• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Ekonomi Wilayah dengan Kons

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Ekonomi Wilayah dengan Kons"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan Ekonomi Wilayah dengan Konsep Agropolitan di Kabupaten Pasuruan” sebagai tugas mata kuliah Ekonomi Wilayah dengan lancar.

Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Wilayah Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg. dan Ibu Vely Kukinul Siswanto, ST. MT. M.Sc.

Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan pembaca dan dapat memberikan masukan informasi serta wacana yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Surabaya, 24 Mei 2016

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan sasaran ... 2

1.3 Sistematika Penulisan ... 2

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PUSTAKA ... 3

2.1 RPJPD Kabupaten Pasuruan Tahun 2005-2025 ... 3

2.2 RPJMD Kabupaten Pasuruan Tahun 2013-2018 ... 5

2.3 RTRW Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-2029 ... 5

2.4 Analisis Location Quotient (LQ) dan Shiftshare Analysis (SSA) ... 7

2.4.1 Analisis Location Quotient (LQ) ... 7

2.4.2 Shiftshare Analysis (SSA) ... 8

2.5 Pengembangan Agropolitan Sebagai Konsep Pembangunan Ekonomi Wilayah ... 8

2.5.1 Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan ... 9

2.5.2 Tahapan Pengembangan Kawasan Agropolitan ... 10

2.5.3 Kriteria Penetapan Kawasan Agropolitan ... 11

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 12

3.1 Lokasi Wilayah ... 12

3.2 DEMOGRAFI ... 13

3.3 EKONOMI ... 14

3.4POTENSI DAN PERMASALAHAN ... 17

3.4.1 POTENSI SUMBERDAYA ALAM ... 17

3.4.2 POTENSI EKONOMI WILAYAH ... 18

3.4.3 PERMASALAHAN EKONOMI ... 19

BAB IV PEMBAHASAN ... 21

4.1 IDENTIFIKASI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN PASURUAN ... 21

4.2 IDENTIFIKASI KOMODITAS BASIS SEKTOR PERTANIAN DI MASING-MASING WILAYAH DI KABUPATEN PASURUAN ... 22

4.2.1 Analisa Subsektor Basis Pertanian ... 22

(4)

iii

4.3 ANALISIS SHIFT SHARE ... 24

BAB V PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KABUPATEN PASURUAN ... 36

5.1 Persebaran Komoditas Unggulan di Kabupaten Pasuruan ... 36

5.2 Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pasuruan ... 36

BAB VI PENUTUP ... 39

6.1 Kesimpulan ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 3. 1 Luas Wilayah Administratif Kecamatan di Kabupaten Pasuruan ... 12

Tabel 3. 2 Jumlah Penduduk Kabupaten Pasuruan ... 13

Tabel 3. 3 PDRB Kabupaten Pasuruan Atas Dasar Harga Konstan ... 15

Tabel 3. 4 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pasuruan ... 15

Tabel 3. 5 Angka Kemiskinan Kabupaten Pasuruan ... 20

Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan SLQ Semua Sektor di Kabupaten Pasuruan...21

Tabel 4. 2 Hasil Perhitungan SLQ Subsektor dari Sektor Pertanian di Kabupaten Pasuruan ... 23

Tabel 4. 3 Hasil Perhitungan SLQ Komoditas Sub Sektor Tanaman Bahan Pangan Tahun 2013 ... 23

Tabel 4. 4 Perhitungan KPP PDRB Jawa Timur ... 25

Tabel 4. 5 Perhitungan KPPW PDRB Kabupaten Pasuruan ... 25

Tabel 4. 6 Perhitungan PB PDRB Jawa Timur dan Kabupaten Pasuruan ... 26

Tabel 4. 7 Perhitungan KPP Sub Sektor Pertanian Jawa Timur ... 27

Tabel 4. 8 Perhitungan KPPW Sub Sektor Pertanian Kabupaten Pasuruan... 28

Tabel 4. 9 Perhitungan PB Sub Sektor Pertanian Jawa Timur dan Kabupaten Pasuruan ... 29

Tabel 5. 1 Arahan pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Pasuruan...36

Gambar 2. 1 Skema Keterkaitan Desa-Kota dalam konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan ... 9

Gambar 3. 1 Kegiatan Sosial Budaya Masyarakat di Kabupaten Pasuruan...14

Gambar 3. 2 Proporsi Jumlah Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Pasuruan ... 14

Gambar 3. 3 Potensi ekonomi wilayah di Kabupaten Pasuruan ... 18

Gambar 3. 4 Proporsi Kesejahteraan Keluarga Penduduk Kabupaten Pasuruan ... 20

Gambar 4. 1 Interpretasi KPP dan KPPW seluruh sector PDRB ...26

Gambar 4. 2 Interpretasi PB Seluruh Sektor Provinsi Jatim dan Kabupaten Pasuruan ... 27

Gambar 4. 3 Interpretasi KPP dan KPPW Sub Sektor Pertanian ... 28

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat serta peningkatan daya saing daerah. Sehingga pemerintah daerah memiliki hak otonomi dalam mengolah potensi lokal yang dimiliki untuk merangsang kegiatan ekonomi daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteran serta untuk meningkatkan pelayanan kesempatan kerja serta kestabilan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).

Setiap daerah memiliki potensi sumberdaya alam yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya yang dapat dikembangkan untuk kepentingan meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Sehingga pembangunan daerah yang ada harus sesuai dengan potensi dan karakteristik sumberdaya yang ada pada daerah tersebut. Begitu juga dengan Kabupaten Pasuruan yang memiliki berbagai potensi baik di bidang pertanian, industri, perikanan dan lain sebagainya. Meskipun demikian, jumlah rumah tangga miskin (Pra-Sejahtera) Kabupaten Pasuruan tahun 2005 masih tergolong tinggi yaitu sebesar 26,20 % dari seluruh rumah tangga. Masih tingginya rumah tangga miskin menunjukkan masih banyaknya rumah tangga yang belum bisa menikmati hasil pembangunan. Selain itu hal ini menunjukkan bahwa proses pembangunan belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Konsentrasi keluarga miskin yang ada di Kabupaten Pasuruan sebagian besar berada di sektor pertanian, padahal 30% penduduk di Kabupaten Pasuruan bekerja di sektor pertanian (RPJPD Kabupaten Pasuruan 2005-2025). Di samping tingginya angka kemiskinan, selama beberapa tahun terakhir juga terjadi penurunan kontribusi sektor pertanian yang menjadi sektor primer di Kabupaten Pasuruan. Dibandingkan dengan kondisi ekonomi propinsi, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pasuruan cenderung lamban. Hal tersebut ditunjukkan dengan pertumbuhan PDRB rata-rata mencapai 4% pertahun dan ini masih di bawah angka pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur maupun Nasional (RPJPD Kabupaten Pasuruan 2005-2025).

(6)

2

subsektor yang dapat dikembangkan serta mengidentifikasi konsep pengembangan wilayah yang dapat diterapkan di Kabupaten Pasuruan sesuai dengan potensi basis dan unggulan yang dimiliki.

1.2 Tujuan dan sasaran

Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan dari penulisan makalah ini adalah menganalisis persoalan ekonomi di Kabupaten Pasuruan yang kemudian disusun rekomendasi atau konsep pengembangan ekonomi yang dapat diterapkan untuk menangani persoalan tersebut. Adapun sasaran dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan ekonomi wilayah di Kabupaten Pasuruan

2. Menganalisis sektor-sektor yang potensial di Kabupaten Pasuruan

3. Menyusun rekomendasi atau konsep pengembangan ekonomi sesuai dengan sektor potensial yang telah dianalisis untuk mengatasi persoalan ekonomi di Kabupaten Pasuruan

1.3 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini untuk mempermudah pembaca memahami isi makalah adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan dan sasaran penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN, berisi tentang tinjauan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan perekonomian Kabupaten Pasuruan.

BAB III PROFIL EKONOMI WILAYAH, berisi tentang gambaran umum perekonomian di Kabupaten Pasuruan.

BAB IV POTENSI DAN MASALAH, berisi tentang potensi dan permasalahan perekonomian di Kabupaten Pasuruan.

BAB V HASIL ANALISIS, berisi tentang hasil analisis yang digunakan yaitu analisis Location Quotient dan analisis Shift Share.

(7)

3

BAB II

TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PUSTAKA

2.1 RPJPD Kabupaten Pasuruan Tahun 2005-2025

Berdasarkan RPJPD Kabupaten Pasuruan 2005-2025, visi pembangunan yang termuat di dalamnya adalah “Kabupaten Pasuruan yang agamis, berdaya saing, mandiri, dan sejahtera”. Berdaya saing yang di maksud dalam hal ini memiliki arti bahwa setiap kegiatan ekonomi dan pemerintahan dapat dilakukan secara efisien. Dengan demikian, setiap produk yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Pasuruan dapat berdaya saing, baik pada level lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Selain itu, Kabupaten Pasuruan yang sejahtera memiliki arti bahwa prinsip kesejahteraan harus menjadi landasan sekaligus tujuan utama dari pelaksanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Pasuruan. Hal ini bemakna, setiap kegiatan dan produk yang dihasilkan dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Pasuruan harus bisa menciptakan masyarakat Kabupaten Pasuruan yang sejahtera, yaitu suatu masyarakat yang secara materiil terpenuhi melalui pertumbuhan (ekonomi) yang terus meningkat yang diikuti oleh pemerataan (pendapatan) yang lebih baik.

Kemudian visi tersebut dijabarkan melalui beberapa misi, dimana terdapat misi yang berkaitan dengan upaya pembangunan perekonomian di Kabupaten Pasuruan, antara lain:

a. Pada misi nomor 3 yaitu mewujudkan daya saing dan kemandirian daerah adalah pembangunan

berkelanjutan di segala bidang dengan mengoptimalkan pemanfaatan dan potensi daerah, pembangunan sumber daya manusia, kelestarian dan keseimbangan lingkungan, pemerataan pembangunan dan kerjasama pihak lain, memperkuat infrastruktur ekonomi, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

b. Pada misi nomor 4 yaitu meningkatkan perkonomian daerah yang berbasis kerakyatan adalah mengembangkan potensi pertanian, memperkuat industri berbasis sektor perdagangan, mempromosikan perdagangan dan investasi, mengembangkan pariwisata, kemitraan antar-pelaku ekonomi, pemanfaatan sumberdaya ekonomi lokal, melibatkan seluruh masyarakat (partisipasi) dalam rangka peningkatan penyerapan tenaga kerja dan pengurangan penduduk miskin.

Arah pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025 terkait dengan upaya pembangunan perekonomian yang merupakan penjabaran dari misi diantaranya diarahkan pada sasaran-sasaran sebagai berikut :

o Dalam sasaran ketiga yaitu terwujudnya daya saing masyarakat untuk mencapai kemandirian dan

(8)

4

peningkatan investasi dan perdagangan, peningkatan daya saing pariwisata, dan peningkatan daya saing industri.

a. Revitalisasi pertanian

Pembangunan pertanian mencakup sub-sektor tanaman bahan makanan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Bidang pertanian selama ini mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian dan mempunyai multiplier effect yang besar, karena di sektor ini sekitar 25,65% masyarakat Kabupaten Pasuruan menggantungkan hidupnya. Sebagai bagian dari pembangunan masyarakat, pembangunan pertanian diupayakan agar sinergis dengan pembangunan sektor lain dengan pengembangan sistem agribisnis termasuk agroindustri yang tahan terhadap guncangan ekonomi.

b. Peningkatan Investasi dan Perdagangan

Dalam rangka mewujudkan peningkatan investasi dan pedagangan, maka pembangunan jangka panjang diarahkan pada upaya :

o Menjamin kepastian usaha, menjaga hak kepemilikan terutama berkenaan dengan

kepemilikan lahan dan pengaturan yang adil pada mekanisme penyelesaian konflik di bidang investasi.

o Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota lainnya guna pengembangan investasi, promosi investasi, pelayanan investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdaya saing

o Penyederhanaan sistem dan prosedur

o Mendorong secara bertahap perluasan basis produk ekspor dengan tetap

memperhatikan kriteria produk ekspor yang ramah lingkungan c. Peningkaan daya saing pariwisata

Untuk meningkatkan peran pariwisata dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pasuruan, maka pembangunan jangka panjang diarahkan pada upaya :

o Meningkatkan dan menumbuhkan kembali potensi pariwisata yang telah berkembang,

bersumber pada potensi pariwisata yang telah berkembang, dan bersumber pada potensi alam dan budaya yang berwawasan lingkungan serta pelestarian budaya, sebagai aplikasi dari konsep ecotourism.

o Meningkatkan kuantitas dan varietas potensi unggulan pariwisata dan diversifikasi

produk pelayanan pariwisata yang standar, berdaya saing serta memenuhi rasa aman dan nyaman

o Memberdayakan pengembangan pemasaran pariwisata terpadu agar tepat sasaran

(9)

5

o Meningkatkan kualitas SDM pariwisata yang profesional dalam rangka mewujudkan

kinerja pelayanan

o Meningkatkan sosialisasi dan promosi keberadaan pariwisata di Kabupaten Pasuruan

d. Peningkatan daya saing industri

Dalam rangka perwujudan meningkatnya daya saing industri, maka arah pembagunan jangka panjang yang terkait dengan sektor industri adalah sebagai berikut:

o Peningkatan nilai tambah dan produkstivitas melalui pengembangan industri dalam

rangka pengembangan rantai nilai untuk membentuk industri-industri yang kuat, meningkatkan nilai tambah dari setiap produk yang dibuat baik pada industri ataupun pada rantai nilainya, memperpanjang rantai nilai baik dengan meningkatkan inovasi maupun penguasaan pasar, meningkatkan efisiensi rantai nilai untuk meningkatkan keseluruhan produktivitas.

o Mengembangkan IMKM agar perannya setara dengan industri besar sehingga

merupakan fondasi perekonomian yang kokoh dan mewujudkan IMKM yang mandiri dan atau mendukung industri besar dalam satu kerangka kerjasama yang sederajat dan saling menguntungkan.

o Mendorong investasi baru yang diarahkan pada industri yang berorientasi ekspor

2.2 RPJMD Kabupaten Pasuruan Tahun 2013-2018

Visi yang diemban dalam RPJMD Kabupaten Pasuruan Tahun 2013-2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kabupaten pasuruan yang lebih maju, mandiri, dinamis dan agamis. Dari visi tersebut dijabarkan menjadi beberapa misi dan beberapa diantaranya merupakan misi terkait dengan upaya pembangunan perekonomian di Kabupaten Pasuruan. Adapun misi dalam RPJMD Kabupaten Pasuruan adalah

a. Mewujudkan pemerintahan yang demokratis, berkeadilan dan profesional yang didukung oleh

mantapnya sistem kelembagaan dan aparatur yang berkualitas berdasarkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasis kompetensi, iman dan taqwa

b. Pemberdayaan ekonomi masyarakat agar lebih maju, mandiri dan dinamis dengan mengoptimalkan potensi daerah, pembangunan wilayah dan kemitraan serta pemeliharaan stabilitas pengembangan dunia usaha

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui aksesibilitas dan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan dan sosial serta pembinaan pemuda, pemberdayaan perempuan dan pelestarian nilai-nilai budaya lokal

2.3 RTRW Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-2029

(10)

6

pemerataan pembangunan. Kebijakan struktur ruang yang mempengaruhi pembangunan perekonomian Kabupaten Pasuruan yaitu kebijakan pengembangan pusat-pusat pelayanan guna mendorong pertumbuhan wilayah dan pusat-pusat pelayanan guna mendorong pertumbuhan wilayah dan pusat-pusat permukiman disertai pemerataan secara seimbang, guna menggerakkan perkembangan industri, pertanian (dalam arti luas) dan pariwisata secara selaras dan berkelanjutan. Sedangkan strategi pengembangan pusat pelayanan yang mendukung upaya pembangunan perkonomian di Kabupaten Pasuruan antara lain :

a. Mengembangkan fungsi kawasan industri dan kawasan peruntukan industri non kawasan industri, serta perkotaan utama sebagai pendukung perkembangan Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila (GKS)

b. Mengembangkan kawasan agrowisata, ekowisata, agropolitan, dan minapolitan sebagai andalan pengembangan kawasan perdesaan di Wilayah Kabupaten Pasuruan

Salah satu kebijakan pengembangan pola ruang wilayah Kabupaten Pasuruan, salah satunya adalah pengembangan kawasan budidaya. Strategi pengembangan kawasan budidaya Kabupaten Pasuruan yang berkaitan dengan pembangunan dan/atau pengembangan perekonomian adalah

a. Mengembangkan kawasan pertanian melalui penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan, pengembangan spesialisasi komoditas pada setiap wilayah, pengembangan intensifikasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, pengembangan sentra produksi dan agropolitan, serta pelarangan alih fungsi pada lahan pertanian pangan berkelanjutan

b. Mengembangkan kawasan perkebunan dilaksanakan melalui peningkatan produktivitas dan

pengolahan hasi perkebunan dengan teknologi tepat guna, guna mendorong kualitas produk perluasan pemasaran dan pengolahan hasil produk perkebunan serta peningkatan partisipasi masyarakat yang tinggal di sekitar perkebunan.

c. Mengembangkan kawasan perikanan dengan mengoptimalisasikan kawasan perikanan tangkap di

bagian utara Kabupaten Pasuruan melalui pengembangan tempat pendaratan ikan (TPI), pangkalan pendaratan ikan (PPI), serta mendorong pengembangan budidaya perikanan tambak/air tawar sebagai salah satu sektor perekonomian yang mulai berkembang yang difasilitasi oleh adanya industri pengolahan perikanan, sedangkan pengembangan perikanan air tawar lainnya dikembangkan menyebar sesuai potensi yang ada pada peruntukan pertanian lahan kering, danau, kolam, saluran irigasi/sungai, sangat didorong pembentukan dan pengembangan cluster sentra perikanan, serta dibatasi/terbatas pada peruntukkan pertanian lahan basah (sistem mina padi) sebagai embrio minapolitan perikanan tangkap dan budiaya.

d. Mengembangkan kawasan peternakan melalui pengembangan dan pengelolaan hasil peternakan dengan industri peternakan yang ramah lingkungan yang didukung dengan adanya pengembangan cluster sentra produksi peternakan (terutama terkait dengan industri pakan ternak dan pemanfaatan kotoran ternak).

e. Mengembangkan kawasan peruntukan industri melalui pengembangan kawasan industri, dan

(11)

7

dan pemasaran hasil industri serta promosi lokasi investasi yang menarik, baik untuk industri kecil dan home industri, industri menengah dan industri besar, dengan memprioritaskan pada kecenderungan padat tenaga kerja, optimalisasi pembinaan pada kemandirian perekonomian masyarakat, mendukung pengolahan hasil-hasil pertanian (agro) lokal, serta menghasilkan limbah minimal terhadap lingkungan.

Kawasan agropolitan sebagai kawasan strategis kabupaten untuk kepentingan petumbuhan ekonomi, meliputi beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Tutur, Pasrepan, Puspo, Tosari, Kejayan, Wonorejo, Purwodadi, dengan pusat collecting distribution di Pasrepan, serta terdapatnya ketedekatan/keterkaian lokasi dengan interchange Grati dan interchange Purwodadi sebagai penghubung kawasan agropolitan. Selain agropolitan, pengembangan kawasan Kabupaten Pasuruan juga diarahkan sebagai kawasan minapolitan di beberapa kecamatan yang memiliki potensi perikanan tangkap dan budidaya.

Upaya-upaya pengelolaan yang dapat dilakukan pada kawasan agropolitan adalah :

1. Pengembangan kegiatan agropolitan meliputi kawasan yang cukup luas dan memiliki sistem pelayanan berjenjang, sehingga dalam kawasan yang termasuk dalam pengembangan agropolitan juga dikembangkan sistem keterkaitan antara pusat maupun sub pusat serta wilayah pendukungnya. Pengembangan struktur maupun sistem pelayanan kegiatan agropolitan dilakukan secara terintegrasi dengan pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten.

2. Pengembangan dan penataan ruang kawasan pusat agropolitan beserta kegiatannya dalam

rangka menunjang kegiatan agropolitan yang dikembangkan;

3. Pengembangan kawasan agropolitan setidaknya menyangkut pengembangan kegiatan pertanian

secara luas, pengembangan agroindustri, agrobisnis dan membuka peluang pengembangan agrowisata;

4. Pengembangan dan penyediaan sarana dan prasarana penunjang Kawasan agropolitan,

diantaranya menyangkut tentang produksi, pemasaran, akses dan pengairan, serta lainnya yang terkait;

5. Pengembangan kawasan agropolitan juga memperhatikan kegiatan dan kawasan lainnya sebagai

satu kesatuan dalam pengembangan wilayah kabupaten.

2.4 Analisis Location Quotient (LQ) dan Shiftshare Analysis (SSA) 2.4.1 Analisis Location Quotient (LQ)

Dalam pembangunan wilayah, banyak landasan teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan pentingnya pembangunan wilayah. Aktivitas dalam perekonomian regional digolongkan dalam dua sektor kegiatan yakni aktivitas basis dan non basis. Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan

(12)

8

Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor

basis atau unggulan (leading sectors). LQ merupakan rasio antara jumlah tenaga kerja pada sektor tertentu atau PDRB terhadap total jumlah tenaga kerja sektor tertentu atau total nilai PDRB di suatu daerah (kabupaten) dibandingkan dengan rasio tenaga kerja dan sektor yang sama di provinsi dimana kabupaten tersebut berada dalam lingkupnya (Adisasmita, 2005). Menurut Tarigan (2004), LQ digunakan sebagai petunjuk adanya keunggulan komparatif dapat digunakan bagi sektor-sektor yang telah lama berkembang, sedangkan bagi sektor yang baru atau sedang tumbuh apalagi yang selama ini belum pernah ada, LQ tidak dapat digunakan karena produk totalnya belum menggambarkan kapasitas riil daerah tersebut. Aziz dalam Adisasmita (2005), menjelaskan bahwa rumus yang digunakan dalam menghitung LQ adalah sebagai beikut:

LQ = ⁄ ⁄

Dimana :

= Jumlah PDRB suatu sektor i kabupaten/kota = Jumlah PDRB seluruh sektor kabupaten/kota = Jumlah PDRB suatu sektor i tingkat propinsi = Jumlah PDRB seluruh sektor tingkat propinsi

Apabila LQ > 1 maka sektor i tersebut merupakan sektor basis yang artinya tingkat spesialisasinya kabupaten lebih tinggi dari tingkat propinsi. LQ < 1 maka sektor i tersebut merupakan sektor bukan non basis yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat propinsi. Sedangkan nilai LQ = 1, berarti tingkat spesialisasinya kabupaten sama dengan tingkat propinsi.

2.4.2 Shiftshare Analysis (SSA)

Analisis shiftshare merupakan metode analisis yang membadingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di daerah dengan nasional. Analisis shiftshare adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui proses pertumbuan ekonomi suatu daerah dalam kaitannya dengan perekonomian daerah acuan yaitu daerah yang lebih besar (regional atau nasional. Teknik analisis shiftshare ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (G) suatu variabel wilayah, seperti tenaga kerja, nilai tambah, pendapatan atau output, selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh : pertumbuhan nasional (N), Proportional Shift (P), dan Differential Shift (D). Menurut Prasetyo Soepomo (1993) bentuk umum persamaan dari analisis shiftshare dan komponen-komponennya adalah :

Gij = Nij + P ij + D ij

2.5 Pengembangan Agropolitan Sebagai Konsep Pembangunan Ekonomi Wilayah

(13)

9

pada potensi wilayah desa itu sendiri, dimana berkaitan dengan perekonomian kota harus bisa diminimalkan. Konsep pengembangan agropolitan muncul dari permasalahan adanya ketimpangan pembangunan wilayah antara kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dengan wilayah perdesaan sebagai pusat kegiatan pertanian yang tertinggal. Pendekatan agropolitan menggambarkan bahwa pengembangan atau pembangunan perdesaan (rural development) secara baik dapat dilakukan dengan mengaitkan atau menghubungkan perdesaan dengan pembangunan wilayah perkotaan (urban development) pada tingkat lokal (Rustiadi & Pranoto, 2007).

Program pengembangan Kawasan Agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di Kawasan Agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah (Karafir, 2004).

Gambar 2. 1 Skema Keterkaitan Desa-Kota dalam konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan

Sumber : Rustiadi (2005) dalam Agropolitan: Membangun Ekonomi Perdesaan, 2007)

2.5.1 Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan

(14)

10

besar kegiatan masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan pertanian dan atau agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh dan terintegrasi mulai dari :

1. Pusat agropolitan yang mencakup :

a. Pusat perdagangan dan transportasi pertanian

b. Penyedia jasa pendukung pertanian seperti perbankan, asuransi, dan pusat penelitian dan pengembangan

c. Pasar konsumen produk non-pertanian

d. Pusat industri pertanian

e. Penyedia pekerjaan non pertanian

f. Pusat agropolitan dan hinterlandnya terkait dengan sitem permukiman nasional, propinsi, dan kabupaten (RTRW Propinsi/Kabupaten)

2. Unit-unit Kawasan Pengembangan (hinterland) yang mencakup :

a. Pusat produksi pertanian b. Intensifikasi pertanian

c. Pusat pendapatan perdesaan dan permintaan untuk barang-barang dan jasa non pertanian

d. Produksi tanaman siap jual dan diversifikasi pertanian

3. Terdapatnya sektor unggulan yang merupakan:

a. Sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor hilirnya

b. Kegiatan agribisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling besar (sesuai dengan kearifan lokal)

c. Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan orientasi ekspor

4. Memiliki sistem prasarana dan sarana yagn memadai untuk mendukung pengembangana sistem

dan usaha agribisnis seperti adanya organisasi petani, organisasi produsen agribisnis, dan lain-lain.

5. Memiliki prasarana dan sarana yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis seperti jalan, sarana irigrasi, air bersih, pasar, terminal, jaringan telekomunikasi, listrik, pusat informasi pengembangan agribisnis, fasilitas umum dan fasilitas sosial.

2.5.2 Tahapan Pengembangan Kawasan Agropolitan

Rustiadi & Pranoto (2007) dalam bukunya Agropolitan : Membangun Ekonomi Perdesaan (hal.99-100), tahapan dalam pengembangan kawasan agropolitan antara lain :

1. Tahap penetapan lokasi kawasan agropolitan oleh Bupati terkait berdasarkan pada kriteria penentuan lokasi kawasan agropolitan. Penentuan lokasi tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten setempat sesuai dengan pedoman umum yang ada.

2. Tahap penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Agropolitan yang berisikan indikasi program utama

yang menjadi prioritas pembangunan.

3. Tahap Pembentukan organisasi pengelola sesuai dengan kebutuhan (perlu dihindari langkah

(15)

11

4. Tahap penguatan sumberdaya manusia dan kelembagaan , hal tersebut dimaksudkan untuk

menghindari adanya peluang pengaliran nilai tambah yang tidak terkendali ke luar kawasan. Penguatan kelembagaan lokal dan sistem kemitraan menjadi persyaratan utama yang harus ditempu terlebih dahulu dalam pengembangan kawasan agropolitan.

5. Tahap pembangunan prasarana dan sarana pendukung pengolahan dan pemasaran produk. Dalam pelaksanaannya dilibatkan asyarakat sebanyak mungkin sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakat seperti antara lain ikut mengawasi pelaksanaan pembangunan, bantuan memperingan biaya pembebasan tanah untuk pelebaran jalan desa, gotong royong pengerasan jalan.

2.5.3 Kriteria Penetapan Kawasan Agropolitan

Rustiadi & Pranoto (2007) dalam bukunya Agropolitan : Membangun Ekonomi Perdesaan (hal.115-116), suatu agropolitan ditetapkan oleh kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Memiliki komoditas dan produk olahan pertanian unggulan.komoditas dan produk olahan pertanian unggulan menjadi salah satu persyaratan penting bila akan mengembangkan kawasan agropolitan. Komoditas pertanian unggulan yan =g dimaksud seperti tanaman pangan (jagung, padi), hortikultura (sayur-mayur, bunga, buah-buahan), perkebunan (kakao, sawit, kopi), perikanan darat/ laut (udang, berbagai jenis ikan), dan peternakan (sapi, babi).

2. Memiliki daya dukung dan potensi fisik yang baik. Daya dukung lahan untuk pengembangan agropolitan harus sesuai syarat dengan jenis komoditas unggulan yang akan dikembangkan meliputi antara laun kemiringan lahan, ketinggian, kesuburan lahan, dan kesesuaian lahan.

3. Luas kawasan dan jumlah penduduk yang memadai. Untuk memperoleh hasil produksi yang dapat memenuhi kebutuhan pasar secara berkelanjutan perlu luas lahan yang memadai dalam mencapai skala ekonomi dan cakupan ekonomi.

(16)

12

BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1 Lokasi Wilayah

Wilayah Kabupaten Pasuruan, berdasarkan posisinya merupakan salah satu wilayah kabupaten dari 38 wilayah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Berada pada sisi utara pada jalur tapal kuda yang berbatasan dengan selat madura, memiliki keanekaragaman fisik yang beragam dan posisi strategis dalam mendukung keberadaan Kawasan Gerbangkertasusila dan Kawasan Perkotaan Malang.

Secara geografis, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2007, Wilayah Kabupaten Pasuruan berada pada 112,3o s/d 113,30o BT dan 7,30o s/d 8,30o LS, yang terdiri atas 24 wilayah administratif kecamatan dan 365 wilayah administratif desa/kelurahan, dengan luas total wilayah daratan sekitar 147.401,5 Ha, serta wilayah perairan laut dan kawasan pantai yang membentang sepanjang ± 48 km mulai dari Kecamatan Nguling hingga Kecamatan Bangil dengan wilayah eksploitasi laut mencapai 112,5 mil laut persegi (sumber: Penyusunan Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Pesisir Kabupaten Pasuruan, Tahun 2009; Kabupaten Pasuruan Dalam Angka, dan Hitungan CAD).

Secara administratif, Wilayah Kabupaten Pasuruan memiliki batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Sidoarjo & Selat Madura

Sebelah Timur : Kabupaten Probolinggo

Sebelah Selatan : Kabupaten Malang

Sebelah Barat : Kabupaten Mojokerto & Kota Batu.

Berikut adalah nama kecamatan, serta luasan masing–masing kecamatan yang ada di Wilayah Kabupaten Pasuruan.

Tabel 3. 1 Luas Wilayah Administratif Kecamatan di Kabupaten Pasuruan

(17)

13

Sumber : BPS Kabupaten Pasuruan, 2010

Kecamatan Lumbang merupakan Kecamatan terluas di Kabupaten Pasuruan dengan luas wilayah 125,55 km2. Sedangkan kecamatan dengan lus wilayah terkecil adalah Kecamatan Pohjentrek dengan luas 11,88 km2.

3.2 DEMOGRAFI

Kabupaten Pasuruan memiliki karakter fisik yang beragam diantaranya wilayah pegunungan, wilayah pesisir, dan wilayah dataran rendah. Berdasarkan data BPS Tahun 2011, penduduk Kabupaten Pasuruan tercatat berjumlah 1.520.978 jiwa dan terus mengalami peningkatan hingga tercatat sebanyak 1.556.700 pada tahun 2013. Dengan wilayah seluas 1.474,01 Km2, maka tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2013 adalah 1.056 jiwa/km2. Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun terhitung sebesar 1,17%.

Tabel 3. 2 Jumlah Penduduk Kabupaten Pasuruan

No Kecamatan Jumlah Penduduk

2011 2012 2013

Kab.Pasuruan 1.520.978 1.531.025 1.556.700

(18)

14

Selain itu Kabupaten Pasuruan juga memiliki keanekaragaman penduduk yang sebagian besar adalah suku Jawa dan yang lain terdiri dari suku Madura serta keturunan seperti Cina, Arab dan India. Disamping itu, masih dapat ditemui satu suku dengan sosial budaya khas, yaitu masyarakat Tengger yang hidup di kawasan pegunungan Tengger dan gunung Bromo Kecamatan Tosari, yaitu di Desa Wonokitri sebagai Desa Budaya Tengger yang akan dikembangkan sebagai bagian dari pengembangan Kawasan Tujuan Pariwisata “Vulcano Park” dalam skala lokal (skala Kabupaten Pasuruan) sampai regional (Nasional). Sistem sosial dan religi masyarakat Tengger ini sangat unik dan khas dengan berbagai aktivitasnya seperti perayaan Hari Raya Kasodo dan Hari Raya Karo yang didalamnya banyak mengandung nilai - nilai religius dan sejarah.

3.3 EKONOMI

Dilihat dari jenis mata pencahariannya terdiri dari 37,13% di sektor Pertanian Tanaman Pangan yang merupakan mata penncaharian dominan, 21,94% di sektor Industri Pengolahan, 21,44% di sektor Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan, 0,43% di Pertambangan dan Galian, 5,91% di sektor Bangunan, 0,51% di bidang perbankan dan Lembaga Keuangan lainnya, 6,56% dibidang Pengangkutan dan Komunikasi serta 6,08% di sektor Jasa. Struktur perekonomian Kabupaten Pasuruan tahun 1990-2010 didominasi kegiatan pertanian, tanaman pangan dan peternakan. Sedangkan struktur tahun 2009-2029 didominasi kegiatan industri, perikanan, perdagangan dan jasa

Gambar 3. 2 Proporsi Jumlah Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Pasuruan

Sumber : RTRW Kabupaten Pasuruan tahun 2009-2029 Sumber : RTRW Kabupaten Pasuruan 2009-2029

(19)

15

Tabel 3. 3 PDRB Kabupaten Pasuruan Atas Dasar Harga Konstan

No Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013

1 Pertanian 1.516.730,88 1.589.323,22 1.679.778,21 1.769.431,26 1.862.834,51 2 Pertambangan &

Penggalian 69.012,77 71.270,80 73.352,77 75.672,34 78.032,60 3 Industri Pengolahan 2.047.448,13 2.169.033,57 2.324.133,97 2.502.932,50 2.672.085,78 4 Listrik, Gas & Air

Bersih 133.231,36 146.323,81 160.414,77 172.119,00 187,469,92 5 Bangunan 180.685,57 185.910,73 201.693,04 219.198,34 239.055,56 6 Perdagangan, Hotel &

Restoran 1.389.212,43 1.503.899,95 1.627.778,77 1.772.270,89 1.917.643,47 7 Pengangkutan &

Komunikasi 187.808,48 206.649,56 225.906,81 241.740,54 263.286,53

8

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

254.601,37 270.818,59 292.996,80 315.396,67 338.126,85

9 Jasa-Jasa 619.141,16 647.742,24 681.923,46 724.511,66 777.616,60

PDRB 6.397.872,16 6.790.942,48 7.267.978,60 7.793.273,21 8.336.151,81

Sumber : BPS Kabupaten Pasuruan

PDRB Kabupaten Pasuruan terus mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Pasuruan adalah dari sektor Industri Pengolahan yang disusul dengan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta pertanian. Sedangkan kontribusi terkecil berasal dari sektor pertambangan dan penggalian.

Tabel 3. 4 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pasuruan

No Lapangan Usaha 2009 8 Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 7,94 6,37 8,19 7,65 7,21

9 Jasa-Jasa 6,74 4,62 5,28 6,25 7,33

PDRB 5,31 6,14 7,02 7,23 6,97

Sumber : BPS Kabupaten Pasuruan

(20)
(21)

17

3.4 POTENSI DAN PERMASALAHAN 3.4.1 POTENSI SUMBERDAYA ALAM

Kondisi sumber daya alam yang dimaksud untuk memahami kondisi daya dukung lingkungan, dan untuk memahami tingkat perkembangan pemanfaatan sumberdaya lahan/tanah, sumberdaya air, sumberdaya udara, sumberdaya udara, sumberdaya hutan, dan sumberdaya alam lainnya serta potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam menunjang pengembangan wilayah Kabupaten Pasuruan. Berikut akan dijelaskan megenai potensi sumberdaya alam yang ada di Kabupaten Pasuruan:

1. Berdasarkan ketinggian dan bentang alam yang ada di Kabupaten Pasuruan, terdapat potensi keanekaragaman vegetasi dan produk pertanian.

2. Jenis tanah yang ada di Kabupaten Pasuruan dapat dikelompokkan dalam 6 kelompok besar yaitu alluvial, regosol, andosol, grumosol, mediteran dan latosol. Secara keseluruhan jenis tanah yang ada di Kabupaten Pasuruan sesuai untuk pertanian.

3. Jenis geologi di Kabupaten Pasuruan dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok besar yaitu batuan permukaan, batuan sedimen dan batuan gunung api. Dengan banyaknya jenis batuan yang ada, menunjukkan bahwa Kabupaten Pasuruan merupakan daerah yang cukup kaya akan adanya bahan mineral.

4. Ditinjau dari kondisi hidrologi, Kabupaten Pasuruan mempunyai potensi air diantaranya:

 Ketersediaan air cukup besar baik berupa air permukaan maupun air tanah, oleh karena itu

disamping sistem aliran sungai seperti diuraikan di atas, di Kabupaten Pasuruan terdapat danau atau waduk alami cukup besar dan sejumlah mata air. Danau tersebut terletak di Kecamatan Grati dan dikenal dengan nama Ranugrati yang mempunyai volume efektif sebesar 5.013 m3 dan volume maximum sebesar 5217 m3, serta mampu mengeluarkan debit maximum 980 l/det dan debit minimum 463 l/det.

 Dari sejumlah sumber air yang ada di Kabupaten Pasuruan, Sumber Air Umbulan di

Kecamatan Winongan adalah sumber air yang terbesar dengan debit minimum 5.030 l/det, dan maximumnya 5.650 l/det; yang kedua adalah Sumber Air Banyu Biru yang juga terletak di Kecamatan Winongan dengan debit minimum sekitar 175 l/det dan maximumnya 225 l/det. Disamping sumber-sumber tersebut di atas, Kabupaten Pasuruan juga masih mempunyai potensi air tanah dalam yang dapat dikatakan cukup baik. Air tanah dalam ini dimanfaatkan untuk air minum dan air irigasi dengan menggunakan sumur bor.

 Terdapat kawasan yang memiliki potensi air tanah dangkal diantaranya di Kecamatan Kraton

dan Pohjentrek. Selain itu potensi sumur dangkal yang baik terdapat juga di Kecamatan Wonorejo, Gondang Wetan, Grati, Lekok, dan Nguling.

(22)

18

Tutur, Kecamatan Puspo, Kecamatan Kejayan, Kecamatan Pasrepan, Kecamatan Winongan, Kecamatan Lekok, Kecamatan Lumbang, Kecamatan Nguling, Kecamatan Grati, dan Kecamatan Gempol.

3.4.2 POTENSI EKONOMI WILAYAH

Berdasarkan kontribusi masing-masing sektor dan sub sektor ekonomi di wilayah Kabupaten Pasuruan selama tahun 2013 dari seluruh sektor dan sub sektor yang ada, dapat diidentifikasikan 3 (tiga) sektor yang berpotensi dengan kontribusi terbesar meliputi sektor Industri Pengolahan 32%, sektor Perdagangan, Hotel & Restoran serta Pertanian masing-masing 23%. Adapun berdasarkan tingkat pertumbuhannya dalam periode tahun 2011 hingga 2013, maka sektor bangunan, pengangkutan & komunikasi serta listrik, gas & air bersih merupakan sektor dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi.

Dengan demikian maka dari aspek penataan ruang, maka potensi ekonomi wilayah yang dapat menjadi ujung tombak meliputi industri pengolahan, pertanian, perkembangan sektor perdagangan, hotel & restoran serta peningkatan interaksi antar sektor.

Gambar 3. 3 Potensi ekonomi wilayah di Kabupaten Pasuruan

Sumber : BPK Kabupaten Pasuruan, 2013

Selain dari tinjauan PDRB, potensi ekonomi wilayah Kabupaten Pasuruan dapat dilihat dari berbagai aspek berikut:

(23)

19

b. Kabupaten Pasuruan memiliki berbagai jenis kegiatan pemanfaatan lahan yang dapat disinergikan seperti pertanian, industri, hutan produksi dan lainnnya;

c. Terkait dengan hal di atas, kegiatan industri dalam bentuk satu kawasan seperti PIER sebagai stimulan perkembangan kawasan sekitarnya maupun sektor lain yang terkait.

d. Adanya potensi pengembangan perikanan tambak dan danau yang bernilai ekonomi tinggi, seperti

udang dan lainnya.

e. Terkonsentrasinya kegiatan di beberapa wilayah, seperti: Kecamatan Bangil, Rembang, Beji, Gempol, Pandaan, Purwosari tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah

f. Tingkat inflasi di Kabupaten Pasuruan menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan

oleh kenaikan jumlah produksi barang dan jasa yang didukung oleh tingkat harga yang relatif stabil

g. Pendapatan perkapita menunjukkan trend peningkatan yang lebih besar dari tingkat inflasi

h. Pertumbuhan investasi dan peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap dalam lapangan kerja

sektor industri menunjukkan kondisi perekonomian sudah mulai membaik dan iklim dunia usaha secara bertahap sudah mendukung pengembangan dunia usaha termasuk pengembangan industri informal

i. Adanya PLTGU Grati dengan kapasitas maksimal 750 MW

j. Terdapat beberapa potensi wisata seperti Pantai Lekok, Pemandian Alam Banyu Biru, Candi Jawi, Candi Gunung Gangsir, Panorama Gunung Bromo, Danau Ranu Grati, Taman Safari Indonesia II, Masjid Cheng Ho, Air Terjun Coban Baung, Kawasan Tretes

3.4.3 PERMASALAHAN EKONOMI

Selain terdapat beberapa potensi ekonomi, Kabupaten Pasuruan juga memiliki beberapa permasalahan dalam bidang ekonomi, diantaranya sebagai berikut :

a. Angkatan kerja cukup tinggi, dengan rata-rata di atas 50% (dalam kurun waktu tahun 2001-2005) dari total jumlah penduduk di Kabuten Pasuruan. Sedangkan Jumlah penduduk yang belum/tidak bekerja pada tahun 2005 mencapai 40,08% dari total penduduk. Tingginya angkatan kerja dan pengangguran disebabkan oleh terbatasnya lapangan kerja serta dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara keseluruhan, baik di tingkat propinsi maupun nasional.

b. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pasuruan cenderung lamban. Pertumbuhan PDRB rata-rata mencapai 4% per tahun. Angka ini masih di bawah angka pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur maupun Nasional. Selain itu terdapat pula ketimpangan antara wilayah Barat dan Timur. Dimana wilayah Barat cenderung lebih berkembang jika dibandingkan wilayah Timur.

(24)

20

Tabel 3. 5 Angka Kemiskinan Kabupaten Pasuruan

Indikator

2011 2012

Kabupaten

Pasuruan Jawa Timur

Kabupaten

Pasuruan Jawa Timur

Persentase penduduk miskin (%) 12,30 13,80 11,50 13,10 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 1,82 2,00 1,56 1,93

Indeks Keparahan (P2) 0,42 0,46 0,31 0,44

Garis kemiskinan 238,640 227,602 260,718 243,783

Pertumbuhan garis kemiskinan (%) - - 9,52 7,11

Sumber : BPS Kabupaten Pasuruan, Susenas 2008-2013

Gambar 3. 4 Proporsi Kesejahteraan Keluarga Penduduk Kabupaten Pasuruan

(25)

21

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 IDENTIFIKASI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN PASURUAN

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat kondisi ekonomi basis di Kabupaten Pasuruan adalah dengan menggunakan perhitungan LQ (Location Quotient) berdasarkan data PDRB Kabupaten Pasuruan. Dalam perhitungan sektor basis menggunakan LQ tersebut dapat dilakukan dengan cara yaitu SLQ (Static Location Quotient) dan DLQ (Dynamic Location Quotient). Dalam penelitian kali ini perhitungan yang digunakan adalah penentuan sektor basis menggunakan SLQ (Static Location Quotient) berdasarkan data PDRB Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-2013. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sektor basis pada satu tahun di wilayah studi.

Berdasarkan rumus SLQ maka untuk dapat menghitung sektor basis dari wilayah studi yaitu

Vik : Nilai output (PDRB) sektor i di Kabupaten Pasuruan

Vk : PDRB total semua sektor di Kabupaten Pasuruan

Vip : Nilai tambah sektor i di wilayah referensi (Provinsi Jawa Timur)

Vp : PDRB pada daerah referensi wilayah studi (Provinsi Jawa Timur)

Dari rumus tersebut, maka didapatkan hasil SLQ untuk semua sektor yang ada di Kabupaten Pasuruan yaitu :

Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan SLQ Semua Sektor di Kabupaten Pasuruan

No. Lapangan Usaha Nilai SLQ Keterangan

2009 2010 2011 2012 2013

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 0,73 0,73 0,73 0,73 0,73 Non Basis

9. Jasa-Jasa 1,06 1,06 1,07 1,08 1,10 Basis

(26)

22

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013 yang berpotensi menjadi sektor basis dari Kabupaten Pasuruan adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa. Keempat sektor tersebut dikatakan sebagai sektor basis karena memiliki nilai SLQ > 1. Dimana sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor basis selama lima tahun (2009-2013) dengan nilai SLQ paling tinggi dibandingkan nilai SLQ sektor lain. Untuk sektor pertanian merupakan sektor basis selama lima tahun (2009-2013) dengan nilai SLQ tinggi kedua, sektor industri pengolahan memiliki nilai SLQ tinggi ketiga, dan sektor jasa-jasa memiliki nilai SLQ tinggi keempat.

4.2 IDENTIFIKASI KOMODITAS BASIS SEKTOR PERTANIAN DI MASING-MASING WILAYAH DI KABUPATEN PASURUAN

Berdasarkan arahan RTRW Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-2029 dan RPJPD Kabupaten Pasuruan Tahun 2005-2025 yang menjadikan wilayah Kabupaten Pasuruan sebagai kawasan agropolitan dengan pengembangan sektor pertanian. Selain itu, penduduk di Kabupaten Pasuruan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani sebagai petani, maka pengembangan wilayah Kabupaten Pasuruan dilakukan berdasarkan pada kebutuhan sektor pertanian. Dari hasil perhitungan analisis sektor basis pun, menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis kedua di Kabupaten Pasuruan. Dalam pengembangan sektor pertanian dilakukan analisis komoditas basis yang ditempuh melalui perhitungan subsektor pertanian basis baru kemudian melakukan perhitungan komoditas basis.

4.2.1 Analisa Subsektor Basis Pertanian

Sebelum melakukan perhitungan komoditas basis sektor pertanian, dilakukan perhitungan subsektor basis dari sektor pertanian di Kabupaten Pasuruan. Perhitungan ini dilakukan menggunakan perhitungan SLQ. Berdasarkan rumus SLQ maka untuk dapat menghitung subsektor basis dari sektor pertanian di wilayah studi yaitu Kabupaten Pasuruan maka :

Perhitungan SLQ Subsektor

Vai : Nilai output (PDRB) subsektor a dari sektor basis i di Kabupaten Pasuruan

Vi : PDRB total sektor basis i di Kabupaten Pasuruan

Vaj : Nilai output (PDRB) subsektor a dari sektor basis j di wilayah referensi (Provinsi Jawa Timur) Vj : PDRB total sektor basis j pada daerah referensi wilayah studi (Provinsi Jawa Timur)

(27)

23

Tabel 4. 2 Hasil Perhitungan SLQ Subsektor dari Sektor Pertanian di Kabupaten Pasuruan

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan perhitungan SLQ tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013, yang merupakan subsektor basis dari sektor pertanian di Kabupaten Pasuruan adalah subsektor tanaman bahan pangan karena memiliki nilai SLQ > 1.

4.2.2 Analisa Komoditas Basis Pertanian

Pada Kabupaten Pasuruan, subsektor tanaman bahan pangan terdiri atas 6 komoditas meliputi komoditas padi, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau. Untuk dapat mengembangkan kawasan agropolitan, perlu diketahui terlebih dahulu komoditas unggulan dari tiap kecamatan di Kabupaten Pasuruan. Maka dari itu dilakukan perhitungan SLQ pada komoditas pada setiap kecamatan di Kabupaten Pasuruan. Perhitungan SLQ tersebut dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 4. 3 Hasil Perhitungan SLQ Komoditas Sub Sektor Tanaman Bahan Pangan Tahun 2013

Kecamatan Padi Jagung Ubi Jalar Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau

(28)

24

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa komoditas padi yang merupakan komoditas basis yang tersebar paling merata hampir di seluruh kecamatan Kabupaten Pasuruan. Selanjutnya disusul dengan komoditas jagung dengan nilai SLQ tertinggi berada di Kecamatan Purwosari. Persebaran komoditas padi dapat dilihat pada Peta Komoditas Basis Padi Kabupaten Pasuruan dan persebaran komoditas jagung dapat dilihat pada Peta Komoditas Basis Jagung Kabupaten Pasuruan.

Untuk komoditas ubi jalar merupakan komoditas basis di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Purwodadi, Pasrepan, dan Prigen. Persebaran komoditas ubi jalar dapat dilihat pada Peta Komoditas Ubi Jalar Kabupaten Pasuruan. Komoditas kacang tanah merupakan komoditas basis di 4 kecamatan yaitu Kecamatan Kejayan, Wonorejo, Purwosari, dan Sukorejo. Persebaran komoditas kacang tanah dapat dilihat pada Peta Komoditas Kacang Tanah Kabupaten Pasuruan. Untuk komoditas kedelai merupakan komoditas basis di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kejayan, Wonorejo, dan Purworejo. Persebaran komoditas kedelai dapat dilihat pada Peta Komoditas Kedelai Kabupaten Pasuruan. Untuk komoditas kacang hijau merupakan komoditas basis di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Kejayan dan Gempol. Persebaran komoditas kacang hijau dapat dilihat pada Peta Komoditas Kacang Hijau Kabupaten Pasuruan.

4.3 ANALISIS SHIFT SHARE

Analisis Shift share digunakan dalm menganalisis perubahan strukturekonomi daerah dibandingkan dengan struktur perekonomian nasional. Tehnik ini menggambarkan performance (kinerja) sector -sektor disuatu wilayah dibandingkan kinerja perekonomian nasional. Selain itu analisis Shift Share merupakan suatu tehnik membagi atau menguraikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah sebagai perubahanatau peningkatan nilai suatu variable/indicator pertumbuhan perekonomian suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.

Tujuan analisis adalah untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (tingkat regional atau nasional). Komponen dalam analisis shift share yakni:

1. Pertumbuhan Nasional (National Growth Share)

Perubahan pertumbuhan variable ekonomi di suatu wilayah yang dipengaruhi pertumbuhan nasional.

2. Pertumbuhan Proporsional

Perubahan sector local yang dipengaruhi perubahan (Pertumbuhan atau kemunduran) sector yang sama di tingkat nasional).

(29)

25

Pertumbuhan yang menggambarkan kekhasan suatu wilayah yang mepengaruhi ekonomi wilayah di suatu sector.

Dalam menganalisis Shift Share PDRB Kabupaten Pasuruan, diperlukan data PDRB Provinsi Jawa Timur selama kurun waktu 5 tahun dan data PDRB Kabupaten Pasuruan selama 5 tahun serta data sub sector unggulan di Provinsi Jawa Timur serta Kabupaten Pasuruan dalam kurun waktu 5 tahun pula. Perhitungan KPP PDRB Jawa Timur

Pada tahap pertama dilakukan analisis KPP Provinsi Jawa Timur pada seluruh sector. Adanya Perhitungan KPP ini nantinya akan dibandingkan dengan KPPW Kabupaten Pasuruan sehingga dapat ditarik kesimpulan laju pertumbuhan dan daya saing sektor.

Tabel 4. 4 Perhitungan KPP PDRB Jawa Timur

No Sektor KPP (+/-) Keterangan

1 Pertanian -20,51% Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

2 Pertambangan -8,30% Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

3 Industri Pengolahan -6,47% Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Selanjutnya yakni dilakukan analisis KPPW untuk mengetahui daya saing setiap sector dalam PDRB di Kabupaten Pasuruan terhadap Provinsi Jawa Timur.

Tabel 4. 5 Perhitungan KPPW PDRB Kabupaten Pasuruan

No Sektor KPPW (+/-) Keterangan

1 Pertanian -7,47% Tidak Mempunyai Daya Saing

2 Pertambangan -17,22% Tidak Mempunyai Daya Saing 3 Industri Pengolahan 0,212% Mempunyai Daya Saing 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 10,41% Mempunyai Daya Saing

5 Bangunan 2% Mempunyai Daya Saing

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,74% Mempunyai Daya Saing 7 Pengangkutan dan Komunikasi 9,89% Mempunyai Daya Saing 8 Keuangan, real estate dan Jasa Perusahaan 2,51% Mempunyai Daya Saing

9. Jasa-Jasa -4% Tidak Mempunyai Daya Saing

(30)

26

Gambar 4. 1 Interpretasi KPP dan KPPW seluruh sector PDRB

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan hasil analisis KPP dan KPPW seluruh sector mengindikasikan:

 Sektor bangunan, perdagangan, Hotel dan restoran, pengangkutan dan telekomunikasi,

keuangan, real estate dan jasa perusahaan Tumbuh cepat dan memiliki daya saing keunggulan komparatif

 Sektor Industri Pengolahan, Listrik, gas dan air bersih tumbuh lambat namun mempunyai daya saing keunggulan komparatif

 Sektor pertanian, pertambangan dan jasa jasa tumbuh lambat dan tidak memiliki daya saing keunggulan komparatif

Perhitungan PB PDRB Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Pasuruan

Perhitungan PB dilakukan dengan melakukan penjumlahan antara KPP dan KKPW untuk selanjutnya dibandingkan dengan hasil SLQ untuk mengetahui sector unggulan, berkembang, potensial dan tertinggal.

Tabel 4. 6 Perhitungan PB PDRB Jawa Timur dan Kabupaten Pasuruan

No Sektor PB

1 Pertanian -27.99

2 Pertambangan -25.52

3 Industri Pengolahan -6.26

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5.48

5 Bangunan 7.16

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 22.2

7 Pengangkutan dan Komunikasi 27.70

8 Keuangan, real estate dan Jasa Perusahaan 6.63

9. Jasa-Jasa -14.10

(31)

27

Gambar 4. 2 Interpretasi PB Seluruh Sektor Provinsi Jatim dan Kabupaten Pasuruan

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan hasil analisis perbandingan PB dengan SLQ di semua sector PDRB menghasilkan :

• Sektor Berkembang yakni : Bangunan Perdagangan, Hotel dan restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

• Sektor Unggulan : Listrik, Gas dan Air Bersih

• Sektor Potensial : industri pengolahan, pertanian dan jasa jasa

• Sektor tertinggal : pertambangan

Berdasarkan Hasil Perhitungan LQ, diketahui bahwa sector basis di Kabupaten Pasuruan yakni sector Pertanian. Maka, fokusan perhitungan Shift Share yang dilakukan focus pada sector Pertanian untuk mengetahui sub sector unggulan.

Perhitungan KPP Sub Sektor Pertanian Jawa Timur

Sektor pertanian merupakan salah satu sector basis di Kabupaten Pasuruan, adanya perhitungan KPP difokuskan pada sub sector pertanian untuk melihat pertumbuhan masing masing subsektornya. Tabel 4. 7 Perhitungan KPP Sub Sektor Pertanian Jawa Timur

No Sektor KPP (+/-) Keterangan

1 Tanaman Bahan Pangan 38,37% Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

2 Tanaman Perkebunan -53,04% Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

3 Peternakan dan

Hasil-Hasilnya -48%

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

4 Kehutanan -1,99% Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

5 Perikanan -45,59% Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

(32)

28

Perhitungan KPPW Sub Sektor Pertanian Kabupaten Pasuruan

Perhitungan KPPW didasarkan atas data PDRB Sub Sektor Pertanian yakni Tanaman Bahan Pangan, Tanaman Perkebunan, Peternakan dan Hasil-Hasilnya, Kehutanan serta Perikanan di Kabupaten Pasuruan untuk melihat sub sector yang mempunyai daya saing dan yang tidak mempunyai daya saing. Tabel 4. 8 Perhitungan KPPW Sub Sektor Pertanian Kabupaten Pasuruan

No Sektor KPPW (+/-) Keterangan

1 Tanaman Bahan Pangan -1,90% Tidak Mempunyai Daya Saing 2 Tanaman Perkebunan 3,33% Mempunyai Daya Saing 3 Peternakan dan Hasil-Hasilnya 4,32% Mempunyai Daya Saing 4 Kehutanan -9,52% Tidak Mempunyai Daya Saing 5 Perikanan 5,5% Mempunyai Daya Saing

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Gambar 4. 3 Interpretasi KPP dan KPPW Sub Sektor Pertanian

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan hasil analisis KPP dan KPPW sub sector pertanian didapatkan hasil berupa:

• Subsektor Tanaman Perkebunan, peternakan dan hasil hasilnya,serta perikanan tumbuh lambat namun memiliki daya saing keunggulan komparatif

• Subsektor tanaman bahan pangan dan kehutanan tumbuh cepat namun tidak memiliki daya

saing keunggulan komparatif

Perhitungan PB Sub Sektor Pertanian Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Pasuruan

(33)

29

Tabel 4. 9 Perhitungan PB Sub Sektor Pertanian Jawa Timur dan Kabupaten Pasuruan

No Sub Sektor PB

1 Tanaman bahan pangan 36.47

2 Tanaman perkebunan -49.71

3 Peternakan dan hasil-hasilnya -43.67

4 Kehutanan -7.53

5 Perikanan -40.09

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Gambar 4. 4 Interpretasi PB dan SLQ Sub Sektor Pertanian

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan Hasil analisis PB dan SLQ Sub Sektor pertanian didapatkan hasil berupa:

• Sub Sektor Unggulan : tanaman bahan makanan

• Sub Sektor Potensial : Perikanan

• Sub Sektor Berkembang : Tanaman Perkebunan

• Sub Sektor Tertinggal : Peternakan dan Hasilnya serta kehutanan.

Berdasarkan hasil analisis SLQ dan Shift share yang telah dilakukan pada tingkat sector dan subsector, pengembangan ekonomi di wilayah Kabupaten Pasuruan diarahkan pada pengembangan sector Pertanian dengan subsector Tanaman Bahan Pangan. Adanya hasil analisis ini sesuai dengan arahan pengembangan Ekonomi Wilayah sebagaimana tercantum dalam RTRW Kabupaten Pasuruan.

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)

36

BAB V PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KABUPATEN PASURUAN

5.1 Persebaran Komoditas Unggulan di Kabupaten Pasuruan

Keunggulan komparatif yang dimiliki antar wilayah berbeda-beda satu dengan lainnya. Begitu juga dengan komoditas unggulan yang ada di setiap kecamatan di Kabupaten Pasuruan juga berbeda antara satu dengan lainnya. Komoditas sub sektor tanaman bahan pangan yang berkembang di Kabupaten Pasuruan antara lain jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, dan ubi jalar. Berdasarkan hasil overlay peta persebaran semua komoditas sub sektor tanaman bahan pangan, arahan pengembangan komoditas yang nantinya dijadikan arahan pengembangan kawasan agropolitan dapat dilihat pada tabel berikut dan Peta Arahan Pengembangan Komoditas Kabupaten Pasuruan.

Tabel 5. 1 Arahan pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Pasuruan No Arahan Komoditas yang Dikembangkan Kecamatan

1.

Padi Kec. Tutur, Kec. Winongan, Kec. Grati, Kec. Gondangwetan, Kec. Rejoso, Kec. Lekok, Kec. Kraton, Kec. Pandaan, Kec. Beji

2. Jagung Kec. Lumbang, Kec. Nguling, Kec. Bangil 3. Padi dan Jagung Kec. Rembang, Kec. Pohjentrek 4. Jagung dan Kacang Tanah Kec. Sukorejo

5. Jagung, kacang tanah dan kedelai Kec. Purwosari, Kec. Wonorejo 6. Jagung, kacang tanah, kedelai, dan kacang

hijau

Kec. Kejayan

7. Jagung dan ubi jalar Kec. Pasrepan

8. Kacang hijau Kec. Gempol

9. Padi dan ubi jalar Kec. Purwodadi, Kec. Prigen 10. Tidak memiliki sektor basis Kec. Tosari, Kec. Puspo

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa komoditas unggulan tanaman bahan pangan tersebar di sebagian besar wilayah Kabupaten Pasuruan. Sehingga konsep pengembangan wilayah Kabupaten Pasuruan yang salah satunya bertujuan untuk meningkatkan perkonomian khususnya di bidang pertanian serta untuk menangani permasalahan kesenjangan antara perdesaan dan perkotaan adalah dengan pendekatan pengembangan agropolitan.

5.2 Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pasuruan

Berdasarkan RTRW Kabupaten Pasuruan tahun 2009-2029, beberapa kecamatan di Kabupaten Pasuruan diarahkan sebagai pengembangan agropolitan. Hal tersebut juga didukung dengan hasil analisis terhadap komoditas unggulan yang ada di kabupaten tersebut. Kawasan agropolitan mencakup kawasan pusat agropolitan dan kawasan pendukung agropolitan.

(41)

37

Sehingga untuk mendukung pengembangan kawasan agropolitan, pada pusat kegiatan penunjang terkait agropolitan tersebut perlu dikembangkan agroindustri serta perdagangan dan jasa.

(42)

36

Sub pusat collecting distribution

pusat kegiatan penunjang

(43)

39

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, dihasilkan beberapa kesimpulan terkait pengembangan agropolitan di Kabupaten Pasuruan antara lain sebagai berikut :

a. Pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013 yang berpotensi menjadi sektor basis dari Kabupaten Pasuruan adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa. Keempat sektor tersebut dikatakan sebagai sektor basis karena memiliki nilai SLQ > 1.

b. Berdasarkan arahan RTRW Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-2029 dan RPJPD Kabupaten

Pasuruan Tahun 2005-2025 yang menjadikan wilayah Kabupaten Pasuruan sebagai kawasan agropolitan dengan pengembangan sektor pertanian.

c. Komoditas padi merupakan komoditas basis yang tersebar paling merata hampir di seluruh kecamatan Kabupaten Pasuruan. Selanjutnya disusul dengan komoditas jagung dengan nilai SLQ tertinggi berada di Kecamatan Purwosari. Untuk komoditas ubi jalar merupakan komoditas basis di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Purwodadi, Pasrepan, dan Prigen. Komoditas kacang tanah merupakan komoditas basis di 4 kecamatan yaitu Kecamatan Kejayan, Wonorejo, Purwosari, dan Sukorejo. Untuk komoditas kedelai merupakan komoditas basis di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kejayan, Wonorejo, dan Purworejo. Untuk komoditas kacang hijau merupakan komoditas basis di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Kejayan dan Gempol.

d. Berdasarkan hasil analisis SLQ dan Shift share yang telah dilakukan pada tingkat sector dan subsector, pengembangan ekonomi di wilayah Kabupaten Pasuruan diarahkan pada pengembangan sector Pertanian dengan subsector Tanaman Bahan Pangan.

e. Pada upaya pengembangan agropolitan di Kabupaten Pasuruan, Kecamatan Pasrepan diarahkan

(44)

40

DAFTAR PUSTAKA

RPJPD Kabupaten Pasuruan Tahun 2005-2025 RTRW Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-2029

Adisasmita, H. R. (2005). Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Karafir, Y. (2004). Pengembangan Agropolitan Grime-Sekori. Manokwari-Papua: Pusat Penelitian

Pemberdayaan Fiskal dan Ekonomi Daerah.

Rustiadi, E., & Pranoto, S. (2007). Agropolitan : Membangun Ekonomi Perdesaan. Bogor: Crestpent Press. Tarigan, R. (2004). Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gambar

Gambar 2. 1 Skema Keterkaitan Desa-Kota dalam konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan
Tabel 3. 1 Luas Wilayah Administratif Kecamatan di Kabupaten Pasuruan
Tabel 3. 2 Jumlah Penduduk Kabupaten Pasuruan
Gambar 3. 1 Kegiatan Sosial Budaya Masyarakat di Kabupaten Pasuruan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu tingkat laba Bank Syariah bukan saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk para pemegang saham, tetapi juga berpengaruh terhadap bagi-hasil

Hasil penting lain dari proses ini adalah keputusan yang jelas oleh semua anggota Kelompok Kerja SNR bahwa Kriteria, Indikator, dan KPI SNR hanya dapat dianggap sebagai

Menurut indikator keberhasilan MBS pada tahap pelaksanaan dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) indikator. Hal ini bagi peneliti cukup membuktikan bahwa dalam

Kegiatan pembinaan persiapan menghadapi KSM ini bertujuan untuk: (1) memberikan pengkayaan materi dan soal-soal Matematika dan IPA yang terintegrasi, (2) memberikan

Brosur merupakan alat pengenalan kepada calon nasabah, akan tetapi brosur bukan menjadi alat yang paling unggul untuk merekrut nasabah karena di BMT Fajar Mulia

statis; (2) Penyimpanan arsip dilakukan secara mandiri dengan menggunakan klasifikasi sistem masalah; (3) Pengelolaan arsip dinamis aktif meliputi: penerimaan arsip,

Harga jual kerajinan untuk pasar lokal yang berlaku di SKB yaitu harga jual pengrajin ditambahkan dengan laba yang diinginkan berkisar 15%. Hal ini pun mengalami penurunan

Salah satu rekomendasi yang akan dikembangkan adalah perancangan kap lampu dekoratif berkonsep Japandi dengan struktur tertentu untuk lampu meja, lampu dinding, dan lampu lantai