• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan dasar perlindungan satu hama pen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan dasar perlindungan satu hama pen"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Terdapat berbagai pengertian dari hama, seperti menurut Nas (1978) bahwa serangga dikatakan hama jika serangga tersebut mengurangi kualitas dan kuantitas bahan makanan, pakan ternak, tanaman serat, hasil pertanian atau panen, pengolahan dan dalam penggunaannya serta dapat bertindak sebagai vektor penyakit pada tanaman, binatang dan manusia, dapat merusak tanaman hias, bunga serta merusak bahan bangunan dan milik pribadi lainnya. Menurut Smith (1983) hama adalah semua organisme atau agens biotik yang merusak tanaman dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan manusia. Sedangkan dalam arti yang luas hama merupakan makhluk hidup yang mengurangi kualitas dan kuantitas beberapa sumber daya manusia yang berupa tanaman atau binatang yang dipelihara yang hasil dan seratnya dapat diambil untuk kepentingan manusia dan bersifat merugikan, contoh dari hama yang menyerang pertanian seperti belalang kayu (Valanga rilgricornis), ulat daun (Plutella xylostella), walang sangit (leptocorisa acuta), kepik (Dasimus Sp), kumbang kelapa (Orycetes rhinocoros) dan Lalat buah (Dacus Sp), Untuk hama gudang dapat diartikan sebagai hama yang merusak produk pertanian saat berada digudang atau pada masa penyimpanan contoh dari hama gudang yaitu hama buah kopi (stegodium paniceum), kumbang beras (sitophilus oryzae),dan kumbang kacang hijau (callosobruchus chinensis) (Haryo, 2008).

(2)

karena yang diserang langsung kepada hasil produksi dan pengendalian yang dilakukan lebih sulit. Serangan serangga pasa panen seperti gabah padi maupun beras yang dieserang oleh Kutu beras (Shitopilus orizae) maka bulur-bulir padi akan patah dan berlubang lubang selain itu serangga yang menyerang pada pasca panen seperti Kutu kacang hijau (Callosobruchus chinensis) yang sering disebut juga hama gudang (Siswanto, 2012)

Dengan adanya hama tersebut maka dapat diketahui ordo atau pengolongan serangga hama biasa dan hama gudang, sehingga dapat membedakan atau mengklasifikasi antara serangga hama biasa dan hama gudang, selain itu pengendalian yang dilakukan lebih efektif karena mengetahui jenis dari seranga hama.

1.2. Tujuan

Tujuan praktikum dasar perlindungan tanaman dengan materi Pengenalan Ordo Serangga Hama dan Serangga Hama Gudang, yaitu :

a. Untuk pengenalan serangga hama dan ordo serangga hama, baik dari morfologi tubuh, tipe mulut, daur hidup, tipe perkembangbiakan, siklus dan mekanisme penyerangan sehingga dapat diketahui cara yang tepat untuk pengendalian serangga hama.

b. Mengetahui macam-macam serangga hama yang menyerang produk pertanian dalam gudang, mengenal bagian tubuh, mengetahui daur hidup dan mengetahui mekanisme serangan hama tersebut.

(3)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Filum yang Berpotensi Sebagai Hama

(4)

2. 2. Ordo Serangga Hama

Beberapa jenis ordo dari kelas insecta atau hexapoda yang menjadi hama, yaitu a). Ordo Orthoptera, Orthoptera berasal dari kata orthos yang artinya lurus dan pteron artinya sayap. Golongan serangga ini pada waktu istirahat berperilaku khas, yaitu sayap belakangnya dilipat lurus di bawah sayap depan. tipe mulut nimfa dan imagonya penggigit dan pengunyah. Perkembangan hidup hama ini termasuk tipe paurometabola (telur-nimfa-imago). Nimfa dan imago hidup pada habitat yang sama. Namun pada stadium nimfa dan imago bersifat merusak tanaman. Serangga hama yang termasuk ke dalam ordo Orthoptera adalah: Belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.), Jangkrik (Gryllus mitratus B.) dan (Gryllus bimaculatus De G.) dan Anjing tanah (Gryllotalpa africana P); b). Ordo Hemiptera, Hemi artinya setengah dan pteron artinya sayap. Serangga yang termasuk ordo Hemiptera ini mempunyai sayap depan yang mengalami modifikasi sebagai hemelitron, yaitu setengah bagian di daerah pangkal menebal, sedangkan sisanya berstruktur seperti selaput serta sayap belakangnya mirip selaput tipis atau membran. Dengan tipe perkembangan hidup adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut pada stadium nimfa dan imago yaitu menusuk dan mengisap, dan keduanya hidup dalam habitat yang sama.. contoh Jenis serangganya antara lain: Hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis antonii), Kepik buah lada (Dasynus piperis), Walang sangit (Leptocorixa acuta); c). Ordo Homoptera, Homo berarti sama dan pteron artinya sayap. Serangga golongan ini mempunyai sayap depan berstruktur sama, yaitu seperti selaput. Terdapat beberapa serangga ordo Homoptera ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya, kutu daun (Aphis sp) yang tidak bersayap. namun bila populasinya tinggi sebagian serangga membentuk sayap untuk memudahkan pindah dari satu tempat ke tempat lain. Tipe perkembangan hidup ordo Homoptera adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Kutu daun bersifat partenogenetik, yaitu embrio berkembang di dalam imago betina tanpa pembuahan terlebih dahulu. Jenis serangga dari ordo Homoptera ini antara lain: Wereng hijau (Nephotettix apicalis), Wereng cokelat (Nilaparvata lugens), Kutu loncat (Heteropsylla sp.) dan Kutu dompolan

(5)

(Pseudococcus citri Risso); d). Ordo Lepidoptera, Lepidoptera berasal dari kata Lepidos yang berarti sisik dan pteron artinya sayap. Kedua pasang sayap ordo Lepidoptera mirip membran yang penuh denang sisik, Yang merupakan modifikasi dari rambut biasa. Bila sisik tersebut dipegang akan mudah menempel pada tangan. Serangga dewasa dibedakan atas dua macam, yaitu kupu-kupu dan ngengat. Perkembangbiakan termasuk holometabola (telur-larva/ulat-pupa/kepompong-imago). Alat mulut larva tipe mengigit-mengunyah, sedangkan alat mulut imagonya bertipe pengisap. Stadium serangga yang sering merusak tanaman adalah larva, sedangkan imagonya hanya mengisap nektar (madu) dari bunga-bungaan. Jenis serangga hama yang termasuk ordo Lepidoptera, antara lain: Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis Guenee), Ulat daun kubis (Plutella xylostella), Ulat penggulung daun melintang pada teh (Catoptilia theivora Wls), Penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens Walker) dan lain-lain; e). Ordo Coleoptera, Coleoptera berasal dari kata coleos atau seludang dan pteron atau sayap. Serangga dari ordo Coleoptera ini memiliki sayap depan yang mengalami modifikasi, yaitu mengeras dan tebal seperti seludang. Sayap depan atau seludang ini berfungsi untuk menutupi sayap belakang dan bagian tubuhnya. Sayap depan yang bersifat demikian disebut elitron, sedangkan sayap belakang seperti selaput. Pada saat terbang kedua sayap depan tidak berfungsi, namun pada waktu istirahat sayap belakang dilipat di bawah sayap depan. Perkembangbiakan termasuk holometabola (telur-larva-pupa-iamgo). Tipe alat mulut larva dan imago memiliki struktur yang sama, yaitu menggigit dan mengunyah. Sifat hidup serangga ordo Coleoptera sebagian ada yang merusak tanaman, namun adapula yang bersifat predator. Serangga ordo Coleoptera yang berperan sebagai hama/perusak tanaman, antara lain: Kumbang kelapa atau kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.), Penggerek buah kopi (Stephanoderes hampei), Penggerek batang cengkeh (Nothopeus fasciatipennis Wat.); f). Ordo Diptera, Diptera berasal dari kata Di yang artinya dua dan pteron berarti sayap. Dipteara artinya serangga yang hanya mempunyai sepasang sayap depan sebab sepasang sayap belakangnya telah berubah bentuk menjadi bulatan atau halter. Sayap ini berfungsi sebagi alat keseimbangan pada saat terbang, alat untuk

(6)

mengetahui arah angin, dan juga alat pendengaran. Stadium larva Diptera disebut tempayak atau belatung atau set. Perkembangan hidup ordo Diptera adalah holometabola (telur-larva-pupa-imago). Tipe alat mulut larva menggigit dan mengunyah, sedang imagonya memiliki tipe alat mulut menjilat dan mengisap. Jenis serangga ordo Diptera yang sering merusak tanaman antara lain adalah: Lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli Tryon), Lalat buah (Bactrocera spp.), Lalat penggerek batang padi (Atherigona exigua); g). Ordo Thysanoptera, Thysanos artinya rumbai dan pteron berarti sayap. Merupakan Serangga berukuran sangat kecil. Sayapnya berjumlah dua pasang dengan bentuk memanjang, sempit, membranus, dan pada bagian tepinya terdapat rambut-rambut halus berumbai. Perkembangan hidup serangga Thysanoptera adalah paurometabola. Tipe alat mulut nimfa dan imago pencucuk-pengisap. Serangga dari ordo ini dapat merusak daun, bunga, dan buah tanaman. Jenis serangga dari ordo Thysanoptera yang sering merusak tanaman antara lain: Thrips hitam pada tanaman jagung (Heliothrips striatoptera Kob) dan Thrips bawang (Thrips tabaci Lind) (Munarwan, 2002).

2. 3. Hama Gudang

Hama gudang dapat dikenali dari morfologi hama tersebut, pada umumnya hama gudang memiliki antena, mata yang majemuk, terdapat abdomen, thoraks, berwarna coklat, mocong sempit, dengan panjang badan 2,5 sampai 4,5 mm, dengan kaki 6 kaki, hama gudang biasa memiliki siklus hidup selama 20-32 hari untuk menyelasaikan siklus hidup dari telur-larva-pupa-imago, dengan massa hidup kumbang dewasa 23 hari sampai 14 bulan. Hama gudang betina dan jantan dapat dibedakan dengan melihat morfologi dan cara hidup. Untuk hama gudang betina biasanya bertelur sedangkan hama gudang betina tidak bertelur, dan dapat dibedakan dari ukuran hama gudang tersebut, hama gudang betina lebih besar dibandingkan hama gudang jantan, kemudian moncong hama gudang betina kecil dan mulus, berbintik-bintik melebar dan licin dan lebih panjang sedangkan hama gudang jantan memiliki moncong yang kasar dibandingkan dengan hama gudang betina, berbintik-bintik kasar kusam dan lebih pendek (Herdiyastuti. 2007)

(7)

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman dengan materi Pengenalan Ordo Serangga Hama dan Serangga Hama gudang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 1 April 2017 pukul 15.00-16.40 WIB bertempat di Laboraturium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu alkohol, gelas aqua, pinset, buku gambar, stereofoam dan alat tulis dan bahan yang digunakan yaitu Belalang Kayu (Valanga rilgricornis), Ulat Daun (Plutella xylostella), Walang Sangit (leptocorisa acuta), Kepik (Dasimus Sp), Kumbang Kelapa (Orycetes rhinocoros), Lalat Buah (Dacus Sp), Kutu Beras (Shitopilus orizae), Kutu Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis), Kutu daun (Aphis Sp).

3.3. Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan pada saat praktikum adalah :

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum b. Menuangkan alkohol kedalam gelas aqua

c. Memasukan serangga kedalam gelas aqua yang telah terisi alkohol

d. Mengambil serangga yang telah direndam kemudian menusukan serangga diatas sterofoam.

e. Menggambar morfologi serangga diatas buku gambar dan mengidentifikasi serangga tersebut.

(8)

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil pengamatan pengenalan ordo serangga hama dan serangga hama gudang N

o Nama serangga seranggaOrdo Bagian serangga Tipe alat mulut Gejala yang ditimbulkan 1 Belalang kayu

(Valanga rligricornis)

Orthoptera Kepala, sayap, dada, abdomen, dan antena

Lepidoptera Kaki, kepala, badan. Mengigit dan menguyah

Daun berlubang – lubang

3 Walang sangit (leptocorisa acuta)

Hemiptera Kaki, kepala, sayap, antena, badan

Hemiptera Kaki, kepala, sayap. Antena

Coleoptera Kaki, kepala, mulut Mengigit dan menguyah

Coleoptera Kaki, kepala, mulut Mengigit dan menguyah

Berlubang dan berbubuk

8 Kutu kacang hijau (Callosobruchs

chinensis)

Coleoptera Kaki, kepala, mulut Mengigit dan menguyah

Berlubang dan berbubuk

9 Kutu daun (Aphis Sp) Homoptera Kaki, kepala, mulut, sayap

Menusuk dan menghisap

(9)

4.2. Pembahasan

4.2.1. Belalang kayu (Valanga rligricornis)

Gambar Belalang kayu (Valanga rligricornis) (sumber; Dokumentasi pribadi)

Belalang kayu (Valanga rligricornis) termasuk kedalam ordo orthoptera dengan betuk morfologi berwarna coklat kekuningan,mempunyai antena, kaki terdiri dari 3 pasang , bentuk sayap lurus dan perut terdapat garis. Belalang kayu (Valanga rligricornis) termasuk serangga dengan tipe perkembangan paurometabola dengan siklus hidup dimulai dari telur kemudia menetas menjadi nimfa, nimfa belalang yang baru menetas akan berganti kuli sekitar 4-6 kali, setelah melewati masa nimfa belalang kayu (Valanga rligricornis) akan menjadi dewasa. Belalang kayu (Valanga rligricornis) memiliki tipe alat mulut menggigit menguyah daun.

Belalang kayu (Valanga rligricornis) memiliki gejala serangan yaitu daun yang dimakan terlihat dicabik-cabik tidak teratur, hingga sampai tulang jika serangan berat dan Belalang kayu (Valanga rligricornis) biasanya habitatnya adalah rumput-rumputan dan lahan pertanian.

Belalang kayu (Valanga rligricornis) dapat dikendalikan secara mekanis seperti membunuh langsung, secara biologis yaitu dengan predator alami seperti burung, semut dan binatang yang bersifat predato serta secara kultur teknis.

(10)

4.2.2. Ulat Daun (Plutella xylostella)

Gambar Ulat Daun (Plutella xylostella) (sumber; Dokumentasi pribadi)

Ulat Daun (Plutella xylostella) termasuk kedalam ordo lepidoptera dengan bentuk morfologi yang memiliki kaki, kepala berwarna hitam bulat, dengan tubuh berwarna hijau dan terdiri dari empat instar. Ulat Daun (Plutella xylostella) termasuk kedalam perkembangan holometabola dengan siklus hidup diawali dengan bertelur 3-6 hari, yang terdiri dari 4 instar. Larva instar pertama jika keluar dari telur langsung menggerek kedalam daun, instar berikutnya baru keluar dari daun sampai instar keempat, setelah itu akan menjadi pupa. Ulat Daun (Plutella xylostella) memiliki tipe alat mulut menggigit kemudian menguyah daun.

Gejala serangan yang disebabkan oleh ulat Daun (Plutella xylostella) yaitu daun berlubang-lubang, jika intensitas serangan tinggi pada daun hanya akan tersisa urat daun. Habitat dari ulat daun (Plutella xylostella) adalah pada lahan pertanian yang tanamannya kubis.

Pengendalian ulat daun (Plutella xylostella) dapat dilakukan dengan kultur teknis seperti melakukan pergiliran tanaman, pengendalian hayati dengan cara melepaskan musuh alami berupa predator dan parasitoid seperti mengunakan lalat (Thachinid macrocentrus homonae), secar mekanis yaitu membuat perangkap dan menangkap langsung.

(11)

4.2.3. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)

Gambar Walang Sangit (Leptocorisa acuta) (sumber; Dokumentasi pribadi)

Walang Sangit (Leptocorisa acuta) termasuk kedalam ordo hemiptera dengan bentuk morfologi berwarna hijau kecoklatan, memiliki antena yang panjang, memiliki sayap, kepala dan badan. Walang Sangit (Leptocorisa acuta) memiliki tipe perkembangan paurumetabola dengan siklus hidup dimulai ari stadia telur, kemudian nimfa dan imago. Walang Sangit (Leptocorisa acuta) memiliki tipe alat mulut menusuk lalu menghisap malar padi.

Gejala serangan yang disebabkan walang Sangit (Leptocorisa acuta) yaitu hilang cairan biji padi menyebabkan biji padi menjadi mengecil, malai yang dihisap menjadi hampa dan berwarna coklat kehitaman. Habitat walang Sangit (Leptocorisa acuta) biasanya direrumputan dan tanaman yang berada disekitar tanaman padi.

Pengendalian hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta) dapat dilakukan secar biologis yaitu dengan memanfaatkan agen hayati pengendali hama walang Sangit (Leptocorisa acuta), kultur teknis yaitu menanam tanaman perangkap, dan secara mekanis atau mengunakan perangkap.

(12)

4.2.4. Kepik (Dasimus Sp)

Gambar Kepik (Dasimus Sp) (sumber; Dokumentasi pribadi)

Kepik (Dasimus Sp) termasuk kedalam ordo serangga hemiptera, dengan morfologi berbentuk lonjong, berwarna hijau dan bagian belakang hitam, terdapat 3 pasang kaki, antena pendek, dan setengah sayap. Kepik (Dasimus Sp) merupakan serangga dengan tipe perkembangan paurometabola dengan siklus hidup berawal dari bertelur dengan massa perkembangan dari telur sampai dewasa 4 sampai 8 minggu. Kepik (Dasimus Sp) memiliki mempunyai tipe alat mulut menusuk kemudian menghisap buah pada tanaman.

Serangan yang diakibatkan oleh kepik (Dasimus Sp) pada tanaman padi menyebabkan bulir tanaman padi menjadi hampa atau kosong, pada tanaman biji-bijian lainnya menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik hitam dan akhirnya menjadi busuk. Habitat dari Kepik (Dasimus Sp) aslinya terdapat di Australia namun sering juga didapatkan pada rerumputan, lahan pertanian dan semak belukar.

Pengendalian Kepik (Dasimus Sp) dapat dilakukan secara mekanis yaitu dengan menangkap, membuang dan memusnakan dengan cara dibakar, kemudian mengunakan perangkap dan dapat juga secara hayati yaitu mengunakan musuh alami.

(13)

4.2.5.Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros)

Gambar Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros) (Sumber; Dokumentasi Pribadi)

Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros) temasuk kedalam ordo coleoptera dengan morfologi berwarna hitam pekat, kaki tajam, bertanduk, dan sayap hitam, memiliki kepala dan tubuh. Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros) termasuk kedalam tipe perkembangan holometabola dengan siklus hidup melewati stadium telur kemudian larva, pupa, dan imago. Pada telur akan bertahan 13-23 hari, setelah itu telur menetas dan menjadi uret hingga menjadi kumbang dewasa dengan usia 7 sampai 8 bulan. Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros) memiliki tipe mulut menggitit, menguyah dan menyerang akar, batang pada tanaman kelapa.

Gejala yang ditimbulkan oleh kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros) akan terlihat tergunting membentuk huruf V. Habitat dari Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros) adalah daerang yang banyak kelapa seperti perkebunan kelapa sawit dan didalam batang kelapa yang busuk.

Pengendalian kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros) dapat dilakukan secara sanitasi yaitu dengan menebang tanaman yag sudah mati kemudian dibakar atau digunakan untuk keperluan lain, pemanfaatan feromon yaitu mengunakan perangkap feronom, pemanfaatan serbuk nimfa yaitu serbuk nimfa dicampur dengan pasir kemudian diaplikasikan pada pucuk kelapa yang menjai trmpat masuk Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros), secara mekanis yaitu dilakukan dengan menangkap dan membunuh Kumbang kelapa (Orycetes rhinoccros).

(14)

4.2.6. Lalat buah (Dacus Sp)

Gambar Lalat buah (Dacus Sp) (Sumber; Dokumentasi Pribadi)

Lalat buah (Dacus Sp) termasuk kedalam ordo diptera dengan morfologi serangga yang telah dewasa mirip dengan lalat rumah, panjang sekitar 6-8 mm dan lebar 3 mm. Torak berwarna oranye, merah kecoklatan, coklat atau hitam. Dorsalisnya terdapat 2 garis yang membujur dan sepasang sayap yang transparan. Pada abdomen terdapat 2 pita yang melintang dan satu pita membujur warna hitam atau bentuk huruf T yang kadang tidak jelas. Pada lalat betina ujung abdomen lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus kulit buah sedangkan lalat jantan abdomen lebih bulat. Lalat buah (Dacus Sp) termasuk kedalam tipe perkembangan holometabola dengan siklus hidup di daerah tropis sekitar 25 hari. Serangga betina dapat meletakkan telur 1-40 butir/buah/hari dan dari satu ekor betina dapat menghasilkan telur 1.200-1.500 butir. Stadium telur 2 hari, larva 6-9 hari. Larva instar 3 dapat mencapai panjang sekitar 7 mm, akan membuat lubang keluar untuk meloncat dan melenting dari buah masuk ke dalam tanah dan menjadi pupa di dalam tanah. Pupa berumur 4-10 hari dan menjadi serangga dewasa.

Gejala serangan, buah yang terserang ditandai oleh lubang titik hitam pada bagian pangkalnya, tempat serangga dewasa memasukkan telur. Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah serta menghisap cairan buah yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi oleh OPT lain, sehingga buah menjadi busuk dan biasanya jatuh ke tanah sebelum larva berubah menjadi pupa. Habitat

(15)

dari lalat buah (Dacus Sp) yaitu pada tempat yang terdapat banyak buah seperti diperkebunan kacang-kacangan.

Pengendalian serangga lalat buah (Dacus Sp) dapat dilakukan secara mekanis yaitu membuat perangkap dan secara kimia melakukan penyemprotan insektisida dapat juga secara biologis yaitu dengan agen hayati atau mengunakan predator.

4.2.7. Kutu beras (Sithopilus orizae)

Gambar Kutu beras (Sithopilus orizae) (Sumber; Dokumentasi pribadi)

Kutu beras (Sithiphilus oryzae) termasuk kedalam ordo coleoptera. Kutu beras (Sithiphilus oryzae) memiliki tipe perkembangan secara holometabola yaitu fase telur-fase pupa-fase larva-fase imago dengan siklus hidupnya sekitar 28-90 hari dengan diawali telur diletakan pada tiap bulir beras yang telah dilubangi, kemudia telur menjadi larva lalu berubah menjadi imago kurang lebih 5 hari. Secara morfologi kutu beras (Sithopilus orizae) memiliki bagian tubuh terdiri dari kepala, perut, kaki dan sayap. Tipe mulut kutu beras yaitu mengigit mengunyah.

Gejala yang ditimbulkan oleh kutu beras yaitu patah-patah berwarna kuning dan berbau. Habitat kutu beras (Sithopilus orizae) yaitu di gudang penyimpanan beras, atau juga di lumbung padi.

Pengendalian kutu beras (Sithopilus orizae) dapat dilakukan secara mekanis yaitu menangkap dan membunuh langsung serta dapat mengunakan buah jeruk, bawang putih dan daun jeruk yang diletakan ditempat beras.

(16)

4.2.8. Kutu kacang hijau (Callosobruchs chinensis)

Gambar Kutu kacang hijau (Callosobruchs chinensis) (Sumber; Dokumentasi pribadi)

Kutu kacang hijau (Callosobruchs chinensis) termasuk kedalam ordo coleoptera, dengan bentuk morfologi berukuran relatif kecil dan berwarna coklat kehitam-hitaman. Mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk tubuh kumbang atau kutu dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus.

Berdasarkan hasil pengamatan gejala serangan yang disebabkan oleh Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) terlihat pada biji kacang hijau ( Phaseolus radiatus), yang tampak berlubang dan lama-kelamaan akan hancur atau retak, tampak lubang pada biji-biji kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi.

Untuk mengendalikan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) dapat dilakukan secara mekanis yaitu membunuh langsung dan melakukan penyaringan terhadap kacang hijau yang terserang. Kemudia dapat dilakuan dengan cara meletakan hal yang tidak disukai Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) ditempat kacang hijau yang belum terserang untuk mencegah datangnya Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis).

(17)

4.2.9. Kutu daun (Aphis Sp)

Gambar Kutu daun (Aphis Sp) (Sumber; Dokumentasi pribadi)

Kutu daun (Aphis Sp) termasuk kedalam ordo homoptera, dengan morfologi berbentuk seperti pear, warnanya bervariasi dari hijau muda sampai hitam, kuning. Mempunyai kornikel pada bagian ujung abdomen. Kutu daun (Aphis Sp) termasuk dalam tipe perkembangan paurometabola dengan siklus hidup Imago dapat hidup selama 28 hari. Satu ekor imago betina dapat menghasilkan 2-35 nimfa/hari. Siklus hidup dari nimfa sampai imago 5-7 hari. Selama satu tahun dapat menghasilkan 16-47 generasi. Hama ini memiliki tipe alat mulut menghisap yang menyerang daun pada tanaman.

Gejala serangan kutu daun (Aphis Sp )yaitu serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian tanaman yang diserang oleh nimfa dan imago biasanya pucuk tanaman dan daun muda. Daun yang diserang akan mengkerut, pucuk mengeriting dan melingkar sehinga pertumbuhan tanaman terhambat atau tanaman kerdil. Hama ini juga mengeluarkan cairan manis seperti madu sehinga menarik datangnya semut dan cendawan jelaga berwarna hitam. Habitat dari Kutu daun (Aphis Sp) biasanya terdapat didaun tanaman atau daun-duan muda.

Pengendalian hama Kutu daun (Aphis Sp) dapat dilakukan dengan cara mekanis seperti mengunakan kain kassa dibedengan persemaian, secara kultur teknis yaitu sanitasi dan pemusnahan gulma serta bagian tanaman yang terserang dengan cara dibakar, dan secara hayati yaitu dengan memanfaatkan musuh alami parasitoid dan predator.

(18)

V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan

(19)

terdapat rambut-rambut halus berumbai. Perkembangan hidup paurometabola. Tipe alat mulut nimfa dan imago pencucuk-pengisap. Merusak daun, bunga, dan buah tanaman.

b. Hama gudang merupakan serangga yang menyerang produk ditempat penyimpanan (gudang). Hama gudang berpotensi menyebabkan kehilangan hasil selama produk dalam penyimpanan. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama gudang dapat mencapai 10 – 15% dari isi gudang dan juga dapat menurunkan kualitas produk sehingga petani mengalami kerugian. Pada umumnya hama gudang yang menyerang berasal dari ordo Coleoptera. Pada umumnya morfologi hama kumbang terdiri dari caput, antena, alat mulut, mata mejemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap. Pada umumnya hama gudang menyerang produk dengan meletakkan telurnya dalam produk dan ketika telur tersebut menetas larvanya akan memakan produk dan menyebabkan lubang-lubang pada produk. Pada umumnya alat mulut yang dimiliki oleh hama gudang adalah tipe penggigit dan pengunyah karena produk yang telah terserang akan tampak berlubang-lubang akibat digigit oleh hama gudang itu

5.2. Saran

Diharapkan setiap praktikan harus menjaga kebersihan diri ruang laboratorium. Selain itu praktikan juga diharapkan melakukan pekerjaan dengan teliti. Ketika percobaan berlangsung praktikan harus bisa saling berinteraksi dengan kelompok maupun asisten praktikum.

Gambar

Tabel 1. Hasil pengamatan pengenalan ordo serangga hama dan serangga hama gudang
Gambar Belalang kayu (Valanga rligricornis)
Gambar Ulat Daun (Plutella xylostella)
Gambar Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Van Dijk dalam bukunya Pengantar Hukum Adat Indonesia mengatakan bahwa kata “Hukum Adat” itu adalah istilah untuk menunjukkan hukum yang tidak dikodifikasikan di kalangan orang

Pembukaan Jalan Tembus Tunjang Selatan- Tunjang Utara dan kekadusan Paokmotong Selatan2. Tunjang

Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, dimana suatu proses analisis harus ditunjang oleh data yang benar, karena jika data yang digunakan tidak

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini tidak mengejutkan karena berdasarkan temuan sebelumnya (Zacharia, 2010; Saepuzaman 2011) menunjukkan bahwa pembelajaran yang

Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan, dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei Hei

Informasi yang didapat oleh peneliti ketika menanyakan mengenai viral marketing yang dilakukan oleh tim pemasaran Indihome melalui media sosial yaitu

memiliki titik didih rendah (Zancan et al.,2002), Tujuan penelitian ini adalah mencari variabel paling berpengaruh dalam ekstraksi gingerol dari rimpang jahe