• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilihan Kepala Daerah Strategi dan Ter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemilihan Kepala Daerah Strategi dan Ter"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Policy Brief

Pemilihan Kepala Daerah: Strategi dan Terobosan Kebijakan Dalam Mencari Kepala Daerah Berbasis Kearifan Lokal

Oleh

Imam Radianto Anwar Setia Putra

Peneliti Muda di Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri

PENGANTAR

Dengan adanya pemilihan kepala daerah baik ditingkat provinsi dan kabupaten/kota secara langsung dan demokratis merupakan bentuk pembelajaran berdemokrasi kepada rakyat. Hal tersebut guna memilih pimpinan daerahnya yang memiliki kapasitas, kapabilitas dan profesionalitas dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dapat terwujud kesejahteraan. Sayangnya pada tahun 2012 menurut data Kementerian Dalam Negeri sebanyak 474 Kepala Daerah terpilih yang terlibat kasus kriminal, paling banyak kasus korupsi dengan 330 orang dinyatakan bersalah, 49 orang masih

dalam tahap persidangan dan 95 orang ditetapkan sebagai tersangka1. Kasus

korusi yang melibatkan kepala daerah menempati posisi teratas.

Data kualitatif dari Penegak hukum termasuk KPK tentang penyalagunaan wewenang oleh pejabat daerah, menjadi justifikasi atas anggapan ini. Masalah dasar telah meningkatnya korupsi adalah penggunaan uang dalam Pemilihan

Kepala Daerah (PILKADA)2. Dimana setelah menduduki posisi sebagai kepala

daerah definitif harus berupaya untuk mengembalikan biaya dalam keikutsertaan di PILKADA. Besaran biaya tersebut bervariasi Rp. 5 Milyar untuk tingkat Kabupaten/Kota dan Rp 20 Milyar untuk Provinsi yang menjadi biaya politik (political expenditure) dimana pengertianya adalah uang yang digunakan untuk mempengaruhi proses seleksi, nominasi, pemilihan, atau pengangkatan seseorang kedalam jabatan publik atau jabatan politik atau

sebagai kandidat dalam pemilihan umum3. Biaya-biaya tersebut-lah yang harus

dikembalikan oleh setiap kepala daerah.4

Selain mekanisme PILKADA sebagai sebuah pola Rekruten kapala daerah untuk menjaring kepemimpinan Kepala Daerah tentunya ada tugas partai politik untuk ikut berperan dalam menyiapkan calon-calon pemimpin pada tingkat

nasional dan daerah5. Partai politik sebagai suatu organisasi sangat berperan

sebagai pencetak pemimpin yang berkualitas dan berwawasan nasional. Partai Politik memiliki peranan yang sangat strategis dalam mencari bakat kepemimpinan di daerah yang tentunya juga sangat memahami karateritik serta kearifan lokal yang dimiliki daerah tersebut.

1 Perludem 2014: Politik Biaya Tinggi Dalam Pemeilihan Kepala Daerah

2 Naja HA, 2013: Makalah Diskusi “Menekan Biaya Tinggi Dalam Pilkada”

3 Perludem 2014: Politik Biaya Tinggi Dalam Pemeilihan Kepala Daerah

4 Naja HA, 2013: Makalah Diskusi “Menekan Biaya Tinggi Dalam Pilkada”

(2)

Nantinya calon-calon kepala daerah yang diusung oleh partai politik betul-betul sangat memahami idiologi partai politik dan juga mempu memiliki keterampilan dalam mengelola dan mengorganisir penyelenggaraan pemerintah daerah. Tentunya yang sudah terlatih dan sudah teruji ketika calon tersebut menjadi anggota partai politik dimana sebagai sebuah organisasi, partai politik merupakan entitas yang bekerjanya didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu seperti adanya kepemimpinan dan keanggotaan, devisionalisasi dan spesifikasi, melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan kontrol serta adanya aturan main yang mengatur perilaku anggota dan organisasi6.

KEBIJAKAN ALTIRNATIF MENJARING CALON KEPALA DAERAH HANDAL

Harapan besar rakyat disandarkan kepada kepala daerah dalam mengelola potensi dan kekayaan yang dimiliki guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sayangnya permasalahan besar terjadi pada kepemimpinan di daerah, banyaknya kepala daerah yang menjadi tersangka korupsi, menghambat penyelenggaraan pemerintah daerah dalam mengambil berbagai langkah dan keputusan kebijakan strategis pembangunan.

Mekanisme pemilihan kepala daerah (PILKADA) secara empirik justru menciptakan ladang korupsi bagi Kepala Daerah itu sendiri. Hal tersebut disebabkan besarnya biaya yang ditanggung oleh individu yang maju sebagai bakal calon kepala daerah yang diusung dari suatu partai politik.

“Ada dua faktor utama yang membuat besarnya biaya mengikuti PILKADA, yaitu biaya kampanye dan mahar politik. Uang mahar adalah biaya yang harus dikeluarkan seorang calon kepala daerah melalui jalur politik. Mahar politik ini ada yang resmi dan ada yang tidak resmi. Yang resmi yaitu biaya yang ditetapkan salah satu partai bagi para bakal calon kepala daerah yang mendaftar lewat partai tersebut. Sedangkan yang tidak resmi adalah mahar politik lewat jalur belakang yang nilainya tidak pasti.”7

Berbagai usaha dilakukan untuk menekan biaya bagi calon kepala daerah dan menghilangkan praktik politik uang pada pelaksanaan PILKADA terus diupayakan melalui pendekatan kebijakan, dengan mempidanakan bakal calon kepala daerah ataupun kepada kepala daerah yang sudah duduk sesuai

dengan UU 8 tahun 2015 dalam pasal 47 UU tersebut, jika terbukti melakukan

praktik bagi-bagi mahar maka calon kepala daerah yang bersangkutan akan diberi sanksi keras yakni dibatalkannya kemenangan dalam PILKADA dan bagi parlop yang terlibat tidak diperbolehkan untuk ikut dalam PILKADA pada masa berikutnya.

Selain itu, kesempatan untuk mendapatkan calon-calon pemimpin daerah yang memiliki kapasitas, kapabilitas dan integritas tinggi menjadi semakin lemah, dengan mewajibkan para calon kepala daerah tersebut harus mendapatkan persetujuan Dewan Pimpinan Pusat.

“Persyaratan dukungan partai politik kepada calon kepala daerah yang harus mendapat persetujuan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali Kota, justru makin membuka peluang terjadinya permainan mahar politik. Aturan ini juga menimbulkan dampak negatif yang akan mempengaruhi hasil PILKADA di antaranya: Pertama, bukan yang terbaik. Mahar politik

6 Pamungkas, Sigit, 2011, Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia, Yogyakarta : Institute For Democracy and Welfarisme.

(3)

membuat bakal calon kepala daerah yang memiliki modal kuat lebih berpeluang mendapatkan dukungan dan menjadi peserta dan menang di PILKADA. Dengan kekuatan uang yang dimiliki calon tersebut lebih leluasa dan mudah melakukan lobi-lobi ke DPP. Kedua, persaingan yang tidak sehat. Selain untuk meraih dukungan partai sebagai syarat maju di PILKADA, mahar politik bisa juga digunakan oleh seorang calon kepala daerah untuk menggagalkan pencalonan lawan politik yang dianggapnya berpotensi jadi pengganjal di PILKADA8.

Dengan demikian, perlu mekanisme antisipasi agar tetap mendapatkan pimpinan kepala daerah yang berkualitas. Tahapan pengusulan calon kepala daerah dari partai politik menjadi titik awal dalam menjaring kapabilitas dan kapasitas calon pemimpin di daerah.

Terdapat 2 (dua) alternatif kebijakan yang dapat menjadi masukan yang juga memperhatikan UU 8 tahun 2015, yaitu :

1. Melakukan Uji Integritas, Kapasitas, dan Kapabilitas Calon Kepala Daerah saat partai politik melakukan seleksi. Uji tersebut dilakukan bersama komisi Independent yang melibatkan pera pemangku kepentingan penyelenggaraan pemerintahan baik tingkat lokal ataupun tingkat nasional dengan menekankan pada kearifan lokal yang dimiliki daerah dan hasilnya disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai media dengan tidak merendahkan calon kepala daerah.

2. Melakukan Uji Integritas, Kapasitas, dan Kapabilitas Calon Kepala Daerah ditahapan penyelenggaraan pada saat penelitian persyaratan (administratif dan Kompetensi) calon Kepala Daerah sambil mengkonfirmasi persyaratan dan melihat rekam jejak calon. Uji ini dilakukan oleh komisi independent yang melibatkan para pemangku kepentingan penyelenggaraan pemerintahan baik tingkat lokal ataupun tingkat nasional dengan menekankan pada kearifan lokal yang dimiliki daerah dan hasilnya disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai media dengan tidak merendahkan calon kepala daerah.

Hasil uji ini tidak membatalkan usulan yang telah ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) sepanjang penelitian persyaratan calon kepala daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pada pelaksanaan uji tersebut kemampuan kepemimpinan transformatif dapat dipetimbangkan menjadi dimensi dalam mengukur calon kepala daerah. terdapat beberapa pendekatan bentuk kepemimpinan dalam politik seperti yang disampaikan mengidentifikasikan dua jenis kepemimpinan politis, yaitu transaksional dan transformasional. Kepemimpinan transaksional tradisional mencakup hubungan pertukaran antara pemimpin dan pengikut, tetapi kepemimpinan transformasional lebih mendasarkan pada pergeseran nilai dan kepercayaan pemimpin, serta kebutuhan pengikutnya. Kepemimpinan transaksional adalah resep bagi keadaan seimbang, sedangkan kepemimpinan transformasional membawa keadaan menuju kinerja tinggi pada organisasi

yang menghadapi tuntutan pembaruan dan perubahan9. Kepemimpinan

transformasional lebih unggul daripada kepemimpinan transaksional, dan menghasilkan tingkat upaya dan kinerja para pengikut yang melampaui apa

8 ibid

(4)

yang bisa dicapai kalau pemimpin hanya menerapkan pendekatan transaksional10.

Kepemimpinan kepala daerah merupakan bentuk kepemimpinan politik. Selain itu, tuntutan penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah mencapai tingkat kesejahteraan yang setinggi-tingginya untuk itu kepemimpinan transformasional dipadang sangat tepat untuk menjadi dimensi pengukur dalam menggali kecakapan dan kemampuan calon kepala daerah. Lebih lanjut, Bernard M. Bass dan Bruce J. Avolio mengemukakan bahwa kepemimpinan,

transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai the Four

I’s, yaitu:

1) Dimensi yang petama disebut idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi

pertama ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya; 2) Dimensi yang kedua yaitu sebagai inspirational motivation (motivasi

inspirasi). Dalam dimensi ini pemimpin transformational digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstasikan komitmennya, terhadap seluruh tujua organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi mellaui penumbuhan antusiasme dan optimisme;

3) Dimensi yang ketiga disebut intelectual stimulation ( stimulasi intelektual). Pemimpin transformasi harus mampu menumbuhkan ide-ide baru memberi solusi yang kreatif yterhadap permasalahan yang dihadapi bawahannya, dan memberikan motivasi kepada bawahan yuntuk mencari pendekatan-pendekatan baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi; dan

4) Dimensi yang terakhir yalam menguraikan karakteristik pemimpin disebut

individualized consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan dari bahwahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan

bawahan.11. Keempat kriteria kepemimpinan transformasional mendorong

kemampuan individu seorang calon kepala daerah untuk mampu memberikan pengaruhnya dengan tindakan-tindakan yang nyata dengan pendekatan interpersonal.

Selain kepemimpinan juga ada dimensi lain yang dapat mengukur tingkat pengetahuan dan kemampuan calon kepala daerah dalam memimpin daerah nantinya, yaitu: 1) Pengelolaan Keuangan; 2) Manajemen Pemerintahan; 3) Pemahaman terhadap Peraturan Peundangan; 4) Pengelolaan Potensi, Wilayah dan Kawasan; 5) Kerja sama daerah; dan 6) Inovasi Daerah. keenam dimensi itu menjadi prasyarat minimal pengetahuan yang harus dimiliki oleh calon kepala daerah yang akan ikut bertarung di arena PILKADA.

Selanjutnya dimensi yang sudah diulas di atas dapat dijadikan standar dalam melakukan uji terhadap calon kepala daerah yang disusung dari partai politik ataupun yang melalui jalur independen.

PENCARIAN BAKAT KEPEMIPINAN DI MASYARAKAT

10 Robbins dan Judge 2008

(5)

Mekanisme PILKADA sampai saat ini, belum terlalu banyak melahirkan Gubernur, Bupati dan Walikota. Hanya sedikit kepala daerah yang dipandang cakap oleh masyarakat di daerahnya dalam membangun dan mengelola pemerintahan.

Minimnya jumlah calon-calon pemimpin saat ini diduga penyebabnya adalah mekanisme pengkaderan kepemimpinan di partai politik, organisasi masa, ataupun ditengah-tengah masyarakat yang masih lemah dan perlu dicarikan caranya. Selain itu, sulit untuk ikut serta dalam pencalonan kepala daerah, yang merupakan dampak dari pola perekrutan calon kepala daerah dalam PILKADA yang berbiaya tinggi.

Pencarian bakat-bakat kepemimpinan menjadi hal yang sangat penting saat ini, meningat dibutuhkan regenerasi kepemimpinan disetiap tempat, setiap saat, dan berlangsung setiap saat. Sayangnya Organisasi-organisasi tersebut tidak terlalu serius untuk mencari dan mengkader para calon-calon pemimpin.

Kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya12. Pencarian bakat kepemimpinan tentunya

menitik beratkan kepada kemampuan seseorang untuk mempengaruhi melaui tindakan dan ucapan sehingga apa yang hendak menjadi tujuannya tercapai.

Dalam pencarian bakat juga perlu membertimbangkan ciri-ciri kepemimpinan yang baik Menurut Horold Koontz dan Cyrel O'Donnel, ciri-ciri pemimpin yang baik adalah: a. Tingkat kecerdasan yang tinggi b. Perhatian terhadap keseluruhan kepentingan c. Cakap berbicara d. Matang dalam emosi dan pikiran e. Motivasi yang kuat f. Penghayatan terhadap kerja sama.

Sejalan dengan pandangan diatas selain ciri-ciri kepemimpinan yang baik dan juga bentuk kepemimpinan transformasional karena kepemimpinan tersebut dapat menjawab tantangan dalam pencapaian visi yang menjadi tugasnya.

Dimana Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan,

mengomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus mengakui13. Selain itu untuk mencapai keberhasilan tersebut, pemimpin

transformasional adalah pemimpin yang menginspirasi para pengikutnya untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi dan mereka mampu memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri para pengikutnya14.

Dapat dirumuskan dimensi dalam mengukur dan menyiapkan calon pimpinan daerah dengan berpijak pada penjelasan diatas yaitu:

1. Komunikasi;

2. Metode dan Tingkat Pengaruh;

3. Memahami permasalahan dan pemecahannya; 4. Tingkat Kematangan Emosi; dan

12 Sudarwan Danim, 2004

13 Venkat R. Krishnan dan Ekkirala S. Srinivas, 1998

(6)

5. Perilaku kerja sama.

Pencarian bakat-bakat kepemimpinan belum menjadi perhatian serius baik, oleh partai politik, organisasi massa, ataupun pemerintah. untuk itu, perlu ada yang mengorganisasinya sehingga tersediaan calon-calon pimpinan di daerah ataupun ditingkat nasional. Lembaga-lembaga yang khusus dibentuk untuk mencari dan menlatih setiap individu menjadi pemimpin mengingat masih lemahnya kaderisasi pemimpin di partai politik, organisasi massa, dan di dalam masyarakat serta ditambah dengan banyaknya kepala daerah yang menjadi tersangka.

Ada beberapa metode dalam penemuan bakat kepemimpinan pada calon kepala daerah dengan memperhatikan penggunaan waktu. Pencarian bakat-bakat dalam waktu singkat dapat diperoleh melalui survei-survei pendek dan singkat dalam mengetahui elektabilitas seorang individu dalam memimpin. Untuk jangka panjang diperlukan lembaga khusus yang bekerja menjaring dan melatih bakat-bakat kepemimpinan yang muncul di daerah yang selanjutnya dipersiapkan untuk menjadi pemimpin. sehingga nantinya terdapat standar yang jelas dalam menyiapkan bakat-bakat kepemimpinan di daerah.

INSTRUMEN KESUAIAN CALON KEPALA DAERAH TERHADAP KEBUTUHAN MASYARKAT DAN KEARIFAN LOKAL

Pada bagian ini mendeskrispsikan bangunan perangkat dan metode dalam melihat kesesuaian calon kepala daerah yang berasal dari masyarakat yang benar-benar memahami kebutuhan masyarakat ditingkat lokal.

Partai Politik saat ini di Indonesia belum sepenuhnya menjadi mesin demokrasi terutama dalam penyiapan kader-kader kepemimpinan di tingkat pusat maupun daerah. seperti yang sudah dijelaskan pada bagian atas untuk menjadi calon pemimpin daerah harus berbiaya mahal dengan pemberian mahar untuk dapat maju sebagai calon kepala daerah dari partai politik tertentu.

Mekanisme penetuan calon kepala daerah di dalam partai dimana mekanisme belum dilakukan terbuka oleh partai politik kepada publik. Regulasi dalam mekanisme penetuan bakal calon kepala daerah wajib dilakukan secara terbuka hingga masyarakat mengetahui secara akurat individu seperti apa yang diusung oleh partai politik. Tidak perlu melakukan uji pubik tapi hanya perlu beberapa informasi terkait tentang calon kepala daerah yang diusung yang diinformasikan kepada publik, informasi tersebut antara lain: 1) Tingkat Pendidikan & Pengetahuan; 2) Pengalaman dalam berorganisasi; 3) Keluarga; 4) Harta Kekayaan yang dimiiliki; 5) Kemampuan Manajerial; dan 6) Prestasi yang didapat. Sehingga pada saat memilih masyarakat betul-betul mengenal calon kepala daerah tersebut. Keenam indikator tersebut menggali berbagai informasi dasar yang akan diketahui oleh masyarakat dalam menetukan pemilihan kepala daerah yang dilakukan.

(7)

komitmen dalam pemberantasan KKN. Dan 4) memahami kearifan lokal yang dimiliki pada wilayah pencalonan sebagai Kepala Daerah.

Hal tersebut dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) bersama dengan partai politik dan hal-hal tersebut didukung oleh beberapa regulasi terkait dengan informasi keterbukaan publik, pengelolaan keuangan negara, dan penyelenggaraan negera bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Selain itu, mekanisme penetuan calon kepala daerah melalui persetujuan Dewan Pimpinan Pusat Partai perlu dipertimbangkan kembali, meningat hal tersebut menjadi pintu masuk bagi praktik-praktik penggunaan uang dalam menjadi calon kepala daerah. sehingga perlu mekanisme lain yang lebih transparan, akuntabel, dan bertanggunjawab.

REVIEW REGULASI/KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH

Terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota (kepala daerah) yang menjadi target perubahan dalam menjaring calon kepala daerah yang berkualitas. Tuntutan tersebut guna mensinergikan regulasi dalam mencari calon-calon kepala darah yang meiliki kreiteria yang baik. untuk itu, dalam pencarian calon kepala derah tersebut perlu melibatkan negara sebagai salah satu solusi yang ditawarkan.

Saat ini, sumber keuangan yang menjadi pembiayaan Partai Politik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang termaktub dalam UU berasal dari tiga sumber keuangan, yaitu: iuran anggota, sumbangan individu dan badan usaha, serta bantuan negara. Bantuan negara berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk partai tingkat nasional dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk partai tingkat provinsi dan kabupaten/kota dan UU tersebut juga menentukan menentukan kriteria partai yang berhak mendapat bantuan. Sayangnya ketiga sumber tersebut hanya untuk membiayai kegiatan oprasional partai dan pendidikan politik

masyarakat15 dan besaranya bantuan partai politik Rp 10816 persuara dan tidak

menyasar pada pencarian partai politik yang menjadi tugas partai politik

Pada Pasal Pasal 29 ayat 1 berbunyi Partai Politik melakukan rekrutmen terhadap warga negara Indonesia untuk menjadi: a. anggota Partai Politik; b. bakal calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; c. bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah; dan d. bakal calon Presiden dan Wakil Presiden. Rekrutmen calon pimpinan daerah dan nasional mejadi tugas partai politik sayangnya rekrutmen calon pimpinan baik ditingkat daerah dan ditingkat nasional tidak didukung dengan pembiayaan yang tepat dan benar. Sehingga calon-calon kepala daerah yang didapat merupakan calon kepala daerah yang tidak memiliki kemampuan dan kompetensi dalam memimpin.

Sudah saatnya negara campur tangan dalam bentuk menyalurkan bantuan pembiayaan seleksi, tahapan seleksi, dan persyaratan penilaian ketika partai politik melakukan seleksi internal untuk mencari para calon kepala daerah yang

15 Pasal 9 PP No. 83 Tahun 2012 ayat 1

(8)

memiliki kompetensi dan kebapilitas. Kerena juga terdapat tanggun jawab negara dalam menumbuh-kembangkan demokrasi yang sehat.

Jumlah struktural dewan pimpinan yang dimulai dari tingkat desa/keluarahan, kecamatan, kabupaten/kota dan Provinsi dapat menjadi faktor penghitung dalam menetapkan jumlah besar bantuan kepada partai politik atau kelompok partai politik pengusung dalam melakukan kegiatan seleksi internal. Selain itu, juga dapat ditambah dengan tahap-tahapan yang dilakukan dalam penyeleksian internal tersebut, tentunya tahapan tersebut disusun sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait dengan pengelolaan keuangan negara.

Mekanisme seleksi internal bagi mencari calon-calon pemimpin mengadposi mekanisme konvensi yang sudah terlebih dahulu dilakukan oleh beberapa partai politik yang ada di Indonesia. Selanjutnya, pemenang dari hasil seleksi internal tersebut ditetapkan sebagai calon kepala daerah dalam konvensi tersebut, seleksi tersebut dilakukan dari mulai tingkat terendah cabang partai politik secara struktural hingga pada tingkat nasional dan pada akhrinya ketentuan penetapan calon kepala daerah dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dapat di cabut dan tidak berlaku.

Regulasi yang disasar guna perbaikan kebijakan sehingga mendapatkan calon kepala daerah yang baik, yaitu:

1. Undang-undang Nomor 8 tahun 2015 tentang pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota dengan menitikberatkan pada tahapan penyelenggaraan PILKADA. Sehingga publik terinformasikan kemapuan, kapasitas, dan kapapabilitas para calon kepala daerah melalui uji integiritas yang dilakukan pada tahapan penelitian presyaratan calon kepala daerah.

2. Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, terkait dengan penambahan pemberian dana bantuan kepada partai politik dimana penggunaan dana tersebut yang terdiri dari pembiayaan oprasional partai politik dan pembiayaan pendidikan politik ditambahkan satu pokok lagi yaitu bantuan dana partai politik guna seleksi internal partai politik bagi calon kepala daerah.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik dengan memberikan tambahan bantuan dana partai dalam mendukung pelaksanaan seleksi internal partai politik bagi calon kepala daerah dan mekanisme pelaksanaan seleksi internal partai politik bagi calon kepala daerah.

SIMPULAN

 Saat ini, pengkaderan kepemimpinan untuk mendapatkan calon kepala

(9)

 Beberapa alternatif kebijakan yang dapat menjadi masukan yang juga memperhatikan UU 8 tahun 2015 dalam mencari calon kepala daerah yang memiliki kemampuan dan komiten dalam membangun wilayah dengan memperhatikan kearifan lokal, yaitu :

1. Melakukan Uji Integritas, Kapasitas, dan Kapabilitas Calon Kepala Daerah saat partai politik melakukan seleksi. Uji tersebut dilakukan bersama komisi Independent yang melibatkan pera pemangku kepentingan penyelenggaraan pemerintahan baik tingkat lokal ataupun tingkat nasional dengan menekankan pada kearifan lokal yang dimiliki daerah dan hasilnya disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai media dengan tidak merendahkan calon kepala daerah.

2. Melakukan Uji Integritas, Kapasitas, dan Kapabilitas Calon Kepala Daerah ditahapan penyelenggaraan pada saat penelitian persyaratan (administratif dan Kompetensi) calon Kepala Daerah sambil mengkonfirmasi persyaratan dan melihat rekam jejak calon. Uji ini dilakukan oleh komisi independent yang melibatkan para pemangku kepentingan penyelenggaraan pemerintahan baik tingkat lokal ataupun tingkat nasional dengan menekankan pada kearifan lokal yang dimiliki daerah dan hasilnya disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai media dengan tidak merendahkan calon kepala daerah.

 Pada tahapan penelitian diinformasikan terkait tentang calon kepala daerah

yang diusung yang diinformasikan kepada publik, informasi tersebut antara lain: 1) Tingkat Pendidikan & Pengetahuan; 2) Pengalaman dalam berorganisasi; 3) Keluarga; 4) Harta Kekayaan yang dimiiliki; 5) Kemampuan Manajerial; dan 6) Prestasi yang didapat. Sehingga pada saat memilih masyarakat betul-betul mengenal calon kepala daerah tersebut.

 Dimensi dan bentuk kepemimpinan transformatif dapat dipetimbangkan

dalam mengukur kecakapan calon kepala daerah pada saat menginformasikan kepada masyarakat dengan bentuk penilaian kuantitatif.

 Diperlukan suatu kebijakan/regulasi yang memaksa serta mengikat partai

politik dalam mengusulkan calon kepala daerah yang dapat menjadi ketentuan dengan mempertimbangkan pengetahuan tentang daerah yang akan dipimpinnya, komitmen dalam pemberantasan KKN. dan memahami kearifan lokal yang dimiliki pada wilayah pencalonan sebagai Kepala Daerah.

 Beberapa regulasi perlu dilakukan revisi guna mendukung pencarian calon

kepala daerah yang berkapasitas, berkapabilitas dan datang untuk memenuhi kebutuhan lokal ditingkat daerahnya, yaitu:

1. Perlu ada keterlibatan negara dalam seleksi calon-calon kepala daerah dan pemimpin di daerah dengan memberikan dukungan bantuan pendanaan partai politik khususn untuk kegiatan seleksi internal dengan model konvensi.

Referensi

Dokumen terkait

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa

tersebut merupakan gambaran tentang nilai kecemasan yang dialami oleh siswa SMPN 14 Kota Sukabumi kelas IX dan SMAN 4 Sukabumi kelas XII menjelang Ujian

dan tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap industri jasa keuangan, sedangkan ketentuan mengenai.. jenis-jenis

Ketiga, perjanjian utang piutang antara unit simpan pinjam tersebut dengan masyarakat peminjam uang, tidak dengan adanya jaminan secara khusus berupa harta benda milik debitur

Menerapkan pola lalu lintas pada peternakan yang benar dengan mengontrol broiler yaitu harus dilakukan mulai dari broiler yang muda ke yang tua dan mulai yang sehat

Kinerja otak kanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan otak kiri bekerja dalam proses perkuliahan mahasiswa jurusan pendidikan fisika Fakultas

Pada penelitian ini masalah difokuskan pada skala usaha mikro dan kecil, karena usaha menengah dan usaha besar umumnya berbentuk badan hukum formal dan

Waktu setting adalah memutar waktu untuk menggerakkan posisi kontak ketika rele reset dan menukar waktu operasi pada nilai arus yang