• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) - Sistem Pakar Mendiagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Karet Menggunakan Metode Dempster Shafer Dan Forward Chaining

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) - Sistem Pakar Mendiagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Karet Menggunakan Metode Dempster Shafer Dan Forward Chaining"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)

Menurut Minsky dalam (Kusrini, 2006) kecerdasan buatan adalah suatu ilmu yang

mempelajari cara membuat komputer melakukan sesuatu seperti yang dilakukan oleh

manusia. Kecerdasan buatan memungkinkan komputer untuk berpikir dengan cara

menyederhanakan program. Dengan cara ini, kecerdasan buatan dapat menirukan proses

belajar manusia sehingga informasi baru dapat diserap dan digunakan sebagai acuan di

masa-masa mendatang.

Kecerdasan atau kepandaian itu didapat berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman, untuk itu agar perangkat lunak yang dikembangkan dapat mempunyai

kecerdasan maka perangkat lunak tersebut harus diberi suatu pengetahuan dan

kemampuan untuk menalar dari pengetahuan yang telah didapat dalam menemukan solusi

atau kesimpulan layaknya seorang pakar dalam bidang tertentu yang bersifat spesifik.

2.2 Sistem Pakar

Sistem pakar dibuat pada wilayah pengetahuan tertentu untuk suatu kepakaran tertentu

yang mendekati kemampuan manusia di salah satu bidang. Sistem pakar mencoba

mencari solusi yang memuaskan sebagaimana yang dilakukan seorang pakar. Selain itu

(2)

Menurut Martin dan Oxman dalam (Kusrini, 2006) sistem pakar adalah sistem

berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam

memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam

bidang tertentu.

Sedangkan menurut Giarratano dan Riley dalam (Hartati dan Iswanti, 2008)

sistem pakar adalah salah satu cabang kecerdasan buatan yang menggunakan

pengetahuan-pengetahuan khusus yang dimiliki oleh seorang ahli untuk menyelesaikan

suatu masalah tertentu.

2.2.1 Arsitektur Sistem Pakar

Menurut Giarratano dan Riley dalam (Hartati dan Iswanti, 2008) menyatakan sistem

pakar sebagai sebuah program yang difungsikan untuk menirukan pakar manusia harus

bisa melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh seorang pakar. Untuk membangun

sistem yang seperti itu maka komponen-komponen yang harus dimiliki adalah sebagai

berikut:

1. Antarmuka pengguna (user interface) adalah perangkat lunak yang menyediakan

media komunikasi antara pengguna dengan sistem. Antarmuka menerima informasi

dari pengguna dan mengubahnya ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem.

Selain itu antarmuka menerima informasi dari sistem dan menyajikannya ke dalam

bentuk yang dapat dimengerti oleh pengguna.

2. Basis pengetahuan (knowledge base) merupakan kumpulan pengetahuan bidang

tertentu pada tingkatan pakar dalam format tertentu. Pengetahuan ini diperoleh dari

akumulasi pengetahuan pakar dan sumber-sumber pengetahuan lainnya seperti

buku-buku, majalah, jurnal ilmiah, maupun dokumentasi yang tercetak lainnya.

3. Mekanisme inferensi (inference machine) merupakan perangkat lunak yang

melakukan penalaran dengan menggunakan pengetahuan yang ada untuk

(3)

Dalam komponen ini dilakukan pemodelan proses berpikir manusia. Pada prinsipnya

mesin inferensi inilah yang mencari solusi dari suatu permasalahan.

4. Memori kerja (working memory) merupakan bagian dari sistem pakar yang

menyimpan fakta-fakta yang diperoleh saat dilakukan proses konsultasi. Fakta-fakta

inilah nantinya akan diolah oleh mesin inferensi berdasarkan pengetahuan yang

disimpan dalam basis pengetahuan untuk menentukan suatu keputusan pemecahan

masalah. Konklusinya bisa berupa hasil diagnosa, tindakan, dan akibat.

Sedangkan utuk menjadikan sistem pakar menjadi lebih menyerupai seorang

pakar yang berinteraksi dengan pemakai, maka dilengkapi dengan fasilitas berikut :

1. Fasilitas penjelasan (explanation facility) merupkan proses menentukan keputusan

yang dilakukan oleh mesin inferensi selama sesi konsultasi mencerminkan proses

penalaran seorang pakar. Karena pemakai kadangkala bukanlah ahli dalam bidang

tersebut, maka dibutuhkan fasilitas penjelasan. Fasilitas penjelasan inilah yang dapat

memberikan informasi kepada pemakai mengenai jalannya penalaran sehingga

dihasilkan suatu keputusan. Bentuk penjelasannya dapat berupa keterangan yang

diberikan setelah suatu pertanyaan diajukan, yaitu penjelasan atas pertanyaan

mengapa, atau penjelasan atas pertanyaan bagaimana sistem mencapai konklusi.

2. Fasilitas akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition facility) merupakan perangkat

lunak yang menyediakan fasilitas dialog antara pakar dengan sistem. Fasilitas akuisisi

ini digunakan untuk memasukkan fakta-fakta dan kaidah-kaidah sesuai dengan

perkembangan ilmu. Meliputi proses pengumpulan, pemidahan, dan perubahan dari

kemampuan pemecahan masalah seorang pakar atau sumber pengetahuan

terdokumentasi (buku, dll) ke program komputer, yang bertujuan untuk memperbaiki

(4)

Arsitektur dasar dari sistem pakar dapat dilihat pada Gambar 2.1 :

Gambar 2.1. Arsitektur Sistem Pakar

2.2.2 Keuntungan Pemakaian Sistem Pakar

Adapun keuntungan pemakaian sistem pakar antara lain sebagai berikut (Kusrini, 2006):

1. Membuat seorang yang awam dapat bekerja seperti layaknya seorang pakar.

2. Dapat bekerja dengan informasi yang tidak lengkap atau tidak pasti.

3. Meningkatkan output dan produktivitas. Sistem pakar dapat bekerja lebih cepat dari

manusia. Keuntungan ini berarti mengurangi jumlah pekerja yang dibutuhkan, dan

akhirnya akan mereduksi biaya.

(5)

5. Sistem Pakar meyediakan nasihat yang konsisten dan dapat mengurangi tingkat

kesalahan.

6. Membuat peralatan yang kompleks lebih mudah dioperasikan karena sistem pakar

dapat melatih pekerja yang tidak berpengalaman.

7. Handal (reliability).

8. Sistem pakar tidak dapat lelah atau bosan. Juga konsisten dalam memberi jawaban

dan selalu memberikan perhatian penuh.

9. Memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang kompleks.

2.2.3 Orang Yang Terlibat Dalam Sistem Pakar

Untuk memahami perancangan sistem pakar, perlu dipahami mengenai siapa saja yang

berinteraksi dengan sistem. Mereka adalah (Kusrini, 2006):

1. Pakar (domain expert) adalah seseorang ahli yang dapt menyelesaikan masalah yang

sedang diusahakan untuk dipecahkan oleh sistem.

2. Pembangun pengetahuan (knowledge engineer) adalah seseorang yang

menerjemahkan pengetahuan seorang pakar dalam bentuk deklaratif sehingga dapat

digunakan oleh sistem pakar.

3. Pengguna (user) adalah seseorang yang berkonsultasi dengan sistem untuk

mendapatkan saran yang disediakan oleh pakar.

4. Pembangun sistem (system engineer): seseorang yang membuat antarmuka pengguna,

merancang bentuk basis pengetahuan secara deklaratif dan mengimplementasikan

(6)

Seorang pakar/ahli (human expert) adalah seorang individu yang memiliki

kemampuan pemahaman yang superior atas suatu masalah. Misalnya seorang dokter,

penasihat keuangan, pakar mesin mobil, dll. Seorang pakar memiliki kemampuan:

1. Dapat mengenali (recognizing) dan merumuskan masalah

2. Menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat

3. Menjelaskan solusi

4. Belajar dari pengalaman

5. Restrukturisasi pengetahuan

6. Memahami batas kemampuan

Kepakaran/keahlian merupakan pemahaman yang luas dari tugas atau

pengetahuan spesifik yang diperoleh dari pelatihan, membaca dan pengalaman. Jenis-

jenis pengetahuan yang dimiliki dalam kepakaran :

1. Teori-teori dari permasalahan

2. Aturan dan prosedur yang mengacu pada area permasalahan

3. Aturan (heuristic) yang harus dikerjakan pada situasi yang terjadi

4. Strategi global untuk menyelesikan berbagai jenis masalah

5. Meta knowledge (pengetahuan tentang pengetahuan) dan fakta

2.2.4 Kaidah/Aturan

Cara merepresentasikan pengetahuan berbasis kaidah memanfaatkan apa yang disebut

kaidah, yang tak lain adalah pernyataan IF-THEN diamana bagian THEN akan bernilai

benar jika satu atau lebih sekumpulan fakta atau hubungan antar fakta diketahui benar,

memenuhi bagian IF. Secara umum, dalam bentuk kaidah produksi IF premis THEN

konklusi, maka untuk premis yang lebih dari satu dapat dihubungkan dengan operator and

atau or. Sedangkan bagian konklusi dapat berupa kalimat tunggal, beberapa kalimat yang

(7)

2.2.5 Penalaran

Penalaran adalah proses untuk menghasilkan inferensi dari fakta yang diketahui atau yang

diasumsikan. Inferensi adalah konklusi logis (logical conclusion) atau implikasi

berdasarkan informasi yang tersedia.

2.2.6 Perunutan

Perunutan adalah proses pencocokan fakta, pernyataan atau kondisi berjalan yang

tersimpan pada basis pengetahuan maupun pada memori kerja dengan kondisi yang

dinyatakan pada premis atau bagian kondisi pada kaidah.

2.2.6.1Forward Chaining (Runut Maju)

Runut maju merupakan proses perunutan yang dimulai dengan menampilkan kumpulan

data atau fakta yang meyakinkan menuju konklusi akhir. Runut maju bisa juga disebut

sebagai penalaran forward (forward reasoning) atau pencarian yang dimotori data (data

driven search). Jadi dimulai dari premis-premis atau informasi masukan (if) dahulu

kemudian menuju konklusi atau derived information (then) atau dapat dimodelkan

sebagai berikut:

IF (informasi masukan)

(8)

Informasi masukan dapat berupa data, bukti, temuan, atau pengamatan.

Sedangkan konklusi dapat berupa tujuan, hipotesa, penjelasan, atau diagnosis. Sehingga

jalannya penalaran runut maju dapat dimulai dari data menuju tujuan, dari bukti menuju

hipotesa, dari temuan menuju penjelasan, atau dari pengamatan menuju diagnosa (Hartati

dan Iswanti, 2008). Adapun contoh struktur kaidah dalam Forward Chaining sebagai

berikut :

IF panas badan

AND hidung buntu

AND makan udang

THEN demam

Jadi, dengan metode forward chaining ini dapat diperoleh konklusi dengan

menyusun aturan berdasarkan informasi berupa data atau fakta yang meyakinkan.

Informasi tersebut didapatkan dari jawaban pengguna yang disimpan di memori kerja dan

disesuaikan dengan aturan yang ada pada basis pengetahuan, yang kemudian diolah oleh

mesin inferensi untuk mendapatkan konklusi. Berdasarkan contoh diatas informasinya

adalah panas badan, hidung buntu, dan makan udang. Kemudian diperoleh konklusi

berupa diagnosa demam.

2.3 Dempster Shafer

Dalam menghadapi suatu masalah sering ditemukan jawaban yang tidak memiliki

kepastian penuh. Ketidakpastian ini dapat berupa probabilitas atau kebolehjadian yang

tergantung dari hasil suatu kejadian. Hasil yang tidak pasti disebabkan oleh dua faktor,

yaitu aturan yang tidak pasti dan jawaban pengguna yang tidak pasti atas suatu

pertanyaan yang diajukan oleh sistem. Hal ini dapat dilihat pada sistem diagnosis

penyakit, dimana pakar tidak dapat mendefenisikan hubungan antara gejala dengan

penyebabnya secara pasti, dan pasien tidak dapat merasakan suatu gejala dengan pasti

(9)

Ketidakpastian yang terjadi pada suatu kaidah disebabkan oleh 3 hal yaitu, aturan

tunggal, ketidaksesuaian antar kaidah, dan resolusi konflik. Tiga hal yang mempengaruhi

aturan tunggal adalah: adanya kesalahan, probabilitas, dan kombinasi premis. Kesalahan

disebabkan oleh:

1. Ambiguitas, sesuatu didefenisikan lebih dari satu cara

2. Ketidaklengkapan data/informasi, misalnya data hilang

3. Kesalah informasi, misal: kesalahan manusia dalam membaca data,

meletakkan data, informasi yang tidak benar

4. Kesalahan pengukuran: ketidakpastian dalam melakukan pengukuran data

Probabilitas disebabkan karena ketidakmampuan pakar dalam merumuskan kaidah

secara pasti. Kombinasi premis turut mempengaruhi terjadinya aturan tunggal, yang

dimaksud adalah suatu kaidah yang terdiri dari lebih satu premis dan antar premis

tersebut dihubungkan dengan beberapa operator yang berbeda.

Penanganan ketidakpastian dapat dilibatkan untuk menangani ketidakpastian pada

gejala-gejala maupun pada kaidah, sehingga sistem pakar mampu menghasilkan konklusi

dengan derajat kepastian tertentu. Penambahan ini akan membuat sistem menjadi lebih

sempurna. Ketidakpastian yang merupakan masalah tersendiri dapat diatasi oleh beberapa

metode antara lain adalah dengan metode Dempster Shafer (Hartati dan Iswanti, 2008).

Metode Dempster Shafer pertama kali diperkenalkan oleh Arthur P. Dempster dan

Glenn Shafer, yang melakukan model ketidakpastian dengan range probabilities daripada

sebagai probabilitas tunggal. Kemudian pada tahun 1976 Shafer mempublikasikan teori

Dempster itu pada sebuah buku yang berjudul Mathematical Theory Of Evident.

Dempster Shafer Theory Of Evidence, menunjukkan suatu cara untuk memberikan bobot

kenyakinan sesuai fakta yang dikumpulkan. Pada teori ini dapat membedakan

(10)

Secara umum teori Dempster Shafer ditulis dalam suatu interval: [Belief,

Plausibility]. Belief (Bel) adalah ukuran kekuatan evidence dalam mendukung suatu

himpunan proposisi. Jika bernilai 0 maka mengindikasikan bahwa tidak ada evidence, dan

jika bernilai 1 menunjukkan adanya kepastian.

Plausibility menunjukkan keadaan yang bisa dipercaya. Plausibility (Pl)

dinotasikan sebagai: Pl (s) = 1 – Bel (¬s). Plausibility juga bernilai 0 sampai 1. Jika kita

yakin akan ¬s, maka dapat dikatakan bahwa Bel (¬s) = 1, dan Pl (¬s) = 0. Plausability

akan mengurangi tingkat kepercayaan dari evidence (Wahyuni dan Prijodiprojo, 2013).

Dalam teori Dempster Shafer diasumsikan bahwa hipotesa-hipotesa yang

digunakan dikelompokkan ke dalam suatu lingkungan tersendiri yang biasa disebut

himpunan semesta pembicaraan dari sekumpulan hipotesa dan diberikan notasi θ. Selain

itu dikenal juga probabilitas fungsi densitas (m) yang menunjukkan besarnya kepercayaan

evidence terhadap hipotesa tertentu. Fungsi kombinasi m1 dan m2 sebagai m3 dibentuk

dengan persamaan :

Keterangan:

m1 (X) =ukuran kepercayaan evidence X

m2 (Y) = ukuran kepercayaan evidence Y

m3 (Z) = ukuran kepercayaan evidence Z

∑x∩y=z m1(X). m2(Y) = merupakan nilai kekuatan dari evidence Z yang diperoleh

dari kombinasi nilai keyakinan sekumpulan evidence.

𝑧

m1(X).m2(Y)

=

hasil irisan m1 dan m2

Ø

m1(X).m2(Y)

=

tidak ada hasil irisan (irisan kosong(Ø)).

𝒎𝟑(𝒁) =𝟏 − ∑∑𝐱∩𝐲=𝐳 𝐦𝟏(𝐗). 𝐦𝟐(𝐘)

(11)

Contoh Dempster Shafer (Sumber: Binus University, 2005):

Vany mengalami gejala panas badan, hidung buntu dan makan udang. Dari diagnosa

dokter kemungkinan Vany menderita : Flu, Demam, Bronkitis, Alergi.

Tunjukkan kaitan ukuran kepercayaan dari elemen-elemen yang ada?

Gejala 1: panas badan

Apabila diketahui nilai kepercayaan setelah dilakukan observasi panas sebagai gejala Flu,

Demam dan Bronkitis adalah :

m1{Flu, Demam, Bronkitis} = 0,8

m1{} = 1 – 0,8 = 0,2

Sehari kemudian Vany datang ke dokter lagi dengan gejala hidung buntu.

Gejala 2: hidung buntu

Setelah observasi diketahui bahwa nilai kepercayaan hidung buntu sebagai gejala Alergi,

Flu dan Deman adalah :

m2{Alergi, Flu, Demam} = 0,9

m2{} = 1 – 0,9 = 0,1

Munculnya gejala baru maka harus dihitung densitas baru untuk beberapa

kombinasi (m3). Untuk memudahkan perhitungan maka himpunan-himpunan bagian

dibawa ke bentuk tabel. Tabel dapat dilihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.1. Aturan Kombinasi Untuk Densitas Baru (m3)

Keterangan:

- Kolom pertama berisikan semua himpunan bagian pada gejala pertama (panas)

dengan m1 sebagai fungsi densitas.

(12)

- Baris pertama berisikan semua himpunan bagian pada gejala kedua (hidung buntu)

dengan m2 sebagai fungsi densitas.

- Baris kedua dan ketiga pada kolom kedua merupakan irisan dari kedua himpunan.

Selanjutnya dihitung densitas baru untuk beberapa kombinasi (m3) dengan

persamaan Dempster-Shafer sbb :

m3 {Flu, Demam} = 0,72

1−0 = 0,72

m3 {Alergi, Flu, Demam} = 0,18

1−0 = 0,18

m3 {Flu, Demam, Bronkitis} = 0,08

1−0 = 0,08

m3 {θ} = 0,02

1−0 = 0,02

Keterangan :

- Terlihat bahwa pada mulanya dengan hanya gejala panas, m{Flu, Demam, Bronkitis} = 0,8. Namun setelah ada gejala baru (hidung buntu), maka nilai m{Flu, Demam,

Bronkitis} = 0,08.

- Demikian pula pada mulanya hanya dengan gejala hidung buntu, m{Alergi, Flu, Demam} = 0,9. Namun setelah ada gejala baru (panas) maka m{Alergi, Flu, Demam}

= 0,18.

-

Dengan adanya 2 gejala tersebut, maka nilai densitas yang paling kuat adalah m{Flu,

Demam} = 0,72

.

Bagaimana jika Vany ke dokter lagi dan ditemukan gejala baru lagi berupa Vany

makan udang.

Gejala 3 : makan udang

Setelah dilakukan observasi, diketahui bahwa udang sebagai gejala Alergi dengan nilai

kepercayaan :

m4{Alergi} = 0,6

(13)

Maka harus dihitung densitas baru untuk setiap himpunan bagian dengan fungsi

densitas m5. Untuk memudahkan dibuat tabel dengan kolom pertama berisi himpunan

bagian-himpunan bagian hasil kombinasi gejala 1 dan gejala 2 dengan fungsi densitas m3.

Sedangkan baris pertama berisi himpunan bagian-himpunan bagian pada gejala 3 dengan

fungsi densitas m4.Sehingga dihasilkan tabel sbb :

Tabel 2.2. Aturan Kombinasi Untuk Densitas Baru (m5) {Alergi}

Sehingga dapat dihitung densitas baru m5 hasil kombinasi dari gejala lama dengan

gejala baru.

dengan tiga jenis gejala yang dialami oleh Vany, kemungkinan paling kuat Vany terkena

(14)

2.4 Hama dan Penyakit Tanaman Karet

Hama adalah organisme yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman

terganggu bahkan bisa mematikan tanaman. Sedangkan penyakit adalah suatu proses

fisiologi tumbuhan yang abnormal dan merugikan, yang disebabkan oleh faktor primer

(biotik atau abiotik) dan gangguannya bersifat terus menerus serta akibatnya dinyatakan

oleh aktifitas sel/jaringan yang abnormal. Adapun hama dan penyakit tanaman karet dapat

dilihat pada tabel 2.3, tabel 2.4 dan tabel 2.5 berikut (Setiawan dan Andoko, 2008):

Tabel 2.3. Hama Tanaman Karet

No. Hama Keterangan

1. Rayap Rayap yang menjadi hama bagi tanaman karet, terutama spesies Microtermes Inspiratus dan

Captotermes Curvignathus. Rayap-rayap tersebut menggerogoti bibit yang baru saja ditanam di lahan, dari ujung stum sampai perakaran, sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat berat.

2. Kutu Kutu tanaman yang menjadi hama bagi tanaman karet adalah Saissetia Nigra, Laccifer Greeni,

Laccifer Lacca, Ferrisiana Virgata, dan

Planococcus Citri yang masing-masing memiliki ciri berbeda. Saissetia berbentuk perisai dengan warna cokelat muda sampai kehitaman. Laccifer

(15)

Tabel 2.4. Penyakit Pada Akar

No. Penyakit Pada Akar Keterangan

1. Jamur Akar Putih Disebut dengan penyakit akar putih karena di akar tanaman yang terserang terlihat miselia jamur berbentuk benang berwarna putih yang menempel kuat dan sulit dilepaskan. Akar tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan berwarna cokelat. Cendawan penyebab penyakit akar putih adalah Rigidoporus Lignosus yang membentuk badan buah seperti topi di akar, pangkal batang, dan tunggul tanaman. Badan buah cendawan ini berwarna jingga kekuningan dengan lubang-lubang kecil di bagian bawah tempat spora. Jika sudah tua, badan buah tersebut akan mengering dan berwarna cokelat.

(16)

Tabel 2.5. Penyakit Pada Bidang Sadap No. Penyakit Pada Bidang

Sadap

Keterangan

1. Kanker Garis Cendawan penyebab penyakit kanker garis sama dengan biang keladi kanker bercak, yakni

(17)

2 Mouldy Rot Penyebab penyakit mouldy rot adalah cendawan

Ceratocystis Jimbriata dengan benang-benang hifa yang membentuk lapisan berwarna kelabu di bagian yang terserang. Spora banyak dihasilkan di bagian tanaman yang sakit dan bisa bertahan lama dalam kondisi kering. Akibat yang ditimbulkan penyakit ini sarat dengan kanker garis, yaitu menimbulkan luka-luka di bidang sadap, sehingga pemulihan kulit menjadi terganggu. Luka-luka tersebut meninggalkan bekas bergelombang di bidang sadap, sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya. Bahkan, dalam beberapa kasus bidang sadap menjadi rusak, sehingga tidak bisa dilakukan penyadapan lagi. Penyakit ini mudah berjangkit pada musim hujan, terutama di daerah-daerah berkelembaban tinggi dan beriklim basah. Penyadapan yang terlalu dekat dengan tanah juga bisa memicu serangan penyakit ini.

3. Brown Blast Penyakit brown blast bukan disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, melainkan karena penyadapan yang terlalu sering, apalagi jika disertai penggunaan bahan perangsang lateks. Penyakit ini juga sering menyerang tanaman yang terlalu subur, berasal dari biji, dan tanaman yang sedang membentuk daun baru. Gejala penyakit ini dapat dilihat dengan tidak mengalirnya lateks dari sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian seluruh alur sadap menjadi kering dan tidak mengeluarkan lateks. Bagian yang kering berubah warna menjadi cokelat karena terbentuk gum

(18)

2.5 Penelitian Terdahulu

Adapun bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian ini, penulis mengambil

beberapa referensi dari penelitian sebelumnya. Beberpa penelitian yang penulis jadikan

bahan referensi untuk melakukan penelitian ini adalah sebegai berikut:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Yanti (2010) dengan menggunakan metode

Forward Chaining untuk diagnosis penyakit utama tanaman kelapa sawit diperoleh

kesimpulan sebagai berikut : Informasi yang didapat dari sistem pakar ini sudah

sesuai dengan tujuan yaitu sistem dapat mendefenisikan penyakit tanaman kelapa

sawit beserta saran pengendaliannya. Sistem pakar yang dibuat sudah mampu

melakukan proses penalaran dengan menggunakan metode Forward Chaining yaitu

proses penalaran dari premis atau data menuju pada konklusi. Dan Pada perancangan

sistem pakar ini proses konsultasi hanya memiliki pilihan jawaban ya dan tidak

(Yanti, 2010).

b. Penelitian yang dilakukan oleh Hasdya Mutia Rambey (2011) dengan menggunakan

metode Forward Chaining untuk menentukan penyakit dan hama pada tanamana

semangka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Telah berhasil dibuat aplikasi sistem

pakar untuk menentukan penyakit dan hama pada tanaman semangka menggunakan

metode Forward Chaining, Sistem pakar untuk penyakit dan hama tanaman

semangka ini telah mampu memberikan informasi kepada user mengenai penyakit dan

hama tanaman semangka berdasarkan pertanyaan yang diberikan, Aplikasi ini dapat

memberikan informasi kepada orang awam mengenai penyakit dan hama tanaman

semangka sehingga dapat diketahui langkah lebih lanjut untuk mengatasinya

(Rambey, 2011).

c. Penelitian yang dilakukan oleh Misbahul Jannah (2011) dengan menggunakan metode

Forward Chaining dan Dempster Shafer untuk mendiagnosa penyakit lambung

diperoleh kesimpulan bahwa perangkat lunak tersebut dapat mendiagnosa penyakit

pada lambung antara lain Gastritis, Dispepsia dan GERD dengan nilai kepercayaan

(19)

d. Penelitian yang dilakukan oleh Elyza Gustri Wahyuni dan Widodo Prijodiprojo

(2013) dengan menggunakan metode Dempster Shafer untuk mendiangnosa tingkat

resiko penyakit Jantung Koroner dengan masukkan berupa gejala serta faktor

resiko yang dimiliki pasien. Dari beberapa kasus yang diuji cobakan diperoleh hasil

diagnosa yang sama antara perhitungan sistem dengan menggunakan teori mesin

inferensi Dempster Shafer dan pengetahuan pakar yaitu Dokter Spesialis Jantung.

Hasil ujicoba 10 kasus yang didapatkan dari Rekam medis RS.PKU Muhammadiyah

Yogyakarta, maka didapatkan persentase sebesar 100% nilai kebenaran dari prediksi

diagnosa yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pakar (Wahyuni dan

Gambar

Gambar 2.1. Arsitektur Sistem Pakar
Tabel 2.1. Aturan Kombinasi Untuk Densitas Baru (m3)
Tabel 2.2. Aturan Kombinasi Untuk Densitas Baru (m5)
Tabel 2.3. Hama Tanaman Karet
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengujian tersebut kemudian akan dianalisis sinyal SPWM yang dihasilkan, sinyal tegangan dan arus keluaran yang dihasilkan, serta nilai harmonisa yang timbul

Catatan : Dokumen akademik (asli/fotokopi) yang tidak diambil dalam waktu 1 bulan, segala kerusakan/kehilangan diluar tanggung jawab kami.

Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan diterbitkan pada proseding Konferensi Internasional

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014

Menginsert file gambar untuk tambahan background, penulis menggunakan gambar cartoon Islami sebagai background halaman daftar menu Al- Ma’tsurat dengan proses klik

B 188 KR Effects of Essential Oil Supplementation on in Vitro Digestibility and Rumen Fermentation Characteristics of Three Different

dengan penelitian Ananta (2013) bahwa corporate governance yang diukur dengan variabel ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja.. keuangan, komite

Untuk tingkat rasionalitas penggunaan obat indikator peresepan WHO di tiap Puskesmas Kota Kendari pada parameter jumlah obat tiap resep yang mencapai standar adalah