• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II skripsi merokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II skripsi merokok "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Perilaku Merokok

1. Pengertian Perilaku Merokok

Wibisono (2008) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan kebiasaan yang sudah membudaya di Negara Indonesia. Konsumsi rokok terus meningkat setiap tahun dengan total perokok aktif di Indonesia pada tahun 2008 adalah sekitar 70% dari total penduduk. Oleh karena itu, bukanlah sesuatu yang mencengangkan jika setiap saat dapat dijumpai orang yang merokok di tempat-tempat umum, seperti pasar, angkot, jalan-jalan, bahkan rumah sakit, tidak terkecuali lingkungan pendidikan seperti sekolah dan kampus.

Perilaku merokok dilakukan oleh orang dari berbagai lapisan masyarakat, dari yang tua sampai yang muda, juga tidak mengenal perbedaan jenis kelamin dan status pekerjaan. Perilaku merokok pada pelajar pun merupakan fenomena sosial yang sudah amat sangat lumrah ditemui dilingkungan sekolah (Arum, 2008).

(2)

2. Klarifikasi Perokok

Perwitasari (2006) mengungkapkan bahwa tingkatan merokok setiap orang berbeda-beda tergantung dari seberapa sering seseorang merokok, jumlah rokok yang dihisapnya dan lamanya merokok. Namun sebelumnya perlu diketahui bahwa seseorang dikatakan sebagai perokok jika ia memiliki kebiasaan merokok minimal 4 batang setiap hari dan telah menghisap 100 batang rokok dalam hidupnya.

Mu’tadin (2004) mengelompokkan perokok menjadi beberapa tipe, sebagai berikut :

a. Perokok sangat berat yaitu perokok yang mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bagun pagi

b. Perokok berat yaitu perokok yang merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun tidur pagi berkisar antara 6-30 menit

c. Perokok sedang yaitu perokok yang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun tidur

d. Perokok ringan yaitu menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu diatas 60 menit dari bangun tidur.

Selanjutnya menurut Silvan dan Tomkins (dikutip oleh Mu’tadin, 2004), terdapat tiga tipe perilaku merokok berdasarkan Management of Affect Theory yakni sebagai berikut :

a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Green seperti yang dikutip oleh Perwitasari (2006) menambahkan ada tiga sub tipe ini, yaitu:

(3)

2) Simulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

3) Pleasure of handing the cigarette, perilaku merokok dilakukan hanya karena kenikmatan yang diperoleh dari memegang rokok sedangkan untuk menghisapnya hanya butuh waktu beberapa menit saja. Ada pula perokok yang lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia menyalakan apinya.

b. Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan negatif. Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam dirinya (Perwitasari, 2006). Misalnya merokok bila marah, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

c. Perilaku merokok yang adiktif. Perokok yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek rokok yang dihisapnya berkurang.

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Perokok tipe ini menggunakan rokok sama sekali bukan untuk mengandalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin. Dapat dikatakan pada tipe ini, merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan atau disadari.

Klasifikasi perilaku merokok juga dapat dilihat dari tempat orang tersebut merokok, seperti yang diungkapkan oleh Trim (dikutip oleh Perwitasari, 2006), sebagai berikut :

a. Merokok ditempat umum atau ruang publik

(4)

2) Kelompok heterogen (merokok ditengah orang lain yang tidak merokok).

b. Merokok ditempat-tempat yang bersifat pribadi

1) Di kantor atau kamar pribadi. Perokok yang merokok di ruangan pribadi digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah dan mencekam

2) Di toilet. Perokok yang merokok di toilet digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

3. Efek Merokok

Rokok mengandung setidaknya 4000 zat kimia antara lain nikotin, karbon monoksida, tar dan lain sebagainya. Ketiga zat tersebut merupakan zat kimia yang paling membahayakan kesehatan manusia. Karbon monoksida merupakan gas yang dapat langsung diserap pembuluh darah sehingga berpengaruh langsung pada fungsi fisiologis seperti mengurangi kapasitas oksigen yang dibawa oleh darah. Tar adalah partikel residu yang terdapat pada asap rokok. Sementara itu nikotin merupakan zat yang menyebabkan ketergantungan seseorang pada rokok. 4. Dampak Merokok

Perilaku merokok dapat menimbulkan banyak penyakit dan memperberat penyakit lainnya (Perwitasari, 2006). Menurut Amstrong seperti yang dikutip oleh Perwitasari (2006), penyakit jantung koroner, diabetes, tekanan darah tinggi, kanker, stroke, dan ashma merupakan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan akibat perilaku merokok. Ahnyar (2009) menambahkan bahwa dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris, ditemukan bahwa kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS dua kali lebih cepat pada pengidap HIV.

(5)

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran nafas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli (Ahnyar, 2009).

Akibat perubahan anatomi saluran nafas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun. Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkhitis kronis, dan asma (Ahnyar, 2009).

Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama ciggarete, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan resiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering (Ahnyar, 2009).

Asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke)(Ahnyar, 2009). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.

Berdasarkan uraian diatas, perilaku merokok berdampak pada kesehatan fisiologis dan psikologis seseorang. Dampak perilaku merokok tidak hanya akan dirasakan oleh perokok itu saja tapi juga akan dirasakan oleh orang-orang yang berada di sekitar perokok

(6)

Menurut Komalasari dan Helmi (2000), perilaku merokok selain disebabkan dari faktor dalam diri (internal) juga disebabkan faktor dari lingkungan (eksternal).

1. Faktor Diri (Internal)

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Merokok juga memberi

image

bahwa merokok dapat menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukkan kedewasaan. Individu juga merokok dengan alasan sebagai alat menghilangkan stres (Nasution, 2007).

Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis psikososial yangdialami pada perkembangannya yaitu pada masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya (Komalasari dan Helmi, 2000).

2. Faktor Lingkungan (Eksternal)

Menurut Soetjisningsih (2004), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja adalah keluarga atau orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, dan iklan rokok

a. Orang Tua

Perilaku remaja memang sangat menarik dan gaya mereka pun bermacam-macam. Ada yang atraktif, lincah, modis, agresif dan kreatif dalam hal-hal yang berguna, namun ada juga remaja yang suka hura-hura bahkan mengacau. Pada masa remaja, remaja memulai berjuang melepas ketergantungan kepada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Pada masa ini hubungan keluarga yang dulu sangat erat sekarang tampak terpecah. Orang tua sangat berperan pada masa remaja, salah satunya adalah pola asuh

keluarga akan sangat berpengaruh

(7)

b. Teman Sebaya

Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku beresiko

kesehatan padaremaja dapat terjadi melalui

mekanisme peer sosialization dengan

arah pengaruh berasal kelompok sebaya, artinya ketika remaja berg abung dengankelompok sebayanya maka seorang remaja akan dituntut untuk berperilakusama dengan kelompoknya, sesuai dengan norma yang dikembangkan oleh kelompok tersebut (Mu’tadin, 2002).

Remaja pada umumnya bergaul dengan sesama mereka, karakteristik persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin dan ras.Kesamaan dalam menggunakan obat-obatan, merokok sangat berpengaruhkuat dalam pemilihan teman. (Yusuf, 2006).

c. Iklan Rokok

Banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar ruangtelah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Iklan rokok mempunyai tujuan mensponsori hiburan bukan untuk menjual rokok, dengan tujuan untuk mengumpulkan kalangan muda yang belum merokok untuk mencoba merokok dan setelah mencoba merokok akan terus berkelanjutan sampai ketagihan (Istiqomah, 2004).

Stressor didefinisikan sebagai kondisi-kondisi, naik fisik, lingkungan dan sosial yang menyebabkan terjadinya stress (Yusuf, 2008). Penyebab stress dapat datang dari sudut kehidupan manapun seperti aspek

bioecological (lingkungan), pekerjaan, serta aspek psikososial (Putri, 2008) dengan rincian sebagai berikut :

1.Pengetahuan a. Pengertian

(8)

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002), Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).

Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan orang yang mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses sebagai berikut :

1) Kesadaran (Awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap objek (stimulus)

2) Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.

3) Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak baik lagi.

(9)

5) Adopsi (adoption), dimana subyek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, adanya prinsip terhadap obyek yang dipelajari.

(10)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2010).

Penentuan kategori penelitian menurut Arikunto (2004) sebagai berikut :

1) 76-100%, jika pertanyaan yang benar dijawab oleh responden adalah kategori baik.

2) 61-75%, pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah Kategori Cukup.

3) < 60%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah kategori kurang

(11)

Aspek Psikososial, mencakup perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan, seperti ketika masuk kuliah pada hari yang pertama, pindah rumah, menikah, melahirkan, kematian anggota keluarga, persahabatan, masalah percintaan dan lain sebagainya.

Sejalan dengan hal itu, Nasution (2007) mengungkapkan bahwa stressor dapat berwujud atau berbantuk fisik, seperti polusi udara, dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial, seperti interaksi sosial, ataupun hanya pikiran dan perasaan individu sendiri yang menganggap sesuatu hal sebagai ancama, baik nyata maupun hanya imajenasi.

Sementara itu Yusuf (2008) mengklasifikasikan stressor ke dalam tiga kelompok besar, yakni fisik-biologik, psikologik, dan sosial. Faktor fisik-biologik artinya faktor yang berasal dari kondisi fisik atau kondisi biologis individu. Seperti penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, dan merasa penampilan kurang menarik.

Faktor psikologik merupakan faktor-faktor yang merupakan kondisi psikis individu, seperti negative thinking (buruk sangka), frustasi (kekecewaan karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan), hasud (iri hati atau dendam), sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik pribadi, dan keinginan yang diluar kemampuan.

b. Aspek Psikologis

Ada tiga faktor psikologis yang terlibat disini, yaitu:

1. Perceived control, yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai stressor itu sendiri

(12)

bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa dan situasinya tak terkendalikan lagi)

3. Hadriness, yaitu keberanian dan ketangguhan yang terdiri dari tiga karakteristik:

a.Keyakinan bahwa seseorang dapat mengendalikan atau mempengaruhi apa yang terjadi padanya

b. Komitmen, keterlibatan dan makna pada apa yang dilakukan dari hari demi hari

c.Fleksibel untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, seolah-olah perubahan merupakan tantangan untuk pertumbuhannya.

c. Aspek Ssosial

Peristiwa penting dalam hidup merupakan stressor sosial yang berpengaruh. Selain itu, tugas rutin sehari-hari ternyata juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa. Dukungan sosial yang mencakup dukungan emosional, dukungan nyata, dan dukungan informasi turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stress.

Carson dan Butcher (2005) mengungkapkan definisi yang lebih konseptual mengenai stressor yakni meliputi semua hal atau situasi baik itu positif maupun negatif yang menuntut penyesuaian diri dari individu. Stressor menurut Carson dan Butcher (2005) terdiri dari tiga hal utama, yakni sebagai berikut:

1) Frustasi (frustrations)

(13)

tujuannya. Frustasi bisa disebabkan oleh berbagai macam hal, baik yang bersifat internal (misal keterbatasan fisik, kesendirian, dan perasaan bersalah) maupun eksternal (misal deskriminasi dan masalah relasi dengan orang lain)

2) Konflik (conflicts)

Dalam banyak hal stress disebabkan oleh dua atau lebih kebutuhan yang muncul secara bersamaan. Individu dituntut untuk menentukan pilihan dan ketika itulah konflik terjadi. Konflik dapat terjadi dalam tiga situasi yakni pertama, ketika individu harus memilih satu diantara dua atau lebih pilihan yang sama-sama meyenangkan dalam satu waktu yang bersamaan, misalnya adalah pilihan dalam menentukan film yang akan ditonton saat ke bioskop.

Kedua, ketika individu harus memilih satu diantara dua atau lebih pilihan yang sama-sama tidak menyenangkan dalam satu waktu yang bersamaan. Misalnya adalah ketika seseorang mahasiswa harus menentukan pilihannya untuk berangkat kuliah atau tidak, yang mana jika ia tidak berangkat kuliah, maka ia akan melewatkan ujian akhir, manun jika ia berangkat kuliah, ia akan bertemu dengan orang-orang yang tidak ingin ditemuinya.

Ketiga, ketika individu akan merasakan dilema atas akibat positif dan negatif yang akan dihadapi ketika ia harus menentukan sebuah pilihan. Misalnya ada seorang mantan perokok ingin merokok ketika berada di dalam sebuah pesta namun ia menyadari jika ia merokok akan membahayakan status sosialnya yang telah berubah menjadi seorang nonperokok.

C) Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku merokok

(14)

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) yang terdiri dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan.

a). Pengetahuan

pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, dan penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.

b). Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.

c). Kepercayaan

kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-psikologis. Kepercayaan ini dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan. Hal ini dimaksudkan bahwa orang percaya kepada sesuatu karena ia mempunyai pengetahuan tentang itu

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) yang terdiri dari sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor) yang terdiri dari sikap dan perilaku petugas kesehatan, tokoh agama serta tokoh masyarakat.

D) Kerangka Teori

(15)

Bagan 2.1 Kerangka Teori

(Sumber : Komalasari dan Helmi (2000))

21 Faktor Diri (Intern

Perilaku Kesehatan

Faktor Eeksternal - Orang tua - Teman sebaya - Iklan rokok

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam penelitian ini mengkaji tentang Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa di Desa Telaga Paca Dan Wangongira, mengacu pada

Dengan mengucapkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

Jika diketahui suatu matriks A=a ij berukuran mxn maka transpose dari A adalah matriks A T berukuran nxm yang didapat dari A dengan menuliskan baris ke-i dari A sebagai kolom ke-i

Flere av informantene hadde hørt paramedic kolleger snakke nedsettende om fagarbeidere seg i mellom, og om hvor viktig det var å ha kompetanse som paramedic.’ Dette ble beskrevet som

Analisis data merupalan suatu proses penyerdehanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Dengan menggunakan analisis metode deskriptif

Gambar 4.1 Potensial listrik dalam koordinat kartesian Persamaan potensial listrik yang akan dibahas adalah peninjauan untuk sisi atas dengan nilai V menggunakan fungsi

Emiten adalah pihak (perusahaan) yang melakukan penawaran umum dengan tujuan untuk memperoleh dana melalui pasar modal.. Sedangkan masyarakat memberikan dana kepada

Lembaga Pemasyarakatan sebagai sistem pemasyarakatan berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 yang merupakan bagian akhir sistem peradilan pidana, dan