BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir di dalam proses
manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi
aktivitas perusahaan agar target perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi
pengawasan menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan
telah tercapai.
Pengawasan adalah memantau aktivitas/pekerjaan karyawan untuk
menjaga perusahaan agar tetap berjalan kearah pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Harahap (2001 : 14) pengawasan adalah “keseluruhan sistem, teknik,
cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang manajer atau prinsipal untuk
menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan di dalam organisasi
benar-benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya untuk
mencapai keseluruhan tujuan organisasi”.
Menurut Ernie dan Saefullah (2005 : 8) pengawasan adalah “proses yang
dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan direncanakan,
diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang
diharapkan, sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan yang
dihadapi”. Menurut Handoko (2003 : 359) pengawasan adalah “ proses untuk
Menurut Mockler (dalam Handoko, 2003 : 360) pengawasan adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Menurut Mathis dan Jackson (2006 : 303), menyatakan bahwa
pengawasan merupakan sebagai “proses pemantauan kinerja karyawan
berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian
kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian
hasil yang dikomunikasikan kepada karyawan”.
Berdasarkan penjelasan para ahli ini, dapat diambil kesimpulan bahwa
pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan dan pemeriksaan kegiatan
perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan sebelumnya. Pengawasan dapat menilai sejauh mana prinsip efisiensi
telah terjadi dari kegiatan perusahaan. Pengawasan yang efisien akan mengatur
pekerjaan dapat terlaksana dengan baik.
2.1.2 Tujuan Pengawasan
Pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
memerlukan pengawasan agar perencanaan yang telah disusun dapat terlaksana
dengan baik. Pengawasan dikatakan sangat penting karena pada dasarnya
manusia sebagai objek pengawasan mempunyai sifat salah dan khilaf. Oleh
kemudian menghukumnya, tetapi mendidik dan membimbingnya. Menurut
Husnaini (2001 : 400) tujuan pengawasan adalah sebagai berikut:
1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, dan hambatan.
2. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan,
dan hambatan.
3. Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan.
Melakukan tindakan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan dalam
pencapaian kerja yang baik.
Menurut Simbolon (2004 : 61) tujuan pengawasan adalah sebagai berikut:
a. Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan, dan
ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tugas.
b. Agar pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pengawasan adalah mengevaluasi hasil dari aktivitas pekerjaan yang telah
dilakukan dalam perusahaan atau organisasi dan melakukan tindakan koreksi
2.1.3 Jenis-Jenis Pengawasan
Menurut Simbolon (2004 : 62) pengawasan terbagi 4 yaitu:
1. Pengawasan dari dalam perusahaan
Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk mengumpulkan data atau
informasi yang diperlukan oleh perusahaan untuk menilai kemajuan dan
kemunduran perusahaan.
2. Pengawasan dari luar perusahaan
Pengawasan yang dilakukan oleh unit di luar perusahaan. Hal ini
dilakukan untuk kepentingan tertentu.
3. Pengawasan Preventif
Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan. Dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya kesalahan/kekeliruan dalam pelaksanaan kerja.
4. Pengawasan Represif
Pengawasan yang dilakukan setelah adanya adanya pelaksanaan pekerjaan
agar hasilnya sesuai dengan rencana.
Menurut Ernie dan Saefullah (2005 : 327) jenis pengawasan terbagi 3
yaitu:
a. Pengawasan awal
Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan pekerjaan.
Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan
b. Pengawasan Proses
Pengawasan dilakukan pada saat proses pekerjaan tengah berlangsung
untuk memastikan apakah pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
c. Pengawasan Akhir
Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses pengerjaan pekerjaan.
2.1.4 Proses Pengawasan
Menurut Handoko (2003 : 363) proses pengawasan adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Standar
Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar pelaksanaan.
Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan
sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran, kuota dan target
pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Bentuk standar yang lebih khusus
antara lain target penjualan, anggaran, bagian pasar (market-share), margin
keuntungan, keselamatan kerja, dan sasaran produksi.
Tiga bentuk standar yang umum adalah:
a. Standar fisik, meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan, atau
kualitas produk.
b. Standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup biaya
tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan
sejenisnya.
c. Standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu
Setiap tipe standar tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk-bentuk hasil
yang dapat dihitung. Ini memungkinkan manajer untuk mengkomunikasikan
pelaksanaan kerja yang diharapkan kepada bawahan secara lebih jelas dan
tahapan-tahapan lain dalam proses perencanaan dapat ditangani dengan lebih
efektif. Standar harus ditetapkan secara akurat dan diterima mereka yang
bersangkutan.
2. Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk
mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam
pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat.
3. Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan,
pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan
terus-menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu:
a. Pengamatan
b. Laporan-laporan baik lisan maupun tertulis
c. Metode-metode otomatis
d. Inspeksi, pengujian (test)
4. Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan
nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
Walaupun tahap ini paling mudah dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi
5. Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini
harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar
mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersama.
Hasil kinerja yang sesuai dengan standar maka respon dari manajer adalah
mengakui kinerja dapat diterima kemudian melakukan monitor dan mengukur
pelaksanaan hasil kerja, namun jika hasil kerja nyata menyimpang atau tidak
sesuai dengan standar yang ditentukan maka atasan melakukan tindakan
perbaikan atau mengubah standar yang digunakan.
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengawasan
Reksohadiprojo (2000 : 64) mengemukakan beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengawasan antara lain:
1. Perubahan yang selalu terjadi baik di luar maupun dari dalam organisasi,
memerlukan perencanaan dan tentu saja pengawasan.
2. Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya
desentralisasi kekuasaan.
3. Kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan anggota
2.1.6 Metode Pengawasan
Menurut Handoko (2003 : 376) pengawasan terdiri dari dua kelompok,
yaitu metode bukan kuantitatif dan metode kuantitatif.
1. Metode Pengawasan Non-Kuantitatif
Metode pengawasan non-kuantitatif adalah metode-metode pengawasan
yang digunakan manajer dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen.
Pada umumnya hal ini mengawasi keseluruhan perfomance organisasi dan
sikap para karyawan.
2. Metode Pengawasan Kuantitatif
Sebagian besar teknik-teknik pengawasan kuantitatif cenderung untuk
menggunakan data khusus dan metode-metode kuantitatif untuk mengukur
dan memeriksa kuantitas dan kualitas keluar.
2.2 Efisiensi Kerja
2.2.1 Pengertian Efisiensi Kerja
Menurut The Liang Gie (2009 : 171) pengertian efisien adalah “suatu asas
dasar tentang perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasilnya”.
Sedangkan efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu kerja dengan
hasil yang dicapai oleh kerja itu.
Menurut Sedarmayanti (2001 : 112) efisiensi kerja adalah “perbandingan
terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh
pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun
hasilnya yang meliputi pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja
Perbandingan dilihat dari:
1. Segi hasil
Suatu pekerjaan disebut lebih efisien bila dengan usaha tersebut
memberikan hasil yang maksimal mengenai pekerjaan.
2. Segi usaha
Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien bila suatu hasil tertentu tercapai
dengan usaha minimal. Usaha tersebut terdiri dari lima unsur yaitu:
pikiran, tenaga, waktu, ruang, dan benda (termasuk biaya).
2.2.2 Sumber-Sumber Efisiensi Kerja
Menurut Sedarmayanti (2001 : 118) sumber utama efisiensi kerja adalah
“manusia karena dengan akal, pikiran dan pengetahuan yang ada, manusia mampu
menciptakan cara kerja yang efisien”.
Unsur efisiensi yang melekat pada manusia adalah:
1. Kesadaran
Kesadaran manusia akan sesuatu merupakan modal utama bagi
keberhasilannya. Dalam hal efisiensi ini, kesadaran akan arti dan makna efisiensi
akan banyak membantu usaha pencapaian efisiensi itu sendiri. Efisiensi
sesungguhnya berkaitan erat dengan tingkah laku dan sikap hidup seseorang.
Artinya bahwa tingkah laku dan sikap hidup dapat mengarah pada perbuatan yang
efisien atau sebaliknya. Dengan adanya kesadaran, seseorang akan terdorong
untuk membangkitkan semangat atau kehendak untuk melakukan sesuatu yang
sesuai dengan apa yang disadarinya dalam hal ini yang dimaksudkan adalah
2. Keahlian
Sesuatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang ahli dibidangnya
hasilnya akan lebih baik dan cenderung lebih cepat daripada dikerjakan oleh yang
bukan ahlinya. Hal ini berati unsur keahlian yang juga melekat pada manusia
merupakan bagian yang menjadi sumber efisiensi. Keahlian manusia dicapai bila
ada pelatihan yang mendukung pekerjaan tersebut. Sehingga apabila suatu
pekerjaan difasilitasi dengan suatu peralatan, maka peralatan tersebut menunjang
pencapaian efisiensi kerja. Peralatan disediakan dengan maksud agar pekerjaan
lebih mudah dikerjakan dan lebih cepat penyelesaiannya. Penyediaan peralatan
atau fasilitas kerja yang tidak disertai dengan keahlian penggunanya malah akan
menjadikan sumber biaya yang tidak bermanfaat.
3. Disiplin
Kesadaran dan keahlian seperti yang telah diuraikan sebelumnya tidak
akan menjamin hasil kerja yang baik dan efisien jika tidak disertai dengan unsur
disiplin. Oleh karena itu dalam efisiensi termasuk faktor waktu, sedangkan
disiplin adalah salah satu unsur penting didalam efisiensi. Unsur disiplin
sesungguhnya berkaitan erat dengan unsur kesadaran, sebab disiplin ini timbul
juga dari kesadaran. Hanya bedanya kalau kesadaran timbulnya atau prosesnya
dapat memakan waktu lama dan sulit dilaksanakan sedangkan disiplin dapat
dipaksakan dengan menggunakan suatu aturan, apabila disiplin dapat diwujudkan
2.2.3 Syarat Tercapainya Efisiensi Kerja
Menurut Sedarmayanti (2001 : 114) syarat tercapainya efisiensi kerja
yaitu:
1. Berhasil guna atau efektif: kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat,
artinya target tercapai dengan waktu yang ditetapkan.
2. Ekonomis: usaha pencapaian tujuan yang efisien termasuk biaya, tenaga
kerja, material, waktu dan lain-lain.
3. Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan: membuktikan
bahwa di dalam pelaksanaan kerja, sumber-sumber telah dimanfaatkan
dengan setepat-tepatnya dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab
sesuai dengan yang telah ditetapkan.
4. Pembagian kerja yang nyata: berdasarkan pemikiran bahwa tidak
mungkin manusia seorang diri mengerjakan segala macam pekerjaan
dengan baik. Sebab bagaimanapun juga kemampuan setiap orang
terbatas. Oleh sebab itu harus ada pembagian kerja yang nyata yaitu
berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan kerja, dan waktu yang
tersedia.
5. Prosedur kerja yang praktis: pekerjaan yang dapat dipertanggung
jawabkan serta pelayanan yang memuaskan yang merupakan kegiatan
2.3 Penelitian Terdahulu
1. Hasil penelitian Rahmat (2012) tentang “Pengaruh Pengawasan dan
Evaluasi Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan pada CV Aulia Karya Utama
Sibolga. Menggunakan metode analisis regresi berganda dan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengawasan dan evaluasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja karyawan dengan koefisien
determinasi sebesar 67,3 %.
2. Hasil penelitian Ierhasy (2011) tentang “ Pengaruh Pengawasan Terhadap
Efisiensi Kerja Pada PT Indah Sakti Motorindo Medan. Menggunakan
metode analisis regresi linier sederhana dan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengawasan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap efisiensi kerja dengan koefisien determinasi sebesar 28,7 %.
3. Hasil penelitian Nora (2012) tentang “Pengaruh Pengawasan Terhadap
Efisiensi Kerja Pada Perum Pegadaian Kanwil I Medan. Menggunakan
metode analisis regresi sederhana dan hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi
kerja dengan koefisien determinasi sebesar 66%.
3.4 Kerangka Konseptual
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang menempati urutan paling
bawah, tetapi bukan berarti bahwa fungsi ini kurang penting dari fungsi-fungsi
lain karena pengawasan sudah ada sejak penetapan struktur perusahaan itu sendiri.
Pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Perlunya pengawasan dilakukan agar pimpinan mengetahui secara
langsung apakah ada penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan operasional dan
jika perlu untuk mengadakan tindakan koreksi. Pengawasan juga dibutuhkan
untuk penetapan standar dan membandingkannya dengan tindakan nyata yang
dilakukan karyawan untuk pencapaian tujuan perusahaan.
Efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang
dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang
ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya yang meliputi pemakaian waktu
yang optimal dan kualitas cara kerja yang maksimal. Jika suatu perusahaan
melakukan pengawasan dengan maksimal maka akan semakin tinggi pula tingkat
efisiensi waktu dan juga kinerja karyawan pada perusahaan.
Lebih jelas mengenai kerangka konseptual dapat dilihat pada Gambar 2.1
berikut:
Sumber: Handoko (2003 : 360) dan Sedarmayanti (2001 : 112) diolah
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.5 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis
dalam penelitian ini adalah: “Pengawasan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Efisiensi kerja pada PT. Astra International Tbk Bagian Depo Amplas