• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Filsafat Dalam Pendidikan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendekatan Filsafat Dalam Pendidikan (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah filsafat berasal dari dua suku kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu phile atau philos yang berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau sophos yang berarti kebijaksanaan. Kedua suku kata tersebut membentuk kata majemuk philosophia. Dengan demikian, berdasarkan asal usul philosophia (filsafat) berarti cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan. Karena istilah philosophia dalam bahasa Indonesia identik dengan istilah filsafat, maka untuk orangnya, yaitu orang yang mencintai kebijaksanaan disebut filsuf.

Harun Hadiwijono berpendapat bahwa filsafat diambil dari bahasa Yunani, filosofia. Struktur katanya berasal dari kata filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Dalam arti itu, menurut Hadiwijono filsafat mengandung arti sejumlah gagasan yang penuh kebijaksanaan. Artinya, seseorang dapat disebut berfilsafat ketika ia aktif memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih berarti sebagai “Himbauan kepada kebijaksanaan”.

Di zaman Yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan spesial, akan tetapi suatu cara hidup yang kongkret, suatu pandangan hidup yang total tentang manusia dan tentang alam yang menyinari seluruh kehidupan seseorang. Selanjutnya, dengan kehidupan atau perkembangan peradaban manusia dan problema yang di hadapinya, pengertian yang bersifat teoritis seperti yang di lahirkan filsafat Yunani itu kehilangan kemampuan untuk memberi jawaban yang layak tentang kebenaran peradaban itu telah menyebabkan manusian melakukan loncatan besar dalam bidang sains, teknologi, kedokteran dan pendidikan.

(2)

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik, baik potensi fisik, potensi cipta, rasa maupun karsanya agar dasar kependidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Karenanya pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan, melalui filsafat kependidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendidikan dalam analisis filsafat itu?

2. Bagaimana pendekatan filosofi dalam pemecahan masalah pendidikan? 3. Bagaimana hubungan filsafat dan teori pendidikan ?

1.3 Manfaat

1. Dapat menjadi suatu bekal bagi para pendidik untuk menghadapi masalah dalam pendidikan.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Landasan Filsafat Sistem Pendidikan Nasional

Bangsa Indonesia memiliki filsafat umum atau filsafat Negara ialah pancasila sebagai falsafah Negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat dalam berkarya pada segala bidang. Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Rincian selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU-RI No. 2 Tahun 1989, yang menegaskan bahwa pembangunan nasioanal termasuk dibidang pendidikan adalah pengamalan pancasila, dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain: “ Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri”. Sedangkan ketetapan MPR-RI No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila menegaskan pula bahwa pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia,dan dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud bangsa manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari segala sumber nilai yang menjadi pangkal serta mauara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan dengan kata lain : Pancasila sebagai sumber system nilai dalam pendidikan.

(4)

Belum ada upaya mengopersionalkan Pancasila agar mudah diterapkan dalam kegiatan–kegiatan di masyarakat, termasuk penerapanya dalam dunia pendidikan Kalaupun ada bidang studi menyangkut moral Pancasila, sebagan besar diterapkan seperti melaksanakan bidang-bidang studi lain. Pendidik mengajarkannya, peserta didik berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan pendidik dalam ujian-ujian.

Sementara itu dunia pendidikan di Indonesia belum punya konsep atau teori-teori sendiri yang cocok dengan kondisi, kebiasaan atau budaya Indonesia tentang pengertian dan cara –cara mencapai tujuan pendidikan.Sebagian besar konsep atau teori pendidikan diimpor dari luar negeri sehingga belum tentu valid untuk diterapkan di Indonesia.

Teori-teori biasa didapat dengan cara belajar diluar negeri, atau dengan cara melakukan studi banding. Dan yang paling banyak dilakukan adalah dengan mendatangkan buku atau membeli buku dari Negara lain. Inilah sumber konsep pendidikan di Indonesia. Kalaupun ada usaha menyususn sendiri konsep pendidikan sebagian besar juga bersumber dari buku-buku ini. Begitu pula tentang konsep-konsep pendidikan yang ditatarkan dalam penataran-penataran pendidikan jugaBersumber dari buku-buku. Dengan demikian dapat diibaratkan membuat manusia Indonesia yang dicita-citakan seperti menerpa patung dengan cetakan luar negeri. Hasilnya tentu tidak persis seperti manusia yang dicita-citakan, karena cetakan itu sendiri belum ada di Indonesia.

2.2 Pendidikan Dalam Analisis Filsafat

(5)

Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaanya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi mu, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugasnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusiannya dan pendidikan formal di sekolah hanya bagian kecil saja dari padanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya.

Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula pula diantaranya yang menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin terjawabdengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat. Berikut ini akan dikemukakan beberapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya, antara lain:

(6)

2. Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masayarakat. Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk pembinaan masyarakat. Apakah pembinaan manusia itu semata-mata unuk dan demi kehidupan riel dan materil di dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak di akhirat yang kekal.

Masalah-masalah tersebut merupakan sebagian dari contoh-contoh problematika pendidikan, yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis, atau analisa filsafat. Dalam memecahkan masalah-masalah tersebut,

Analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya. Diantara pendekatan (approach) yang digunakan antara lain:

1. Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif, berarti memikirkan, mempertimbangkan, juga membeyangkan dan menggambarkan. 2. Pendekatan normatif, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan

dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia.

3. Pendekatan analisa konsep, artinya pengertian atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu objek. Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda mengenai yang sama, tergantung pada perhatian, keahlian dan kecendrungan masing-masing.

(7)

2.3 Metode Studi Dalam Filsafat Pendidikan Dan Pendekatannya

1. Metode Studi dalam Filsafat Pendidikan

Manusia dalam mempelajari sesuatu tentulah memerlukan metode agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Begitu pula Filsafat Pendidikan dalam studinya menggunakan metode: a) metode rasionalistik, b) metode empirik, c) metode intuisi, d) metode reflektif, e) metode historis, dan f) metode analisis sintetis (Arifin, 2000:19-23), serta hermeneutika.

Rasionalistik

Rasionalistik, suatu paham yang mengedepankan rasio. Sehingga paham ini dalam menganalisis fenomena (alam) berpegang pada kemampuan akal pikiran belaka. Adapun langkah-langkah berpikir rasionalitik sbb: 1). Tidak menerima begitu saja atas sesuatu yang belum diakui kebenarannya; 2). Menganalisis dan mengklasifikasi secara teliti; 3). Diawali sasaran yang paling sederhana dan mudah menuju yang kompleks; 4). Tiap masalah dibuat uraian yang sempurna dan dilakukan pengkajian kembali secara umum. Lankah-langkah tersebut dapat dipahmi bahwa untuk mengambil suatu kesimpulan memerlukan analisis secara teliti dan seksama, dan pengkajian ulang sehingga kecil kemungkinan bisa terjadi.

Empirik

(8)

Intuisi

Intuisi memiliki kadar lebih tinggi dibanding intelek. Namun intuisi ini sulit untuk dibuktikann secara empirik, sulit pula diukur. Sehingga sering disingkirkan sebagai metode berpikir khususnya di dunia ilmu pengetahuan.

Reflektif

Reflektif: suatu cara berfikir yang dimulai dari adanya problem-problem yang dihadapkan kepadanya untuk dipecahkan. Problem-problem yang ada menjadi titik berangkat pemikirannya, tanpa adanya problem-problem aktifitas refleksi pun sulit dilakukan. Berdasar problem-problem yang dihadapi akan melahirkan hasil pemecahannya. Perjalanan roda pendidikan selalu dihadapkan problem-problem yang terus meneruak muncul karena pendidikan suatu yang terus berkembang. Dan problem yang besar tidak lain adalah kenyataan.

Historis

Metode ini pada problem-problem tertentu dapat digunakan utuk mengatasi problem yang dihadapi secara wajar. Biasanya metode ini diawali dari suatu tesis kemudian anti tesis, selanjutnya melahirkan sintesis.

Analitik-Sintetik

(9)

Contoh pemikiran Induktif,

Buku 1 besar dan tebal adalah mahal Buku 2 besar dan tebal adalah mahal

Konklusi : semua buku besar dan tebal adalah mahal

Contoh pemikiran Deduktif,

Premis mayor: Semua buku besar dan tebal adalah mahal Premis minor : Buku 3 adalah besar dan tebal

Konklusi : buku 3 adalah mahal

Sementara Analitik-sintetik: Mengurai sasaran-sasaran pemikiran filosofis sampai unsur sekecil-kecilnya, kemudian memadukan kembali unsur-unsur sebagai kesimpulan hasil studi. Pemikiran analitik sintetik ini merupakan hasil paduan unsur-unsur baik yang dilakukan secara analitik maupun sintetik.

Analisis Bahasa dan Analisis Konsep

Analisis bahasa, usaha untuk mengetahui arti sesungguhnya dari sesuatu atau usaha untuk mengadakan interpretasi pendapat atau pendapat mengenai makna yang dimiliknya. Analisis konsep, Analisis kata-kata atau istilah-istilah yang menjadi kunci pokok yang mewakili suatu gagasan atau konsep. Analisis bahasa itu memberi interpretasi dari sesuatu pendapat, sedang analisis konsep mengurai kata kunci yang menjadi sample konsep.

Hermeneutika

(10)

kebenaran. Metode-metode tersebut tidak selalu pas/relevan dan dapat digunakan disetiap obyek kajian. Untuk itu penggunaan metode harus mempertimbangkan relevansi bahan yang menjadi obyek pengkajian, penemuan atau pengembangan pendidikan, sehingga akan menghasilkan kesimpulan yang benar dan tidak bisa.

2. Pendekatan Filsafat Pendidikan

Pendekatan filsafat pendidikan dalam melakukan studinya, yaitu: 1) ajaran filsafat/aliran filsafat tertentu, dan 2) Pendidikan. Filsafat pendidikan dalam melakukan studinya akan merujuk pada ajaran filsafat, dan pendidikan. Untuk paham filsafat di antarnya seperti idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme, eksistensialisme dan fenomenologi, sedang ajaran pendidikan seperti nativisme, empirisme dan konfergensi.

2.4 Hubungan Filsafat Dan Teori Pendidikan

Hubungan antara filsafat dan teori pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan serta menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin di capai.

(11)

Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan teori pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara Pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori- teori pendidikannya, disamping menggunakan metode- metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagi pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek, misalnya filsafat idelisme, realisme, materialisme dan sebaginya, akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori- teori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu terhadap teori- teori pendidikan yang di kembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori- teori dan pandangan- pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh fillosof, tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan airan filsafat yang dianutnya.

(12)

3) Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik).

Di samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga terdapat hubungan yang bersifat suplementer, sebagai berikut :

1. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakikat manusia, serta kon sepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.

2. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan Negara.

(13)

2.5 Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di Indonesia

Pendidikan di Indonesia baru dalam tahap perhatian. Perhatian-perhatian terhadap perlunya filsafat pendidikan itupun baru muncul disana-sini belum terkoordinasi menjadi suatu perhatian besar untuk segera mewujudkanya. Kondisi seperti ini tidak terlepas dari kesimpangsiuran pandangan para pendidik terhadap pendidikan itu sendiri,seperti telah diungkapkan diatas.

Ada suatu hasil penelitian bertalian dengan hal diatas yang dilakukan oleh Jasin, dan kawan-kawanya (1994), dengan responden para mahasiswa PGSD, SI, S2, dan S3 IKIP Jakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Penelitian itu menemukan hal-hal sebagai berikut:

1. Lebih dari separoh responden menginginkan penegasan kembali pengertian pendidikan dan pengajaran

2. Hampir separoh responden mahasiswa dan dosen berpendapat bahwa ilmu pendidikan kurang dikembangkan, sementara itu seperlima para ahli pendidikan menyatakan pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru 3. Para mahasiswa dan dosen berpendapat ipendidikan adalah ilmu mandiri,

sementara itu hampir sepertiga para ahli menyatakan ilmu pendidikan adalah ilmu terapan, dan

(14)

Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat ditarik sejumlah masalah bertalian dengan ilmu pendidikan, yaitu :

1. Belum jelas pengertian pendidikan dan pengajaran. 2. Ilmu Pendidikan kurang dikembangkan.

3. Ilmu Pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru. 4. Belum jelas apakah ilmu Pendidikan merupakan ilmu dasar atau ilmu terapan. 5. Struktur ilmu pendidikan kurang dikenal.

6. Belum jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar saja.

Keenam masalah tersebut di atas menunjukan bahwa pendidikan, khususnya pendidikan sebagai ilmu belum ditangani. Mulai dari pengertian, apakah sebagai ilmu dasar atau ilmu terapan, struktur ilmu itu, sampai dengan penerapannya pada para calon guru dan guru-guru masih belum jelas. Kondiosi ilmu pendidikan seperti ini terjadi karena memang ilmu itu belum digali dan dikembangkan.

Untuk mengembangkan ilmu Pendidikan yang bercorak Indonesia secara valid, terlebih dahulu dibutuhkan pemikiran dan perenungan itu adalah filsafat yang khusus membahas pendidikan yang tepat diterpkan dibumi Indonesia . Dengan kata lain, untuk menemukan teori-teori pendidikan yang bercorak Indonesia dibutuhkan terlebih dahulu rumusan filsafat pendidikan yang bercorak Indonesia pula.

(15)

Upaya mendorong pemerintah untuk member isyarat akan pentingnya merumuskan filsafat pendidikan dan teori pendidikan yang bercorak Indonesia sudah pernah dilakukan menjelang sidang umum MPR (kompasa,27 Nopembert 1992), sebagai satu sumbangaan untukk bahan siding umum itu. Namun GBHN 1993 sebagai produk siding itu,tidak mencantumkan perlunya perumusan filsafat dan teori pendidikan itu.itu menunjukan kemauan politik pemerintah kearah itu belum ada. Mudah-mudahan di waktu-waktu yang akan datang kemauan itu akan muncul.

Di samping kunci utama untuk memulai kegiatan pengembangan filsafat pendidikan itu belum ada, ada lagi kunci kedua yang membuat sulitnya mengembangkan filsafat dan teori pendidikan itu, yaitu kesulitan menjabarkan sila-sila Pancasila agar mudah diterapkan di lapangan. Memang benar sila-sila Pancasila sudah dijabarkan menjadi 45 butir, tetapi penjabanran itu belum tentu sesuai dengan kebiasaan kerja para ahli pendidikan yang membuat hasil kerja mereka lebih mudah diterapkan di lapangan. Sampai sekarnag tidak setiap ahli diperkenankan menjabanrkan sila-sila Pancasila. Ynag diperbolehkan menjabarkan sila-sila itu hanya BP7 pusat, dengan maksud sangat mungkin unutk menghindari kesimpang-siuran makna sila-sila Pancasila itu sendiri.

Tetapi bila para ahli pendidikan yang berwenang merumuskan filsafat pendidikan tidak diperkenankan menjabarkan atua menafsirkan sendiri sila-sila Pancasila itu akan membatasi kebebasan mereka berfikir dan mewujudkan filsafat itu. Bola hal itu tidak bias ditawar-tawar, mungkin dapat diambil jalan kompromi yaitu dengan dibentuk tim yang anggotanya beberapa ahli pendidikan dan beberapa anggota BP7 pusat. Dengan cara ini kemacetan salah satu faktor penghambat pengembangan filsafat pendidikan di Indonesia bias diatasi.

(16)

Hal-hal yang dimaksud adalah:

1. Apakah filsafat pendidikan yang akan dibentuk, yang sesuai dengan kondisi dan budaya Indonesia akan diberi nama Filsafat Pendidikan Pancasila atau dengan nama lain?

2. Apakah filsafat pendidikan itu diambil dari filsafat pendidikan internasional yang sudah ada yang sudah ada, dengan memilih salah satu dari Esensilais, Perenialis, Progesivise, Rekonstruksionis, dan Eksistensialis? Sehingga tinggal merevisi agar cocok dengan kondisi Indonesia.

3. Ataukah filsafat itu dimunculkan bersumber dari filsafdat-filsafat umum yang berlaku secara Internasional, seperti yang dilaksanakan oleh Negara Australia. Ahli pendidikan di Australia ,menyatakan filasfat yang mendasari pendidikan mereka adalah Liberal, Demokrasi, dam multicultural ( Made Pidarta, 1995 ). Seakan-akan mereka tidak memiliki filsafat khusus tentang pendidikan.

(17)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Filsafat dan pendidikan itu saling berhubungan karena filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang pemikiran yang menggunakan akal sehat dengan adanya kebenaran dalam memecahkan permasalahan/kesulitan. Sedangkan pendidikan adalah salah satu dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai tujuan, seperti kematangan, integritas atau kesempurnaan pribadi dan terbentuknya kepribadian muslim. Jadi filsafat dan pendidikan ini saling berhubungan. Keduanya menjadi arah, dasar, dan pedomam suatu kehidupan.

Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Pendekatan filosofis adalah cara pandang atau paradigma yang bertujuan untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formanya Hubungan antara filsafat dan teori pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan

3.2 Saran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Ihsan, hamdani dan Ihsan fuad. filsafat pendidikan islam. Bandung. Pustaka Setia.2001 Zuhairini.filsafat pendiikan islam. Jakarta. Bumi Askara. 2009

Dr.H.Wr. Hendra Saputra,M.Hum. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. PSB FKIP UHAMKA: Jakarta

Tatang Syarifudin, 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Percikan Ilmu: Bandung http://pendidikanadministrasi.blogspot.com/2012/01/filsafat-dan-teori pendidikan.html

Setiawan, Muhammad. 2007. Filsafat Pendidikan dan Implikasinya. RBI-Online. (www.rbi-online.com/filsafat-pendidikan-dan-implikasinya.html, diakses tanggal 10 Oktober 2013).

Bahri, Syamsul. 2007. Landasan Pendidikan. (http://www.wordpress.com/ syamsulbolg.html, diakses tanggal 10 Oktober 2013).

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana pandangan filsafat matematika menurut Plato, Aristoteles, Leibniz, dan Kant.. 10.Jelaskan perbedaan proposisi sintetis aposteori

Ketika perhatian para filsuf kuno tentang filsafat ini lebih tercurah pada masalah filsafat tinggi, maka akhirnya kita bisa melihat arti filsafat menurut para filsuf kuno yang terbagi

Menurut pandangan ini, adalah merupakan tugas filsuf ilmu untuk mengelaborasi implikasi yang lebih luas dari ilmu; (2) filsafat ilmu adalah eksposisi dari

Artinya mengarahkan agar teori-teori dengan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangakan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai

Pembahasan melingkupi berbagai pandangan filosofis menurut Islam dan Barat tentang hakikat manusia, ilmu pengetahuan, kebenaran, dan nilai serta berbagai aliran filsafat

Demikian kiranya filsafat iluminasi berkembang di dalam khazanah pemikiran Islam, yang kemudian akan dikembangkan lagi dengan prinsip-prinsip khas filsafat

Dari ketiga pengertian di atas dapat dipahami bahwa idealisme merupakan suatu aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa hakekat segala sesuatu ada pada

Pertama, implementasi filsafat materialisme dalam kurikulum pendidikan dimana kurikulum di sekolah pada abad ini tidak hanya memusatkan pembelajaran pada teori semata, melainkan juga