jadinya lamban.

(7)

Kawan, jika saya ditanya kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya adalah saat masih usia dini. Benarkah? Baiklah akan saya bagikan sebuah fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti dunia.

Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.

Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan. Anda setuju kan?

Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut, maka semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Eit tunggu dulu!

Saya sendiri kurang setuju dengan anggapan tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa demikian? Karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangung hubungan emosional kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.

(8)

perkembangan karakter fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.

Lalu, bagaimana cara membangun karakter anak sejak usia dini?

(9)

http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-dan-konsep-dasar-paud.html

http://belajarpsikologi.com/pentingnya-pendidikan-anak-usia-dini/

(10)

PENDAHULUAN

Lembaga pendidikan anak usia dini adalah suatu lembaga yang memberikan layanan

pengasuhan, pendidikan dan pengembangan bagi anak lahir samapai enam tahun dan atau samapai dengan delapan tahun, baik yang diselengarakan oleh intansi pemerintah atau non pemerintah. (Sujiono, 2009:15).

Upaya mengembangkan kemampuan dan

potensi anak usia dini diperlukan suatu program yang dapat membantu dan mendukung terhadap perkembangan anak, salah satunya adalah

diadakannya kegiatan yang mensinergikan antara pendidik PAUD dengan orang tua melalui program pendidikan orang tua (parenting education).

Pada umumnya orang tua memang

memerlukan pendidikan sebagai upaya untuk pengarahan diri, sehingga mereka mampu

mengarahkan diri mereka sendiri dan juga dapat mengarahkan anak-anaknya. Karena sering kali orang tua menghambat proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik. Tidak dipungkiri lagi, bahwa hal ini bisa terjadi sebagai akibat

ketidaktahuan orang tua cara mendidik anak yang baik.

Padahal keterlibatan orang tua dalam

lembaga pendidikan anak usia dini sangat penting untuk mewujudkan pembelajaran yang optimal dimasa usia emas anak. Agar orang tua tidak sepenuhnya berharap pada lembaga PAUD saja untuk mendidik anaknya, tetapi kontribusi orang tua juga sangat diperlukan untuk berperan

membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Pelaksanaan pendidikan dengan memberdayakan orang tua merupakan solusi yang baik guna meningkatkan mutu pendidikan anak usia dini. Pelaksanaan program parenting education

(11)

pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan. Keluarga merupakan unit terkecil dalam

masyarakat yang memiliki berbagai fungsi, yang salah satunya adalah fungsi edukasi yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan yang paling utama. Untuk mewujudkan semua itu, maka sudah semestinya di adakan program parenting education untuk orang tua.

Berdasarkan penjelasan dari uraian latar belakang tersebut, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, antara lain: 1. Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan parenting education di PAUD Taram SKB Kabupaten Trenggalek?

2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan program parenting education di PAUD Taram SKB Kabupaten Trenggalek? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan efektivitas pelaksanaan parenting education di PAUD Taram SKB Kabupaten Trenggalek.

2. Mengetahui faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan program parenting education di PAUD Taram SKB Kabupaten Trenggalek.. Dalam penelitan ini, peneliti ingin

mengetahui efektivitas yang menurut Effendy, (1989:14) bahwa efektivitas adalah tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya, merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Teori efektifitas ini, di tujukan pada

(12)

PAUD agar orang tua dapat melaksanakan perannya untuk mengoptimalkan potensi anak. Materi Parenting Education bisa berupa

perkembangan anak, pengasuhan anak, pendidikan, kesehatan, perawatan badan, gizi dan lainnya sesuai dengan kebutuhan dari orang tua. (juknis pedoman penyelengaraan parenting (2012).

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif. Bogdan dan Taylor (1975:5)

mendefinisikan metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Subyek penelitian ini diperoleh dari para

informan yang dapat dipercaya dan mengetahui tentang kajian dalam penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah: Pendidik PAUD yang berjumlah 5 orang dipilih semuanya sebagai informan, karena mereka juga sebagai pemateri dalam parenting education. Orang tua wali murid yang berjumlah 23 orang di pilih 10 orang sebagai informan. Pemilihan 10 orang tua sebagai sampel mengunakan teknik purposive sampling karena, peneliti menggangap orang tua tersebut sebagai informan yang terpercaya serta sesuai dengan yang di inginkan peneliti, yaitu orangtua tersebut sering datang ke lembaga untuk menjaga anknya atau sering mengikuti pembelajaran parenting education. Serta informan dari SKB Kabupaten Trenggalek dipilih 4 orang dari 8 orang selaku pamong belajar. Pemilihan informan dari SKB sebagai sampel ini mengunakan teknik purposive sampling yaitu peneliti menggangap pamong belajar tersebut sebagai informan yang dapat memperlancar penelitian karena mereka sering membantu apabila ada kegiatan di PAUD Taram. Teknik pengumpulan data dalam

(13)

kegiatan yang dilakukan seluruh data dari responden terkumpul. Dalam hal ini, peneliti menggunakan triangulasi (Moleong, 2005: 330). Triangulasi sumber adalah triangulasi

dengan berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dalam penelitian. Hal ini dapat dicapai dengan membandingkan data hasil observasi

dengan data wawancara. Data dari beberapa sumber kemudian dideskripsikan, dikategorikan, mana yang sama, dan yang berbeda. Data yang telah dianalisis sehingga menghasilkan kesimpulan selanjutnya dimintakan (member chcek) dengan beberapa sumber tersebut.

Triangulasi teknik adalah triangulasi dengan mengumpulan data untuk menguji

kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada informan yang sama dengan teknik yang berbeda. Data yang diperoleh peneliti dari wawancara, lalu dicek dengan observasi, dan dokumentasi.

Triangulasi Penyidik adalah triangulasi dengan jalan memanfaatkan penelitian atau

pengamatan lainnya untuk pengecekan data supaya mengruangi kemelencengan dalam pengumpulan data.

Dalam hal ini peneliti tidak hanya

mengunakan trianggulasi data saja, tetapi juga mengunakan: Member checks, Nasution (dalam Riyanto 2006:20) berpendapat bahwa Member checks adalah mengecek kembali data yang telah diperoleh. Mengecek kesesuaian informasi atau data ini dengan cara mengulang kembali

pertanyaan atau mengungkapkan jawaban yang didapat oleh peneliti dari informan. Teknik ini juga sangat penting dilakukan dengan upaya untuk menguji atau memeriksa keabsahan data yang telah diperoleh. Pada informan yang terlibat

(14)

dikumpulkan oleh peneliti.

Serta diskusi teman sejawat yaitu

memperlihatkan hasil wawancara yang sudah di lakukan oleh peneliti untuk ditunjukkan kepada teman sejawat dengan maksud dapat memberikan masukan terhadap data yang dikumpulkan saat berada dilapangan. Temansejawat dalam penelitian ini adalah teman mahasiswa yang sama-sama melakukan penelitian di SKB Kabupaten Trenggalek.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penyajian data yang

digunakan untuk mengetahui efektivitas mealui komponen pembelajaran yang saling bersinergis, yaitu mengenai raw input (pendekatan andragogik kepada orangtua), environmental input (materi, media, metode dan sarana pembelajaran), serta instrumental input (setting dan sarana

pembelajaran). Berikut ini hasil analisa data dari hasil penyajian data yang di sesuaikan dengan teori secara berurutan untuk mengetahui:

1. Efektivitas pelaksanaan parenting education, yaitu sebagai berikut:

a. Raw Input

Dalam kegiatan parenting education

adalah pendekatan apa yang digunakan dalam pembelajaran ini. Sehingga kegiatan parenting education yang dilaksanakan PAUD Taram di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten

Trenggalek mengunakan pendekatan

andragogik. Pengunaan pendekatan andragogi dalam parenting education sudah tepat.

Karena sudah sesuai dengan apa yang

diartikan Sudjana dalam Bukunya Pendidikan NonFormal Wawasan Sejarah Perkembangan Filsafat Teori Pendukung Azas (2005),

(15)

andragogi dapat diartikan ilmu tentang cara membimbing orang dewasa dalam proses belajar. Atau sering diartikan sebagai seni dan ilmu yang membantu orang dewasa untuk belajar (the art and science of helping adult learn).

Pendekatan andragogi yang digunakan dalam pembelajaran oleh pemateri sudah sesuai dengan Petunjuk Teknis Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Keluarga yang di terbitkan oleh DIRJEN PAUDNI tahun 2012. Untuk ciri-ciri pendekatan andragogik sebagai berikut: pertama, materi diberikan bukan hanya sebagai transformasi dari pemateri ke orangtua saja, tetapi lebih ke berbagi

pengalaman apa yang dialami pemateri dulu, serta mengambil contoh tentang kebiasaan orang tua atau masyarakat sekitar saat mengasuh dan mendidik anaknya dalam kehidupan sehar-hari

Kedua, mendorong peserta untuk

mengemukakan pengalaman sehari-harinya. Hal ini bisa dilihat dari upaya ibu Rusmiatin yang selalu menunjuk salah satu orangtua untuk berbicara terlebih dahulu tentang pengalamannya. Dengan mengungkapkan pengalaman, maka permasalahan yang dihadapi bisa diketahui pendidik PAUD, sekaligus pendidik PAUD memberikan solusi apabila ada permasalahan.

Ketiga, mendorong peserta untuk aktif saat pembelajaran berlangsung. Karena kebanyakan dari orang tua malu untuk

berbicara, maka setiap selesai menyampaikan materi narasumber menunjuk salah satu orang tua untuk menanggapi materi tersebut serta memberikan apresiasi kepada orang tua yang mau bercerita meskipun secara singkat dengan ucapan terima kasih.

(16)

kepada orang tua agar mereka berani untuk bercerita atau berpendapat, setelah

penyampaian materi orang tua ditunjuk secara bergantian untuk bekerjasama dengan pemateri

berdiri di depan bercerita pengalaman seharihari dengan bergantian Kemudian ciri yang kelima, berpusat

pada kebutuhan peserta, hal ini sudah

diberikan dan dipenuhi oleh pendidik PAUD yaitu orang tua mendapatkan pendidikan tentang cara mengasuh dan mendidik anak yang baik.

Pengunaan pendekatan andragogi yang digunakan dalam kegiatan Parenting

Education bisa dibilang efektif meskipun pada poin yang ketiga dan keempat pemateri harus bersusah payah dulu agar orang tua mau menceritakan pengalamannya sehingga orang tua bisa lebih aktif ketika pembelajaran

berlangsung

b. Environmental Input (Materi, Media, Metode Dan Sarana Pembelajaran)

Materi Pembelajaran, Berdasarkan

Petunjuk Teknis Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Keluarga yang di terbitkan oleh DIRJEN PAUDNI tahun 2012. Bahwa salah satu tujuan dari program pelaksanaan

Parenting Education adalah meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan orangtua dalam melaksanakan proses optimalisasi

seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.

Pengembangan materi disesuaikan

dengan kebutuhan setiap lembaga. Secara garis besar terdapat enam bahasan yang dapat

dikembangkan yakni: Peningkatan Gizi, Pemeliharaan Kesehatan, Perawatan,

Pengasuhan, Pendidikan dan Perlindungan. Efektivitas pelaksanaan program

(17)

dapat terwujud dengan baik. Hal ini dapat di lihat dari materi yang di berikan dalam kegiatan ini sudah sesuai dengan Petunjuk Teknis Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Keluarga. Sebab dari enam materi tersebut lima diantaranya diberikan dalam kegiatan parenting education melalui acara pertemuan orangtua, seperti:

a) Perkembangan anak

Memberitahukan perkembangan

anak kepada orang tua saat di lembaga agar orang tua turut memperhatikan perkembangan bagi anaknya juga saat dirumah. Pemberitahuan tentang

perkembangan anak dari pendidik PAUD sudah sesuai dengan pendapat ahli

Hurlock (1956) yang mengemukakan bahwa tumbuh kembang anak, meliputi: sistem syaraf, otot-otot, struktur fisik tubuh dan kelenjar endokrim yang menyebabkan munculnya polah tingkah laku baru. Pendapat mengenai tumbuh kembang anak sudah diberitahukan

langsung kepada orang tua melalui contoh secara kongkrik aktivitas anak selama di lembaga.

(18)

bahwa otot-otot kaki sudah tumbuh dengan baik.

b) Prilaku mendidik

Prilaku mendidik anak dengan

mengunakan empat kata kunci (maaf, permisi, tolong dan terima kasih), perlu untuk di ucapkan oleh orang tua agar ditiru oleh anak. Pengunaan empat kata kunci ini sudah sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan parenting education.

c) Pola pengasuhan anak Pola pengasuhan anak yang di

anjurkan oleh pemateri dari ketiga macam pola asuh adalah, pola asuh (Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun karso, Tut wuri Handayani), yang maksudnya adalah orang tua harus memiliki

keteladanan dalam hal sikap dan perbuatan, karena sejatinya anak akan meniru segala apa yang dilakukan orangtua. Sebagai contohnya orang tua tidak boleh melarang anak untuk tidak melakukan ini dan itu, terlebih lagi memukul anak.

Hal tersebut sesuai dengan

penelitian Baumrind (dalam Syamsu Yusuf, 2011:51-52) mengelompokkan pola asuh menjadi tiga yaitu: (1)

Authoritarian/ otoriter; (2) Authoritative/ demokratis, dan (3) permisif. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, pola

pengasuhan yang tepat untuk digunakan adalah pola asuh demokratis.

Dari pendapat ahli tersebut mengenai pengertian pola asuh

demokratis, sama dengan pola asuh (Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun karso, Tut wuri Handayani) yang

maksudnya adalah memberikan

(19)

pengontrolan dari orang tua, yang di jelaskan oleh pemateri saat pembelajaran parenting education berlangsung.

Meskipun tidak semua orang tua sudah menerapkan pola pengasuhan demokratis karena kebiasaan orang tua yang dulunya sering memukul anak apabila tidak menurut, sebab merubah kebiasaan itu butuh waktu. Namun sebagian besar orang tua sudah

menerapkan pola asuh demokratis dengan memberi kebebasan pada anak untuk bermain ayunan dan panjat-panjatan di halaman lembaga PAUD saat istirahat. Serta orang tua sudah bisa

mengontrol diri untuk tidak memukul anak atau memberikan pengertian pada anak terhadap apa yang dilakukan anak, seperti yang dilakukan oleh ibu Murtini ketika anaknya bermain stop kontak yang sangat berbahaya kalau dibuat mainan.

Sedangkan ibu Yunia mengajak anaknya untuk berbicara baik-baik, ketika anak membantah atau tidak menurut perkataan orang tua.

d) Mengatur menu makanan bergizi Orang tua sudah bisa menerapkan

menu makanan bergizi yaitu empat sehat lima sempurna. Meskipun banyak anak yang tidak suka makan sayuran, kini anak sudah mulai menyukai yang namanya sayuran. Karena setiap hari selasa dan kamis orangtua diharuskan mengisi bekal makanan anak yang ada sayurannya sebagai pembiasaan.

Menurut Prof. Poorwo Sudarmo

yang merupakan seorang pakar gizi yang biasa dikenal sebagai Bapak Gizi

(20)

dengan dicetuskannya slogan yang cukup mudah diingat yaitu 4 Sehat 5 Sempurna yang terdiri dari karbohidrat (didapat dari makanan pokok), protein (dari tahu, tempe, daging-dagingan dan telur),

mineral (dari sayur-sayuran), dan vitamin (dari buah-buahan). Keempat unsur sehat tersebut akan menjadi sempurna manakala ditambah dengan satu jenis minuman multimanfaat yaitu susu. Sehingga pemberian materi empa sehat lima sempurna sudah tepat.

Penyajian menu makanan bergizi

oleh orang tua pada anak dapat diketahui ketika hari selasa dan kami. Bahwa bekal makan anak tidak hanya berisi sayuran saja, tetapi ada nasi atau mie, lauk pauk seperti: ayam, daging, telor, tempe, tahu dan ada juga yang mambawa jambu atau mangga dari rumah. Untuk minumanya terkadang membawa air putih atau susu. e) Perawatan kebersihan badan.

Perawatan kebersihan badan bagi

anak dengan tujuan agar anak tetap sehat, karena apabila anak sakit akan

mempengaruhi tingkat perkembangannya. Untuk kebersihan badan orangtua sudah memandikan anaknya dua sampai empat kali dalam sehari. Menurut definisi kesehatan dalam UU No.9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan, sehat adalah sehat badan, rohani (mental), dan

sosial, bukan hanya sebatas dari penyakitpenyakit, cacat, dan kelemahan. Kesehatan

jasmani yaitu kondisi yang

memungkinkan pertumbuhan serta perkembangan badan. Sedangkan

(21)

dari seseorang. Sehat itu bisa diartikan sebagai sehat jiwa dan raga.

Sehingga sangat tepat materi

perawatan kebersihan badan di berikan pada parenting education. Penerapan materi kebersihan badan sudah diterapkan oleh orang tua, seperti yang dilakukan ibu Inayah memandikan anaknya sehari tiga sampai empat kali, sedangkan ibu Murtini memeriksakan anaknya ke dokter gigi dan mandi sehari tiga kali.

f) Pemilihan mainan.

Pemilihan mainan yang baik bagi anak dalam materi parenting education adalah yang mengandung unsur

pendidikan untuk meningkatkan kecerdasan motorik, sensorik dan

kecerdasan lainnya. Materi tersebut sudah sesuai dengan pendapat Landreth, seperti yang disampaikan Muhamad Rizal, Psi pada Smart Parents Confrence. permainan adalah semua media yang dipakai oleh anak untuk melakukan kegiatan

bermainnya. Sehingga mainan yang di pilih harus sesuai dengan usia anak serta dapat meningkatkan perkembangan anak. Berikut ini contoh mainan yang tepat untuk anak: Kecerdasan Kinestetik (bermain bola), Kecerdasan Logis matematis (bermain puzzle) sederhana (kurang dari 10 keping), bermain balok membentuk bangunan), Kecerdasan Linguistik (telpon mainan, melatih anak untuk bercakap-cakap, buku cerita bergambar).

Pemberian mainan yang baik untuk

(22)

didiknya membawa mainan dari rumah yang di bawah ke lembaga saat

pembelajaran, pendidik PAUD bertanya, milik siapa mainan ini, dan anak pun menjawab mainan saya bunda habis di belikan ibu.

g) Kegiatan bermain sambil belajar bagi anak di luar lingkungan ruang pembelajaran

saat di lembaga PAUD (orangtua sudah meningkatkan perhatiannya dalam upaya mengembangkan potensi anak)

Metode Pembelajaran, Menurut

Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Petunjuk Teknis Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Keluarga yang di terbitkan oleh DIRJEN PAUDNI tahun 2012 menyebutkan ada enam metode yang dapat digunakan dalam kegiatan Parenting Education, antara lain: 1) Ceramah, 2) Diskusi kelompok, 3) Bermain peran/simulasi, 4) Kunjungan lapangan, dan 5) Praktek. Dari ke lima metode yang dapat

digunakan dalam kegiatan ini, hanya dua saja yang di terapkan yaitu metode ceramah dan simulasi/bermain peran. dalam kegiatan parenting education, serta ada satu

penambahan metode lagi yaitu metode tanya jawab sebagai pendukung dari metode

ceramah. Meskipun hanya mengunakan dua metode (ceramah dan simulasi/bermain peran) di tambah dengan metode tanya jawab, ini sudah bisa menjelaskan tentang materi parenting education secara jelas dan dimengerti orang tua.

Media Pembelajaran, Menurut Gagne

(23)

Teknis Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Keluarga yang di terbitkan oleh DIRJEN PAUDNI tahun 2012 menyebutkan ada tujuh media pembelajaran yang dapat digunakan antara lain: 1) Lembar info (leaflet, brosur,

poster). 2) Flipchart (lembar balik). 3) Audiovisual (VCD, radio, televisi, proyektor, film).

4) Klipping (kumpulan berita dari berbagai

media cetak). 5) Booklet. 6) Komik dan bukubuku bacaan pendamping lain. dan 7) Media

lain yang mendukung.

Dari ke tujuh media yang di anjurkan untuk digunakan dalam kegiatan Parenting Education, hanya tiga media saja yang ada atau digunakan untuk membantu dalam proses pembelajaran yakni: audio-visual (televisi dan VCD), lembar info (poster yang mudah untuk

dipahami oleh orang tua karena ada gambargambarnya juga, dan media kantong pintar

yang mempunyai kantong-kantong kecil berisi kata-kata pendek untuk mengasuh anak

berdasarkan usia).

Adapun media lain yang digunakan yakni media buku penghubung. Buku

penghubung yang digunakan yaitu suatu media berbentuk buku yang digunakan untuk

berkomunikasi dengan orang tua. Buku ini memuat catatan singkat yang menggambarkan tentang perkembangan anak. Buku ini juga berfungsi untuk menjembatani komunikasi antara guru dan orang tua apabila akan di adakan suatu pertemuan orang tua atau kegiatan parenting education.

(24)

c. Instrumental Input (setting dan sarana pembelajaran).

Instrumental input berupa setting

pembelajaran yang mana dalam kegiatan awal semua peserta didik menghadap ke depan berfokus pada pemateri. Seiring berjalannya waktu setting pembelajaran ini dirasa kurang efektif karena peserta didik yang belakang asyik ngobrol sendiri. Oleh karena itu setting pembelajarannya diganti dengan setting tempat berbentuk huruf U, sehingga peserta didik bisa lebih fokus untuk menerima materi dan tidak ada yang ngobrol sendiri.

Selain setting pembelajaran juga ada suasana pembelajaran. Dalam parenting education suasana pembelajarannya

menyenangkan karena pemateri memberikan materi dengan di bumbuih canda tawa serta pengambilan contohnya di ambil dari

kebiasaan masyarakat sekitar dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Sehingga raw input bisa dikatakan efektif karena peserta didik merasa nyaman saat mendapatkan materi dan pemateripun juga terbantu dalam penyampaian materi yang diberikan.

Menurut Morgan, Barton et al (1976)

bahwa, pendidikan orang dewasa adalah suatu aktifitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan intelektual. Berdasarkan penjelasan di atas, dengan waktu orang tua untuk mengikuti parenting education yang terbatas pula. Maka pembelajarannya harus menyenangkan dan menghibur, agar orang tua tidak bosan untuk menerimanya.

2. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan Parenting Education:

(25)

kegiatan parenting education adalah sebagai berikut :

1)Materi yang disampaikan dan dikemas secara baik, seperti pengunaan empat kata kunci

(maaf, tolong, permisi, dan terimakasih) agar sering diucapkan oleh orangtua untuk ditiru anaknya.

2)Adanya kewajiban bagi orangtua untuk menyiapkan bekal makanan yang ada sayurannya setiap hari selasa dan kamis. Karena sebagian besar anak tidak suka memakan sayuran. Untuk itu orangtua

dianjurkan memberikan bekal makanan sayur sebagai pembiasaan pada anak, serta membuat lagu ayo makan untuk dinyanyikan bersama anak saat makan, agar anak mau memakan sayuran secara lahap.

3)Penyampain materi disampaikan dengan santai dan mengambil contoh dari lingkungan sekitar, sehingga mudah dipahami oleh orangtua. 4)Media yang digunakan unik seperti poster tentang pengasuhan anak, sehingga muda dipahami oleh orangtua serta adanya kantong pintar yang berisi kata-kata pendek cara mengasuh anak yang baik berdasarkan usia anak. Serta adanya buku penghubung yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orangtua, yang apabila setiap ada perkumpulan orangtua atau kegiatan bisa

diketahui oleh orangtua, yang penyampaiannya diberikan pada anak untuk ditunjukkan pada orangtua.

Berikut ini faktor-faktor pendukung dari kegiatan parenting education adalah sebagai berikut:

(26)

2)Orang tua mengikuti kegiatan parenting education atau kegiatan lain, jika dalam buku penghubung tersebut di bilang wajib karena berkaitan dengan anak, maka banyak dari orang tua yang datang.

PENUTUP Simpulan

Setelah melakukan penelitian, diketahui

bahwa komponen-komponen pembelajaran seperti: pendekatan andragogig yang digunakan dalam pembelajaran pada orang tua, materi, metode, media, suasana dan setting pembelajaran sudah saling bersinergis dengan baik sehingga output yang di inginkan oleh lembaga yaitu orang tua memahami materi parenting education serta dapat menerapkannya pada anak sudah terlaksana dengan baik. Efektivitas Parenting Education di PAUD Taram SKB Kabupaten Trenggalek dapat

diketahui, yakni: a) Perkembangan anak

Orang tua mengetahui tentang perkembangan anaknya, sehingga orang tua mengerti apa yang harus di ajarkan pada anak saat di rumah.

b) Prilaku mendidik anak

Orang tua sudah menerapkan keempat kata kunci, yaitu: (maaf, permisi, tolong dan terima kasih), dalam kehidupan sehari-hari terutama saat berada di lingkungan lembaga PAUD. c) Pola pengasuhan anak

Orang tua sudah mulai mengunakan pola asuh (Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun karso, Tut wuri Handayani). Orang tua sudah mampu mengontrol diri untuk tidak memukul anak, serta memberikan pengertian kepada anak, saat tidak menuruti perkataan orang tua. d) Mengatur menu makanan bergizi

(27)

mangga dari rumah. Untuk minumanya terkadang membawa air putih atau susu. e) Perawatan kebersihan badan

Orang tua sudah mnerapkan cara merawat kebersihan badan dengan mandi sehari tiga kali, tidur siang dan rajin menggosok gigi.

f) Pemilihan mainan yang baik bagi anak

Mainan yang di miliki anak sudah bagus karena sebagian besar dirumah ada mainan seperti: bongkar pasang, puzzle, boneka dan permainan lain yang mendidik yaitu mainan yang dapat meningkatkan kecerdasan motorik, sensorik dan emosional anak.

g) Kegiatan bermain sambil belajar bagi anak di luar lingkungan lembaga PAUD (outbound dan pergi ke makam Bung Karno). Orang tua sudah meningkatkan peran nya terhadap pembelajaran pada anak.

Untuk faktor pendukung dan penghambat kegiatan Parenting Education adalah sebagai berikut:

a. Faktor pendukung:

1. Materi yang disampaikan dikemas dengan baik.

2. Adanya kewajiban bagi orang tua untuk menyiapkan bekal makanan pada anak yang harus ada sayurannya.

3. Penyampaian materi mengambil contoh prilaku sehari-hari masyarakat sekitar.

4. Media yang digunakan unik, mengunakan buku penghubung yang tidak semua

lembaga PAUD memilikinya. b. Faktor penghambat:

1. Orang tua lebih bersikap pasif saat pembelajaran berlangsung.

2. Tidak semua orang tua selalu bisa hadir saat pembelajaran parenting education.

Saran

(28)

terkecuali kegiatan Parenting Education yang dilaksanakan oleh PAUD Taram SKB Kabupaten Trenggalek. Berdasarkan data yang diperoleh atau hasil dari penelitian, maka ada beberapa saran yang nantinya akan membatu memperlancar kegiatan ini, antara lain:

1. Agar pendidik PAUD lebih bersemangat lagi untuk mengupayakan agar orang tua lebih aktif saat pembelajaran berlangsung.

2. Agar orang tua lebih bersemangat dalam belajar, sebaiknya pemateri mengunakan LCD yang di miliki SKB Kabupaten Trenggalek saat memberikan materi parenting education.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad,dkk. 2007. Ilmu & Aplikasi Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Arikunto, Suharsimin. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2002. Medi Pengajaran.Cetakan Ketiga. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Creswell, John W. 2009. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

DEPDIKNAS. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional. DEPDIKNAS. DIRJEN PAUDNI. 2012. Pedoman

Penyelengaraan Pendidikan Ank Usia Dini. DIRJEN PAUDNI.

Gerungan, W.A. 2004, Psikologi Sosial, Bandung: PT.Refika Aditama

Hurlock, Elizabeth B. 1995. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Ibrahim. 1982. Peranan Media dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali.

(29)

Joesoef, Soelaiman. 1992. Konsep dasar pendidikan luar sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Knowles, M.S. 1977. The Modern Practice of Adult Education : From Pedagogy to

Andragogy, New York : Cambridge; The Adult Education Company.

Morgan, C.T. & King, RA. 1976. Introduction To Psychology. Tokyo: McGraw Hill.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Patmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahman, S. Hibana. 2002. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Galah.

_______. 2005. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Grafindo Litera Indo.

Riyanto, Yatim.2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC

Santrock, John W. 1995. Perkembangan Masa Hidup, edisi kelima, jilid satu. Jakarta:

Erlangga.

Sudjana,D. 2004. Pendidikan Non Formal Wawasan Sejarah Perkembangan, Filsafat dan Teori Pendukung, serta Asas . Bandung: Falah Production.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekataan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Suhartin. 2010. Smart Parenting. Jakarta: Gunung Mulia.

Suherman, Maman. 1986. Pengembangan Sarana Belajar, Jakarta : Karunia

Sujiono, Yuliani Nuraini. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT

Indeks.

(30)

PT.Bumi Aksara

Surbakti, E.B. 2012. Parenting Anak-Anak. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Suryadi, Ace. 2009. Mewujudkan Masyarakat Pemberdayaan. Bandung: Widya Aksara Press.

UU No.9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan, sehat

Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya.

http://al-bantany-112.blogspot.com/2009/11/kumpulan-teori efektivitas.html (diunduh: Selasa, 12

februari 2013 pukul 14.00 )

http://imyminemejeryimymineme.blogspot.com/2013/01/program -parenting pada -kelompokbermain_4126.html (diunduh: 18 februari 2013 pukul 09.10)

Referensi

Dokumen terkait

Pada tugas akhir ini memiliki batasan masalah antara lain, menggunakan ember dengan ketinggian 32 cm, lebar atas 32 cm, dan lebar bawah 26 cm sebagai media penampung air

Kendala utama yang dihadapi Pengadilan Agama untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 menyangkut tiga hal, yaitu, pertama, belum adanya aturan hukum

58 Persentase (%) Tutor Paket B Lulus Pelatihan Pembelajaran Berpusat Pada Peserta Didik yang Kontekstual Berbasis Tik 59 Persentase (%) MTs/PPS Wustha/ Paket B Di Pesantren

Berkaitan dengan Penerapan Sistem Akuntibilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang merupakan instrument pertanggung jawaban, Renstra ini merupakan langkah awal untuk

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif dimana realita akan pengimitasian budaya pop Korea melalui televisi yang

Namun dalam pembuatan suatu karya animasi juga bisa digunakan beberapa aplikasi lainnya, oleh karena itu penulis memperkenalkan aplikasi Scratch pada

Pada uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar 18,270 dan nilai Ftabel sebesar 3,21, maka Fhitung > Ftabel (18,270 > 3,21), sehingga keputusannya adalah hipotesis tidak

Daftar periksa III, digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap Rancangan Peraturan Perundang-undangan/Rancangan Peraturan Kebijakan atau terhadap Peraturan