• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Perbandingan Pendapatan dan Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Non-PUAP: Studi Kasus di Dukuh Legok, Desa Kau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Perbandingan Pendapatan dan Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Non-PUAP: Studi Kasus di Dukuh Legok, Desa Kau"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

19 4.1. Gambaran Umum

4.1.1. PUAP di Lokasi Penelitian

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program Kementrian Pertanian yang dilaksanakan di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) yang berupa bantuan dana yang dihibahkan kepada gapoktan. Di lokasi penelitian yang menerima bantuan dana PUAP yaitu gapoktan Prima Agung yang berada di Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Salatiga Jawa Tengah.

Dana PUAP diterima gapoktan Prima Agung pada Oktober 2008. Dana PUAP hanya diberikan sekali sebesar Rp100.000.000,00, kemudian gapoktan yang mengelola. Dana PUAP yang diterima gapoktan disalurkan untuk kegiatan kelompok tani yang berada di gapoktan Prima Agung antara lain kelompok tani Ringin Agung, Ngudi Lestari, Maju Makmur, Sumber Rejeki, dan Ngudi Raharjo.

Dana PUAP yang digunakan gapoktan yaitu pertama untuk penyedia saprodi seperti pupuk dan yang kedua untuk dipinjamkan ke anggota kelompok tani. Dana PUAP yang dipinjamkan ke anggota kelompok tani, dengan syarat pinjaman yang sebelumnya harus sudah lunas, namun tidak semua anggota kelompok tani yang dapat meminjam, hal ini dikarenakan terbatasnya dana PUAP yang ada di gapoktan. Dana PUAP yang dipinjamkan maksimal sebesar Rp500.000,00 dan pengembalian dilakukan saat petani panen dengan bunga 4% (Rp20.000,00).

4.1.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Dukuh Legok yang terletak di Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Salatiga Jawa Tengah, yang berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:

Batas sebelah Timur : Kelurahan Kutowinangun Batas sebelah Barat : Kelurahan Bugel

(2)

4.1.3. Keadaan Pertanian Dukuh Legok

Dilihat cara budidaya yang dilakukan di Dukuh Legok, pertanian di Dukuh Legok sudah maju, ini kelihatan dari cara budidaya petani di Dukuh Legok, membajak sawah sudah dengan mesin, dan pemanenan sudah menggunakan mesin, namun pada saat penanaman padi petani di Dukuh Legok masih menggunakan tenaga manual atau tenaga kerja orang

Di Dukuh Legok fokus pada tanaman pangan yaitu padi, namun ada juga petani yang membudidayakan komoditi lain seperti cabai dan tomat.

4.2. Karakteristik Responden

Responden penelitian ini terdiri dari 33 petani program PUAP dan 34 petani non-PUAP. Karakteristik petani meliputi usia, pendidikan, jumlah anggota

keluarga, status kepemilikan lahan, pendapatan, harga benih, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja dan luas lahan.

4.2.1. Usia

Petani program PUAP dan non-PUAP memiliki usia yang berbeda-beda dalam mengelola usahataninya, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Usia

No. Usia (tahun) PUAP Non-PUAP

Orang % Orang %

1. 33-41 7 21,21 1 2,94

2. 42-49 7 21,21 12 35,29

3. 50-57 11 33,34 15 44,12

4. 58-65 4 12,12 5 14,71 5. 66-73 3 9,09 0 0,00 6. > 73 1 3,03 1 2,94

Jumlah 33 100,00 34 100,00

Rata-rata Usia 51 tahun 52 tahun

Sumber: Analisis Data Primer 2016

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat usia dengan jumlah petani tertinggi yaitu 11 orang (33,33%) petani program PUAP dan 15 orang (44,12%) petani non-PUAP pada kelas usia 50-57 tahun, dengan rata-rata usia petani program

(3)

berusia >73 tahun namun masih berusahatani, hal ini karena untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga dan tidak ada pekerjaan lain selain berusahatani.

4.2.2. Pendidikan

Tabel 4.2 menunjukkan petani program PUAP dan non-PUAP menurut tingkat pendidikan.

Tabel 4.2 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan PUAP Non-PUAP

Orang % Orang %

1. SD 17 51,52 26 76,47

2. SMP 4 12,12 1 2,94 3. SMA 12 36,36 6 17,65 4. Perguruan Tinggi 0 0,00 1 2,94

Jumlah 33 100,00 34 100,00

Sumber: Analisis Data Primer 2016

Berdasarkan Tabel 4.2 bahwa mayoritas petani di Dukuh Legok adalah tamat SD yaitu 43 petani (64,18%) terdiri dari petani program PUAP 17 orang (51,52%) dan petani non-PUAP 26 orang (76,47%). Hal ini karena, walapun petani dengan persentase terbesar pada usia produktif, namum mereka (petani) sudah tua, pada jaman mereka (petani) pendidikan masih rendah, dan belum mementingkan pentingnya pendidikan. Pada Tabel 4.2 terdapat 1 petani pendidikannya perguruan tinggi tetapi berusaha tani, hal ini karena petani tersebut menganggap tani sebagai olahraga disamping itu petani tersebut sudah pensiun, sehingga tidak ada kegiatan lain selain berusahatani.

4.2.3. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga terdiri dari istri/suami, dan anak yang hidup dalam satu atap dengan petani program PUAP dan non-PUAP, dapat dilihat pada Tabel 4.3.

(4)

tanggungan petani di Dukuh Legok tidak begitu besar. Namun, masih ada petani yang memiliki tanggungan jumlah anggota keluarga 5 orang yang memungkinkan bahwa beban petani tersebut tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tabel 4.3 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

No. Jumlah Anggota Keluarga (Orang) PUAP Non-PUAP

Orang % Orang %

1. 2 5 15,15 3 8,82

2. 3-4 20 60,61 20 58,83

3. 5 8 24,24 11 32,35

Jumlah 33 100,00 34 100,00

Rata-rata Jumlah Anggota Keluarga 4 orang 4 orang Sumber: Analisis Data Primer 2016

4.2.4. Status Kepemilikan Lahan

Gambaran status kepemilikan lahan petani program PUAP dan non-PUAP ditampilkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

No. Status Kepemilikan Lahan PUAP Non-PUAP

Orang % Orang %

1. Milik Sendiri 1 3,03 1 2,94

2. Milik Sendiri dan Sewa 4 12,12 4 11,77

3. Sewa 28 84,85 29 85,29

Jumlah 33 100,00 34 100,00

Rata-rata Status Kepemilikan Lahan Sewa Sewa

Sumber: Analisis Data Primer 2016

Berdasakan Tabel 4.4 mayoritas status kepemilikan lahan usahatani padi di Dukuh Legok adalah sewa sebesar 85,07% terdiri dari petani program PUAP 28 orang (84,85%) dan non-PUAP petani 29 orang (85,29%). Banyaknya petani yang memiliki lahan berstatus sewa ini dikarenakan di Desa kauaman Kidul terdapat tanah milik di Desa (bengkok) yang mana pengelolaannya diserahkan pada Desa, sehingga Desa Kauman Kidul menyewakan tanah bengkok tersebut kepada petani.

4.2.5. Pendapatan

(5)

Berdasarkan Tabel 4.5 bahwa sebagian besar pendapatan petani di Dukuh Legok berada pada kelas Rp735.000,00-Rp2.369.568,00 per luas lahan usahatani yaitu 17 orang (51,52%) petani program PUAP dan non-PUAP berada pada kelas Rp2.369.569,00-Rp4.004.137,00 per luas lahan usahatani yaitu 17 orang (50,00%), sedangkan jumlah petani terendah dengan pendapatan tertinggi pada petani program PUAP yaitu 2 orang (6,06%) berada pada kelas >Rp8.907.844,00. Rata-rata pendapatan persatuan luas lahan usahatani untuk satu kali musim tanam petani program PUAP Rp3.004.545,00 sedangkan untuk petani non-PUAP Rp3.464.059,00.

Tabel 4.5 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Pendapatan

No. Pendapatan (Rp/per luas lahan) PUAP Non-PUAP

Orang % Orang %

1. 735.000,00-2.369.568,00 17 51,52 9 26,47 2. 2.369.569,00-4.004.137,00 11 33,33 17 50,00 3. 4.004.138,00-5.638.706,00 1 3,03 5 14,71 4. 5.638.707,00-7.273.275,00 2 6,06 2 5,88 5. 7.273.276,00-8.907.844,00 0 0,00 0 0,00

6. >8.907.844,00 2 6,06 1 2,94

Jumlah 33 100,00 34 100,00

Rata-rata Pendapatan (Rp/per luas lahan) 3.464.059,00 3.004.545,00 Sumber: Analisis Data Primer 2016

4.2.6. Harga Benih

Varietas padi yang digunakan petani program PUAP dan non-PUAP relatif sama yaitu IR64, C4, Nikongga, Situ Bagendit dan Pandan Wangi. Varietas yang tidak digunakan petani non-PUAP namun digunakan petani program PUAP yaitu Rojo lele dan Songgo Langit, sedangkan varietas yang tidak digunakan petani program PUAP namun digunakan petani non-PUAP yaitu Ciherang, Marsela dan Umbul-umbul. Umumnya petani program PUAP dan non-PUAP menggunakan varietas IR64 dengan harga berkisar Rp5.000,00-Rp12.000,00 per kg.

Harga benih yang digunakan petani program PUAP dan non-PUAP ditampilkan pada Tabel 4.6.

(6)

orang (41,18%), sedangkan rata-rata harga benih yang digunakan petani program PUAP yaitu Rp7.248,00 per kg dan non-PUAP Rp7.897,00 per kg.

Tabel 4.6 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Harga Benih

No. Harga Benih (Rp/kg) PUAP Non-PUAP

Orang % Orang %

1. 4.000,00-5.300,00 6 18,18 2 5,88

2. 5.301,00-6.601,00 6 18,18 11 32,35

3. 6.602,00-7.902,00 6 18,18 0 0,00

4. 7.903,00-9.203,00 13 39,40 14 41,18

5. 9.204,00-10.504,00 1 3,03 4 11,77

6. >10.504,00 1 3,03 3 8,82

Jumlah 33 100,00 34 100,00

Rata-rata Harga Benih (Rp/kg) 7.248,00 7.897,00 Sumber: Analisis Data Primer 2016

4.2.7. Harga Pupuk

Pupuk yang digunakan petani program PUAP dan non-PUAP relatif sama yaitu pupuk kandang, Urea, Phonska, dan SP-36. Pupuk yang tidak digunakan petani non-PUAP namun digunakan petani program PUAP yaitu Gandasil. Umumnya petani program PUAP dan non-PUAP menggunakan pupuk Urea dan Phonska, dengan harga Urea berkisar Rp1.900,00-Rp2.200 per kg dan Phonska berkisar Rp2.100,00-Rp3.000,00 per kg, pupuk yang digunakan petani yaitu pupuk subsidi, oleh karena itu harga tersebut tergolong murah.

Harga pupuk yang digunakan petani program PUAP dan non-PUAP ditampilkan pada Tabel 4.7.

(7)

dan siap digunakan oleh petani. Rata-rata harga pupuk yang digunakan petani program PUAP yaitu Rp2.087,00 per kg dan petani non-PUAP Rp2.091,00 per kg.

Tabel 4.7 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Harga Pupuk

Rata-rata Harga Pupuk (Rp/kg) 2.087,00 2.091,00 Sumber: Analisis Data Primer 2016

4.2.8. Harga Pestisida

Harga pestisida yang digunakan petani program PUAP dan non-PUAP ditampilkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Harga Pestisida

Rata-rata Harga Pestisida (Rp/ml) 155,00 129,00 Sumber: Analisis Data Primer 2016

(8)

up, dan Rumba. Umumnya petani program PUAP dan non-PUAP menggunakan DMA dengan harga Rp20.000,00-Rp35.000,00 per botol (200 ml).

Berdasarkan pada Tabel 4.8 bahwa harga pestisida di Dukuh Legok berada pada kelas Rp86,00-Rp154,00 per ml yaitu sebesar 30 orang (44,78%) terdiri dari petani program PUAP 15 orang (45,46%) dan petani non-PUAP 15 orang (44,12%), sedangkan rata-rata harga pestisida yang digunakan petani program PUAP yaitu Rp155,00 per ml dan petani non-PUAP yaitu Rp129,00 per ml.

4.2.9. Upah Tenaga Kerja

Upah tenaga kerja luar keluarga (TKLK) di Dukuh Legok yang digunakan terdiri dari laki-laki dan perempuan. Berdasarkan observasi di lapangan, upah tenaga kerja berkisar Rp48.000,00-Rp56.000,00 per hari orang kerja. Upah tersebut digunakan petani untuk membuat pematang (galengan) sawah dan penanaman padi.

Gambaran upah tenaga kerja luar keluarga yang digunakan petani program PUAP dan non-PUAP ditampilkan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Upah Tenaga Kerja Per Hari Orang Kerja

No. Upah TKLK (Rp/HOK) PUAP Non-PUAP

Orang % Orang %

1. 48.000,00-49.300,00 9 27,27 4 11,76

2. 49.301,00-50.601,00 0 0,00 0 0,00

3. 50.602,00-51.902,00 0 0,00 1 2,94

4. 51.903,00-53.203,00 6 18,18 5 14,71

5. 53.204,00-54.504,00 3 9,09 0 0,00

6. >54.504,00 15 45,46 24 70,59

Jumlah 33 100,00 34 100,00

Rata-rata Upah TKLK (Rp/HOK) 52.844,00 54.314,00 Sumber: Analisis Data Primer 2016

(9)

4.2.10. Luas Lahan

Tabel 4.10 menunjukkan luas lahan petani program PUAP dan non-PUAP. Tabel 4.10 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Luas

Lahan

Berdasarkan Tabel 4.10 mayoritas luas lahan petani di Dukuh Legok berada pada kelas 2.044 m2 - 3.587 m2 yaitu sebesar 44 petani (65,67%) terdiri dari petani program PUAP 20 orang (60,61%) dan petani non-PUAP 24 orang (70,59%), sedangkan rata-rata luas lahan petani program PUAP yaitu 2.726 m2 dan petani non-PUAP 3.008 m2. Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat tidak terdapat perbedaan pada luas lahan petani baik petani program PUAP dan non-PUAP. Hal ini dikarenakan dana PUAP di gapoktan Prima Agung diperuntukan bagi semua anggota kelompok tani yang membutuhkan biaya untuk melakukan kegiatan usahatani.

4.3. Hasil Komputasi

4.3.1. Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Program PUAP dan Non -PUAP

Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji beda (Independent Samples t-test) pendapatan rata-rata usahatani program PUAP dan non-PUAP.

(10)

Berdasakan Tabel 4.11 terdapat perbedaan rata-rata pendapatan usahatani padi program PUAP dan non-PUAP. Pendapatan petani program PUAP yaitu Rp3,004545 juta (Rp3.004.545,00) lebih kecil dari pada pendapatan petani non-PUAP yaitu Rp3,464059 juta (Rp3.464.059,00), namun secara statistik tidak berbeda nyata artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata pendapatan usahatani program PUAP dengan rata-rata pendapatan usahatani non-PUAP. Hal ini ditunjukan dengan nilai t-test sebesar 0,940618 < ttabel 2,00030 atau nilai P sebesar 0,3504 > 0,05.

4.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi Program PUAP dan Non-PUAP

Hasil analisis diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani program PUAP dan non-PUAP berdasarkan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi Program PUAP dan Non-PUAP

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Probability

C 4,181485 0,986488 4,238760 0,0001

Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R squared) sebesar 0,549257 atau 54,93%. Hal ini berarti 54,93% variasi variabel

pendapatan dijelaskan oleh variabel independen (harga benih, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja, luas lahan, dan dummy). Sisanya 45,07% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini.

(11)

dapat dikatakan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Untuk melihat masing-masing pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dari hasil uji t statistik dengan nilai signifikansi 0,05. Menurut Ghozali (2006) uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa variabel independen yaitu upah tenaga kerja (P4) dan luas lahan (X) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani padi, ini dapat dilihat dari nilai probabilitas kedua variabel independen tersebut yaitu 0,0430 dan 0,0000 lebih kecil dari 0,05. Variabel independen lain yaitu harga benih (P1), harga pupuk (P2), harga pestisida (P3), dan dummy (D) tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani padi karena nilai probabilitas yang diperoleh lebih besar dari 0,05.

Persamaan hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani program PUAP dan non-PUAP ditulis sebagai berikut:

lnπ = α + α1 lnP1+ α2 lnP2+ α3 lnP3+ α4 lnP4+ α5 lnX + D

Lnpendapatan = 4,181485 + 0,021885P1 – 0,107186P2 – 0,000108P3 – 1,092264P4* + 0,680387X*– 0,18741D

Keterangan : * = Signifikan pada α : 0,05 (5%)

Interpretasi dari persamaan yang signifikan berpengaruh terhadap pendapatan adalah sebagai berikut:

1) Koefisien regresi P4 (upah tenaga kerja) sebesar -1,092264 menunjukkan bahwa setiap kenaikkan upah tenaga kerja sebesar 1 rupiah/HOK, maka akan terjadi penurunan pendapatan sebesar -1,092264 rupiah, dengan menganggap variabel lain (P1, P2, P3, X dan D) konstan atau sama dengan 0 (nol).

(12)

4.4. Pembahasan

4.4.1. Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Program PUAP dan Non -PUAP

Berdasarkan Tabel 4.11 rata-rata pendapatan usahatani padi perluas lahan dalam sekali musim tanam program PUAP lebih rendah dari non-PUAP yaitu Rp3,004545 juta (Rp3.004.545,00) dan Rp3,464059 juta (Rp3.464.059,00), namun secara statistik rata-rata pendapatan usahatani padi program PUAP dan non-PUAP tidak berbeda nyata dilihat dari nilai t-test sebesar 0,940618 atau nilai

P sebesar 0,3504 > 0,05. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sisilia dkk. (2012) dan Erna dkk. (2015) serta Hermawan dkk. (2015) menunjukkan program PUAP telah berhasil meningkatkan pendapatan petani.

Berdasarkan pendapatan rata-rata petani program PUAP lebih kecil dibandingkan petani non-PUAP, namun petani program PUAP mampu mengembalikan modal pinjaman dana PUAP, sehingga dengan lancarnya pengembalian pinjaman dana PUAP berdampak pada meningkatnya dana PUAP di gapoktan. Berdasarkan laporan keuangan gapoktan, nilai dana PUAP sampai dengan September 2016 yaitu sebesar Rp114.713.000,00 dibandingkan dengan saat pertama kali memperoleh dana PUAP (Oktober 2008), rata-rata peningkatan dana PUAP sebesar 1,84% per tahun. Peningkatan ini sejalan dengan Nababan (2009) yang menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya program PUAP dilihat dari bertambahnya dana yang dikelola oleh gapoktan.

Program PUAP di Dukuh Legok sudah tepat sasaran dilihat dari luas lahan rata-rata yang dimiliki petani pada Tabel 4.10 dimana rata-rata luas lahan petani program PUAP lebih kecil dari non-PUAP. Hal ini berarti dana pinjaman PUAP di Dukuh legok digunakan untuk petani yang luas lahannya lebih kecil dari non-PUAP.

(13)

4.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi Program PUAP dan Non-PUAP

1. Pengaruh Harga Benih (P1) Terhadap Pendapatan (Y)

Pada Tabel 4.12 menunjukkan harga benih tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani padi program PUAP dan non-PUAP dengan nilai probabilitas 0,9307 lebih besar dari 0,05. Sejalan dengan penelitian Muzdalifah (2012) yang menyatakan harga benih tidak memberikan pengaruh terhadap pendapatan.

Berdasarkan Tabel 4.6 rata-rata harga benih di Dukuh Legok yang digunakan petani program PUAP adalah Rp7.248,00/kg dan non-PUAP Rp7.897,00/kg. Sebagian besar petani membeli benih diatas harga rata-rata yaitu 37 orang yang terdiri dari petani program PUAP dan non-PUAP, dengan demikian walapun harga benih meningkat tidak akan mempengaruhi pendapatan petani program PUAP dan non-PUAP.

2. Pengaruh Harga Pupuk (P2) Terhadap Pendapatan (Y)

Pada Tabel 4.12 menunjukkan harga pupuk tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani padi program PUAP dan non-PUAP dengan nilai probabilitas 0,1800 lebih besar dari 0,05. Berbeda dengan penelitian Cahyono (2010) yang menyatakan harga pupuk berpengaruh nyata terhadap keuntungan, karena semakin tinggi harga atau biaya maka kualitas pupuk juga semakin baik, dan jika dilakukan dengan komposisi yang tepat akan menghasilkan produksi padi yang semakin berkualitas, sehingga keuntungan yang diperoleh juga akan meningkat.

Berdasarkan Tabel 4.7 rata-rata harga pupuk di Dukuh Legok yang digunakan petani program PUAP adalah Rp2.087,00/kg dan non-PUAP Rp2.091,00/kg. Sebagian besar petani membeli pupuk diatas harga rata-rata yaitu 45 orang terdiri dari petani program PUAP dan non-PUAP, dengan demikian walapun harga pupuk meningkat tidak akan mempengaruhi pendapatan petani program PUAP dan non-PUAP.

3. Pengaruh Harga Pestisida (P3) Terhadap Pendapatan (Y)

(14)

probabilitas 0,9868 lebih besar dari 0,05. Sejalan dengan penelitian Cahyono (2010) yang menyatakan harga pestisida Rp/botol tidak berpengaruh terhadap keuntungan, dikarenakan komposisi maksimal dan minimal penggunaan pestisida tidak terlalu besar perbedaannya.

Berdasarkan Tabel 4.8 rata-rata harga pestisida di Dukuh Legok yang digunakan petani program PUAP adalah Rp155,00/ml dan non-PUAP Rp129,00/ml. Sebagian besar petani membeli pestisida diatas harga rata-rata yaitu 31 orang yang terdiri dari petani program PUAP dan non-PUAP, sedangkan 10 orang petani tidak menggunakan pestisida. Artinya dari 67 petani hanya 57 petani yang menggunakan pestisida terdiri dari petani program PUAP dan non-PUAP, dengan demikian walapun harga pestisida meningkat tidak akan mempengaruhi pendapatan petani program PUAP dan non-PUAP.

4. Pengaruh Upah Tenaga Kerja (P4) Terhadap Pendapatan (Y)

Pada Tabel 4.12 menunjukkan upah tenaga kerja signifikan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani program PUAP dan non-PUAP dengan nilai probabilitas 0,0430 lebih kecil dari 0,05. Hasil regresi upah tenaga kerja (P4) dengan koefisien sebesar -1,092264 menunjukkan bahwa setiap kenaikan upah tenaga kerja sebesar 1 rupiah/HOK, maka akan terjadi penurunan pendapatan sebesar -1,092264 rupiah, dengan menganggap variabel lain (P1, P2, P3, X dan D) konstan atau sama dengan 0 (nol). Secara statistik upah tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani padi program PUAP dan non-PUAP, dilihat dari nilai thitung lebih besar ttabel atau -2,067109 > 2,00030. Sejalan dengan penelitian Larsito (2005) yang menyatakan upah tenaga kerja mempunyai hubungan negatif terhadap keuntungan, sehingga kenaikan upah tenaga kerja akan menurunkan keuntungan.

Upah tenaga kerja rata-rata petani di Dukuh Legok adalah Rp52.844,00/HOK petani program PUAP dan Rp54.314,00/HOK petani non-PUAP. Sebagian besar petani menggunakan upah tenaga kerja diatas harga rata-rata yaitu 39 orang yang terdiri dari petani program PUAP dan non-PUAP (Tabel 4.9), dengan demikian semakin tinggi upah yang dikeluarkan petani program PUAP dan non-PUAP maka akan menurunkan pendapatan.

(15)

5. Pengaruh Luas Lahan (X) Terhadap Pendapatan (Y)

Tabel 4.12 menunjukkan luas lahan signifikan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani program PUAP dan non-PUAP dengan nilai probabilitas 0,0000 lebih kecil dari 0,05. Hasil regresi luas lahan (X) dengan koefisien sebesar 0,680387 menunjukkan bahwa setiap penambahan luas lahan 1 m2 maka akan meningkatkan pendapatan sebesar 0,680387 rupiah, dengan menganggap variabel lain (P1, P2, P3, P4, dan D) konstan atau sama dengan 0 (nol). Secara statistik luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani padi program PUAP dan non-PUAP, dilihat dari nilai thitung lebih besar dari ttabel atau 4,618405 > 2,00030. Sejalan dengan penelitian Muzdalifah (2012) yang menyatakan luas lahan memberikan pengaruh terhadap pendapatan. Lahan merupakan tempat petani melakukan aktivitas usahatani, dan secara teoritis semakin luas lahan garapan semakin tinggi pendapatan petani (Cahyono, 2010).

Bedasarkan Tabel 4.10 rata-rata luas lahan petani di Dukuh Legok adalah 2.726 m2 petani program PUAP dan 3.008 m2 petani non-PUAP. Sebagian besar petani yaitu meliliki luas lahan dibawah rata-rata adalah 48 orang terdiri dari petani program PUAP dan non-PUAP, sedangkan 19 orang memiliki luas lahan diatas rata-rata. Hal ini berarti Semakin luas lahan petani program PUAP dan non-PUAP di Dukuh Legok pendapatan petani akan meningkat.

6. Pengaruh Program PUAP dan Non-PUAP (D) Terhadap Pendapatan (Y)

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan Usia
Tabel 4.2 menunjukkan petani program PUAP dan non-PUAP menurut
Tabel 4.3 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan  Jumlah Anggota Keluarga
Tabel 4.5 Distribusi Petani Program PUAP dan Non-PUAP Berdasarkan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul: Analisis Pendapatan dan Strategi Pengembangan Bantuan Langsung Masyarakat – Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (BLM- PUAP) Desa Dukuh Dempok

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi “ Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah menurut Sistem Mina Padi dan Sistem Non Mina Padi (Kasus Desa Tapos 1,

Pengkajian yang bertujuan untuk menganalisis peran tambahan modal yang bersumber dari PUAP terhadap pendapatan usahatani padi dilakukan di Kabupaten Blitar dan Ngawi akir

diperoleh gabungan kelompok tani (Gapoktan) sebelum dan sesudah menerima bantuan dana Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) nilai t sebesar -14,126

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keuntungan usahatani padi sawah irigasi adalah luas tanam, harga GKP, harga pupuk Urea, harga pestisida dan jumlah

Berdasarkan analisis pendapatan usahatani yang dilakukan, usahatani padi petani program SLPTT secara absolut lebih menguntungkan dibandingkan dengan petani non SLPTT

Berdasarkan analisis pendapatan usahatani yang dilakukan, usahatani padi petani program SLPTT secara absolut lebih menguntungkan dibandingkan dengan petani non SLPTT

55 0 22,47 Berdasarkan Tabel 3 kontribusi pendapatan usahatani padi terhadap pendapatan total petani sangat bervariasi mulai 12 persen hingga 100 persen, untuk kontribusi pendapatan